170. KHOTBAH DI GUNUNG.
SABDA BAHAGIA (BAGIAN SATU).  


24 Mei 1945

Yesus berbicara kepada para rasul menetapkan suatu tempat bagi masing-masing, supaya mereka dapat mengatur dan mengawasi orang banyak yang tengah mendaki gunung sejak pagi-pagi benar, bersama orang-orang sakit yang mereka papah dalam topangan mereka atau dalam usungan-usungan atau yang telah menyeret diri mereka sendiri di atas kruk. Di antara orang banyak terdapat Stefanus dan Hermas.

Udara jernih dan agak dingin, tetapi matahari segera melembutkan udara gunung yang segar, yang pada gilirannya, melembutkan terik matahari, dan mengambil keuntungan darinya, sebab udara menjadi murni dan sejuk namun tidak menggigit.

Orang banyak duduk di atas batu-batu yang tersebar di lembah kecil antara dua puncak, tapi sebagian orang menunggu matahari mengeringkan rerumputan, yang basah oleh embun, supaya mereka dapat duduk di atas tanah. Ada suatu himpunan sangat besar orang dari segala penjuru wilayah Palestina dan orang-orangnya beragam kondisinya. Para rasul lenyap dalam khalayak ramai, tapi bagai lebah-lebah yang datang dan pergi dari padang-padang rumput hijau ke sarang-sarang lebah, sesekali mereka kembali kepada sang Guru untuk menyampaikan informasi kepada-Nya, untuk meminta nasehat, dan untuk kesenangan terlihat ada dekat-Nya.

Yesus mendaki sedikit lebih tinggi dari padang rumput, yang berada di dasar lembah kecil itu, Ia bersandar pada sebuah batu karang dan mulai berbicara.

"Banyak yang bertanya kepada-Ku, sepanjang setahun berkhotbah: 'Engkau katakan bahwa Engkau adalah Putra Allah, katakanlah kepada kami apa itu Surga, apa itu Kerajaan, siapa itu Allah. Sebab gagasan-gagasan kami kabur. Kami tahu bahwa ada Surga dengan Allah dan para malaikat. Tapi tak seorang pun pernah datang untuk mengatakan kepada kami seperti apa itu, sebab semuanya tertutup bagi orang-rang benar.' Mereka juga bertanya kepada-Ku apa itu Kerajaan dan siapa itu Allah. Dan Aku telah berupaya untuk menjelaskan kepada kalian apa itu Kerajaan dan siapa itu Allah. Aku telah berusaha keras bukan karena sulit bagi-Ku untuk memberikan suatu penjelasan, melainkan sulit karena berbagai macam alasan untuk membuat kalian menerima kebenaran yang bertentangan, sejauh menyangkut Kerajaan, dengan gagasan orang banyak, yang telah muncul sepanjang berabad-abad dan, sejauh menyangkut Allah, dengan kemuliaan Kodrat-Nya.

Yang lain juga bertanya kepada-Ku: 'Baik. Itulah Kerajaan dan itulah Allah. Tapi bagaimanakah kami mencapainya?' Di sini lagi Aku telah berusaha menjelaskan kepada kalian dengan sabar roh sejati dari Hukum Sinai. Barangsiapa tinggal dalam roh itu mendapatkan Surga. Akan tetapi untuk menjelaskan Hukum Sinai kepada kalian adalah perlu untuk membuat kalian mendengarkan seruan lantang dari sang Pemberi Hukum dan Nabi-Nya, yang, sementara menjanjikan berkat kepada orang-orang percaya yang taat, mengancamkan hukuman ngeri dan kutukan kepada mereka yang tidak taat. Epifani Sinai sungguh menakutkan dan kengeriannya direfleksikan dalam keseluruhan Hukum, dan telah direfleksikan sepanjang berabad-abad dan dalam segenap jiwa-jiwa.

Tapi Allah bukan hanya seorang Legislator… Allah adalah seorang Bapa. Dan seorang Bapa dengan kebaikan yang tak terbatas.

Mungkin, bukan, pastinya, jiwa kalian tidak dalam posisi untuk bangun dan merenungkan kesempurnaan tak terhingga Allah, dan dari semuanya setidaknya kebaikan-Nya, sebab kebaikan dan kasih merupakan keutamaan yang paling jarang di antara manusia. Alasannya adalah bahwa jiwa kalian dilemahkan oleh dosa asal, oleh hasrat nafsu, oleh dosa-dosamu sendiri, oleh keegoisanmu sendiri dan keegoisan orang-orang lain: yang pertama menutup jiwamu, yang terakhir mendongkolkannya. Kebaikan! Betapa manisnya menjadi baik, tanpa dengki, tanpa iri, tanpa kesombongan! Betapa manisnya memiliki mata yang mencari hanya kasih dan tangan yang terulur hanya dalam gerakan kasih, dan bibir yang melontarkan hanya perkataan kasih dan hati, di atas segalanya hati, yang penuh hanya dengan kasih, yang menggerakkan mata, tangan dan bibir untuk melakukan kasih!

