Merencanakan Perkawinan Katolik
oleh: P. Richard Lonsdale
editor: P. Antonius Dwi Joko, Pr
(Masing-masing keuskupan mungkin mempunyai ketentuan-ketentuan yang berbeda mengenai Sakramen Perkawinan. Panduan berikut dimaksudkan hanya sebagai tuntunan berdasarkan kebijakan umum yang berlaku. Silakan konsultasi dengan pastor paroki mengenai ketentuan-ketentuan dan kebiasaan-kebiasaan setempat.)
SELAMAT
Kalian berdua begitu saling mencintai. Sekarang kalian hendak mengangkat cinta kasih itu ke tingkat yang lebih tinggi dengan masuk dalam hidup perkawinan. Tuhan ingin membantu kalian menyempurnakan kasih kalian. Ia melakukannya dengan suatu anugerah mengagumkan yang disebut Sakremen Perkawinan.
PERKAWINAN: PROYEK SEUMUR HIDUP!
Setiap tahunnya, banyak perempuan dan laki-laki memboroskan banyak waktu dan uang pada hal yang salah! Mereka merencanakan pesta perkawinan dan bukan hidup perkawinan. Pesta perkawinan penting, tentu saja, tetapi itu hanya awal dari segala yang akan berlangsung sesudahnya. Perkawinan bukan suatu pesta! Perkawinan adalah kehidupan yang berlangsung sesudah pesta.
Perkawinan merupakan suatu sakramen. Sakramen artinya suatu “bahaya isyarat” dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali berbicara lebih kuat dari bahasa lain manapun. Bahasa isyarat sifatnya universal. Dalam suatu sakramen, Tuhan mempergunakan hal-hal biasa seperti air, roti, minyak dan tindakan-tindakan untuk berbicara langsung kepada jiwa. Tidak seperti kebanyakan bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan mempunyai kuasa untuk mengubah orang-orang yang dijamahnya.
Ada beberapa tanda isyarat sehubungan dengan perkawinan, yakni cincin, busana pengantin, dll. Tetapi dua bahasa isyarat terpenting adalah janji dan berkat perkawinan. Keduanya sungguh mengatakan hal yang sama: kalian berdua saling menyatakan komitmen dengan sungguh dan Tuhan menyatakan komitmen kepada kalian berdua.
Kalian hendaknya senantiasa ingat bahwa perkawinan bukan sekedar suatu upacara - melainkan permulaan dari suatu upaya membangun hubungan kasih sepanjang hidup. Suatu pasangan tidak menikah hanya pada satu hari. Mereka terus bertumbuh bersama sepanjang hidup.
SUATU PERJANJIAN RELIGIUS
Sakramen Perkawinan merupakan suatu “kontrak”. Merupakan suatu komitmen yang secara sah mengikat kedua orang. Kontrak ini tampak dalam janji perkawinan. Kalian secara sah mengikatkan pasangan kalian dengan diri kalian sendiri “untuk saling setia dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit; untuk saling mencintai dan saling menghormati seumur hidup.”
Tuhan menyatakan kontrak-Nya sendiri - dalam berkat - untuk membantu kalian hidup bersama apapun yang terjadi. Sakramen membekali kalian dengan kuasa Allah yang ada dalam diri kalian. Ia ada di sana kapan pun kalian membutuhkannya. Yang perlu kalian lakukan untuk mengambilnya hanyalah meminta. Kalian tidak perlu memintanya dengan kata-kata yang indah menawan. Tuhan mengerti semua bahasa, teristimewa bahasa cinta.
Jika kalian mempergunakan kuasa itu, kalian dapat mencapai tingkat tertinggi dalam hidup perkawinan. Yakni, ketika kalian berdua begitu saling terikat satu sama lain hingga jika yang satu senang, yang lain akan tertawa. Jika yang satu terluka, yang lain akan menderita.
Mengapa pasangan membutuhkan komitmen ini? Cinta kasih manusia membutuhkan waktu lama untuk berkembang. Tanpa janji, suatu pasangan mungkin akan menyerah ketika masalah pertama mulai muncul dalam hubungan mereka. Mungkin mereka tidak akan pernah sampai pada cinta sejati, yang datang hanya sesudah tahun-tahun bersama dalam hidup perkawinan. Kesempurnaan cinta sejati datang setelah banyak tahun-tahun dilewatkan bersama dalam upaya membangun hubungan kasih. Dan cinta sejati sungguh berharga untuk dinantikan!
