225. SI LUMPUH DI KOLAM BETESDA.
21 Juli 1945
Yesus berada di Yerusalem, sesungguhnya dekat Antonia. Semua rasul bersama-Nya, terkecuali Iskariot. Banyak orang bergegas menuju Bait Allah. Mereka semua mengenakan pakaian terbaik mereka, baik para rasul maupun para peziarah, dan karenanya aku pikir bahwa itu adalah saat Pentakosta. Di antara khalayak ramai ada banyak pengemis, yang dengan mengiba meratapi kemalangan mereka dan mengarahkan langkah-langkah kaki mereka menuju tempat-tempat terbaik untuk meminta sedekah, yakni dekat gerbang-gerbang Bait Allah, atau di persimpangan-persimpangan jalan dari mana orang banyak berdatangan menuju Bait Allah. Yesus, sementara lewat, memberikan sedekah kepada orang-orang malang itu, yang dengan cermat memerinci setiap detail kesengsaraan mereka.
Aku berada dalam kesan bahwa Yesus telah berada di Bait Allah, sebab aku dapat mendengar para rasul membicarakan Gamaliel, yang berpura-pura tidak melihat mereka, meski Stefanus, salah seorang muridnya, sudah menunjukkan Yesus kepadanya.
Aku dapat juga mendengar Bartolomeus menanyakan kepada rekan-rekannya: "Apa yang dimaksud ahli Taurat itu dengan mengatakan: 'Sekawanan domba jantan untuk rumah jagal'?"
"Mungkin dia sedang membicarakan urusannya sendiri," jawab Tomas.
"Tidak. Dia menunjuk pada kita. Aku melihatnya dengan jelas. Bagaimanapun perkataannya selanjutnya memperkuat perkataan sebelumnya. Dia berkata sinis: 'Tak lama lagi juga si Anak Domba akan siap untuk dicukur dan dibantai.'"
"Ya, aku mendengarnya juga," tegas Andreas.
"Tentu saja! Aku sangat ingin kembali dan menanyakan pada teman si ahli Taurat itu apa yang dia ketahui mengenai Yudas anak Simon," kata Petrus.
"Dia tidak tahu apa-apa! Kali ini Yudas tidak di sini sebab dia sungguh sakit. Kita tahu pasti itu. Mungkin dia sungguh terlalu menderita sepanjang perjalanan yang kita lakukan. Kita lebih tahan banting. Dia selalu hidup di sini, dalam kenyamanan, dan dia mudah lelah," jawab Yakobus Alfeus.
"Ya, kita tahu. Tapi ahli Taurat itu mengatakan: 'Si bunglon menghilang dari kelompok.' Apa si bunglon tidak berubah warna kapan pun dikehendakinya?" tanya Petrus.
"Ya, Simon. Tetapi mereka pastilah membicarakan pakaian-pakaiannya, yang selalu baru. Dia bangga akan itu. Dia muda dan kita harus tahan terhadapnya…" kata Zelot berusaha menenangkan mereka.
"Itu benar juga. Tapi!... Betapa pernyataan yang aneh!" kata Petrus.
"Mereka selamanya mengancam," kata Yakobus Zebedeus.
"Masalahnya adalah bahwa kita tahu kita diancam dan malahan mungkin membayangkan ancaman-ancaman juga di mana tidak ada ancaman…" kata Yudas Tadeus.
"Dan kita melihat kesalahan-kesalahan di mana tidak ada kesalahan," Tomas mengakhiri.
"Tentu saja! Kecurigaan itu tidak menyenangkan… Aku bertanya-tanya bagaimana keadaan Yudas hari ini? Dan sementara itu dia tengah menikmati firdaus itu dan para malaikat itu… Aku tidak berkeberatan aku sendiri jatuh sakit, demi menikmati kesenangan-kesenangan itu!" kata Petrus, yang ditimpali oleh Bartolomeus: "Marilah kita berharap dia segera sembuh. Kita harus menuntaskan perjalanan kita, sebab cuaca panas sudah hampir tiba."
"Oh! Bagaimanapun, dia akan dirawat dengan baik… Guru akan memastikannya, jika perlu," Andreas meyakinkan.
"Dia sangat cepat naik darah ketika kita meninggalkannya. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa begitu, jadi…," kata Yakobus Zebedeus. Matius menimpali: "Tentu saja semua orang menjadi begitu! Masalah-masalah berdatangan. Tetapi bukan suatu yang serius. Guru tidak mengkhawatirkannya. Andai Ia melihat suatu yang serius, ia tidak akan meninggalkan kastil Yohana."
