342. MENUJU KAISAREA FILIPI. PRIMASI PETRUS.
27 November 1945
Sungai Yordan melintasi sebuah dataran sebelum mengalir masuk ke Danau Merom. Ini adalah dataran yang indah di mana sereal tumbuh semakin subur dari hari ke hari dan pohon buah-buahan berbunga. Bukit-bukit di luar Kedesh, sekarang berada di belakang para peziarah, yang berjalan cepat saat fajar menyingsing. Mereka kelihatan sangat kedinginan, sebab mereka mengarahkan tatapan penuh harap ke arah matahari terbit dan mereka mencari sinarnya, begitu cahayanya menyinari padang-padang rumput dan membelai dedaunan. Mereka pastilah tidur di alam terbuka, atau yang terbaik dari itu, di halaman tempat menumpuk jerami, karena pakaian mereka kusut dan menampakkan serpihan-serpihan jerami dan dedaunan kering, yang mereka kibaskan saat mereka melihatnya dalam cahaya, yang menjadi semakin terang.
Sungai bisa diketahui keberadaannya melalui gelegaknya, yang terdengar nyaring di pagi yang hening di pedesaan, dan melalui pemandangan barisan lebat pepohonan yang daun-daun barunya bergetar dihembus angin pagi sepoi-sepoi. Namun demikian, sungai belum terlihat, sebab tenggelam di daratan datar, meski menggembung oleh banyak aliran air yang masuk ke dalamnya dari perbukitan timur. Ketika mereka akhirnya bisa melihat air birunya yang berkilauan melalui tunas-tunas tanaman hijau di tepiannya, mereka hampir berada di tepiannya.
"Apakah kita akan berjalan di sepanjang tepiannya sampai ke jembatan, atau apakah kita akan menyeberangi sungai di sini?" mereka bertanya kepada Yesus. Yesus sendiri juga termenung, dan sekarang berhenti menunggu mereka.
"Lihat apakah ada perahu untuk menyeberang. Lebih baik menyeberang di sini..."
"Ya, di jembatan, yang berada tepat di jalan ke Kaisarea Paneas, kita mungkin bertemu dengan seseorang yang sudah diutus untuk mengikuti jejak kita," kata Bartolomeus mengernyitkan kening sambil melihat kepada Yudas.
"Tidak. Jangan menoleh kepadaku. Aku tidak tahu bahwa kita akan datang ke sini, dan aku tidak mengatakan apa-apa. Mudah dimengerti bahwa dari Safet Yesus akan pergi ke makam-makam para rabbi dan ke Kedesh. Tetapi aku tidak akan pernah berpikir bahwa Dia ingin pergi hingga ke ibukota Filipus. Jadi mereka tidak tahu apa-apa tentang itu. Jadi kita tidak akan bertemu dengan mereka melalui kesalahanku ataupun melalui keputusan mereka sendiri. Terkecuali Beelzebul sendiri yang menghantar mereka," kata Iskariot dengan tenang dan rendah hati.
"Sungguh baik. Karena dengan orang-orang tertentu... kita harus berpandangan tajam dan berbicara dengan sangat hati-hati, tanpa membiarkan mereka mendapatkan petunjuk apa pun tentang rencana kita. Kita harus mengawasi segalanya. Kalau tidak, evangelisasi kita akan menjadi pelarian abadi," jawab Bartolomeus.
Yohanes dan Andreas kembali. Mereka mengatakan,"Kami menemukan dua perahu. Mereka akan membawa kita ke seberang dengan tarif satu dirham per perahu. Mari kita turun ke tanggul."
Dan mereka menyeberang ke sisi lain dengan dua perahu kecil, dalam dua kali perjalanan. Ada dataran subur juga di sisi ini, subur tapi tidak padat penduduknya. Hanya petani setempat yang tinggal di sana.
"Hmm! Apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan roti? Aku lapar. Dan tidak ada bulir gandum Filistin di sini... Rumput dan dedaunan, dedaunan dan bunga. Aku ini bukan domba kecil ataupun lebah," gerutu Petrus kepada teman-temannya yang tersenyum mendengar ucapannya.
Yudas Tadeus berbalik - dia sedikit di depan - dan dia berkata, "Kita akan membeli roti di desa di depan."
"Asalkan mereka tidak membuat kita melarikan diri," jawab Yakobus Zebedeus.
"Kamu, yang mengatakan bahwa kita harus mengawasi segalanya, berhati-hatilah agar kamu jangan mengambil ragi orang Farisi dan orang Saduki. Aku pikir itulah yang sedang kamu lakukan, tanpa memikirkan kesalahan yang kamu lakukan. Berhati-hatilah, sangat hati-hati!" kata Yesus.
