343. DI KAISAREA FILIPI.            


28 November 1945  

Kota itu pastilah dibangun baru-baru ini, seperti Tiberias dan Askelon. Terletak di bidang miring, puncaknya adalah sebuah benteng raksana dengan banyak menara, dengan diapit oleh bangunan batu Siklopean dan dilindungi dengan parit dalam di mana mengalir aliran air dari dua sungai kecil yang pertama-tama saling berdekatan membentuk sebuah sudut, kemudian terpisah, sebab yang satu mengalir keluar kota dan yang lainnya mengalir melintasi kota. Jalanan, alun-alun, sumber mataair, dan bangunan-bangunan indah bergaya Romawi membuat kita mengerti bahwa di sini juga penghormatan diberikan kepada raja-raja wilayah, dengan menginjak-injak semua penghormatan terhadap kebiasaan Tanah Air.

Kota ini sangat sibuk dan ramai, mungkin karena merupakan persimpangan jalan-jalan utama yang penting dan jalur-jalur caravan ke Damaskus, Tirus, Safet, dan Tiberias, seperti yang ditunjukkan oleh batu-batu mil penunjuk jalan di setiap gerbang. Para pejalan kaki, penunggang kuda, caravan-caravan panjang keledai dan unta bertemu di jalan-jalan lebar yang terawat baik, dan kelompok-kelompok pengusaha atau pencari kerja berdiri di alun-alun, di bawah serambi-serambi, dekat gedung-gedung megah, mungkin juga ada beberapa Thermae [fasilitas permandian], mendiskusikan bisnis atau sekedar mengobrol.

"Tahukah kau di mana kita dapat menemukan mereka?" Yesus bertanya kepada Petrus.

"Ya. Mereka yang aku tanya mengatakan bahwa para murid Sang Rabbi bertemu untuk makan di rumah beberapa orang Israel yang percaya, dekat benteng. Dan mereka menggambarkan rumahnya kepadaku. Aku tidak mungkin salah: itu adalah rumah Yahudi juga di luar, bagian depannya tidak ada jendela dan ada pintu utama yang tinggi dengan lubang intip, di sisi tembok ada sumber mataair kecil, tembok-tembok tinggi kebunnya memanjang di dua sisi sepanjang dua jalur, dan ada teras atap dengan banyak burung merpati."

"Sungguh bagus. Kalau begitu, ayo kita pergi."

Mereka melintasi seluruh kota hingga ke benteng dan tiba di rumah yang mereka cari. Mereka mengetuk. Wajah keriput seorang perempuan tua muncul di lubang intip.

Yesus bergerak maju dan menyalaminya, "Damai sertamu, perempuan. Apakah murid-murid Sang Rabbi sudah kembali?"

"Belum, Nak. Mereka berada di 'Mataair Besar' bersama orang-orang lain yang sudah datang dari berbagai kota di seberang sungai untuk mencari Sang Rabbi. Mereka semua menantikan-Nya. Apakah Engkau juga menantikan-Nya?"

"Tidak. Aku mencari para murid."

"Baik, lihat, jalan itu yang hampir berseberangan dengan sumber mataair? Ambil jalan itu dan naiklah sampai Kau tiba di depan tembok batu raksasa, dari mana air keluar dan mengalir ke semacam tong dan lalu menjadi aliran kecil air. Kau akan menemukan mereka di sana. Tapi, apakah Kau datang dari jauh? Apakah Kau mau masuk dan menyegarkan diri dan menunggu mereka di sini? Jika Kau mau, aku akan memanggil majikanku. Mereka adalah orang-orang Israel yang baik, Kau tahu? Dan mereka percaya kepada Mesias. Mereka adalah murid meskipun mereka hanya melihat Dia sekali di Yerusalem, di Bait Allah. Tetapi sekarang para murid Mesias sudah mengajari mereka dan melakukan mujizat di sini, karena…"

"Baiklah, perempuan yang baik. Aku akan kembali lagi nanti bersama para murid. Damai sertamu. Silakan kembali ke pekerjaan rumahmu," kata Yesus dengan ramah tapi tegas untuk menghentikan berondongan perkataannya.

Mereka melanjutkan perjalanan dan para rasul yang lebih muda tertawa terpingkal-pingkal karena perempuan tua itu dan mereka membuat Yesus tersenyum juga.

"Guru," kata Yohanes. "Aku pikir dialah yang 'Sumber Mataair Besar'. Tidakkah Kau pikir begitu? Dia menggelontor kita dengan perkataannya yang tak habis-habisnya dan menganggap kita ini tong yang meluah menjadi sungai karena perkataannya..."