Yang paling terpelajar di antara kalian tahu dengan anugerah-anugerah mana Allah telah memperkaya Adam, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keturunannya. Juga yang paling tidak berpendidikan di antara anak-anak Israel tahu bahwa ada jiwa dalam diri kita. Hanya orang-orang malang yang tak mengenal Allah yang tidak tahu akan tamu rajawi ini, akan napas vital dan terang surgawi yang menguduskan dan memberi hidup pada tubuh kita. Tapi yang paling terpelajar tahu anugerah-anugerah mana yang diberikan kepada manusia dan kepada jiwa manusia.

Allah tidak kurang murah hati kepada jiwa dibandingkan kepada daging dan darah dari makhluk yang diciptakan oleh-Nya dari segumpal lumpur dan napas-Nya. Sebagaimana Ia memberikan anugerah-anugerah alamiah keindahan dan integritas, intelegensi dan kuasa kehendak, dan kemampuan untuk mencintai diri sendiri dan orang lain, Ia juga memberikan anugerah-anugerah moral dan tunduknya indera pada akal budi. Oleh karenanya penawanan keji terhadap indera dan hasrat tidak menembus kebebasan dan kontrol terhadap Adam dan kehendaknya, yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Dengan demikian ia bebas untuk mencintai, bebas untuk berharap, bebas untuk menikmati keadilan, yang tanpanya kalian akan menjadi budak, menyebabkan kalian merasakan sengatan racun yang disebarkan Setan dan yang sekarang meluap, membawa kalian keluar dari palung sungai yang jernih ke padang-padang berlumpur dan kolam-kolam berbau busuk, di mana demam daging dan moral indera meragi. Sebab kalian harus sadar bahwa juga hasrat seksual dari pikiran adalah sensual. Dan mereka menerima anugerah-anugerah adikodrati, yakni, Rahmat pengudusan, suatu takdir surgawi, pandangan akan Allah.  

Rahmat Pengudusan: hidup jiwa. Yang paling rohani ditempatkan dalam jiwa rohani kita. Rahmat yang menjadikan kita anak-anak Allah, sebab melindungi kita dari maut akibat dosa, dan barangsiapa tidak mati 'hidup' dalam rumah Bapa: Firdaus; dalam Kerajaan-Ku: Surga. Apakah Rahmat ini yang menguduskan dan memberi Hidup dan Kerajaan? Oh! Tidak butuh banyak kata! Rahmat adalah kasih. Rahmat karenanya adalah Allah. Adalah Allah Yang mengagumi Diri-Nya dalam makhluk yang Ia ciptakan sempurna, mengasihi Diri-Nya, merenungkan Diri-Nya, merindukan Diri-Nya, memberikan pada Diri-Nya apa yang adalah milik-Nya untuk dilipatgandakan, untuk bersuka dalam penggandaannya, untuk mengasihi Diri-Nya dalam banyak yang lain yang adalah Diri-Nya yang lain.

Oh! Anak-anak-Ku! Janganlah menipu Allah dari hak-Nya ini! Janganlah merampas dari Allah apa yang menjadi milik-Nya! Janganlah mengecewakan Allah dalam kerinduan-Nya! Renungkanlah bahwa Ia bertindak karena kasih. Bahkan meski kalian tidak ada, Ia akan masih Tak Terbatas, dan kuasa-Nya tidak akan berkurang. Tapi Ia, meski Ia sempurna dalam ukuran tak terbatas-Nya yang tak terukur, tidak menghendaki suatupun bagi Diri-Nya Sendiri dan dalam Diri-Nya Sendiri yang memang tak dapat Ia lakukan, sebab Ia sudah Tak Terbatas - tapi bagi Ciptaan, makhluk-Nya. Ia ingin memperbanyak kasih-Nya bagi segenap makhluk rasional yang tercakup dalam Ciptaan, dan karenanya memberikan kepada kalian Rahmat-Nya: Kasih, supaya kalian dapat membawanya dalam diri kalian menuju kesempurnaan para kudus, dan kalian dapat mencurahkan harta ini, yang diambil dari harta yang telah Allah telah berikan kepadamu dengan Rahmat-Nya dan diperbanyak dengan segala perbuatan suci dalam segala hidup para kudus kalian yang gagah-berani, ke dalam Samudera tak terbatas di mana Allah berada: ke dalam Surga.