BAGAIMANA PERKAWINAN DIMULAI?
Perkawinan berusia setua manusia. Tak seorang manusia pun dilahirkan lengkap sempurna; dalam arti tertentu, kita semua cacat. Memang kita sengaja diciptakan demikian. Tuhan hendak menunjukkan kepada kita bahwa kita membutuhkan orang-orang lain bagi pertumbuhan pribadi dan kesejahteraan kita. Kita juga memiliki sesuatu untuk diberikan kepada orang-orang lain. Kasih harus dibagikan dalam suatu hubungan yang mengikat.
Ikatan ini butuh waktu lama untuk bertumbuh. Manusia telah mengetahui hal ini beribu-ribu tahun yang lalu. Kalian dapat mengatakan bahwa ini merupakan langkah awal dalam peradaban. Ketika manusia-manusia pertama membentuk persekutuan-persekutuan sosial, ketika itulah perkawinan dimulai.
Sakramen Perkawinan dapat ditelusuri asal-muasalnya dari suatu peristiwa tunggal. Yakni dari suatu perkawinan di sebuah dusun kecil di Israel yang disebut Kana. Kana terletak beberapa mil jauhnya dari rumah masa kecil Yesus di Nazaret. Yesus dan BundaNya diundang ke pesta perkawinan. Undangannya merupakan suatu undangan terbuka, sebab itu Ia membawa serta beberapa murid-Nya pula.
SAKRAMEN DALAM GEREJA
St Paulus mengajarkan, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat” (Efesus 5:31-32).
Gereja Katolik percaya bahwa Sakramen Perkawinan dijadikan seturut hubungan antara Yesus dan Gereja-Nya. Sakramen Perkawinan memberikan dukungan Rahmat kepada pasangan untuk saling mengasihi satu sama lain dengan kasih yang sama sebagaimana Yesus telah mengasihi Gereja-Nya. Rahmat ini menjadikan kasih manusiawi kalian sempurna dan memperkuat kalian agar tetap setia dalam ikatan yang tak terpisahkan. Rahmat ini juga membantu kalian untuk menguduskan diri di jalan kalian untuk hidup bersama Tuhan untuk selamanya.
Kalian saling menyatakan persetujuan satu sama lain dan saling menerimakan sakramen satu kepada yang lain. Kalian memberikan apa yang disebut suatu “Janji” kesetiaan dan bakti cinta.
Perkawinan Kristiani adalah dan harus merupakan suatu peristiwa religius yang dirayakan di hadapan seorang imam atau diakon atau pemimpin yang diberi wewenang untuk itu oleh Gereja. Harus pula ada saksi-saksi yang sah: Saksi Laki-laki dan Saksi Perempuan. Perkawinan wajib dirayakan di hadapan jemaat Allah, yang bukan saja berperan sebagai saksi-saksi, melainkan juga sebagai partisipan dalam Pemberkatan Perkawinan.
KALIAN MENDIRIKAN SUATU GEREJA
Imam ataupun diakon tidak memberikan Sakramen Perkawinan kepada kalian. Kalian saling memberikan sakramen satu kepada yang lain. Gereja menjadi saksi dan memberkati persatuan kalian sebab kalian membentuk apa yang dapat disebut sebagai suatu “Kantor Cabang” Gereja Katolik. Kami melihat rumah kalian dan keluarga kalian sebagai suatu Gereja Domestik, yakni unit paling mendasar dari Kekristenan.
Pelajaran-pelajaran yang kalian pelajari dalam Kursus Persiapan Perkawinan mengenai cinta, komitmen dan hubungan kasih memiliki tujuan yang terlebih besar dari yang kalian pikirkan. Tujuan perkawinan adalah kebahagiaan bagi kalian berdua dan persatuan dengan Tuhan.