Para rasul saling berpandangan dan berbisik, "Apa yang Dia katakan? Roti itu diberikan kepada kita oleh perempuan yang anaknya bisu-tuli dan oleh penjaga penginapan di Kedesh. Aku masih menyimpannya di sini. Inilah satu-satunya roti yang kita punya. Dan kita tidak tahu apakah kita akan bisa mendapatkan lagi untuk memuaskan rasa lapar kita. Jadi mengapakah Dia mengatakan bahwa kita membeli roti orang Saduki dan orang Farisi dengan ragi mereka? Mungkin Dia tidak ingin kita membeli roti di desa-desa sini..."
Yesus, Yang sekali lagi berada di depan mereka, sendirian, berbalik. "Mengapa kamu takut tidak punya roti? Bahkan meski semua orang di sini adalah orang Saduki dan orang Farisi, kamu tidak akan kekurangan roti karena Aku mengatakan kepadamu untuk tidak membelinya. Aku tidak sedang berbicara tentang ragi dalam roti. Jadi kamu bisa membeli roti di mana saja kamu mau untuk memuaskan rasa laparmu. Dan jika tidak ada seorang pun yang mau menjualnya kepadamu, tetap saja kamu tidak akan kekurangan roti. Tidak ingatkah kamu lima roti yang memuaskan rasa lapar lima ribu orang? Tidak ingatkah kamu bahwa kamu mengumpulkan duabelas keranjang penuh sisanya? Aku bisa melakukan untukmu, yang berduabelas dan punya satu roti, apa yang Aku lakukan untuk lima ribu orang dengan lima roti. Tidakkah kamu mengerti ragi mana yang Aku maksud? Ragi yang muncul dalam hati orang Farisi, orang Saduki, dan para alim ulama, melawan Aku. Yakni kebencian. Yakni bidaah. Kamu sekarang menuju kebencian, seolah-olah bagian dari ragi Farisi sudah memasuki hatimu. Bahkan musuhmu pun tidak boleh dibenci. Bahkan jalan masuk yang sangat kecil pun jangan dibiarkan terbuka untuk apa pun yang bukan Allah. Sesudah unsur yang pertama, yang lain-lainnya yang bertentangan dengan Allah akan masuk. Terkadang orang binasa atau kalah, karena orang ingin melawan musuh dengan senjata yang setara. Dan begitu kamu dikalahkan, kamu bisa dengan kontak menyerap doktrin mereka. Jadilah penuh kasih dan jaga diri. Kamu belum dalam posisi untuk menentang doktrin yang demikian tanpa menjadi terinfeksi. Karena kamu punya beberapa unsur mereka juga. Dan kebencian adalah salah satunya. Aku juga memperingatkanmu bahwa mereka mungkin mengubah cara untuk membujukmu dan menjauhkanmu dari-Ku, dengan bersikap luar biasa santun, dengan menunjukkan bahwa mereka bertobat dan antusias untuk berdamai. Janganlah kamu menghindari mereka, tetapi ketika mereka mencoba untuk mempengaruhimu dengan doktrin-doktrin mereka, kamu harus menolaknya. Itulah ragi yang Aku maksud. Kebencian, yang bertentangan dengan kasih, dan doktrin palsu. Aku katakan kepadamu: jadilah bijaksana."
"Tanda yang diminta oleh orang-orang Farisi kemarin, apakah itu 'ragi', Guru?" tanya Tomas.
"Itu ragi dan racun."
"Kau melakukan hal yang benar dengan tidak memberikannya kepada mereka."
"Tapi Aku akan memberikannya kepada mereka suatu hari nanti."
"Kapan?" mereka bertanya penuh rasa ingin tahu.
"Suatu hari..."
"Dan tanda apakah itu? Apakah Engkau bahkan tidak memberitahu kami, para rasul-Mu? Supaya kami dapat segera mengenalinya," pinta Petrus yang antusias ingin tahu.
"Kamu seharusnya tidak perlu tanda."
"Oh! Bukan untuk bisa percaya kepada-Mu! Kami tidak punya banyak ide seperti yang dimiliki orang-orang. Yang kami inginkan hanyalah mengasihi-Mu," kata Yakobus Zebedeus penuh semangat.
"Tetapi orang-orang yang kamu dekati dengan cara yang ramah sederhana, lebih dari yang Aku lakukan, tanpa membuat mereka merasa tidak nyaman, seperti yang mungkin Aku lakukan, siapakah Aku menurut mereka? Dan siapakah Putra Manusia menurut mereka?"
"Sebagian orang mengatakan bahwa Engkau Yesus, adalah Kristus, dan mereka itu yang terbaik. Sebagian orang mengatakan bahwa Engkau seorang Nabi, sebagian mengatakan Engkau hanya seorang Rabbi, yang lain, dan Engkau tahu, mengatakan bahwa Engkau gila dan kerasukan."