Kalian adalah waduk-waduk ilahi dari Kasih! Itulah kalian, dan tidak ada maut yang diberikan pada keberadaan kalian, sebab kalian abadi, seperti Allah, menjadi seperti Allah. Kalian akan menjadi seperti itu, dan tidak akan ada akhir bagi keberadaan kalian, sebab kalian abadi seperti roh-roh kudus yang menghidupi kalian, dengan mengembalikan kepada kalian dengan sudah diperkaya oleh jasa-jasa mereka sendiri. Kalian hidup dan dihidupi, kalian hidup dan membentuk hal yang paling suci yang adalah Communio [= Persekutuan akrab] roh-roh, dari Allah, Roh Yang Paling Sempurna, hingga ke bayi yang terakhir lahir, yang menyusu pada dada ibunya untuk pertama kali.

Janganlah mengkritik Aku dalam hatimu, wahai kalian orang-orang terpelajar! Janganlah katakan: 'Ia gila, Ia seorang pendusta! Sebab Ia berbicara bodoh dengan mengatakan bahwa ada Rahmat dalam diri kita, sementara Dosa telah merampasnya dari kita. Ia berdusta dengan menyatakan bahwa kita satu sudah bersatu dengan Allah.'

Ya, ada dosa dan ada perpisahan. Tapi di hadapan kuasa sang Penebus, Dosa, perpisahan keji antara Bapa dan anak-anak-Nya, akan runtuh bagai tembok yang digoncang oleh seorang Simson yang baru. Aku sudah mencengkeramnya dalam tangan dan Aku sedang menggoncangkannya dan tembok itu akan runtuh dan Setan menggigil karena murka dan tanpa daya, sebab dia tak dapat berbuat apa-apa melawan kuasa-Ku dan dia sadar bahwa begitu banyak mangsa tengah direngut darinya dan bahwa adalah menjadi lebih sulit untuk menyeret manusia ke dalam dosa. Sebab apabila Aku telah membawamu kepada Bapa, melalui Aku, dan kalian telah dibasuh dan diperkuat oleh Darah dan penderitaan-Ku, Rahmat akan kembali kepadamu, hidup dan penuh daya kuasa dan kalian akan menjadi pemenang, jika kalian kehendaki. Allah tidak melakukan kekerasan pada pikiranmu ataupun pengudusanmu. Kalian bebas. Tapi Ia mengembalikan padamu kekuatanmu. Ia mengembalikan padamu kebebasanmu dari kerajaan Setan. Adalah terserah kalian untuk mengenakan pada dirimu sendiri kuk setani atau mengenakan sayap-sayap malaikat pada jiwamu. Tergantung pada kalian, apakah bersama-Ku sebagai saudaramu untuk membimbingmu dan menghidupimu dengan suatu makanan abadi.

Kalian mungkin bertanya: 'Bagaimanakah orang dapat mendapatkan Allah dan kerajaan-Nya melalui suatu jalan yang lebih lembut dari jalan Sinai yang keras?' Tidak ada jalan yang lain terkecuali jalan itu. Tapi marilah kita melihatnya bukan dari sudut pandang suatu ancaman, melainkan dari sudut pandang kasih. Marilah kita tidak mengatakan: 'Celakalah aku, jika aku tidak melakukan itu!' dengan gemetar sebab takut berdosa, sebab tidak dapat tidak berdosa. Tapi marilah kita mengatakan: 'Betapa bahagianya aku jika aku melakukan itu!' dan dengan dorongan hati dari suatu sukacita adikodrati, penuh kebahagiaan, marilah kita bergegas menuju kebahagiaan-kebahagiaan ini, yang datang dengan mentaati Hukum, bagai bunga-bunga mawar muncul dari rumpun semak berduri.

'Betapa bahagianya aku jika aku miskin dalam roh, sebab Kerajaan Surga akan menjadi milikku!

Betapa bahagianya aku jika aku lemah lembut sebab aku akan memiliki bumi sebagai warisanku!

Betapa bahagianya aku jika aku menderita tanpa memberontak, sebab aku akan dihiburkan!

Betapa bahagianya aku jika aku lapar dan haus akan keadilan lebih dari aku lapar dan haus akan roti dan anggur demi memuaskan daging, sebab Keadilan akan memuaskanku!

Betapa bahagianya aku jika aku berbelas kasih, sebab kerahiman ilahi akan diperlihatkan padaku!

Betapa bahagianya aku jika aku murni hati, sebab Allah akan membungkuk ke atas hatiku yang murni dan aku akan melihat-Nya!

Betapa bahagianya aku jika aku damai dalam roh, sebab Allah akan menyebut aku anak-Nya, sebab kasih ada dalam damai dan Allah adalah Kasih Yang mengasihi barangsiapa yang seperti-Nya!

Betapa bahagianya aku jika aku dianiaya demi kebenaran, sebab Allah, Bapa-ku, demi mengganjariku atas aniaya duniawiku, akan memberiku Kerajaan Surga!