"Ya. Aku harap para murid tidak sudah membuat mukjizat pada lidahnya... Kita akan harus mengatakan: kau sudah melakukan mukjizat yang terlalu hebat," kata Tadeus, yang tidak seperti kebiasaannya, tertawa terbahak-bahak.

"Akan sungguh menyenangkan ketika kita kembali dan dia mengetahui siapa itu Guru! Lalu siapa yang akan sanggup menghentikan lidahnya?" tanya Yakobus Zebedeus.

"Tidak, dia akan begitu syok sampai dia membisu," kata Matius, yang bergabung dalam percakapan mereka yang lebih muda.

"Aku akan memuji Yang Mahatinggi jika keheranan bisa melumpuhkan lidahnya. Mungkin karena aku belum sarapan, tapi rentetan kata-katanya jelas membuatku pusing," kata Petrus.

"Dan bagaimana dia bicara dengan berteriak! Apa mungkin dia tuli?" tanya Tomas.

"Tidak. Dia pikir kita tuli," jawab Iskariot.

"Jangan usik perempuan tua malang itu! Dia seorang yang baik dan percaya. Hatinya seroyal lidahnya," kata Yesus setengah serius.

"Oh! Guru! Kalau begitu perempuan tua itu pastilah begitu murah hati hingga bagai pahlawan," kata Yohanes seraya tertawa terbahak-bahak.

Tembok batu kapur sekarang dapat terlihat dan gelegak air yang jatuh ke dalam tong terdengar.

"Itu aliran airnya. Ayo kita ikuti... Itu mata airnya... dan disana... Benyamin! Daniel! Habel! Filipus! Ermasteus! Kami di sini! Guru di sini!" teriak Yohanes kepada sekelompok besar orang yang berkumpul sekeliling seseorang yang, bagaimanapun, tidak kelihatan.

"Diam, bocah, atau kau akan menjadi seperti babon tua itu," kata Petrus.

Para murid sudah berbalik. Mereka sudah melihat: dan melihat serta bergegas turun dari teras. Sekarang kelompok itu sudah membuka, aku bisa melihat bahwa orang-orang dari Kedesh dan dari desa si bisu-tuli sudah bergabung dengan banyak murid, yang semuanya adalah senior sekarang. Mereka pastilah mengambil lebih banyak rute langsung, sebab mereka sudah mendahului Sang Guru.

Kegembiraan mereka luar biasa. Pertanyaan dan jawaban mereka sangat banyak. Yesus mendengarkan dan menjawab dengan sabar hingga Ishak yang kurus muncul dengan tersenyum, sarat dengan perbekalan, bersama dengan dua orang lagi.

"Mari kita pergi ke rumah tumpangan, Tuhan-ku. Dan ketika di sana Engkau akan dapat menjelaskan kepada kami apa yang tidak dapat kami jelaskan, karena kami sendiri tidak tahu... Orang-orang di sini ini, mereka yang datang terakhir - yang baru bersama kami beberapa jam saja - ingin tahu tanda Yunus apa yang telah Engkau janjikan kepada angkatan jahat yang menganiaya-Mu," kata Ishak.

"Aku akan menjelaskannya kepada mereka ketika pergi..."

Pergi! Itu tidak mudah! Bagai lebah yang terpikat oleh harum bunga-bungaan yang sudah merebak di udara, orang-orang bergegas datang dari segala penjuru untuk bergabung dengan mereka yang ada di sekeliling Yesus.

"Mereka adalah teman-teman kita," Ishak menjelaskan. "Orang-orang yang sudah percaya dan menantikan-Mu..."

"Orang-orang yang sudah menerima rahmat dari para murid dan dari dia khususnya," teriak seorang di antara orang banyak itu sambil menunjuk ke arah Ishak.

Ishak tersipu dan seolah-olah dia ingin meminta maaf, dia berkata, "Tapi aku seorang abdi. Dia adalah Guru. Inilah Guru Yang sudah kamu nanti-nantikan. Inilah Yesus!"

Itu adalah ketenangan terakhir! Wilayah Kaisarea yang damai tenang itu, agak sedikit terpencil, di daerah pinggiran, sekonyong-konyong menjadi lebih sibuk daripada pasar. Dan lebih ribut. Hosana! Sorak-sorai! Permohonan-permohonan! Semuanya!

Yesus berjalan sangat perlahan, terkurung dari segala penjuru oleh begitu banyak kasih. Namun Dia tersenyum dan memberkati. Dia berjalan begitu perlahan hingga beberapa orang punya waktu untuk lari dan menyebarkan berita, dan lalu kembali bersama teman-teman atau sanak kerabat, dengan menjunjung tinggi anak-anak mereka agar dapat tiba dengan selamat dekat Yesus, Yang membelai dan memberkati mereka.

