17. KETIDAKTAATAN HAWA DAN KETAATAN MARIA


5 Maret 1944

Yesus bersabda:

"… Bukankah kita baca dalam Kitab Kejadian bahwa Allah menjadikan manusia tuan atas segala sesuatu di bumi, yakni segalanya terkecuali Allah dan para malaikat pelayan-Nya? Bukankah kita baca bahwa Ia menjadikan perempuan pendamping laki-laki dalam sukacitanya dan kuasanya atas segala makhluk hidup? Bukankah kita baca bahwa mereka diperkenankan makan semuanya terkecuali dari pohon pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat? Mengapa? Apakah makna dari perkataan "supaya ia berkuasa"? Dan apakah makna dari pohon pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat? Pernahkah kalian mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, kalian manusia, yang mengajukan begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang tak berguna namun tidak pernah menanyai jiwamu mengenai kebenaran-kebenaran surgawi? Jiwamu akan memberitahumu, jika jiwamu itu hidup, sebab suatu jiwa dalam rahmat digenggam bagai sekuntum bunga dalam tangan-tangan malaikatmu, dan bagai sekuntum bunga ia dikecup oleh matahari dan diperciki embun oleh Roh Kudus, Yang menghangatkan dan meneranginya, menyemprotnya dan menghiasinya dengan terang surgawi. Betapa banyak kebenaran yang akan dikatakan jiwamu kepadamu, jika saja kau tahu bagaimana berbicara dengannya, jika saja kau mengasihi jiwamu yang membuatmu seperti Allah, Yang adalah roh, sebab jiwamu adalah roh. Betapa seorang sahabat karib yang akan kau miliki andai kau mengasihi jiwamu dan bukannya membencinya bahkan ke tingkat membunuhnya; betapa seorang sahabat agung dan mulia dengan siapa engkau dapat berbicara tentang perkara-perkara surgawi, sebab kalian manusia begitu antusias berbicara dan kalian saling merusak satu sama lain dengan persahabatan-persahabatan yang, jika bukan persahabatan yang tidak pantas (seperti terkadang demikian), persahabatan-persahabatan itu nyaris selalu tak ada gunanya dan berubah menjadi suatu kesia-siaan dan keributan yang merusak akibat perkataan-perkataan duniawi.

Bukankah Aku telah bersabda: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti sabda-Ku, dan BapaKu akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia"? Jiwa yang berada dalam keadaan rahmat memiliki kasih, dan dengan memiliki kasih ia memiliki Allah, yaitu Bapa Yang memeliharanya, Putra Yang mengajarinya, Roh Yang meneranginya. Oleh karenanya jiwa memiliki Ilmu, Pengetahuan, Kebijaksanaan, Terang. Sebab itu renungkanlah betapa luhur percakapan-percakapan yang dapat dilakukan jiwamu denganmu. Percakapan-percakapan yang demikian memenuhi keheningan penjara-penjara, keheningan sel-sel, keheningan pertapaan-pertapaan, keheningan kamar-kamar orang-orang sakit yang kudus. Percakapan-percakapan yang demikian adalah penghiburan bagi para tahanan yang menantikan kemartiran, bagi para biarawan dan para biarawati dari biara tertutup yang mencari Kebenaran, bagi para pertapa yang merindukan pengetahuan lebih mendalam akan Allah, bagi orang-orang sakit dalam menanggung, bukan, dalam mencintai salib-salib mereka.