Betapa bahagianya aku jika aku diperlakukan dengan keji dan difitnah sebab aku anak-Mu, ya Allah! Itu tidak akan mengakibatkanku berduka melainkan bersuka, sebab itu akan membuatku setara dengan para hamba terbaik-Mu, dengan para Nabi, yang dianiaya untuk alasan yang sama dan bersama siapa aku yakin percaya aku akan berbagi ganjaran abadi yang sama besar di Surga, yang adalah milikku!'

Marilah kita melihat jalan keselamatan seperti itu: melalui sukacita para kudus.

'Betapa bahagianya aku jika aku miskin dalam roh.'

Oh! Haus setani akan kekayaan, ke kegilaan macam apa kau menghantar baik yang kaya maupun yang miskin! Yang kaya yang hidup untuk emas mereka: berhala cemar dari roh mereka yang rusak. Yang miskin yang hidup dengan membenci yang kaya karena emas mereka, dan bahkan meski mereka tidak membunuh yang kaya secara fisik, mereka mengutuki yang kaya dan mengharapkan segala macam kejahatan menimpa yang kaya. Tidaklah cukup untuk sekedar tidak melakukan yang jahat, orang bahkan harus tidak berharap melakukannya. Dia yang mengutuk dengan mengharapkan malapetaka dan kematian adalah sungguh seperti dia yang membunuh secara fisik, sebab dia menginginkan kematian dari orang yang dibencinya. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan pada kalian bahwa keinginan macam itu adalah seperti suatu tindakan yang dihambat, seperti janin yang dikandung dalam rahim dan dibentuk, tapi belum dilahirkan. Suatu keinginan yang jahat merusak dan menghancurkan orang, sebab bertahan lebih lama dibandingkan suatu tindakan keji dan lebih dalam dibandingkan tindakan itu sendiri.

Jika seorang kaya miskin dalam roh, dia tidak berdosa demi emasnya melainkan dia mengubah emasnya menjadi pengudusan, sebab dia mengubahnya menjadi kasih. Dikasihi dan diberkati, dia adalah bagai sumber mata air yang menyelamatkan para pengelana di suatu padang pasir, sebab dia memberi dengan murah hati, tanpa kikir, bahagia dapat melegakan situasi keputus-asaan. Jika dia miskin, dia bahagia dalam kemiskinannya dan menyantap rotinya yang dimaniskan dengan sukacita sebab bebas dari haus akan emas, dia tidur bebas dari mimpi-mimpi buruk dan bangun dengan istirahat yang cukup untuk pekerjaannya yang damai tenang, yang selalu ringan apabila dilakukan tanpa keserakahan atau iri hati.

Apa yang membuat orang secara materiil kaya adalah emas, apa yang membuat orang secara moral kaya adalah cinta kasihnya. Emas tidak hanya meliputi uang melainkan juga rumah, ladang, perhiasan, perabotan, ternak, semuanya, dengan kata lain, yang menjadikan hidup kaya secar materiil. Cinta kasih meliputi: ikatan darah atau perkawinan, persahabatan, kesehatan intelektual, pelayanan umum. Seperti dapat kalian lihat, jika untuk kelompok yang pertama seorang miskin dapat berkata: 'Oh! sejauh menyangkut aku, sepanjang aku tidak iri terhadap mereka yang kaya, aku baik-baik saja sebab aku miskin, dan dengan demikian aku terpaksa puas dengan keadaan,' menyangkut kelompok yang kedua juga seorang miskin harus hati-hati, sebab juga seorang yang paling miskin dapat kaya dosa dalam roh. Barangsiapa secara tidak wajar terikat pada sesuatu, berbuat dosa.

Kalian mungkin berkata: 'Jadi apakah kami harus membenci kekayaan yang Allah berikan kepada kami? Jadi mengapakah Ia memerintahkan kami untuk mengasihi ayah, ibu, istri, anak-anak kami dan berkata: "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri?"' Kalian harus membedakan. Kita harus mengasihi ayah, ibu, istri dan sesama kita, tapi dalam tingkat sebagaimana dinyatakan oleh Allah: 'Seperti diri kita sendiri'. Sementara Allah harus dikasihi melampaui segalanya dan dengan keseluruhan diri kita. Janganlah kita mengasihi Allah seperti kita mengasihi orang-orang yang paling kita kasihi di antara sesama kita: sebab seorang perempuan menyusui kita atau sebab dia tidur dalam pelukan kita dan melahirkan anak-anak bagi kita, tapi kita harus mengasihi-Nya dengan keseluruhan diri kita, yakni, dengan segenap kemampuan untuk mengasihi yang ada dalam diri manusia: kasih seorang anak, kasih seorang suami, kasih seorang sahabat dan - jangan goncang hatimu - kasih seorang ayah. Ya, kita harus mempunyai demi kepentingan Allah perhatian yang sama seperti yang dimiliki seorang ayah bagi anak-anaknya, bagi siapa dia dengan penuh kasih melindungi kekayaannya dan menambahnya, dan dia memberikan perhatian dan antusias atas perkembangan fisik mereka dan pendidikan intelektual mereka dan untuk kesuksesan mereka di dunia.