Demikianlah mereka tiba di rumah yang terlihat sebelumnya dan mengetuk. Pelayan tua yang sama, saat mendengar segala keributan, membuka tanpa ragu. Tapi... dia melihat Yesus di tengah-tengah kerumunan orang banyak yang bersorak, dan dia mengerti... Dia menjatuhkan diri ke lantai seraya mengerang, "Kasihanilah aku, Tuhan-ku. Hamba-Mu tidak mengenali-Mu dan tidak menyembah-Mu!"

"Tidak apa-apa, perempuan. Kau tidak mengenali Orangnya, tetapi kau percaya kepada-Nya. Itulah yang dibutuhkan untuk dikasihi oleh Allah. Berdirilah dan bawa Aku kepada tuanmu."

Perempuan tua itu taat, gemetar penuh hormat. Namun dia melihat majikannya, dan diliputi rasa hormat, bersandar ke dinding di ujung aula masuk yang agak gelap. Dia menunjuk ke arah mereka, "Itu mereka."

"Damai bagimu dan bagi rumah ini. Semoga Tuhan memberkatimu karena imanmu kepada Kristus dan karena amal kasihmu kepada murid-murid-Nya," kata Yesus menghampiri kedua orang tua, yang entah suami istri, atau kakak adik.

Mereka menyembah-Nya dan kemudian membawa-Nya ke beranda yang luas di mana beberapa meja ditata di bawah velarium yang berat. Pemandangan terbentang ke Kaisarea hingga ke pegunungan di baliknya dan di sisi-sisinya. Burung-burung merpati beterbangan dari teras ke kebun yang penuh pepohonan yang sedang mekar.

Sementara seorang pelayan tua menambahkan lebih banyak tempat ke meja-meja, Ishak menjelaskan, "Benyamin dan Anna tidak hanya menyambut kita, tetapi siapa pun yang datang mencari-Mu. Mereka melakukannya dalam Nama-Mu."

"Kiranya Surga memberkati mereka setiap kali mereka melakukannya."

"Oh! Kami memiliki harta, tetapi tidak memiliki anak. Di akhir hari-hari kami, kami mengadopsi kaum miskin dari Tuhan," kata perempuan tua itu.

Dan Yesus meletakkan tangan-Nya di atas kepalanya yang rambutnya sudah abu-abu warnanya seraya berkata, "Dan itu menjadikanmu jauh lebih seorang ibu daripada jika engkau mengandung tujuh kali tujuh. Tetapi sekarang izinkan Aku untuk menjelaskan kepada orang-orang ini apa yang ingin mereka ketahui, supaya kita lalu bisa membubarkan mereka dan duduk untuk makan."

Teras penuh sesak dengan orang dan lebih banyak orang terus berdatangan mengisi setiap jengkal ruang yang mungkin. Yesus dikelilingi oleh anak-anak yang menatap terpesona kepada-Nya dengan mata besar mereka yang tanpa dosa. Punggung-Nya menghadap ke meja dan Dia tersenyum pada anak-anak bahkan ketika Dia berbicara tentang topik yang penting. Dia seolah-olah membaca di wajah polos mereka kata-kata dari kebenaran yang diminta.

"Dengarkanlah. Tanda Yunus yang Aku janjikan kepada yang jahat, dan Aku janjikan kepadamu juga, bukan karena kamu jahat, sebaliknya, supaya kamu bisa mencapai kesempurnaan dalam percaya ketika kamu melihat bahwa hal itu digenapi, adalah ini.

Seperti Yunus tinggal dalam perut ikan besar selama tiga hari dan lalu dimuntahkan di pantai untuk mempertobatkan dan menyelamatkan Niniwe, demikianlah yang akan terjadi pada Putra Manusia. Guna menenangkan gelombang badai setani yang dahsyat, para penguasa di Israel akan menganggap perlu untuk mengurbankan Yang Tak Berdosa. Tetapi mereka hanya akan menambahkan celaka atas diri mereka sendiri, karena selain Setan yang akan mengacaukan mereka, Allah akan menghukum mereka sesudah kejahatan itu. Sebenarnya mereka bisa menaklukkan badai itu dengan percaya kepada-Ku. Tetapi mereka tidak mau percaya, karena mereka melihat Aku sebagai penyebab kekacauan mereka, ketakutan mereka, bahaya dan penolakan atas kekudusan palsu mereka. Namun ketika saatnya tiba, ikan besar yang tak terpuaskan, yakni perut bumi, yang menelan setiap orang yang mati, akan terbuka untuk mengembalikan Terang kepada dunia yang sudah menolaknya.