Jika kau tahu bagaimana menanyai jiwamu, kau akan diberitahu bahwa makna sesungguhnya, yang menjangkau luas - seluas ciptaan itu sendiri - dari perkataan "supaya ia berkuasa" adalah ini: "Bahwa manusia dapat menguasai semuanya, yakni ketiga statusnya. Status yang lebih rendah, status binatang. Status menengah, status moral. Status yang lebih tinggi, status rohani. Dan ketiganya hendaknya diarahkan ke satu tujuan semata: untuk memiliki Allah." Memiliki Allah dengan layak mendapatkan-Nya melalui pengendalian diri yang tegas yang menundukkan segala kuasa ego diri dan membawanya ke satu tujuan semata: agar layak memiliki Allah. Jiwamu akan mengatakan kepadamu bahwa Allah telah melarang pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, sebab Ia sudah menganugerahkan yang baik kepada makhluk-makhluk-Nya secara cuma-cuma, dan Ia tak ingin kalian mengenal yang jahat, sebab yang jahat adalah buah yang manis dirasakan, tetapi begitu saribuahnya menjadi bagian dari darahmu, ia menyebabkan demam yang membunuhmu dan menimbulkan dahaga yang kering kerontang, sehingga semakin banyak orang meneguk saribuah palsu itu, semakin haus ia jadinya.

Kalian mungkin memprotes: "Dan mengapakah Allah menempatkannya di sana?" Karena kejahatan adalah suatu kekuatan yang berasal dari dirinya sendiri seperti penyakit-penyakit mengerikan tertentu dalam tubuh yang paling sehat.

Lucifer adalah seorang malaikat, yang paling elok dari segenap malaikat, suatu roh sempurna, lebih rendah hanya dari Allah, dan meski begitu dalam esensi kecemerlangannya suatu kabut kesombongan muncul dan dia tidak menyerakkannya. Sebaliknya, dia justru memadatkannya dengan lama merenungkannya. Dan Kejahatan lahir dari inkubasi ini. Kejahatan ada sebelum manusia ada. Allah telah mencampakkan dia keluar dari Firdaus, inkubator terkutuk dari Kejahatan, yang telah mencemarkan Firdaus. Tetapi dia adalah inkubator kekal dari Kejahatan dan karena dia tak lagi dapat mencemari Firdaus, dia mencemari dunia.

Pohon metaforis itu membuktikan kebenaran ini. Allah telah bersabda kepada laki-laki dan perempuan: "Kalian tahu semua hukum dan misteri penciptaan. Akan tetapi janganlah melanggar hak-Ku sebagai pencipta manusia. Kasih-Ku saja akan cukup bagi perkembangbiakan umat manusia dan kasih-Ku itu akan menyebar di antara kalian dan akan membangkitkan Adam-adam baru dari bangsa manusia tanpa melalui nafsu birahi melainkan melalui denyut-denyut kasih yang murni. Aku telah memberikan kepada kalian segalanya. Aku hanya menyimpan bagi DiriKu sendiri misteri penciptaan manusia ini."

Setan ingin menjauhkan manusia dari keperawanan intelektual ini dan dengan lidah berbisanya dia merayu dan membelai kaki dan tangan dan mata Hawa, membangkitkan pikiran-pikiran dan suatu ketajaman pikiran yang tidak mereka miliki sebelumnya, sebab kedengkian belum memabukkan mereka.

Hawa "melihat". Dan dengan melihat, ia ingin mencoba. Dagingnya bangkit. Oh! Andai ia berseru kepada Allah! Andai ia bergegas datang kepada-Nya mengatakan: "Bapa! Ular telah membelaiku dan aku sedih." Bapa akan memurnikan dan menyembuhkannya dengan napas-Nya, yang dapat menghembuskan ketakberdosaan baru ke dalam dirinya seperti napas-Nya itu telah menghembuskan hidup. Dan napas-Nya akan membuatnya melupakan racun si ular, bukan, akan menimbulkan dalam dirinya rasa jijik kepada Ular, seperti yang terjadi pada mereka yang menunjukkan kebencian naluriah terhadap penyakit yang baru dienyahkan dari diri mereka. Akan tetapi Hawa tidak pergi kepada Bapa. Hawa kembali kepada Ular. Sensasinya manis baginya. "Melihat bahwa buah dari pohon itu baik untuk dimakan dan menyenangkan serta sedap dipandang, ia mengambilnya dan memakannya."