Kasih bukanlah kejahatan dan janganlah menjadikannya kejahatan. Rahmat-rahmat, yang Allah anugerahkan kepada kita, tidak jahat dan janganlah menjadikannya jahat. Rahmat-rahmat itu adalah kasih, yang dianugerahkan karena kasih. Kita harus menggunakan penuh kasih kekayaan demikian yang dianugerahkan kepada kita oleh Allah dalam cinta kasih pribadi dan dalam kebaikan-kebaikan duniawi. Dan hanya dia yang tidak menjadikan berhala kekayaan yang demikian melainkan menggunakannya untuk melayani Allah dalam kekudusan, mempelihatkan bahwa dia tidak memiliki dosa keterikatan terhadapnya. Orang lalu mengamalkan kemiskinan suci dalam roh itu yang menjauhkan dirinya dari semuanya guna menjadi lebih bebas untuk mendapatkan Allah, Kekayaan Mahamulia. Mendapatkan Allah: yakni memiliki Kerajaan Surga.

'Betapa bahagianya aku jika aku lemah lembut.'

Ini tampaknya kontras dengan kenyataan hidup sehari-hari. Mereka yang tidak lemah-lembut tampaknya menonjol dan sukses dalam keluarga, kota dan negara mereka. Tapi apakah itu suatu kemenangan sejati? Tidak, bukan. Adalah ketakutan yang membuat mereka yang dikuasai oleh si penguasa lalim kelihatannya tunduk, tapi dalam kenyataan sebenarnya itu bukan apa-apa selain selubung yang dikenakan pada pemberontakan membara terhadap si tiran. Orang-orang yang cepat naik pitam dan sok kuasa tidak memenangkan kasih dari sanak-saudara mereka, dari warga mereka sendiri atau dari rakyat mereka. Pula tidak ada intelek atau jiwa yang yakin mengikuti ajaran dari guru yang memaksakan dirinya dengan mengatakan: 'Aku mengatakannya, jadi begitu adanya.' Guru-guru macam itu hanya menciptakan orang-orang yang belajar sendiri untuk mencari kunci yang dapat membuka pintu-pintu tertutup dari kebijaksanaan atau pengetahuan yang mereka rasa benar, dan yang sesungguhnya bertentangan dari apa yang dipaksakan atas mereka.

Imam-imam itu yang tidak berupaya untuk menaklukkan jiwa-jiwa dengan sarana kelemah-lembutan yang sabar, rendah hati serta penuh kasih, tidak memenangkan satu jiwa pun bagi Allah, tapi mereka tampak seperti prajurit-prajurit bersenjata yang memulai suatu serangan ganas, sebab demikianlah kesembronoan mereka yang tanpa toleransi dalam menghadapi jiwa-jiwa… Oh! jiwa-jiwa malang! Andai mereka kudus mereka tidak akan membutuhkan kalian, wahai para imam, untuk mencapai Terang. Mereka akan sudah memilikinya dalam diri mereka sendiri. Andai mereka orang-orang benar, mereka tidak akan membutuhkan kalian, wahai para hakim, untuk ditempatkan di bawah kendali keadilan, sebab mereka akan sudah memiliki keadilan dalam diri mereka sendiri. Andai mereka sehat, mereka tidak akan membutuhkan dokter. Oleh karenanya bersikaplah lemah lembut. Janganlah membuat jiwa-jiwa lari. Pikatlah mereka dengan kasih. Sebab kelemah-lembutan adalah kasih, sebagaimana kemiskinan dalam roh adalah kasih.

Jika kalian seperti itu, kalian akan memiliki Bumi sebagai warisanmu dan kalian akan membawa tempat ini kepada Allah, sementara sebelumnya dia milik Setan; sebab kelemah-lembutan kalian, yang di samping kasih adalah juga kerendahan hati, akan menguasai Dengki dan Sombong, dengan mengusir dari jiwa-jiwa raja keji kedengkian dan kesombongan, dan dunia akan menjadi milik kalian, yakni, milik Allah, sebab kalian akan menjadi jiwa-jiwa benar yang mengakui Allah sebagai Tuan Mutlak atas ciptaan, kepada Siapa pujian dan berkat seharusnya disampaikan dan semua lainnya yang adalah milik-Nya.

'Betapa bahagianya aku jika aku menderita tanpa memberontak.'

