Cor Unum Anima Una
oleh: P. Gregorius Kaha, SVD
Kemarin, tanggal 15 - 17 Juni 2010, para romo keuskupan Surabaya berkumpul bersama di Jatijajar merayakan penutupan Tahun Imam. Tahun Imam yang ditetapkan Paus Benediktus berlangsung dari 19 Juni 2009 - 19 Juni 2010 mengambil tema: “Kesetiaan Kristus, Kesetiaan Imam”. Keuskupan Surabaya menutup Tahun Imam dengan kegiatan bersama di bawah tema “Cor Unum Anima Una” (= sehati-sejiwa). Imamat memang adalah sebuah rahmat berdimensi personal / pribadi tetapi juga sosial / bersama. Artinya panggilan itu bersifat pribadi tetapi tumbuh dan berkembang justru dalam kebersamaan.
Uskup Surabaya, Mgr. Sutikno mengharapkan agar acara yang dikemas tidak terlalu formal ini membuat para romo lebih setia pada Kristus dan menjalankan tugas pelayanan jemaat dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu pengenalan akan Kristus dalam pengalaman personal, akan sangat mendukung karya pelayanan demi dan atas nama Kristus sendiri.
Pengenalan Akan Kristus
Dalam Injil hari ini orang banyak mengetahui Yesus dengan pelbagai gambaran dan nama. Ada yang mengenal-Nya sebagai Yohanes Pembaptis, ada yang menyebut-Nya Elia, yang lain lagi menduga-Nya sebagai salah seorang nabi dahulu kala. Pengetahuan orang banyak ini ternyata tidak cukup bagi Tuhan Yesus. Tuhan Yesus masih mengharapkan, dan malah menuntut suatu pengetahuan khusus dari para murid-Nya sendiri. Kalau orang banyak mengatakan demikian tentang Aku, namun “… Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Petrus memang menjawab tegas “Engkau adalah Mesias dari Allah.” Tetapi itu jawaban personal Petrus.
Maka dalam pertanyaan Tuhan Yesus itu sebenarnya terkandung dua hal berikut ini. Pertama, Pengetahuan Personal tentang Yesus Kristus. Pengetahuan personal itu bukan perkara rumusan kata-kata belaka tetapi pengalaman pribadi seseorang dengan Kristus. Pengalaman pribadi itu membuat Kristus menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup seseorang. Dengan demikian tidak ada dikotomi atau pertentangan antara pengetahuan teologis kita tentang Tuhan di satu pihak dan kepribadian kita di pihak yang lain. Dengan meminjam kata-kata Rasul Paulus kepada umat di Galatia, “Saudara-saudara, kamu semua adalah putera dan puteri Allah…karena kamu semua... telah mengenakan Kristus... karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus.” Kedua, selain pengetahuan pribadi tentang Yesus, dituntut pula pengetahuan yang benar tentang-Nya. Murid-murid adalah orang-orang yang dipanggil untuk mengetahui Tuhan Yesus dan mewartakan-Nya kepada banyak orang: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku... dan ajarilah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu.” Pengikut Kristus harus cemas dan waspada, jangan sampai dia mengenal Tuhan Yesus secara salah / keliru, sehingga salah / keliru juga dalam mewartakan-Nya.
Santo Agustinus memberi tips kecil supaya kita jangan salah dalam mengetahui dan mewartakan Kristus: Seseorang harus selalu mencari dan mendengarkan Sang Guru yang sejati yakni Kristus sendiri, karena di dalam Dia kebenaran sempurna menjadi jaminannya.
Rahmat Panggilan
Rupanya bukan kebetulan bersama dengan gagasan Injil minggu ini tentang pengenalan akan Kristus, anak-anak seminari menengah Garum mengunjungi kita di paroki. Kunjungan ini bagi kita mempunyai nilai yang istimewa karena dengan kegiatan ini umat paroki mau menyatakan dukungannya secara intens kepada pendidikan calon imam atau calon gembalanya di masa depan, dan juga supaya bersama mereka kita semua diingatkan bahwa menjadi pengikut Kristus baik dalam panggilan khusus, maupun panggilan umum membutuhkan pengalaman personal dengan Kristus. Kita diajak punya satu hati dan satu jiwa dengan Kristus.
Panggilan umum apalagi panggilan khusus adalah rahmat cuma-cuma dari Kristus, dan rahmat itu harus dibagi kepada sesama. Semoga kehadiran seminaris di tengah umat menjadi juga dukungan buat mereka dalam menapaki panggilan ini. Mari kita saling mendoakan, saling meneguhkan karena iman akan Yesus adalah keputusan pribadi seseorang, tetapi iman itu harus bertumbuh dan berkembang dalam kebersamaan. Cor Unum Anima Una, - kita menjadi “sehati-sejiwa” untuk Kristus yang mengutus kita mewartakan kasih-Nya.
|