Sementara kalian belajar bagaimana saling mengasihi satu sama lain dan membangun suatu ikatan kasih di antara kalian, kalian juga akan belajar bagaimana memperoleh persatuan serupa dengan Tuhan. Nama bagi persatuan utama ini adalah SURGA.
Perkawinan kalian merupakan suatu sekolah yang akan mengajarkan kepada kalian bagaimana kalian ikut ambil bagian dalam kasih Allah untuk selama-lamanya!
JADI BAGAIMANA KITA MEMULAINYA?
Perkawinan kalian akan dimulai dengan suatu upacara. Upacara dimulai dengan suatu perencanaan. Merencanakan adalah apa yang perlu kalian lakukan sekarang. Langkah pertama - awal dari segala hal lainnya - adalah menghubungi pastor sebelum upacara perkawinan. Lalu, siapakah pastor kalian? Setiap umat awam Katolik adalah warga suatu paroki. Paroki pada umumnya adalah gereja yang terdekat dengan tempat tinggal kalian. Pastor adalah imam paroki yang merayakan Misa di gereja kalian. Jika calon pasangan adalah warga suatu paroki lain, kunjungi juga pastornya. Silakan lihat: Daftar Persiapan Perkawinan.
DOKUMEN-DOKUMEN
BIMBINGAN PERKAWINAN
Komunikasi yang baik adalah inti dari setiap perkawinan yang berhasil. Komunikasi ini merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. (Ingat, kalian merencanakan suatu hidup perkawinan, bukan sekedar upacara perkawinan!) Imam paroki dapat menginformasikan kepada kalian program-program yang tersedia di keuskupan. Salah satu program terbaik adalah Catholic Engagement Encounter (di Keuskupan Surabaya ada Discovery Program.) Gereja juga mengadakan Kursus Persiapan Perkawinan yang wajib diikuti oleh pasangan-pasangan yang hendak melangsungkan perkawinan.
JUJUR SATU SAMA LAIN
Pernahkah kalian mendengar ungkapan, “memperlihatkan muka manis”? Itulah yang dilakukan sebagian besar orang apabila mereka tertarik pada seseorang. Engkau ingin dia menyukaimu, jadi engkau menampilkan diri semenarik mungkin untuk menyenangkannya. Tentu saja, ini tergantung pada apa-apa yang “disenangi” oleh si dia - atau setidaknya apa yang kau pikir disenanginya. Topeng ini akan terlepas beberapa minggu setelah perkawinan. Sekonyong-konyong engkau mendapati diri menikahi seorang yang sama sekali asing! Test Kejujuran sederhana terlampir dapat membantumu menemukan sisi lain dirinya.
KAWIN CAMPUR
Bagaimana jika kalian berdua beda iman? Gereja Katolik menghormati semua agama dan kepercayaan. Jika tunanganmu adalah jemaat gereja non-Katolik, perkawinan kalian membutuhkan ijin; jika tunanganmu adalah jemaat agama lain, perkawinan kalian membutuhkan dispensasi dari Uskup agar perkawinan dapat dilangsungkan. (Silakan lihat: Kawin Campur oleh P. Antonius Dwi Joko, Pr.) Ini merupakan formalitas sederhana. Pendeta tunanganmu dipersilakan hadir juga dalam upacara perkawinan, bahkan kalian dapat melangsungkan Upacara Perkawinan Ekumenis yang dipimpin oleh pastor dan pendeta.
Bagaimana halnya dengan membesarkan dan mendidik anak-anak dalam sebuah keluarga di mana pasangan suami isteri berbeda iman? Mempelai Katolik dalam suatu perkawinan campur wajib menandatangi suatu perjanjian untuk membagikan imannya kepada anak-anak mereka dengan membaptis serta mendidik anak-anak mereka dalam iman Katolik. Mempelai dari iman yang berbeda diminta untuk menghormati kewajiban ini. Umat Katolik sepatutnya bangga atas agama mereka dan membagikan imannya pada anak-anak mereka.
UPACARA PERKAWINAN
Ritus Perkawinan akan memberikan karakteristik pada kehidupan bersama kalian di masa mendatang. Mungkin kalian bertanya mengapa harus begitu rumit? Ada dua alasan:
1. Upacara perkawinan merupakan suatu cara untuk melibatkan keluarga dan sanak-saudara, sahabat dan teman - orang-orang yang berperan dalam sebagian besar hidup kalian - dalam perayaan kalian.