Yesus sesungguhnya sama sekali tidak khawatir. Ia tengah berbicara kepada Marjiam dan Yohanes, dengan berjalan di depan para murid lainnya dan memberikan sedekah. Ia jelas menunjukkan dan menjelaskan banyak hal kepada si bocah sebab aku melihat-Nya menunjuk ke sana dan ke sini. Ia sedang menuju ujung tembok-tembok Bait Allah, menuju pojok timur laut. Ada banyak orang menuju suatu tempat di mana terdapat sejumlah serambi di hampiran sebuah gerbang, yang aku dengar disebut "Gerbang Domba".
"Ini adalah Probatica, Kolam Betesda. Sekarang perhatikan airnya baik-baik. Lihat betapa tenang airnya? Sebentar lagi kau akan melihatnya bergolak, menggelombang, hingga mencapai tanda basah itu. Dapat kau melihatnya? Adalah malaikat Tuhan yang turun, air merasakan kehadirannya dan menghormatinya sebaik yang dapat dilakukannya. Malaikat membawakan perintah kepada air untuk menyembuhkan orang yang siap untuk melompat ke dalamnya. Lihat orang banyak itu? Tetapi pikiran banyak orang mudah terlena dan dengan demikian mereka tidak melihat gerakan pertama air; atau mereka yang lebih kuat tanpa belas-kasihan mendorong minggir mereka yang lebih lemah. Orang janganlah pernah teralih perhatiannya di hadapan tanda-tanda Allah. Kita harus memastikan bahwa jiwa kita selalu siaga, sebab kita tidak pernah tahu bilamana Allah akan memperlihatkan Diri-Nya atau mengutus Malaikat-Nya. dan kita janganlah pernah egois, bahkan tidak demi alasan kesehatan. Seringkali orang-orang malang ini kehilangan manfaat dari kunjungan Malaikat, sebab mereka membuang waktu dengan mempertengkarkan giliran siapa atau siapa yang terlebih membutuhkan," Yesus dengan sabar menjelaskan kepada Marjiam, yang menatap pada-Nya dengan tatapan penuh perhatian, sekaligus memperhatian air kolam.
"Dapatkah orang melihat sang Malaikat? Aku ingin melihatnya."
"Lewi, seorang gembala, ketika dia seusiamu, melihatnya. Kau harus menatapnya dengan seksama juga, dan siaplah memujinya."
Benak si bocah tak lagi teralihkan. Dia menatap bergantian air dan di atasnya, dia tidak mendengarkan apapun lainnya, dan tidak melihat apapun lainnya. Sementara itu Yesus melihat pada kelompok kecil orang-orang yang invalid, orang-orang buta, timpang, lumpuh, yang tengah menanti. Para rasul juga mengamati dengan seksama. Sinar mentari menyebabkan permainan cahaya pada permukaan air dan menguasai bak seorang raja, kelima serambi yang mengelilingi kolam.
"Di sana, di sana!" pekik gemetar Marjiam. "Airnya naik, bergerak, bercahaya! Betapa cemerlang! Malaikat!" dan si bocah jatuh berlutut.
Sesungguhnya air, dalam pergolakannya di kolam, tampak seolah dinaikkan oleh suatu gelombang sangat besar yang sekonyong-konyong hingga ke tepian kolam, dan airnya bercahaya bagai sebuah cermin di bawah matahari. Suatu cahaya menyilaukan yang sekejab.
Seorang timpang siap menceburkan diri ke dalam air dan dia muncul kembali, sesaat sesudahnya, dengan kakinya, yang sebelumnya susut dan rusak oleh sebuah luka besar, sama sekali sembuh. Orang-orang lainnya mengeluh dan bertengkar dengannya, mengatakan bahwa bagaimanapun dia bukannya tidak dapat bekerja seperti mereka. Dan mereka terus bertikai.
Yesus berbalik dan melihat seorang lumpuh terbaring di atas tilam kecilnya dan menangis. Ia menghampirinya, membungkuk dan membelainya seraya bertanya: "Mengapa kau menangis?"
"Guru, tak seorang pun pernah memikirkan aku. Aku tinggal di sini sepanjang waktu, semua orang sembuh, terkecuali aku. Aku terbaring di atas pembaringanku selama tigapuluh delapan tahun, aku sudah menghabiskan semua yang aku miliki, sanak-saudaraku sudah meninggal, aku sekarang menjadi beban bagi seorang sanak jauh yang membawaku kemari pada pagi hari dan membawaku pulang pada sore hari… Tetapi, betapa aku sudah menjadi beban baginya! Oh! Aku ingin mati saja!"
"Jangan bersedih. Kau punya begitu banyak kesabaran dan iman. Allah akan mendengarkanmu."