Dan "ia mengerti". Sekarang kedengkian ada dalam dirinya dan menggerogoti isi perutnya. Ia melihat dengan mata yang baru dan mendengar dengan telinga yang baru habitus dan suara-suara binatang liar. Dan ia mencanduinya dengan kerakusan yang gila.

Ia memulai dosa sendirian. Ia menyelesaikannya bersama pendampingnya. Itulah sebabnya mengapa hukuman yang lebih berat ditimpakan pada perempuan. Karena dia, manusia menjadi suka memberontak terhadap Allah dan menjadi mengenal percabulan dan kematian. Karena dia, manusia tak lagi dapat menguasai ketiga kekuasaannya: kekuasaan atas roh, sebab ia membiarkan roh tidak taat kepada Allah; kekuasaan atas moral, sebab ia membiarkan hawa nafsu menguasainya; kekuasaan atas daging, sebab ia memerosotkannya ke tingkat naluri binatang. "Ular telah membujukku," kata Hawa. "Perempuan menawarkan buah itu kepadaku dan aku memakannya," kata Adam. Dan kerakusan lipat tiga ini telah menguasai ketiga kekuasaan sejak itu.

Hanya Rahmat yang dapat mengendorkan cengkeraman monster keji ini. Dan jika Rahmat hidup, bukan, sepenuhnya hidup, dan dipelihara agar terlebih dan terlebih hidup lagi oleh kehendak baik seorang anak yang beriman, Rahmat akan berhasil mencekik si monster dan tak akan ada lagi yang harus ditakuti. Ia tak akan takut akan tirani dalam dirinya, yang adalah daging dan hawa nafsu; pula ia tak akan takut akan tirani dari luar dirinya, yaitu dunia dan para penguasa di dunia. Ia tidak takut akan penganiayaan maupun maut. Seperti dikatakan Paulus Rasul: "Aku tidak takut akan suatu pun dari hal-hal ini, pula aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku melaksanakan misi dan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Kabar Baik Kasih Karunia Allah." [...]




8 Maret 1944

Maria mengatakan:

"Aku taat dalam sukacita-Ku, sebab ketika Aku memahami misi dengan mana Allah memanggil-Ku, Aku dipenuhi sukacita, hati-Ku merekah bagai sekuntum kuncup lily dan ia mencucurkan darah itu yang akan menjadi tanah bagi Benih Tuhan.

Sukacita menjadi seorang bunda.

Aku telah mengkonsekrasikan DiriKu kepada Allah sejak masa kanak-kanak-Ku, sebab terang dari Yang Mahatinggi telah memperlihatkan kepada-Ku penyebab kejahatan di dunia dan, sejauh itu dalam kuasa-Ku, Aku ingin mengenyahkan dari DiriKu sendiri setiap jejak Setan.

Aku tidak tahu bahwa Aku tanda noda. Aku tak dapat berpikir bahwa Aku demikian. Pikiran macam itu akan merupakan suatu kelancangan dan kepongahan, sebab, karena Aku dilahirkan dari orangtua manusia, tidaklah benar bagi-Ku berpikiran bahwa Aku adalah Yang Terpilih menjadi Yang Tanpa Salah. Roh Allah telah memberitahukan kepada-Ku duka Bapa karena rusaknya Hawa, yang telah memerosotkan dirinya ke tingkat makhluk yang lebih rendah, padahal ia adalah makhluk rahmat. Menjadi niat-Ku untuk meredakan duka itu dengan tetap tak tercemar oleh pikiran-pikiran, keinginan-keinginan dan kontak-kontak manusiawi dan dengan demikian memulihkan kemurnian bak malaikat dalam tubuh-Ku. Debaran jantung-Ku hanya diperuntukkan bagi-Nya, dan hanya bagi-Nya keseluruhan DiriKu.