"Tetapi sebagian menyebut-Mu dengan nama yang sama seperti yang Engkau gunakan dan mereka mengatakan: Putra Manusia."
"Dan sebagian orang mengatakan bahwa itu tidak mungkin, karena Putra Manusia adalah perkara yang berbeda. Tapi itu tidak selalu merupakan penolakan. Karena pada kenyataannya mereka mengakui bahwa Engkau lebih dari Putra Manusia: Engkau adalah Putra Allah. Sebaliknya yang lain malahan mengatakan bahwa Engkau bahkan bukan Putra Manusia, melainkan seorang malang yang digerakkan oleh Setan atau seorang yang tidak stabil mentalnya karena kegilaan. Dengan demikian Engkau dapat melihat bahwa ada banyak pendapat yang berbeda," kata Bartolomeus.
"Jadi, siapakah Putra Manusia menurut orang-orang?"
"Ia adalah seorang yang dalam dirinya terdapat semua keutamaan yang paling indah bagi manusia, seorang yang dikaruniai semua inteligensi, kebijaksanaan, rahmat, yang menurut kita ada dalam diri Adam, dan yang oleh sebagian orang ditambah juga dengan karunia tidak harus mati. Engkau tahu bahwa sudah ada desas-desus bahwa Yohanes Pembaptis tidak mati. Mereka mengatakan bahwa dia hanyalah dibawa ke tempat lain oleh para malaikat dan bahwa Herodes, dan terutama, Herodias, demi mencegah orang mengatakan bahwa mereka sudah dikalahkan oleh Allah, sudah membunuh seorang pelayan, memenggal kepalanya dan lalu mempertontonkan tubuhnya yang dimutilasi dengan mengatakan bahwa itu adalah jenazah Pembaptis. Orang-orang mengatakan begitu banyak hal! Begitu banyak orang berpikir bahwa Putra Manusia adalah entah Yeremia, atau Elia, atau salah seorang dari para Nabi, atau Pembaptis, yang dikaruniai rahmat dan kebijaksanaan, dan yang mengatakan bahwa dia adalah Perintis Jalan Kristus. Kristus: Yang Diurapi Allah. Putra Manusia: seorang manusia agung, dilahirkan dari manusia. Sebagian orang tidak dapat mengakui, atau tidak mau mengakui, bahwa Allah telah mengutus Putra-Nya ke bumi. Engkau mengatakannya kemarin: 'Hanya mereka yang akan percaya, yang yakin akan kebaikan Allah yang tak terbatas.' Israel lebih percaya pada kekerasan Allah daripada kebaikan-Nya..." kata Bartolomeus lagi.
"Ya. Mereka merasa sangat tidak layak sehingga mereka menganggap mustahil bahwa Allah telah begitu baik hingga mengutus Sabda-Nya untuk menyelamatkan mereka. Kemerosotan jiwa mereka adalah penghalang bagi mereka untuk mempercayainya," tegas Zelot. Dan dia menambahkan, "Engkau mengatakan bahwa Engkau adalah Putra Allah dan Putra Manusia. Sesungguhnya dalam Diri-Mu ada segala rahmat dan kebijaksanaan sebagai manusia. Dan aku benar-benar berpikir bahwa dia yang lahir dari Adam dalam keadaan rahmat, akan menjadi seperti Engkau dalam keindahan dan inteligensi dan semua keutamaan. Kuasa Allah bersinar dalam Diri-Mu. Tetapi siapakah yang bisa percaya itu, di antara mereka yang menganggap diri mereka dewa dan menilai Allah sesuai standar mereka dalam kesombongan mereka yang tak terbatas? Kejam, dengki, tamak, tidak murni seperti mereka itu, mereka tidak mungkin bisa berpikir bahwa Allah telah melakukan kebaikan yang begitu ekstrim sehingga memberikan Diri-Nya untuk menebus mereka, kasih-Nya untuk menyelamatkan mereka, kemurahan hati-Nya untuk menjadi belas kasihan mereka, kemurnian-Nya untuk mengurbankan nyawa-Nya di antara manusia. Karena mereka sangat tidak fleksibel dan mengada-ada dalam mencari-cari kesalahan dan menghukumnya, mereka tidak dapat mempercayainya."
"Dan menurutmu siapakah Aku? Katakan pada-Ku pendapat pribadimu sendiri, tanpa memikirkan perkataan-Ku atau perkataan orang-orang lain. Jika kamu dipaksa untuk menilai Aku, apakah yang akan kau katakan mengenai siapa Aku?"