"Aku harap demikian… tapi orang terkadang mengalami saat-saat depresi. Engkau baik. Tetapi yang lain-lainnya… Mereka yang disembuhkan, demi syukur kepada Allah, dapat tinggal di sini untuk menolong saudara-saudara mereka yang malang…"
"Mereka seharusnya melakukan itu, sesungguhnya… Janganlah berprasangka buruk. Mereka tidak sampai berpikir ke sana. Mereka tidak mendengki. Adalah sukacita disembuhkan yang menjadikan mereka egois. Ampunilah mereka…"
"Engkau baik. Engkau tidak akan berbuat seperti itu. Apabila airnya bergolak, aku berusaha menyeret diriku ke sana dengan kedua tanganku. Tetapi selalu ada seseorang yang mendahuluiku, dan aku tak dapat tinggal dekat tepiannya, sebab mereka akan menginjak-injakku. Dan bahkan meski aku tinggal di sana, siapakah yang akan menurunkanku ke dalam air? Andai aku melihat-Mu sebelumnya, aku pasti akan meminta-Mu…"
"Apa kau sungguh ingin disembuhkan? Maka, berdirilah! Angkat tilammu dan berjalanlah!" Yesus telah berdiri untuk menyampaikan perintah, dan sementara bangkit Ia seolah telah membangkitkan juga si lumpuh, yang berdiri di atas kedua kakinya, mengambil satu, dua, tiga langkah, nyaris tak dapat dipercaya, di belakang Yesus Yang pergi menjauh, dan ketika dia sadar bahwa dia sungguh berjalan, dia meneriakkan seruan yang membuat semua orang berpaling kepadanya.
"Tetapi siapakah Engkau? Demi nama Allah, katakanlah padaku! Apakah Engkau mungkin adalah sang Malaikat Tuhan?"
"Aku lebih dari seorang malaikat. Nama-Ku adalah Belas-kasihan. Pergilah dalam damai."
Khalayak ramai berkumpul mengelilingi mereka. Orang banyak itu ingin melihat, berbicara, disembuhkan. Tetapi para pengawal Bait Allah, yang aku pikir juga mengawasi kolam, tiba, dan mereka membubarkan himpunan yang ribut itu, dengan ancaman hukuman.
Si lumpuh mengangkat usungannya: dua palang yang dipasangi dua pasang roda kecil dan sehelai kain compang-camping yang dipakukan padanya, dan dia dengan gembira pergi seraya berseru kepada Yesus: "Aku akan mendapatkan Engkau. Aku tidak akan melupakan nama-Mu ataupun wajah-Mu."
Yesus, yang berbaur dengan orang banyak, melangkah pergi ke arah yang berlawanan, menuju tembok-tembok. Tetapi Ia belum melewati serambi terakhir ketika Ia disusul oleh sekelompok orang Yahudi yang naik pitam, dari dua golongan yang paling buruk, yang tampak diterpa angin murka, dan semuanya didorong oleh keinginan yang sama untuk menghina Yesus. Mereka melihat-lihat, mereka mencari-cari. Mereka meneliti wajah-wajah orang. Namun mereka tidak berhasil dalam menemukan siapa sesungguhnya yang disembuhkan, dan Yesus sudah pergi, sementara mereka, sebab kecewa, seturut informasi para pengawal, bergegas menuju orang malang namun berbahagia itu yang baru saja disembuhkan dan mereka mencelanya dengan berkata:
"Mengapa kau membawa pergi pembaringan ini? Ini hari Sabat. Kau tidak diperkenankan melakukannya."
Orang itu menatap mereka dan berkata: "Aku tidak tahu apa-apa. Aku hanya tahu bahwa Ia Yang menyembuhkanku berkata kepadaku: 'Angkat tilammu dan berjalanlah.' Itu saja yang aku tahu."
"Ia pastilah setan sebab Ia memerintahkanmu untuk melanggar hari Sabat. Seperti apakah Ia? Siapakah Ia? Seorang Yudea? Seorang Galilea? Seorang proselit?"
"Aku tidak tahu. Ia tadi di sini. Ia melihatku menangis dan Ia menghampiriku. Ia brbicara kepadaku dan Ia menyembuhkanku. Ia pergi dengan menggandeng seorang bocah. Aku pikir bocah itu adalah anak-Nya, sebab Ia cukup tua untuk punya seorang anak seusia itu."
"Seorang anak? Baik, jadi bukan Dia!... Siapakah kata-Nya nama-Nya? Tidakkah kau tanyakan pada-Nya? Jangan berkata bohong!"
"Ia mengatakan padaku bahwa nama-Nya adalah Belas-kasihan."
"Kau seorang bodoh! Itu bukan nama!"
Laki-laki itu angkat bahu dan berlalu pergi.
Yang lain-lainnya berkata: "Pasti Dia. Hania dan Zakheus, para ahli Taurat itu, melihat-Nya."
"Tapi Ia tidak punya anak!"
"Meski begitu itu adalah Dia. Ia bersama para murid-Nya."