Akan tetapi jika tiada nafsu daging dalam DiriKu, masih ada pengurbanan tidak menjadi seorang ibunda. Juga kepada Hawa telah dianugerahkan oleh Bapa Pencipta karunia keibuan; keibuan tanpa apa yang sekarang memerosotkannya. Keibuan yang manis dan murni tanpa beban hawa nafsu! Aku mengalaminya! Betapa banyak yang dilepaskan Hawa dengan merelakan kekayaan yang demikian! Lebih dari sekedar keabadian. Dan janganlah berpikir bahwa Aku berlebihan. YesusKu dan Aku, BundaNya, bersama-Nya, telah mengalami ketenangan kematian. Aku, ketenangan manis dari seorang yang letih yang tertidur, Yesus ketenangan mendalam dari seorang yang mati dengan dihukum mati. Jadi kami juga mengalami kematian. Tetapi hanya Aku, Hawa yang baru, mengalami keibuan tanpa pencemaran apapun, supaya Aku dapat mengatakan kepada dunia betapa manis takdir seorang perempuan yang dipanggil untuk menjadi seorang ibu tanpa sakit jasmani apapun. Dan keinginan akan keibuan murni macam itu adalah mungkin dan sesungguhnya ada dalam Perawan yang sepenuhnya membaktikan diri kepada Allah, sebab keibuan yang demikian adalah kemuliaan bagi perempuan.

Jika kalian merenungkan betapa bangsa Israel menjunjung tinggi seorang ibu, kalian akan bahkan terlebih lagi menyadari betapa besar kurban yang telah Aku lakukan ketika Aku mengkonsekrasikan DiriKu pada keperawanan. Sekarang Bapa Yang Baik dan Kekal menganugerahi-Ku, hambaNya, karunia ini, tanpa melepaskan-Ku dari kemurnian dengan mana Aku telah menyelubungi DiriKu untuk menjadi sekuntum bunga di tahta-Nya. Dan Aku bersukacita dengan sukacita ganda menjadi bunda dari seorang manusia dan Bunda Allah.

Sukacita menjadi sang Perempuan melalui Siapa damai dibangun kembali antara Surga dan bumi.

Oh! Betapa sukacita merindukan kedamaian ini demi Allah dan demi manusia dan mengetahui bahwa hal itu datang ke dunia melalui Aku, hamba hina dari Yang Mahakuasa! Betapa sukacita mengatakan: "Manusia, janganlah lagi menangis. Ada pada-Ku rahasia yang akan membuatmu bahagia. Aku tak dapat mengatakan apa itu sebab rahasia itu termeterai dalam DiriKu, dalam hati-Ku, sama seperti Putra yang terkandung dalam rahim-Ku yang tak bercela. Tetapi Aku telah menyampaikannya kepadamu, dan saat bilamana kalian akan melihat-Nya dan mendengar nama-Nya yang Kudus telah semakin dekat."

Sukacita telah membuat Allah berbahagia: sukacita orang percaya sebab Allah-nya dibuat berbahagia.

Oh! Sukacita mengenyahkan dari hati Allah kepahitan karena ketidaktaan, kesombongan dan ketidakpercayaan Hawa!

YesusKu menerangkan kesalahan dengan mana Pasangan pertama ternoda. Aku menebus dosa itu dengan naik ke tingkat-tingkat yang sama seperti dari mana mereka turun.

Ketidaktaatan adalah permulaan dari jatuhnya manusia ke dalam dosa. "Jangan kamu makan ataupun raba buah dari pohon itu," sabda Allah. Tetapi laki-laki dan perempuan itu tidak menghormati larangan-Nya, meski sebagai raja dari ciptaan mereka diijinkan untuk meraba dan memakan semuanya terkecuali yang dari pohon itu sebab Allah menghendaki mereka lebih rendah hanya dari para malaikat saja.