"Engkau adalah Kristus, Putra Allah Yang Hidup," seru Petrus, dengan berlutut dengan kedua tangannya terentang ke atas, ke arah Yesus, Yang memandangnya dengan wajah berbinar oleh kasih dan Yang membungkuk untuk membangkitkan dan memeluknya, seraya berkata,
"Simon, putra Yunus, kau adalah orang yang berbahagia! Karena bukan daging dan darah yang menyingkapkan ini kepadamu, melainkan BapaKu di Surga. Sejak hari pertama kau datang bersama-Ku, kau telah menanyakan pertanyaan itu pada dirimu sendiri, dan karena kau sederhana dan jujur, kau telah mampu memahami dan menerima jawaban yang datang kepadamu dari Surga. Kau tidak melihat manifestasi adikodrati seperti saudaramu, Yohanes dan Yakobus. Kau tidak mengenal kekudusan-Ku sebagai anak, pekerja, warga masyarakat, seperti saudara-saudaraku Yudas dan Yakobus. Kau tidak menerima mujizat apa pun, pula kau tidak melihat Aku mengerjakannya; Aku tidak menunjukkan tanda kuasa kepadamu seperti yang Aku lakukan kepada Filipus, Natanael, Simon Kanaan, Tomas dan Yudas, yang melihatnya. Kau tidak ditundukkan oleh kehendak-Ku, seperti Lewi si pemungut cukai. Namun demikian kau berseru: 'Ia adalah Kristus!' Kau percaya sejak saat pertama kau melihat Aku, dan imanmu tidak pernah goyah. Itulah sebabnya Aku menyebutmu Kefas. Dan itulah sebabnya di atasmu, Petrus, Aku akan mendirikan Gereja-Ku dan gerbang-gerbang Neraka tidak akan menguasainya. Aku akan memberimu kunci Kerajaan Surga. Apa pun yang kau ikat di bumi, akan terikat juga di Surga. Dan apa pun yang kau lepaskan di bumi akan terlepas juga di Surga, hai orang setia yang bijaksana, yang hatinya telah dapat Aku uji. Dan sekarang, sejak dari saat ini kau adalah kepala, kepada siapa ketaatan dan rasa hormat diberikan sebagai Diri-Ku yang lain. Dan Aku memaklumkannya demikian di hadapan kamu semua."
Andai Yesus meremukkan Petrus di bawah badai celaan, Petrus tidak akan menangis sebegitu hebat seperti sekarang. Dia menangis dan tubuhnya terguncang-guncang oleh isak tangis, dengan wajahnya pada dada Yesus. Tangisnya dapat dibandingkan hanya dengan airmata yang akan ditumpahkannya dalam dukacitanya kala menyangkal Yesus. Dia sekarang menangis untuk banyak perasaan kerendahan hati yang baik... Simon tua - nelayan Betsaida yang sudah tertawa tidak percaya dan bercanda pada pemakluman pertama saudaranya dengan mengatakan: "Tentu saja, Mesias akan muncul hanya kepadamu!... " - Simon tua hancur di bawah airmata itu, dan, dari hilangnya sifat manusiawinya yang lemah, Petrus muncul, semakin jelas, sebagai Imam Besar / Paus dari Gereja Kristus.
Ketika dia mengangkat mukanya yang tersipu malu, dia hanya dapat membuat satu gerakan untuk mengatakan segalanya, untuk menjanjikan segalanya, untuk memperkuat dirinya sepenuhnya demi pelayanan barunya: dia melingkarkan tangannya ke leher Yesus, memaksa-Nya untuk membungkuk dan menciumnya, dan rambut dan jenggotnya yang agak kasar dan beruban berbaur dengan rambut dan jenggot Yesus yang halus keemasan. Dan dia menatap Yesus dengan matanya yang besar, penuh kasih, mata yang memohon dan memuja, yang masih berkilau dan merah oleh air mata, dengan memegang wajah petapa Sang Guru, yang membungkuk di atas wajahnya sendiri, dengan tangan-tangannya yang besar kekar dan kasar, seolah-olah itu adalah vas dari mana cairan vital mengalir... dan dia meminum kebaikan, kasih karunia, keyakinan dan kekuatan dari wajah, mata dan senyum Yesus...
Mereka akhirnya berpisah, dan kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju Kaisarea Filipi, dan Yesus mengatakan kepada semuanya, "Petrus telah mengatakan kebenaran. Banyak yang sudah menduganya, kamu tahu itu. Tetapi untuk saat ini, jangan katakan kepada siapa pun siapa Kristus itu, dalam kepenuhan kebenaran yang kamu ketahui. Biarkan Allah berbicara kepada hati orang-orang, seperti Dia berbicara kepada hatimu. Dengan sungguh-sungguh Aku berkata kepadamu bahwa mereka yang menambahkan iman sempurna dan kasih sempurna pada pernyataan-Ku atau pernyataanmu, akan mempelajari makna sebenarnya dari perkataan 'Yesus, Kristus, Sabda, Putra Manusia dan Putra Allah.'"
|
|