"Yudas tidak ada di sana. Dia adalah orang yang kita kenal baik. Yang lain-lainnya… bisa siapa saja."
"Bukan. Itu mereka."
Dan mereka terus berdebat sementara serambi-serambi sekali lagi menjadi penuh sesak dengan orang-orang sakit…
Yesus memasuki Bait Allah kembali melalui sisi lainnya, sisi barat, yang menghadap ke kota. Para rasul mengikuti-Nya. Yesus memandang berkeliling dan pada akhirnya melihat dia yang Ia cari: Yonatan, yang juga sedang mencari Yesus.
"Dia lebih baik, Guru. Suhu tubuhnya menurun. BundaMu mengatakan bahwa Ia berharap datang hari Sabat mendatang."
"Terima kasih, Yonatan. Kau datang tepat waktu."
"Tidak terlalu, sebab Maximinus-nya Lazarus menahanku. Dia sedang mencari-Mu. Dia sudah pergi ke serambi Salomo."
"Aku akan pergi dan menemuinya. Damai sertamu, dan sampaikan damai-Ku kepada BundaKu dan para murid perempuan, dan juga kepada Yudas."
Dan Yesus berjalan bergegas menuju serambi Salomo, di mana sungguh Ia mendapati Maximinus.
"Lazarus mendengar bahwa Engkau di sini. Dia ingin bertemu dengan-Mu untuk menyampaikan kepada-Mu sesuatu yang penting. Maukah Engkau datang?"
"Tentu saja. Segera. Kau dapat mengatakan padanya untuk menantikan-Ku dalam minggu ini."
Maximinus pun pergi sesudah beberapa patah kata lagi.
"Marilah kita pergi dan berdoa lagi, sebab kita sudah kembali begitu jauh," kata Yesus dan Ia mengayunkan langkah-langkah kaki-Nya menuju aula orang Ibrani.
Namun ketika Ia sudah dekat, Ia bertemu dengan si lumpuh yang disembuhkan itu, yang sudah pergi untuk mengucap syukur kepada Allah. Orang yang berbahagia itu melihat Yesus di antara orang banyak, menyalami-Nya penuh sukacita dan mengatakan kepada-Nya apa yang telah terjadi di kolam sepeninggal-Nya. Dan dia mengakhiri: "Lalu seorang laki-laki, yang heran melihatku berada di sini dan sudah sama sekali sembuh, mengatakan padaku siapa Engkau. Engkau adalah Mesias. Benar begitu?"
"Benar. Tetapi juga andai kau disembuhkan oleh air kolam atau oleh kuasa apapun lainnya, kau akan masih memiliki kewajiban yang sama kepada Allah. Yakni, mempergunakan kesehatanmu untuk perbuatan baik. Kau sembuh. Oleh karenanya, pergilah, dan mulailah kembali aktivitasmu dalam hidup dengan tujuan-tujuan yang baik. Dan janganlah berbuat dosa lagi, supaya Allah jangan harus menghukummu dengan terlebih berat. Selamat tinggal. Pergilah dalam damai."
"Aku sudah tua… Aku tidak tahu apa-apa… Tetapi aku ingin mengikuti-Mu dan melayani-Mu. Apakah Engkau menghendakiku?"
"Aku tidak menolak siapa pun. Renungkanlah sebelum ikut. Dan apabila kau sudah membuat keputusan, datanglah."
"Kemana? Aku tidak tahu kemanakah Engkau hendak pergi…"
"Aku menjelajahi dunia. Engkau akan mendapati para murid-Ku di mana-mana dan mereka akan menghantarkanmu kepada-Ku. Kiranya Allah mencerahkanmu untuk yang terbaik…"
Yesus sekarang pergi ke tempat-Nya dan berdoa…
Aku tidak tahu apakah laki-laki yang disembuhkan itu sudah pergi secara spontan kepada orang-orang Yudea atau orang-orang Yudea itu yang mencari-cari, sudah menghentikannya guna mencari tahu apakah Laki-laki, Yang berbicara kepadanya, adalah Ia Yang telah menyembuhkannya. Aku tahu bahwa orang itu berbicara kepada orang-orang Yudea dan lalu pergi, sementara mereka menuju anak-anak tangga yang pastilah telah dituruni Yesus, untuk pergi ke halaman lain dan keluar dari Bait Allah. Ketika Yesus datang, mereka serta-merta berkata kepada-Nya, tanpa menyalami-Nya: "Jadi Engkau terus melanggar hari Sabat, meski Engkau telah diperingatkan begitu banyak kali? Dan Engkau berharap untuk dihormati sebagai seorang utusan Allah?"