Pohon itu: sarana untuk menguji ketaatan mereka. Apakah makna tersirat dari ketaatan terhadap perintah-perintah Allah? Menyiratkan segala kemungkinan baik, sebab Allah tidak memerintahkan apapun selain dari yang baik. Apakah itu ketidaktaatan? Ketidaktaatan adalah kejahatan, sebab membangkitkan suatu keadaan mental memberontak dalam mana Setan dapat aktif.

Hawa pergi menuju pohon itu, yang, apabila dihindari, akan menyebabkan kesejahteraannya, apabila dihampiri, akan menyebabkan kebinasaannya. Ia berjalan ke sana dihantar oleh rasa ingin tahu yang kekanak-kanakan untuk melihat apa yang istimewa darinya, dan oleh kesembronoan yang membuatnya berpikir bahwa perintah Allah itu tak ada artinya sebab ia kuat dan murni, ratu Firdaus, di mana semua tunduk padanya dan tiada suatu pun yang dapat mencelakainya. Kepongahannya adalah kebinasaannya. Kepongahan adalah ragi kesombongan.

Di pohon itu ia mendapati si Penggoda, yang menyanyikan lagu dusta kepada kekurangpengalamannya, kepada kekurangpengalamannya yang perawan dan indah, kepada kekurangpengalamannya yang tidak dijaga baik. "Kau pikir ada yang jahat di sini? Tidak, tidak ada. Allah mengatakan begitu kepada kalian sebab Ia hendak menjadikan kalian budak-budak di bawah kuasa-Nya. Kau pikir kalian raja dan ratu? Kalian bahkan tidak sebebas binatang-binatang liar. Binatang-binatang dapat saling mencintai dengan cinta sejati. Kalian tidak dapat. Binatang-binatang dianugerahi karunia menjadi pencipta-pencipta seperti Allah. Binatang-binatang menurunkan anak-anaknya yang kecil dan melihat keluarga-keluarga mereka bertumbuh sebanyak yang mereka kehendaki. Kalian tidak. Kalian dijauhkan dari sukacita ini. Mengapakah menjadikan laki-laki dan perempuan jika kalian harus hidup seperti itu? Jadilah tuhan! Kalian tidak tahu sukacita dari dua menjadi satu daging, yang menciptakan yang ketiga dan lebih banyak lagi. Janganlah percaya kepada Allah ketika Ia menjanjikan kepada kalian sukacita keturunan melihat anak-anakmu membentuk keluarga-keluarga baru, meninggalkan ayah dan ibunya demi keluarga-keluarga mereka. Ia telah memberi kalian suatu kehidupan palsu: kehidupan sejati adalah mengenal hukum-hukum kehidupan. Maka kalian akan menjadi seperti tuhan dan akan dapat berkata kepada Allah: 'Kami setara dengan-Mu.'"

Dan bujuk rayu berlanjut sebab tak ada keinginan untuk menghentikannya, sebaliknya malahan ada keinginan untuk meneruskannya dan untuk belajar apa yang tak menjadi milik manusia. Dan pohon terlarang menjadi sungguh mematikan bagi bangsa manusia sebab dari cabang-cabangnya di sana tergantung buah pengetahuan pahit yang berasal dari Setan. Dan perempuan menjadi betina dan dengan ragi pengetahuan yang berasal dari Setan dalam hatinya, ia berjalan terus untuk merusak Adam. Dengan tubuh dan jiwa mereka merosot dan moral mereka rusak, mereka menjadi mengenal kesedihan dan kematian baik jiwa mereka yang kehilangan Rahmat dan tubuh mereka yang dilucuti dari keabadian. Dan luka-luka Hawa mengakibatkan penderitaan, yang tak akan reda hingga pasangan terakhir di dunia mati.