2. Apabila datang hari-hari sulit - dan hari-hari sulit itu akan datang - dalam hidup perkawinan, kalian dapat menengok kembali ke hari perkawinan kalian dan mengingat kembali cita-cita dengan mana kalian mengawali hidup perkawinan.
Ada beberapa pilihan sehubungan dengan Upacara Perkawinan. Yang pertama adalah apakah memasukkannya dalam Perayaan Ekaristi. Kurban Kudus Misa adalah perayaan kasih Allah yang tak terbatas bagi kita, jadi pantaslah jika kita membangun kasih kita sendiri di dalamnya. Silakan lihat: Upacara Perkawinan untuk melihat skema upacara dalam Misa dan tanpa Misa.
NYANYIAN UNTUK UPACARA PERKAWINAN
Bagaimanapun selera musik kalian, patut diingat bahwa ini upacara religius dalam rumah Tuhan. Jadi, musik dan nyanyian sepatutnyalah mencerminkan hal ini. Ada banyak lagu-lagu Kristiani yang indah dengan bobot liturgis untuk merayakan cinta kasih. (Silakan lihat: Rekomendasi atas Nyanyian-Nyanyian Perkawinan.) Sediakan teks agar umat dapat ikut menyanyi. Pemimpin paduan suara paroki dapat membantu kalian memberikan saran. Lagu-lagu pop hendaknyalah disimpan hingga saat resepsi.
PILIHAN BACAAN KITAB SUCI UNTUK UPACARA PERKAWINAN
Pilihan yang paling kritis dalam perkawinan menyangkut pemilihan bacaan-bacaan Kitab Suci yang diwartakan. Pembacaan Kitab Suci hendaknya tidak menjadi ajang bagi teman-teman atau sanak-saudara untuk tampil membaca di gereja. Sebab, bacaan-bacaan Kitab Suci adalah Sabda Allah mengenai kasihmu dan kasih-Nya. (Silakan lihat: Pilihan Bacaan Kitab Suci untuk Upacara Perkawinan.)
PILIHAN-PILIHAN LAIN YANG PERLU DILAKUKAN
Gladi bersih. Pada umumnya gladi bersih diadakan sehari atau beberapa hari menjelang upacara perkawinan. Datanglah tepat waktu - imam mempunyai banyak tugas lain atau bahkan gladi bersih lain yang menanti.
Perarakan. Ada berbagai macam cara mempelai memasuki gereja, tergantung pada kebiasaan setempat. Pada umumnya mempelai laki-laki dan pengiring laki-laki masuk terlebih dahulu dan menanti di depan altar. Terkadang mereka masuk dengan dihantar oleh petugas sebagai bagian dari perarakan mempelai - sebelum pengiring mempelai perempuan. Perarakan mempelai perempuan dimulai dengan gadis pembawa bunga, para pengiring mempelai perempuan, pengapit pengantin perempuan dan terakhir mempelai perempuan didampingi ayahnya. Terkadang kedua orangtua mendampingi mempelai perempuan. Di Indonesia, pada umumnya imam bersama putera altar menyambut kedua mempelai di depan pintu gereja dan berarak memasuki gereja; mempelai laki-laki di sebelah kiri dan mempelai perempuan di sebelah kanan.
Cincin. Biasanya pengiring pengantin laki-laki yang membawa cincin, tetapi terkadang pengapit pengantin perempuan.
JANJI PERKAWINAN
Janji Perkawinan Katolik dapat dibacakan atau diucapkan di luar kepala oleh pasangan mempelai. Atau, imam dapat mengucapkannya dan kedua mempelai masing-masing mengulang sesudah imam. Bentuk standarnya adalah:
“Di hadapan imam dan para saksi, saya … (nama sendiri) menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa … (nama pasangan) yang hadir di sini, sejak saat ini menjadi isteri (suami) saya. Saya berjanji akan tetap setia kepadanya dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil Suci ini.”
Atau juga Janji Perkawinan dapat diajukan oleh imam dalam bentuk pertanyaan. Pasangan mempelai menjawab secara terpisah dengan kata-kata “Ya, saya bersedia.”