"Jauh Lebih dari sekedar Utusan: sebagai Putra. Sebab Allah adalah BapaKu. Jika kamu tak hendak menghormati-Ku, kamu dipersilakan untuk tidak melakukannya. Akan tetapi Aku tidak akan berhenti melaksanakan misi-Ku karena itu. Allah tidak berhenti bekerja barang sekejap. Bahkan sekarang BapaKu sedang bekerja, dan Aku pun bekerja, sebab seorang putra yang baik melakukan apa yang dilakukan bapanya, dan sebab Aku telah datang ke dalam dunia untuk bekerja."
Khalayak ramai telah menghampiri mereka untuk mendengarkan perdebatan yang berlangsung. Di antara mereka, ada sebagian orang yang mengenal Yesus, sebagian yang telah ditolong oleh-Nya, sebagian yang melihat-Nya untuk pertama kali. Sebagian orang mengasihi-Nya, sebagian membenci-Nya, banyak yang ragu. Para rasul membentuk satu kelompok bersama sang Guru. Marjiam nyaris ketakutan dan kelihatan seolah dia hendak menangis.
Orang-orang Yudea, campuran dari para ahli Taurat, kaum Farisi dan kaum Saduki, berteriak sekuat tenaga hingga orang banyak terguncang: "Beraninya Engkau! Oh! Ia mengatakan bahwa Ia adalah Putra Allah! Betapa sakrilegi! Allah adalah Ia Yang adalah Dia, dan tidak mempunyai anak! Panggil Gamaliel! Panggil Zadok! Kumpulkan para rabbi supaya mereka dapat mendengar dan menyangkal-Nya."
"Jangan terbakar amarah. Panggillah mereka, dan mereka akan mengatakan kepadamu, jika benar mereka tahu, bahwa Allah adalah Esa dan Tritunggal: Bapa, Putra dan Roh Kudus dan bahwa Sabda, yakni Putra dari Pikiran, telah datang, seperti dinubuatkan, demi menyelamatkan Israel dan dunia dari Dosa. Aku adalah Sabda. Aku adalah Mesias yang dinubuatkan. Oleh karenanya, tidak ada sakrilegi, jika Aku katakan bahwa Bapa adalah BapaKu. Kamu marah sebab Aku mengerjakan mukjizat-mukjiat dan melalui mukjizat-mukjizat itu Aku menarik banyak orang dan meyakinkan mereka. Kamu mendakwa Aku sebagai setan, sebab Aku mengerjakan perbuatan-perbuatan ajaib. Tetapi Beelzebul sudah ada di dunia selama berabad-abad, dan sungguh dia tidak kekurangan para penyembah setianya… Jadi, mengapa, dia tidak melakukan apa yang Aku lakukan?"
Orang banyak berbisik: "Itu benar! Sungguh benar! Tak seorang pun melakukan apa yang Ia lakukan."
Yesus melanjutkan: "Akan Aku katakan kepadamu: itu karena Aku tahu apa yang tidak diketahuinya dan Aku dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukannya. Apabila Aku mengerjakan perbuatan-perbutan Allah, itu karena Aku adalah PutraNya. Orang dapat melakukan sendiri hanya apa yang telah dia lihat dilakukan oleh orang-orang lain. Aku, sang Putra, hanya dapat melakukan apa yang telah Aku lihat dilakukan oleh Bapa, sebab Aku senantiasa Satu bersama-Nya selamanya, dan Aku seperti Dia dalam kodrat dan kuasa. Semua yang Bapa lakukan, Aku lakukan juga, sebab Aku adalah PutraNya. Baik Beelzebul maupun yang lainnya, tidak dapat melakukan apa yang Aku lakukan, sebab Beelzebul dan yang lainnya tidak mengetahui apa yang Aku ketahui. Bapa mengasihi Aku, PutraNya, dan Ia mengasihi Aku sebanyak Aku mengasihi-Nya. Ia, oleh karenanya, telah menunjukkan kepada-Ku dan masih menunjukkan kepada-Ku semua yang Ia lakukan, supaya Aku dapat melakukan apa yang Ia lakukan, Aku di bumi, dalam masa Rahmat ini, Ia di Surga, bahkan sebelum Masa ada di bumi. Dan Ia akan menunjukkan kepada-Ku perbuatan-perbuatan yang terlebih dan terlebih besar supaya Aku dapat mengerjakannya dan kamu menjadi takjub. Pikiran-Nya tak terbatas kedalamannya. Aku meneladani-Nya sebab Aku tak terbatas dalam mengerjakan apa yang dipikirkan Bapa dan, dengan