Aku pergi menyusuri jalan yang ditempuh kedua pendosa, namun dengan arah yang berlawanan: Aku taat. Aku taat dalam segala hal. Allah mengilhami-Ku untuk menjadi seorang perawan. Aku taat. Ketika Aku mencintai keperawanan yang menjadikan-Ku semurni perempuan pertama sebelum ia bertemu Setan, Allah meminta-Ku untuk menikah. Aku taat, dengan meninggikan perkawinan ke tingkat kemurnian yang dikehendaki Allah ketika Ia menciptakan Orangtua Pertama. Aku kemudian yakin bahwa takdir-Ku adalah selibat dalam perkawinan dan hinaan orang karena kemandulan-Ku yang suci, ketika Allah meminta-Ku untuk menjadi seorang Bunda. Aku taat. Aku percaya bahwa itu mungkin dan bahwa sabda berasal dari Allah, sebab Aku dipenuhi damai ketika Aku mendengarnya. Aku tidak berpikir: "Aku layak untuk itu." Aku tidak berkata: "Sekarang dunia akan mengagumi-Ku, sebab Aku seperti Allah, membuat daging bagi Allah." Tidak, Aku tidak berbuat demikian. Aku merendahkan diri-Ku dalam kerendahan hati-Ku.

Sukacita membual keluar dari hati-Ku bagai tangkai sekuntum mawar. Akan tetapi tangkai itu segera dihiasi dengan duri-duri tajam dan dicengkeram dalam lilitan dukacita, bagai ranting-ranting yang diselimuti oleh lilitan convolvuli. Dukacita karena derita pasanganKu: yang mencekik sukacita-Ku. Dukacita karena derita PutraKu: suatu duri yang menusuk sukacita-Ku.

Hawa menginginkan kenikmatan, kemenangan, kebebasan. Aku menerima dukacita, penghinaan, perhambaan. Aku merelakan hidup-Ku yang damai, penghargaan dari pasangan-Ku, kebebasan-Ku sendiri. Aku tak menyisakan suatu pun bagi DiriKu sendiri. Aku menjadi hamba Allah dalam daging, dalam moral, dalam roh, mengandalkan-Nya tidak hanya untuk perkandungan yang perawan, melainkan juga untuk perlindungan bagi kehormatan-Ku, untuk penghiburan bagi pasangan-Ku, untuk sarana-sarana yang sesuai demi meninggikannya juga ke kemuliaan perkawinan, sehingga kami dapat memulihkan laki-laki dan perempuan ke martabat mereka yang hilang. Aku memeluk kehendak Allah bagi DiriKu, pasanganKu dan AnakKu.

Aku katakan "Ya" untuk ketiganya, sebab Aku yakin Allah tak akan mengingkari janji-Nya untuk menolong-Ku dalam dukacita-Ku sebagai pasangan yang menyadari bahwa ia didakwa bersalah, dan sebagai seorang ibunda yang tahu bahwa ia mengandung seorang Putra untuk melahirkan-Nya ke dalam dukacita. Aku katakan "Ya" dan tiada yang lain. "Ya' itu membatalkan "Tidak" Hawa terhadap perintah Allah. "Ya, TuhanKu, seperti yang Kau kehendaki. Aku akan mengetahui apa yang Kau kehendaki Aku tahu. Aku akan hidup seperti Kau kehendaki Aku hidup. Aku akan bersukacita jika Kau menghendakinya. Aku akan menderita untuk apa yang Kau kehendaki Aku derita. Ya, untuk selamanya, TuhanKu, sejak dari saat berkas sinar-Mu menjadikan-Ku seorang Bunda hingga ke saat Kau memanggil-Ku kembali kepada-Mu.  'Ya' untuk selamanya 'ya'. Segala suara-suara baik dari daging, segala hasrat baik dari roh berada di bawah kendali "Ya"-Ku yang abadi. Dan di atas, beralaskan berlian, terdapat roh-Ku, tiada memiliki sayap untuk terbang kepada-Mu, namun ia adalah tuan dari seluruh 'ego' yang ditundukkan dan dijadikan hamba-Mu. Hamba dalam sukacita, hamba dalam dukacita. Akan tetapi tersenyumlah, ya Allah. Dan bergembiralah. Kesalahan telah ditaklukkan. Ia telah dienyahkan dan dibinasakan. Ia tergeletak di bawah tumit-Ku, telah dibasuh dengan airmata-Ku dan dibinasakan oleh ketaatan-Ku. Sebuah Pohon baru akan dilahirkan dari hati-Ku dan ia akan menghasilkan Buah yang tahu akan segala kejahatan sebab Ia menanggungnya semua dalam DiriNya dan akan memberikan semua yang baik. Semua orang akan dapat datang kepada-Nya dan Aku akan berbahagia jika mereka mengambil dari-Nya, bahkan meski mereka tidak ingat bahwa Ia dilahirkan dari-Ku. Asalkan manusia diselamatkan dan Allah dikasihi, biarlah terjadilah atas hamba-Nya ini apa yang dilakukan atas sepetak tanah di mana sebuah pohon ditanam: sebagai anak tangga untuk naik."