Penderitaan ada di dunia dan penderitaan memeras airmata dari manusia. Penderitaan tidak ada, tapi manusia membawanya ke dunia dan karena inteleknya yang rusak dia terus-menerus berjuang untuk menambahnya dengan segala cara yang mungkin. Di samping penyakit-penyakit dan malapetaka yang terjadi akibat petir, badai, tanah longsor, gempa bumi, manusia, supaya menderita dan terlebih lagi untuk membuat orang lain menderita - sebab kita ingin hanya orang lain yang menderita, dan bukan kita sendiri - menambahkan dampak dari sarana-sarana yang dipelajari untuk membuat orang menderita - manusia menciptakan senjata-senjata mematikan, yang semakin mengerikan dan penderitaan moral, yang semakin licik. Betapa banyak airmata yang diperas manusia dari sesamanya melalui hasutan raja rahasianya: Setan! Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepada kalian bahwa airmata itu bukanlah suatu kelemahan melainkan kesempurnaan manusia.

Manusia adalah kanak-kanak yang pelupa, kanak-kanak yang dangkal dan tanpa pikir, kanak-kanak yang dilahirkan mundur, hingga airmata menjadikannya seorang yang dewasa, bijak, berintelegensi. Hanya mereka yang menangis atau telah menangis, tahu bagaimana mengasihi dan dapat memahami. Mereka tahu bagaimana mengasihi saudara-saudara mereka yang menangis, bagaimana memahami mereka dalam penderitaan mereka, bagaimana menolong mereka dengan kebaikan yang sepenuhnya sadar betapa pahitnya menangis sendirian. Dan mereka tahu bagaimana mengasihi Allah, sebab mereka telah menyadari bahwa semuanya adalah penderitaan terkecuali Allah, sebab mereka telah paham bahwa penderitan dapat diringankan apabila airmata ditumpahkan pada hati Allah dan mereka juga telah menyadari bahwa airmata pasrah, yang tidak mengakibatkan hilangnya iman atau doa menjadi mandul dan yang membenci pemberontakan, airmata kepasrahan macam itu mengubah kodrat dan bukan penderitaan malahan menjadi penghiburan.

Ya. Mereka yang menangis dengan mengasihi Tuhan akan dihiburkan.

'Betapa bahagianya aku jika aku lapar dan haus akan keadilan."

Sejak dari saat dia dilahirkan hingga ke saat dia meninggal, manusia sangat berselera terhadap makanan. Dia membuka mulutnya pada saat kelahiran untuk mendapatkan puting ibunya, dia membuka bibir-bibirnya untuk menelan sedikit makanan minuman di ambang ajalnya. Dia bekerja demi memberi makan dirinya sendiri. Dia membuat puting raksasa dunia dari mana dia menyusu tanpa terpuaskan untuk apa yang dapat binasa. Tapi siapakah itu manusia? Seekor binatang? Bukan, dia adalah anak Allah.

Dia ada dalam pembuangan untuk sedikit atau banyak tahun. Tapi hidupnya tidak berakhir ketika dia berganti kediaman.

Ada hidup dalam hidup sebagaimana ada biji dalam kacang. Kulit bukanlah kacang, tapi adalah biji dalam kulit yang adalah kacang. Jika kalian menaburkan kulit maka tak akan ada suatu pun yang tumbuh, tapi jika kalian menaburkan kulit dengan biji di dalamnya, maka sebatang pohon besar akan tumbuh. Yang sama berlaku atas manusia. Bukan dagingnya yang menjadi abadi, melainkan jiwanya. Dan jiwanya itu harus dihidupi demi membawanya pada keabadian, kemana jiwa, karena kasih, akan mengenakan tubuh dalam kebangkitan terberkati.

Kebijaksanaan dan Keadilan menghidupi jiwa. Mereka disantap sebagai makanan dan sebagai minuman dan mereka menguatkan dan semakin banyak orang menyantapnya, semakin tumbuh kerinduan kudus untuk memiliki Kebijaksanaan dan mengenal Keadilan. Tapi harinya akan datang ketika lapar kudus yang tak terpuaskan dari jiwa akan dipuaskan. Harinya akan datang. Allah akan memberikan Diri-Nya Sendiri kepada anak-Nya, dan akan menyusuinya dan si anak yang ditakdirkan untuk Firdaus akan dipuaskan dengan Bunda mengagumkan Yang adalah Allah Sendiri, dan manusia tidak akan pernah lapar lagi melainkan akan beristirahat dengan bahagia dalam perlukan ilahi Allah. Tak ada pengetahuan manusia yang setara dengan pengetahuan ilahi ini. Rasa ingin tahu akal budi dapat dipuaskan, tapi kebutuhan roh tidak dapat. Bukan, roh jijik oleh perbedaan rasa dan membiarkan mulutnya kering di hadapan puting yang pahit, lebih suka menderita dera kelaparan, daripada diisi dengan makanan yang tidak berasal dari Allah.