berpikir, dikehendaki-Nya. Kamu belum tahu apa yang diciptakan Kasih secara tak terbatas. Kami adalah Kasih. Dan tidak ada batasan bagi Kami, dan tak ada suatu pun yang tak dapat diaplikasikan pada ketiga tingkatan manusia: tingkatan-tingkatan inferior, superior, dan rohani. Sesungguhnya seperti Bapa membangkitkan mereka yang mati dan memberi mereka hidup, Aku, sang Putra, dapat juga memberikan hidup kepada barangsiapa yang Aku kehendaki, bukan, sebab kasih tak terbatas yang Bapa miliki kepada PutraNya, Aku tidak dapat hanya memberikan hidup kepada bagian yang inferior melainkan juga kepada yang superior, dengan membebaskan pikiran dan hati manusia dari kesalahan-kesalahan mental dan hawa nafsu jahat, dan Aku dapat memberikan hidup kepada bagian yang rohani dengan mengembalikan kepada roh kebebasannya dari dosa, sebab Bapa tidak menghakimi siapa pun, dengan menyerahkan segala penghakiman kepada Putra, sebab Putra adalah Ia Yang, melalui kurban-Nya sendiri, mendapatkan Umat Manusia dengan penebusan-Nya: dan Bapa melakukan itu seturut keadilan, sebab adalah adil bahwa Ia, Yang telah membeli dengan uang-Nya Sendiri, kepada-Nya haruslah diberikan apa yang telah Ia beli, sehingga semua orang dapat menghormati Putra seperti mereka telah menghormati Bapa. Kamu harus tahu bahwa jika kamu memisahkan Bapa dari Putra, atau Putra dari Bapa, dan kamu tidak ingat akan Kasih, kamu tidak mengasihi Allah sebagaimana Ia harus dikasihi, yakni, dalam kebenaran dan kebijaksanaan, dan kamu melakukan dosa bidaah, sebab kamu menyembah Yang Satu saja, sementara Mereka adalah tiga dalam Tritunggal Mahakudus yang mengagumkan. Dengan demikian, dia yang tidak menghormati Putra, tidak menghormati Bapa juga, sebab Bapa, Allah, tidak menghendaki hanya Satu dari Ketiga Pribadi Ilahi yang disembah, melainkan Ia menghendaki Mereka semuanya, sebagai Kesatuan, yang disembah. Dia yang tidak menghormati Putra, tidak menghormati Bapa juga, Yang mengutus-Nya demi pikiran yang sempurna akan kasih. Oleh karenanya dia menyangkal bahwa Allah dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang benar. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa dia yang mendengarkan sabda-Ku dan percaya kepada Ia Yang mengutus Aku, akan memiliki hidup yang kekal dan tidak akan dihukum, melainkan akan lewat dari kematian ke kehidupan, sebab percaya kepada Allah dan menerima sabda-Ku berarti menanamkan ke dalam dirinya sendiri Hidup yang tidak dapat mati. Saatnya akan segera tiba, bukan, saatnya sudah tiba bagi banyak orang, ketika yang mati akan mendengar suara Putra Allah, dan barangsiapa mendengar suaranya yang menghidupkan di kedalaman hatinya, akan hidup. Ahli Taurat, apakah yang kau katakan?"
"Aku katakan bahwa yang mati tak lagi dapat mendengar apapun, dan bahwa Engkau gila."
"Surga akan meyakinkanmu bahwa tidaklah demikian, dan bahwa pengetahuanmu adalah bukan apa-apa dibandingkan pengetahuan Allah. Kamu sudah memanusiakan hal-hal adikodrati ke tingkat yang begitu rupa, hingga kamu memberikan pada sabda hanya artinya yang harafiah dan duniawi. Kamu sudah mengajarkan Haggadah seturut rumusan yang ditetapkan, rumusanmu, tanpa adanya upaya untuk memahami alegori dalam artinya yang sebenarnya, dan sekarang, sebab jiwamu letih didesak oleh mentalitas manusia, yang meremukkan rohmu, kamu bahkan tidak percaya akan apa yang kamu ajarkan. Dan itulah alasannya mengapa kamu tak lagi bisa berperang melawan kuasa-kuasa okultisme. Kematian yang tengah Aku bicarakan bukanlah kematian daging, melainkan jiwa.