Maria, kita harus selalu menjadi anak-anak tangga agar orang-orang lain dapat naik kepada Allah. Tidaklah mengapa jika mereka menginjak-injak kita, asalkan mereka berhasil mencapai Salib. Ia adalah pohon baru yang memiliki pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat, sebab Ia memberitahukan kepada manusia apa yang baik dan apa yang jahat agar manusia dapat memilih dan hidup dan pada saat yang sama Ia adalah obat yang menyembuhkan mereka yang dimabukkan oleh kejahatan yang ingin mereka rasakan. Biarlah hati kita berada di bawah kaki-kaki manusia, agar jumlah mereka yang ditebus dapat bertambah dan Darah YesusKu tidak dicurahkan sia-sia. Itulah takdir para hamba Allah. Tetapi kemudian kita layak untuk menyambut Hosti kudus dalam hati kita dan mengatakan di kaki Salib yang bersimbah Darah-Nya dan airmata kita: "Inilah, ya Bapa, Hosti immaculata yang kami persembahkan kepada-Mu demi keselamatan dunia. Pandanglah kami, Bapa, yang lebur bersama-Nya dan berilah kami berkat-Mu demi jasa-jasa-Nya yang tak terhingga."

Aku memberimu belaian-Ku. Beristirahatlah sekarang, putri-Ku terkasih. Tuhan bersamamu."




Yesus bersabda:

"Perkataan BundaKu kiranya mengenyahkan segala keruwetan pikiran, juga dalam benak mereka yang paling dibingungkan dan dikacaukan oleh pengetahuan palsu […].

Aku pernah mengatakan: "pohon metaforis." Sekarang akan Aku katakan: "pohon simbolis." Mungkin kalian akan mengerti dengan lebih baik. Simbolnya jelas: kecenderungan kepada yang baik dan yang jahat dari dua anak Allah, akan dapat dipahami melalui perilaku mereka terhadap pohon itu. Seperti 'aqua regia' yang menguji emas dan neraca tukang emas yang menimbang karatnya, pohon itu, atas perintah Allah, menjadi suatu sarana pengujian dan ia memberikan ukuran atas kemurnian logam simbolis Adam dan Hawa.

Aku telah dapat mendengar keberatan kalian: "Tidakkah hukuman itu terlalu berlebihan dan cara yang dipergunakan untuk menghukum mereka kekanak-kanakkan?

Tidak. Ketidaktaatan aktual dalam diri kalian, yang adalah para ahli waris mereka, tidak begitu parah seperti dalam diri mereka. Kalian telah ditebus oleh-Ku. Tetapi racun Setan selalu siap untuk bangkit lagi, seperti penyakit-penyakit tertentu yang tak pernah hilang sepenuhnya dalam darah. Orangtua Pertama memiliki Rahmat tanpa bahkan pernah mendekati Aib. Oleh karena itu mereka lebih kuat dan lebih teguh ditopang oleh Rahmat yang menghasilkan kasih dan ketakberdosaan. Karunia yang dianugerahkan kepada mereka oleh Allah ini tak terbatas. Oleh karenanya jauh terlebih parah jatuhnya mereka ke dalam dosa mengingat karunia itu.