MAKNA JANJI PERKAWINAN
Saya berjanji setia kepadamu. Janji ini bukan sekedar janji guna menghindari ingkar, melainkan sebuah ikrar setia. Artinya, kalian tidak akan mempunyai hubungan yang sama - jasmani atau lainnya - dengan seorang lainpun seperti yang engkau miliki dengan pasanganmu. Janji setia ini begitu penting bahkan hingga menyebutkan situasi-situasi khusus: “dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit.” Bagi sebagian besar orang adalah relatif mudah untuk setia ketika segala sesuatu baik-baik saja. Ketika hubungan menegang akibat amarah, hutang atau sakit-penyakit, cobaan untuk mencari penghiburan dari luar dapat datang bertubi-tubi. Sebagian orang mengajukan gugatan cerai ketika pasangan mereka mengidap suatu penyakit yang tak tersembuhkan. Salah satu bentuk penyakit yang demikian adalah kecanduan alkohol. Mengajukan gugatan cerai karena situasi-situasi yang demikian berarti mendatangkan dusta atas komitmen cinta sejati.
Saya mau mencintai engkau. Sedikit saja orang yang dapat mendefinisikan “cinta”. Kebanyakan orang menyebut cinta sebagai “suatu perasaan menyenangkan yang aku rasakan apabila aku bersama seorang tertentu.” Meski cinta dapat dimulai secara demikian, itu bukanlah cinta sejati jika tidak ditindaklanjuti lebih jauh. Cinta kasih Kristiani - sebagaimana yang diajarkan Yesus - mengandung kurban diri. Kristus bersabda, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Dengan kata lain, cinta sejati menyangkut memberikan kebahagiaan kepada yang lain bahkan meski harus merelakan kebahagiaan sendiri. Yesus melakukannya ketika Ia wafat disalib. Kalian tidak harus benar-benar secara jasmani menyerahkan nyawa kepada pasangan, tetapi hidupmu hendaknyalah dipusatkan pada kebahagiaan pasangan. Cinta kasih haruslah timbal-balik. Jika kalian saling berusaha membahagiakan yang lain, kalian masing-masing akan menemukan kebahagiaan.
Saya mau menghormati engkau. Janji yang terpenting dimaklumkan di penghujung ikrar. Menghormati dapat berarti banyak: menghargai, menunjukkan minat, memberikan perhatian, dsb. Pada dasarnya menghormati menyangkut menghargai satu sama lain. Suatu padanan kata yang tepat untuk menghormati adalah “dukungan moral”.
Orang butuh merasa diperlukan. Mereka membutuhkan martabat dan pengakuan. Suatu cara yang baik untuk melakukannya adalah menghargai pendapat mereka. Dalam perkawinan tidak ada keputusan sepihak. Semuanya haruslah didiskusikan dan janganlah ada yang dianggap sudah dimengerti dengan sendirinya. Itulah menghormati!
HAL-HAL LAINNYA
Kalender Perencanaan. Suatu jadwal yang disarankan untuk membantu kalian merencanakan perkawinan. Silakan lihat: Daftar Persiapan Perkawinan sebagai panduan.
Penyelidikan Kanonik. Meski namanya terdengar mengerikan, penyelidikan kanonik sebenarnya adalah serangkaian pertanyaan sederhana yang diajukan imam atau diakon kepada kalian masing-masing secara terpisah. Inilah kesempatan bagi kalian untuk menyatakan bahwa kalian memasuki perkawinan secara sukarela dan tanpa ada tekanan atau unsur paksaan.
Ijin / Dispensasi. Jika perkawinan kalian merupakan perkawinan campur beda iman atau jika kalian perlu menghapus satu atau lebih halangan perkawinan atau ada suatu kondisi khusus lainnya mengenai perkawinan, imam atau diakon perlu memohonkan ijin / dispensasi dari Uskup.