Orang-orang akan datang, yakni mereka yang akan mendengarkan sabda-Ku dengan telinga mereka, menerimanya dalam hati mereka, dan mengamalkannya. Bahkan meski roh mereka mati, mereka akan menerima hidup kembali, sebab Sabda-Ku adalah Hidup yang akan ditanamkan ke dalam mereka. Dan Aku dapat memberikannya kepada barangsiapa pun yang Aku kehendaki, sebab dalam Aku ada Hidup yang sempurna. Seperti Bapa memiliki dalam Diri-Nya sendiri Hidup, demikian juga Putra memiliki dari Bapa, dalam Diri-Nya sendiri, Hidup yang sempurna, utuh, abadi, tak terbatas, yang dapat ditransfusikan. Dan bersama Hidup, Bapa memberi-Ku kuasa untuk menghakimi, sebab Putra Bapa adalah Putra Manusia, dan Ia dapat dan harus menghakimi manusia. Dan janganlah takjub akan kebangkitan pertama ini, yang rohani, yang Aku kerjakan melalui Sabda-Ku. Kamu akan melihat kebangkitan-kebangkitan yang lebih kuat, yang akan tampak lebih kuat bagi inderamu yang tumpul, sebab dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa tiada suatu pun yang terlebih besar dari kebangkitan yang tidak kelihatan namun nyata dari suatu roh. Saatnya akan segera tiba ketika suara Putra Allah akan mnembusi makam-makam dan mereka yang ada di dalamnya akan mendengarnya. Dan mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan baik akan keluar dari makam untuk pergi ke kebangkitan Hidup abadi, dan mereka yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat akan pergi ke kebangkitan penghukuman abadi. Aku tidak mengatakan bahwa Aku akan melakukan itu dari Diri-Ku sendiri, oleh kehendak-Ku sendiri, melainkan oleh kehendak Bapa yang bersatu dengan kehendak-Ku. Aku berbicara dan menghakimi seturut apa yang Aku dengar dan penghakiman-Ku adalah benar, sebab Aku tidak mencari kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Ia Yang mengutus Aku. Aku tidak terpisahkan dari Bapa. Aku dalam Dia dan Dia dalam Aku dan Aku tahu Pikiran-Nya dan Aku mengungkapkannya dalam perkataan dan perbuatan.
Kesaksian-Ku mengenai Diri-Ku sendiri tidak dapat diterima oleh rohmu yang tidak percaya, yang menolak untuk melihat dalam Diri-Ku suatu pun selain dari seorang manusia seperti kamu sendiri. Akan tetapi ada seorang lainnya yang memberikan kesaksian mengenai Aku, yang kamu katakan kamu hormati sebagai seorang nabi agung. Aku tahu bahwa kesaksiannya adalah benar. Tetapi meski kamu katakan bahwa kamu menghormatinya, kamu tidak mau menerima kesaksiannya, sebab kesaksiannya berbeda dari pikiranmu, yang memusuhi Aku. Kamu tidak menerima kesaksian si orang benar, si Nabi terakhir di Israel, sebab, sehubungan dengan apa yang tidak kamu sukai, kamu katakan bahwa dia hanyalah seorang manusia dan dapat salah. Kamu mengirim utusan-utusan untuk menginterogasi Yohanes, dengan harapan dia akan berbicara mengenai Aku seperti apa yang kamu kehendaki, apa yang kamu pikirkan mengenai Aku, apa yang ingin kamu pikirkan mengenai Aku. Tetapi Yohanes memberikan kesaksiannya kepada kebenaran dan kamu tidak bisa menerimanya. Sebab sang Nabi mengatakan bahwa Yesus dari Nazaret adalah Putra Allah. Kamu mengatakannya dalam kedalaman lubuk rahasia hatimu, sebab kamu takut kepada orang banyak, bahwa sang Nabi gila, seperti Kristus gila. Aku, bagaimanapun, tidak tergantung pada kesaksian manusia, bahkan dari yang paling kudus di Israel. Aku katakan kepadamu: Yohanes adalah pelita yang menyala dan bercahaya, namun hanya sekejap saja kamu mau menikmati terang yang dia berikan. Ketika terangnya disorotkan pada-Ku, demi menjadikan Kristus dikenal sebagaimana Ia adanya, kamu membuat pelita itu disembunyikan di bawah gantang, dan sebelum itu, kamu telah membangun sebuah tembok antara pelita itu dan dirimu sendiri, supaya jangan melihat Kristus Tuhan dalam terangnya. Aku berterima kasih kepada Yohanes atas kesaksiannya, dan Bapa berterima kasih juga. Dan Yohanes akan menerima ganjaran besar atas kesaksiannya, dengan bercahaya di Surga juga karenanya, sebagai yang pertama bercahaya bagai matahari, dari segenap manusia yang ada di atas sana, dan dia akan bercahaya seperti segenap mereka, yang telah setia kepada Kebenaran dan lapar akan Allah, akan bercahaya. Tetapi Aku punya kesaksian yang terlebih besar dibandingkan kesaksian Yohanes. Kesaksian dari karya-karya-Ku. Karena karya-karya yang Bapa serahkan kepada-Ku untuk dilaksanakan, karya-karya itu yang Aku laksanakan dan karya-karya itu yang memberikan kesaksian bahwa Bapa telah mengutus Aku dengan memberi-Ku segala kuasa. Dan dengan demikianlah, Bapa Yang mengutus Aku, Ia Sendiri, memberikan kesaksian mengenai Aku.