Janganlah takut, wahai orang-orang yang haus atau lapar akan Allah! Berlakulah setia dan kalian akan dipuaskan oleh Ia Yang mengasihimu.

Betapa bahagianya aku jika aku berbelas kasih.

Siapakah di antara manusia yang dapat berkata: 'Aku tidak butuh belas-kasihan'? Tak seorang pun. Sekarang, jika dalam Hukum Lama tertulis: 'Mata ganti mata, gigi ganti gigi,' mengapakah kita tidak sebaiknya berkata dalam Hukum Baru: 'Barangsiapa berbelas-kasih akan beroleh belas-kasihan'? Seiap orang butuh pengampunan.

Baik, jadi: pengampunan tidak diperoleh melalui rumusan atau oleh bentuk suatu ritus, yang adalah simbol-simbol lahiriah bagi mentalitas manusia yang tumpul, sebaliknya diperoleh melalui ritus batin kasih, yang adalah masih belas-kasihan. Apabila kurbannya adalah seekor kambing atau seekor domba dan persembahannya adalah beberapa keping koin sebagaimana ditetapkan, alasannya adalah bahwa setiap kejahatan berakar pada dua akar: ketamakan dan kesombongan. Ketamakan dihukum dengan biaya pembelian kurban, kesombongan dihukum dengan pengakuan terbuka dari ritus: 'Aku mempersembahkan kurban ini sebab aku telah berdosa.' Adalah juga dilakukan guna mengantisipasi waktu dan tanda-tanda jaman, dan dalam darah yang dicurahkan disimbolkan Darah yang akan dicurahkan demi menghapuskan dosa-dosa manusia.

Oleh karenanya, terberkatilah mereka yang berbelas-kasih kepada meerka yang lapar, telanjang, tanpa rumah, kepada mereka yang menderita akibat kemalangan yang besar, yang akan memiliki disposisi yang malang, sebab penderitaan mengakibatkan duka baik atas mereka yang mengalaminya maupun atas orang-orang yang hidup bersama mereka. Berbelas-kasihlah. Ampunilah, sabarlah terhadap orang lain, bantulah mereka, ajarilah mereka, topanglah mereka.

Janganlah sembunyikan dirimu dalam sebuah menara kristal dengan berkata: 'Aku murni dan aku tidak akan turun di antara orang-orang berdosa.' Janganlah katakan - 'Aku kaya dan bahagia dan aku tak hendak mendengar kemalangan orang-orang lain.' Ingatlah bahwa kekayaanmu, kesehatanmu, kekayaan keluargamu mungkin lenyap lebih cepat dari asap yang dihembus pergi oleh angin yang bertiup kencang. Dan ingatlah bahwa kristal bertindak seperti lensa dan sebagai konsekuensinya apa yang mungkin tak kelihatan apabila kau berbaur di antara orang banyak, tak dapat disembunyikan apabila kau menempatkan dirimu dalam sebuah menara kristal di mana kau sendirian, terasing dan disorot dari segala sisi.

Belas-kasih diperlukan untuk mempersembahkan suatu kurban silih yang terus-menerus, rahasia, kudus dan untuk memperoleh belas-kasihan.

Betapa bahagianya aku jika aku murni hati.

Allah adalah kemurnian. Firdaus adalah Kerajaan Kemurnian. Tak suatu pun yang tidak murni dapat memasuki Firdaus di mana Allah berada. Karenanya, jika kau tidak murni, kau tidak akan dapat masuk Kerajaan Allah. Oh! Tapi betapa sukacita yang Bapa anugerahkan terlebih dahulu kepada anak-anak-Nya! Barangsiapa murni memiliki di dunia ini cicipan Surga sebab Allah membungkuk ke atas suatu jiwa yang murni dan manusia dari bumi dapat melihat Allah-nya. Dia tidak akrab dengan rasa kasih manusiawi, melainkan menikmati rasa kasih ilahi, hingga ke tahap menjadi terpikat, dan dapat berkata: 'Aku besama Engkau dan Engkau ada dalam aku, aku karenanya memiliki Engkau dan aku mengenali Engkau sebagai mempelai paling terkasih dari jiwaku.' Dan percayalah pada-Ku, barangsiapa memilki Allah menikmati perubahan-perubahan yang signifikan, yang dia sendiri tidak menyadarinya, dan dengan demikian menjadi kudus, bijaksana, kuat; perkataan yang menghiasi bibirnya dan perbuatan-perbuatannya mendapatkan suatu kekuatan yang bukan dari makhluk, melainkan berasal dari Allah Yang tinggal di dalamnya.

Seperti apakah hidup dari mereka yang melihat Allah? Bahagia. Dan adakah kalian ingin merampas anugerah macam itu dari diri kalian sendiri demi ketidakmurnian yang cemar?

Betapa bahagianya aku jika aku damai dalam roh.

Damai merupakan salah satu karakteristik Allah. Allah ditemukan hanya dalam damai. Sebab damai adalah kasih, sementara perang adalah dengki. Setan adalah dengki. Allah adalah damai. Tak seorang pun dapat mengatakan bahwa dia adalah anak Allah, pula Allah tak dapat menyebut sebagai anak, orang yang memiliki jiwa yang cepat naik pitam yang selalu siap untuk menggolakkan badai. Pula tak dapat disebut sebagai anak Allah dia yang, meski bukan pembuat onar itu sendiri, melalui sarana damainya sendiri yang tenang tidak membantu meredakan badai yang digolakkan oleh orang-orang lain. Barangsiapa damai mempropagandakan damai juga tanpa mengatakan sepatah kata pun. Tuan atas dirinya sendiri dan, Aku berani katakan, tuan dari Allah, dia mewartakan-Nya sebagai lampu yang memancarkan terangnya, sebagai turibulum yang menebarkan wanginya, sebagai kantong anggur yang menampung anggur, dan minyak manis ini, yang adalah roh damai yang memancar dari anak-anak Allah, memberikan terang pada perasaan hati yang berkabut dan muram, dan memurnikan udara dari kabut gelap kejahatan dan meredakan gelombang murka pertikaian. Biarlah Allah dan manusia mengatakan bahwa kau demikian.

Betapa bahagianya aku jika aku dianiaya demi kebenaran.

Manusia telah menjadi begitu setani hingga dia membenci yang baik di mana pun, dan dia membenci siapa yang baik, seolah siapa yang baik, bahkan meski diam, mendakwa dan mencelanya. Sesungguhnya kebaikan dari satu orang membuat kejahatan dari seorang yang jahat kelihatan bahkan terlebih jahat… Sesungguhnya iman dari seorang percaya sejati menjadikan kemunafikan dari seorang percaya yang munafik kelihatan terlebih jelas. Sesungguhnya, dia yang dengan jalan hidupnya terus-menerus memberikan kesaksian akan keadilan tak dapat tidak dibenci oleh yang tidak benar. Dan lalu yang tidak benar akan bertindak tanpa kenal ampun terhadap para pencinta keadilan.

Yang sama berlaku di sini seperti dalam peperangan. Manusia membuat lebih banyak kemajuan dalam seni penganiayaan setani daripada dalam seni mengasihi yang kudus. Tapi dia dapat menganiaya hanya apa yang memiliki hidup singkat. Apa yang abadi dalam manusia lolos dari perangkap, bukan, dia beroleh vitalitas yang lebih energetik dibandingkan penganiayaan itu sendiri. Hidup lolos dari luka-luka berdarah atau karena penderitaan yang melahap mereka yang dianiaya. Tapi darah yang menjadikan ungu raja mendatang dan penderitaan adalah seperti banyak tangga untuk mendaki tahta yang telah Bapa persiapkan bagi para martir-Nya, bagi siapa dipersiapkan tempat-tempat duduk rajawi dalam Kerajaan Surga.

Betapa bahagianya aku jika aku diperlakukan dengan keji dan difitnah.

Berjuanglah supaya namamu ditulis dalam kitab surgawi, di nama nama-nama tidak dituliskan seturut kepalsuan manusia, yang adalah lazim memuji mereka yang kurang pantas dipuji, tetapi sebaliknya, dengan keadilan dan kasih dituliskan perbuatan-perbuatan dari orang-orang baik guna memberikan kepada mereka ganjaran yang dijanjikan kepada mereka yang terberkati oleh Allah.

Pada masa silam, para Nabi difitnah dan dianiaya. Tapi ketika gerbang-gerbang Surga dibuka, mereka akan memasuki Kota Allah, bagai raja-raja yang mengesankan, dan para malaikat akan membungkuk hormat seraya menyanyi karena sukacita. Kalian, juga, yang telah dianiaya dan difitnah karena menjadi anak-anak Allah, akan memiliki kemenangan surgawi dan ketika saatnya tiba pada akhirnya dan Firdaus penuh, maka setiap airmata akan berharga bagi kalian, sebab melaluinya kalian akan telah memiliki kemuliaan abadi, yang Aku janjikan kepada kalian dalam nama Bapa.

Pergilah. Aku akan berbicara lagi kepada kalian esok. Hanya orang-orang sakit yang tinggal supaya Aku dapat melegakan mereka dari penderitaan mereka. Damai sertamu dan kiranya permenungan akan keselamatan menghantar kalian, melalui kasih, ke jalan yang akhirnya adalah Surga."  
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 3                    Daftar Istilah                        Halaman Utama