Halangan Perkawinan. Hukum Gereja menghendaki intensi perkawinan dipublikasikan atau diumumkan sebanyak tiga kali baik di paroki calon mempelai perempuan maupun paroki calon mempelai laki-laki. Pengumuman ini wajib dimaklumkan sekurang-kurangnya satu bulan sebelum perkawinan. Pengumuman ini bukan sekedar pesan lewat agar orang tahu mengenai perkawinan kalian. Melainkan, pengumuman ditujukan untuk menanyakan kepada publik kalau-kalau didapati suatu alasan mengapa perkawinan tidak sepatutnya terjadi atau didapati adanya halangan-halangan yang menggagalkan perkawinan.
BAGAIMANA SESUDAHNYA?
Di awal artikel telah dikatakan bahwa Perkawinan bukanlah pesta perkawinan! Perkawinan adalah kehidupan yang berlangsung sesudah pesta perkawinan. Jadi, apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana kalian membangun hubungan kalian? Bagaimana kalian membina cinta kasih?
Tempatkan sebuah kotak keluh-kesah di dapur. Sebelum kalian menikah, kalian adalah dua individu yang bebas, tidak saling tergantung satu sama lain. Kalian dapat melakukan apapun yang kalian inginkan, kapanpun kalian inginkan. Sekarang kalian berdua adalah pasangan yang saling tergantung. Karena kalian adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan, kalian memiliki fisik, emosi dan kebutuhan seksual yang berbeda. Perselisihan demi perselisihan akan semakin sering terjadi. Kalian perlu menangani konflik dengan cara yang membangun. Daripada berdebat mengenai segala macam hal sepanjang pekan, simpanlah segala argumentasi kalian hingga hari Jumat malam! Buatlah sebuah Toples atau Kotak Keluh-Kesah dan tempatkan di dapur.
Setiap kali sesuatu tak berkenan di hati, tuliskan dan masukkan ke dalam kotak. Jangan berdebat - tulis saja. Kemudian pada hari Jumat malam, bukalah kotak dan bandingkan catatan-catatan yang ada. Waktu telah memberi kalian kesempatan untuk lebih tenang. Diskusikan catatan dan lewatkan akhir pekan dengan usaha-usaha perbaikan. Setelah setahun perkawinan, kalian dapat menyingkirkan kotak keluh-kesah.
Saling menulis surat satu sama lain. Jangan menempuh jalan berteriak atau mogok bicara. Cara demikian sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Jika kalian tidak dapat membicarakan suatu masalah dengan tenang, tulislah sepucuk surat kepada pasangan dan serahkan kepadanya. Katakan sesuatu seperti, “Hal ini amat menggangguku; aku tak sanggup membicarakannya sekarang. Bacalah ini dan balaslah suratku.” Jangan hanya sekedar menempelkan surat di lemari es.
Setiap empat bulan - saling jatuh cintalah lagi satu sama lain! Cinta dapat menjadi dingin. Terkadang kalian hanya perlu berhenti dan merenungkan kembali apa yang pada awalnya membuat kalian saling tertarik. Pergilah berkencan seperti yang dulu kalian lakukan. Lakukan ini di awal setiap empat bulan. Jangan saling memperlakukan pasangan sebagai patung.
Bergabunglah dengan Marriage Encounter. Kami mendorong kalian ikut ambil bagian dalam program Marriage Encounter, suatu program mengagumkan yang amat berguna sesudah perkawinan. Dapatkan info mengenai program ini di paroki kalian.
Manfaatkan sebaik-baiknya ulang tahun perkawinan kalian. Ulang tahun perkawinan hendaknya lebih dari sekedar perayaan akan suatu peristiwa yang terjadi di masa lalu. Ulang tahun perkawinan hendaknya menjadi tonggak pencapaian tujuan dalam hidup. Beberapa hal yang disarankan:
Ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi yang diselenggarakan Gereja setiap periode tertentu (misalnya tiga bulan sekali) untuk merayakan Hari Ulang Tahun Perkawinan di mana diadakan juga Pembaharuan Janji Perkawinan.
Patut diingat bahwa perkawinan adalah suatu ziarah menuju Allah. Menempuh perjalanan ke sana adalah sebagian dari kebahagiaan! Sebagian lainnya yang terbaik datang bersama Allah!
sumber : “Computer Catholic Wedding Planner”; written by Fr Richard Lonsdale; ©2002 by Catholic 1 Publishing
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”
|