|
SUARA GEMBALA
Bertemu Yesus di Pinggir Sumur Yakub:
“Beri aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak datang menimba lagi!”
Rm. Gregorius Kaha, SVD
![]() Di padang gurun yang gersang, Israel mengalami betapa Allah itu Pengasih dan Penyayang. Amati gambaran Kitab Suci tentang ini; di padang pasir yang kering tak berair, Allah telah memuaskan dahaga mereka dengan tanda-tanda ajaib; air pahit di Masa, berubah menjadi air tawar pemuas dahaga melalui tongkat yang dilempar Musa ke batu karang. Jadi bagi Israel air yang memancar dari gunung batu itu adalah simbol kebaikan dan kasih Allah terhadap umat pilihan-Nya. Bagi orang Yahudi air mempunyai arti rohani, ada misteri tersembunyi dalam keberadaan air. Maka dalam Kitab Suci kita juga temukan lukisan Yahudi dalam konteks air; jiwa yang haus akan Allah, mata air keselamatan atau haus akan Allah yang hidup.
Yesus memberitakan bahwa manusia merindukan kepuasan dalam hidup dan yang memuaskan manusia dalam hidup adalah sumber air hidup yang berasal dari Allah. Dia juga mengingatkan bahwa Kristus yang datang dari Allah adalah sumber air hidup. Sumber Air inilah yang menjamin kesejahteraan manusia. “Barangsiapa minum air yang akan Ku-berikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya.”
Belajar dari Kisah Injil:
Perjumpaan Yesus dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Yesus letih karena perjalanan, lalu duduk di pinggir sumur. Perempuan Samaria itu karena kebutuhan sehari-hari datang ke sumur hendak menimba air dari sumur itu. Alur dialog nampaknya mengejutkan; mula-mula Yesus yang memohon atau meminta, tetapi pada akhirnya ternyata Dia-lah yang justru memberi. Tema dialog juga menarik, dari yang sederhana / biasa-biasa saja sampai pada yang luar biasa / mendalam; tentang air haus dahaga dan air sumur sampai pada haus akan hidup yang kekal dan air kehidupan. Tanggapan pun sangat bervariasi; mulai dari Yesus dan perempuan itu bersukacita atas perjumpaan sampai pada murid-murid yang curiga akan perjumpaan itu. Memang saudara-saudari, perjumpaan ini saja sudah kontradiktif dalam kasusnya. Bayangkan seorang Yahudi meminta minum pada orang Samaria, dan sumur ini juga yang digunakan oleh orang Samaria. Hukum Yahudi tidak bisa toleran dengan kisah perjumpaan tersebut. Bagi mereka, lebih baik mati daripada meminta minum pada seorang bidaah atau daripada bergabung dan bersekutu dengan mereka. Inti atau fokus dari kisah adalah Yesus mengajak perempuan Samaria itu, selain untuk menyadari Karunia Allah dalam hidup manusia, juga kehadiran-Nya sebagai penjamin keselamatan.
Pesan untuk Refleksi Diri Guna Proses Tobat:
1. Kisah perjumpaan di tepi sumur Yakub ini hendak menunjukkan kepada kita bahwa Allah hadir dan menyapa manusia dalam hal / pekerjaan yang nampaknya sederhana dan biasa. Perempuan itu datang untuk “menimba air” di sumur; itu perkerjaan biasa; dan di sana ia berjumpa dengan Yesus dan perjumpaan itu melahirkan iman yang mendalam.
Jangan pernah meremehkan atau melupakan pengalaman yang rutin dan nampak biasa serta sederhana. Tuhan tidak hanya mau hadir dalam perkara-perkara besar dan spektakuler.
2. Iman itu harus diwartakan kepada sesama supaya semakin banyak orang datang dan berjumpa dengan Yesus lalu menjadi percaya. “Kami percaya, tetapi bukan karena kata-kata perempuan itu, tetapi karena kami telah bertemu dan mendengarkan Dia.”
Kita pertama-tama tidak membuat orang percaya, tetapi justru mengantar mereka kepada Yesus. Iman setiap orang lahir dari perjumpaan dan pengalaman pribadi orang itu dengan Tuhan.
3. Setiap orang yang mengandalkan Kristus sebagai mata air kehidupan menjadi “ciptaan baru”. Dan setiap ciptaan baru dipanggil untuk memancarkan dari dalam dirinya air yang menyegarkan jiwa. Kalau kita setia mengikuti Yesus dalam karya dan perjalanan-Nya, maka Ia pun tidak akan membiarkan kita kehausan. Air adalah kebutuhan pokok manusia, menyerahkan hidup kepada Kristus berarti menyerahkan seluruh kebutuhan kita kepada-Nya. Dalam Dia, yang sederhana / biasa, yang kecil / tak nampak, yang tidak sempurna / cacat, menjadi berkah.
|
||