Jadi seperti Yunus adalah tanda kuasa dan kerahiman Allah bagi orang-orang Niniwe, demikian pula Putra Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini. Dengan perbedaan bahwa Niniwe bertobat, sedangkan Yerusalem tidak mau bertobat, karena ia penuh dengan angkatan yang jahat yang Aku bicarakan. Jadi Ratu dari Selatan akan bangkit pada Hari Kiamat melawan orang-orang dari angkatan ini dan akan mengutuk mereka. Karena dia datang, pada hari-harinya, dari ujung bumi untuk mendengarkan kebijaksanaan Salomo, sementara angkatan ini, yang memiliki Aku bersama mereka, tidak mau mendengarkan Aku dan mereka menganiaya dan mengusir Aku seolah-olah Aku adalah seorang kusta dan pendosa, tetapi Aku jauh lebih besar daripada Salomo. Juga orang-orang Niniwe akan bangkit pada Hari Kiamat melawan angkatan yang jahat yang tidak mau berbalik kepada Tuhan Allah-nya, karena mereka sendiri bertobat oleh khotbah seorang manusia.

Dan Aku lebih besar dari siapa pun, entah itu Yunus atau Nabi lainnya. Oleh karena itu Aku akan memberikan tanda Yunus kepada mereka yang meminta tanda pasti yang jelas. Aku akan memberikan satu per satu tanda kepada mereka yang dengan angkuh menolak untuk tunduk pada bukti-bukti yang telah Aku berikan kepada mereka dengan kebangkitan orang-orang mati oleh perintah-Ku. Aku akan memberikan semua tanda. Tanda dari tubuh yang sudah membusuk yang dihidupkan kembali dan dipulihkan seutuhnya, dan tanda dari Tubuh yang bangkit oleh Diri-Nya Sendiri dari kematian karena Roh-Nya dikaruniai kemahakuasaan. Tapi semua itu tidak akan menjadi rahmat; tidak akan menenangkan situasi. Baik di sini, maupun dalam kitab-kitab abadi. Apa yang tertulis, tetap tertulis. Dan bukti-bukti akan menumpuk, seperti batu-batu rajam. Batu-batu rajam itu akan menumpuk melawan-Ku, untuk mencelakai-Ku, tetapi tidak berhasil. Dan melawan mereka untuk menghancurkan mereka selamanya oleh hukuman Allah yang diperuntukkan bagi orang tidak percaya yang jahat.

Itulah tanda Yunus yang Aku bicarakan. Apakah kamu punya pertanyaan lagi untuk diajukan kepada-Ku?"

"Tidak, Guru. Kami akan memberitahu kepala sinagoga kami, yang sangat dekat dengan kebenaran ketika merenungkan tanda yang dijanjikan."

"Matias adalah seorang benar. Dan Kebenaran disingkapkan kepada mereka yang benar seperti disingkapkan kepada anak-anak tak berdosa ini yang mengenal siapa Aku lebih baik daripada siapa pun. Sebelum Aku membubarkanmu, ijinkan Aku mendengar para malaikat di bumi ini memuji kerahiman Allah. Kemarilah, anak-anak."

Anak-anak yang selama ini dibuat tenang dengan susah payah, berlari kepada-Nya. "Beritahu Aku, hai anak-anak yang tanpa kebencian, yang manakah tanda-Ku bagimu?"

"Bahwa Engkau baik."

"Bahwa Engkau menyembuhkan ibuku melalui Nama-Mu."

"Bahwa Engkau mengasihi semua orang."

"Bahwa Engkau sangat tampan seperti yang tak bisa dimiliki orang lain."

"Bahwa Engkau membuat orang jahat menjadi baik, seperti yang Engkau lakukan terhadap ayahku."

Setiap anak mengumumkan ciri khas Yesus yang penuh kasih, atau mengenangkan penderitaan yang telah diubah Yesus menjadi senyuman.

Tetapi yang paling menyentuh hati dari semuanya adalah seorang kanak-kanak kecil yang lincah, sekitar empat tahun, yang naik ke pangkuan Yesus dan memeluk leher-Nya seraya berkata, "Tanda-Mu adalah bahwa Engkau mengasihi semua anak, dan anak-anak mengasihi-Mu. Kasih yang sebesar ini..." dan dia merentangkan lebar-lebar lengan-lengan mungilnya yang montok, dan tertawa, dan dia lalu memeluk leher Yesus kembali, menggosok-gosokkan pipi kanak-kanaknya ke pipi Yesus, Yang menciumnya dan bertanya, "Tapi mengapa kau mengasihi Aku jika kau belum pernah melihat Aku sebelumnya?"