Juga buah yang ditawarkan dan dimakan adalah simbolis. Itu adalah buah dari sebuah pengalaman yang ingin mereka miliki atas hasutan Setan untuk melanggar perintah Allah. Aku tidak melarang manusia mengasihi. Aku hanya menghendaki mereka saling mengasihi satu sama lain tanpa kedengkian; seperti Aku mengasihi mereka dalam kekudusan-Ku, hendaknya mereka saling mengasihi satu sama lain dalam kekudusan cinta kasih yang tak tercemar oleh percabulan.

Jangan lupa bahwa Rahmat adalah terang, dan barangsiapa memilikinya tahu apa yang baik dan berguna untuk diketahui. Maria, yang Penuh Rahmat, tahu semuanya, sebab Kebijaksanaan mengajari-Nya, Kebijaksanaan yang adalah Rahmat, dan Ia tahu bagaimana hidup secara kudus. Juga Hawa tahu apa yang baik untuk diketahuinya. Tetapi tidak lebih, sebab adalah tak berguna mengetahui apa yang tidak baik. Namun dia tak memiliki iman pada Sabda Allah, dan tidak setia pada janji ketaatannya. Dia percaya pada Setan, dia melanggar janjinya, dia ingin tahu apa yang tidak baik, dia menyukainya tanpa menyesal, dia mengubah kasih menjadi sesuatu yang rusak dan merosot, yang sebaliknya telah Aku perkenankan sebagai sesuatu yang kudus. Seperti seorang malaikat yang ternoda, dia berkubang dalam lumpur dan kotoran, padahal sebenarnya dia dapat berlari gembira di antara bebungaan Firdaus duniawi dan dia dapat melihat keturunannya berkembang sekelilingnya, bagai sebuah tanaman yang diselimuti bunga-bunga tanpa menundukkan daun-daunnya ke dalam lumpur.

Janganlah seperti anak-anak bodoh yang Aku ceritakan dalam Injil; mereka mendengar anak-anak lain menyanyi dan mereka menutup telinga mereka, mendengar mereka meniup seruling dan mereka tidak menari, mendengar mereka menangis tetapi mereka ingin tertawa. Janganlah berpikiran sempit, janganlah menjadi penyangkal. Terimalah Terang tanpa kedengkian dan kedegilan, tanpa ironi dan ketidakpercayaan. Telah cukup dibicarakan mengenai itu.

Guna membuat kalian paham betapa seharusnya kalian bersyukur kepada Dia Yang wafat demi meninggikan kalian ke Surga dan menaklukkan nafsu jasmani Setan, Aku hendak berbicara kepada kalian, pada masa persiapan Paskah ini, mengenai mata rantai pertama apa yang menyeret Sabda Bapa ke kematian, Anak Domba Allah ke tempat pembantaian. Aku hendak berbicara kepada kalian mengenainya, sebab sekarang sembilanpuluh persen dari kalian seperti Hawa yang dimabukkan oleh napas dan perkataan Lucifer, dan kalian tidak hidup, untuk saling mengasihi satu sama lain, melainkan memuaskan diri kalian dengan kenikmatan hawa nafsu, kalian tidak hidup untuk Surga melainkan untuk kecemaran, kalian bukan lagi makhluk-makhluk yang dikarunia jiwa dan akal budi, melainkan anjing-anjing tanpa jiwa dan tanpa akal budi. Kalian telah membunuh jiwa kalian dan menyesatkan akal budi kalian. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu bahwa orang-orang biadab terlebih unggul dibandingkan kalian dalam ketulusan kasih mereka."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 1          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya next   up  Halaman Utama