Kamu belum pernah mendengar Suara-Nya ataupun melihat Wajah-Nya. Akan tetapi Aku telah melihatnya dan Aku melihatnya, Aku telah mendengarnya dan Aku mendengarnya. Sabda-Nya tidak beroleh tempat dalammu, sebab kamu tidak percaya kepada Yang Dia utus. Kamu mempelajari Kitab-kitab, dengan mempercayai bahwa dengan pengetahuan tentangnya kamu memiliki Hidup kekal. Dan tidak sadarkah kamu bahwa Kitab-kitab itu sendiri memberikan kesaksian mengenai Aku? Jadi mengapa kamu terus menolak untuk datang kepada-Ku untuk hidup? Akan Aku katakan kepadamu: itu karena kamu menolak apa yang bertentangan dengan gagasan-gagasanmu yang sudah mendarah daging. Kamu kurang memiliki kerendahan hati. Kamu tidak dapat mengatakan: 'Aku sudah melakukan kesalahan. Ia, atau kitab ini benar, dan aku salah.' Itulah apa yang telah kamu lakukan terhadap Yohanes, terhadap Kitab-kitab, dan itulah apa yang tengah kamu lakukan terhadap Sabda Yang berbicara kepadamu. Kamu tidak bisa melihat ataupun memahami, sebab kamu diselubungi kesombongan dan ditulikan oleh suara-suaramu sendiri.
Apakah kamu pikir Aku berbicara kepadamu sebab Aku ingin dimuliakan olehmu? Tidak, kamu harus camkan bahwa Aku tidak mencari ataupun menerima kemuliaan dari manusia. Apa yang Aku cari dan kehendaki adalah keselamatan kekalmu. Itulah kemuliaan yan Aku cari. Kemuliaan-Ku sebagai Juruselamat tidak dapat ada terkecuali Aku memiliki jiwa-jiwa yang telah diselamatkan, dan semakin besar jumlahnya, semakin besar kemuliaan-Ku, yang akan diberikan kepada-Ku oleh jiwa-jiwa yang diselamatkan dan oleh Bapa, Roh Yang Termurni. Tetapi kamu tidak akan diselamatkan. Aku mengenalmu sebagaimana kamu adanya. Kamu tidak memiliki kasih kepada Allah. Kamu tanpa kasih. Dan itulah alasan mengapa kamu tidak datang kepada Kasih yang berbicara kepadamu, dan dengan demikian kamu tidak akan masuk ke Kerajaan Kasih. Kamu tidak dikenal di sana. Bapa tidak mengenalmu, sebab kamu tidak mengenal Aku, Yang ada dalam Bapa. Kamu tidak mau mengenal Aku. Aku telah datang dalam nama BapaKu dan kamu menolak untuk menerima Aku, sebaliknya kamu bersedia menerima siapa pun yang datang dalam namanya sendiri, asalkan dia mengatakan apa yang sejalan denganmu. Kamu katakan bahwa kamu adalah jiwa-jiwa beriman. Tidak, bukan. Bagaimana kamu bisa percaya, jika kamu meminta kemuliaan dari satu sama lain, dan kamu tidak mencari kemuliaan Surga, yang berasal hanya dari Allah? Kemuliaan Surga adalah Kebenaran dan bukan masalah kepentingan-kepentingan duniawi yang berakhir di sini di dunia dan menarik hanya kemanusiaan jahat dari anak-anak Adam yang sudah merosot martabatnya. Aku tidak akan mendakwamu di hadapan Bapa. Kamu bisa yakin mengenai hal itu. Sudah ada seorang yang akan mendakwamu: Musa, kepada siapa kamuberharap. Dia akan mencelamu karena tidak percaya kepadanya sebab kamu tidak percaya kepada-Ku, sebagaimana dia tuliskan mengenai Aku, tetapi kamu tidak mengakui Aku melalui apa yang dia tuliskan. Kamu tidak percaya pada perkataan Musa, sang Nabi agung dengan nama siapa kamu bersumpah. Dengan demikian, bagaimana kamu bisa percaya pada perkataan-Ku, pada sabda dari Putra Manusia, kepada siapa kamu tidak memiliki iman? Dari sudut pandang manusia itu adalah logis. Tetapi di sini kita ada dalam lingkup rohani dan jiwa-jiwamu dipertaruhkan. Allah mencermati jiwa-jiwamu dalam terang karya-karya-Ku dan Dia membandingkan perbuatan-perbuatanmu dengan apa yang telah Aku ajarkan dengan datang kepadamu. Dan Allah menghakimimu.
Aku akan pergi. Kamu tidak akan melihat Aku untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jangan menganggap itu sebagai kemenanganmu. Sebaliknya, itu adalah suatu penghukuman. Marilah kita pergi."
Yesus menerobos melewati orang banyak. Sebagian orang tinggal diam, sebagian mengungkapkan persetujuan mereka, namun hanya dalam bisik-bisik sebab takut kepada kaum Farisi, dan mereka pun pergi.
|
|