"Karena Kau kelihatan seperti malaikat Tuhan."

"Tetapi kau belum pernah melihat malaikat, sobat kecil-Ku…" kata Yesus menggodanya dan tersenyum.

Anak itu diam terpaku sejenak. Dia kemudian tersenyum mempertontonkan semua gigi kecilnya dan berkata, "Tapi jiwaku melihatnya! Mama mengatakan bahwa aku mempunyainya, dan itu di sini, dan Allah melihatnya, dan jiwaku sudah melihat Allah dan malaikat-malaikat, melihat mereka. Dan jiwaku mengenal-Mu, karena Engkau adalah Tuhan."

Yesus mencium keningnya seraya berkata, "Kiranya ciuman ini menambah terang intelektual dalam dirimu" dan Dia menurunkannya. Anak itu berlari kepada ayahnya, dengan tangannya memegang keningnya di mana dia dicium, dan dia berteriak, "Untuk mama, untuk mama! Supaya mama mencium di sini, di mana Tuhan mencium, dan suaranya akan kembali kepadanya dan dia tidak akan menangis lagi."

Mereka menjelaskan kepada Yesus bahwa ibu anak itu menderita sakit tenggorokan dan sangat ingin mendapatkan mukjizat; tetapi para murid tidak dapat menyembuhkan penyakitnya karena terlalu payah dan tak tersentuh.

"Murid termuda, anak laki-lakinya, akan menyembuhkannya. Pergilah dalam damai, sobat. Dan milikilah iman... seperti anakmu," Dia berkata sementara membiarkan ayah anak itu pergi.

Ia lalu mencium anak-anak lain yang ingin mendapatkan ciuman yang sama di kening mereka dan Dia membubarkan warga. Hanya murid-murid-Nya, orang-orang dari Kedesh, dan dari tempat-tempat lain yang masih bersama-Nya.

Sambil menunggu makanan disajikan, Yesus mengatur keberangkatan semua murid pada hari berikutnya; mereka akan mendahului-Nya ke Kapernaum, di mana mereka akan bergabung dengan yang lain-lainnya yang akan sudah ke sana dari tempat-tempat lain. "Kemudian kamu akan menjemput Salome, para istri, dan putri-putri Natanael dan Filipus, Yohana dan Susana, saat kamu melanjutkan perjalanan menuju Nazaret. Kamu akan menjemput BundaKu di sana, dan bunda dari saudara-saudara-Ku dan kamu akan mengantar mereka ke Betania, ke rumah tempat Yusuf tinggal, di tanah milik Lazarus. Kami akan datang melalui Dekapolis."

"Dan bagaimana dengan Marjiam?" tanya Petrus.

"Aku katakan: 'Kamu akan mendahului Aku ke Kapernaum.' Aku tidak mengatakan: pergi. Tetapi dari Kapernaum kamu akan bisa memberitahu para perempuan tentang kedatangan kita, supaya mereka bisa siap ketika kita pergi menuju Yerusalem melalui Dekapolis. Marjiam, yang sekarang sudah menjadi seorang pemuda, akan pergi bersama para murid mengawal para perempuan…"

"Sebenarnya... aku ingin membawa serta juga istriku, perempuan malang, ke Yerusalem. Dia selalu ingin pergi, tetapi dia tidak pernah datang, karena aku tidak ingin ada masalah. Tapi aku ingin membuatnya bahagia tahun ini. Dia sangat baik!"

"Tentu saja, Simon. Itu alasan lain mengutus Marjiam bersamanya. Kita akan melakukan perjalanan dengan sangat lambat dan kita semua akan bertemu di sana..."

Tuan rumah yang lanjut usia berkata, "Apakah begitu singkat waktu bersamaku?"

"Bapa, masih begitu banyak yang harus Aku lakukan. Aku ingin berada di Yerusalem setidaknya delapan hari sebelum Paskah. Ingatlah bahwa fase pertama bulan Adar sudah berakhir..."

"Itu benar. Tapi aku begitu sangat merindukan-Mu!... Sepertinya aku berada dalam terang Surga bersama-Mu di sini... dan terang itu akan pergi begitu Engkau pergi."

"Tidak, bapa. Aku akan meninggalkannya dalam hatimu. Aku akan meninggalkannya juga untuk istrimu dan untuk semua orang di rumah yang bersahabat ini."

Mereka duduk di meja dan Yesus mempersembahkan dan memberkati makanan, yang diedarkan seorang pelayan dari meja ke meja.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama