... Kesaksian Catalina mengenai Misa Kudus


37) Saat akhir Prefasi telah tiba, dan sekonyong-konyong, ketika umat mendaraskan, "Kudus, Kudus, Kudus", segala yang ada di belakang para selebran lenyap. Di belakang sisi kiri Uskup Agung tampak beribu-ribu Malaikat dalam suatu garis diagonal: Malaikat-Malaikat kecil, Malaikat-Malaikat besar, Malaikat-Malaikat dengan sayap sangat besar, Malaikat-Malaikat dengan sayap kecil, Malaikat-Malaikat tanpa sayap. Sama seperti Malaikat-Malaikat sebelumnya, semua mengenakan jubah serupa alba putih para imam dan putera altar.

38) Semua berlutut dengan tangan-tangan terjalin dalam doa dan menundukkan kepala mereka dalam hormat. Kalian dapat mendengar musik yang paling indah, seolah ada sangat banyak paduan suara berpadu harmoni dalam beragam suara, semua mereka bermadah sesuara bersama umat: Kudus, Kudus, Kudus…

39) Saat Konsekrasi telah tiba, saat yang paling mengagumkan dari segala Mukjizat… Di belakang sisi kanan Uskup Agung tampak suatu himpunan besar orang juga dalam suatu garis diagional. Mereka mengenakan jubah yag serupa dengan para Malaikat Pelindung tetapi dalam warna-warna lembut: merah jambu, hijau, biru muda, ungu muda, kuning; yakni, dalam beragam warna dan yang sangat lembut. Wajah mereka juga cemerlang, penuh sukacita. Mereka semua tampak dalam usia yang sama. Kalian dapat katakan (dan aku tak dapat mengatakan mengapa) bahwa mereka adalah orang-orang dari berbagai tingkat usia namun wajah mereka kelihatan sama, tanpa kerut, bahagia. Mereka semua berlutut juga, pada saat madah "Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan…"

40) Bunda Maria berkata: "Ini adalah segenap Santa Santo dan Beata Beato di Surga, dan di antara mereka juga jiwa-jiwa dari sanak saudara dan para anggota keluarga kalian yang telah menikmati Hadirat Allah." Kemudian aku melihat Bunda Maria. Ia di sana, tepat di sebelah kanan Yang Mulia, Uskup Agung… setapak di belakang selebran. Ia melayang sedikit di atas lantai, berlutut di atas bahan yang sangat halus, transparan namun sekaligus berkilau, serupa air kristal. Santa Perawan, dengan tangan-tangan-Nya terjalin, menatap dengan penuh perhatian dan hormat pada selebran. Dan Ia berbicara kepadaku dari sana, tetapi tanpa suara, langsung ke hatiku, tanpa melihatku:

41) "Tampaknya aneh bagimu melihat-Ku sedikit di belakang Monsignor, bukankah begitu? Inilah yang seharusnya… Kendati begitu besar PutraKu mengasihi-Ku, Ia tidak memberikan kepada-Ku martabat yang Ia berikan kepada seorang imam, yakni dapat mendatangkan PutraKu dalam tangan-tangan-Ku setiap hari, seperti yang dilakukan tangan-tangan imam. Karena inilah Aku merasakan hormat yang begitu mendalam bagi seorang imam dan bagi segala mukjizat yang Allah selenggarakan melalui seorang imam, hingga membuat-Ku berlutut di sini."  

42) Allah-ku, betapa martabat, betapa rahmat yang Tuhan limpahkan atas jiwa-jiwa imam. Dan baik kami, ataupun mungkin sebagian dari mereka, tidak menyadarinya.

43) Di sana mulai tampak di depan Altar bayangan-bayangan dalam bentuk manusia, berwarna abu-abu, dan mereka mengedangkan tangan-tangan mereka ke atas. Santa Perawan mengatakan: "Mereka ini adalah jiwa-jiwa terberkati dari Purgatorium yang menantikan doa-doa kalian supaya disegarkan. Janganlah berhenti berdoa bagi mereka. Mereka berdoa bagi kalian tetapi mereka tidak dapat berdoa bagi diri mereka sendiri. Kalianlah yang harus berdoa bagi jiwa-jiwa terberkati ini guna menolong mereka pergi [dari Purgatorium], supaya mereka dapat pergi berjumpa dengan Allah dan menikmati-Nya dalam keabadian.

44) Seperti kau lihat, Aku di sini sepanjang waktu. Orang banyak pergi berziarah dan mencari tempat-tempat penampakan-Ku, dan itu baik sebab segala rahmat yang mereka terima di sana. Tetapi tidak dalam penampakan manapun, atau di tempat lain manapun Aku hadir lebih lama [dari waktu ke waktu] dari saat Misa Kudus. Kalian akan selalu mendapati-Ku di kaki Altar di mana Ekaristi dirayakan. Di kaki Tabernakel, Aku tinggal bersama para malaikat sebab Aku senantiasa bersama-Nya."

45) Memandang wajah rupawan Bunda kita pada saat "Sanctus" itu, bersama dengan segenap yang lainnya dengan wajah mereka yang bercahaya, tangan mereka terjalin, menantikan mukjizat itu yang mengulang dirinya terus-menerus, adalah berada di Surga itu sendiri. Dan memikirkan bahwa ada orang-orang, bahwa ada sebagian dari kita yang dapat teralih perhatiannya, bercakap-cakap pada saat itu… Aku katakan dengan sedih bahwa banyak laki-laki, lebih dari perempuan, yang berdiri dengan tangan dilipat di depan dada, seolah memberikan penghormatan kepada Tuhan dari orang yang sederajat satu sama lain.

46) Perawan Maria mengatakan: "Katakan kepada semua orang bahwa tidak pernah seorang manusia terlebih manusiawi dari saat dia bertekuk lutut di hadapan Allah."  

47) Selebran mendaraskan kata-kata "Konsekrasi". Dia adalah seorang dengan tinggi normal namun sekonyong-konyong dia mulai bertumbuh dan dipenuhi cahaya. Suatu cahaya adikodrati antara putih dan keemasan melingkupinya dan semakin amat kuat sekeliling wajahnya, begitu rupa hingga aku tak dapat melihat raut wajahnya. Ketika dia memanjatkan Forma Kudus, aku melihat tangan-tangannya. Ada tanda pada punggung kedua tangannya, dari mana memancar berlimpah cahaya. Itu Yesus!... Adalah Dia Yang merengkuhkan Tubuh-Nya sekeliling selebran, seolah Ia dengan penuh kasih membimbing tangan-tangan Uskup Agung. Pada saat itu, Hosti mulai bertumbuh dan menjadi sangat besar, dan di sana tampak Wajah Yesus Yang mengagumkan, tengah memandang pada umat-Nya.

48) Secara naluri aku hendak menundukkan kepalaku dan Bunda Maria mengatakan: "Janganlah menunduk. Tegakkanlah untuk memandang dan mengkontemplasikan-Nya. Arahkan pandanganmu pada-Nya dan ulangi doa Fatima: Tuhan, aku percaya, aku menyembah, aku berharap, dan aku mengasihi-Mu. Aku mohon pengampunan bagi mereka yang tidak percaya, tidak menyembah, tidak berharap dan tidak mengasihi-Mu. Pengampunan dan Kerahiman… Sekarang katakan pada-Nya betapa kau mengasihi-Nya dan haturkanlah sembah sujudmu kepada Raja segala Raja."

49) Aku mengatakannya pada-Nya. Tampak seolah bahwa aku adalah satu-satunya yang Ia tatap dari Hosti yang sangat besar itu. Tetapi aku tahu bahwa demikianlah Ia menatap pada tiap-tiap orang, dengan kasih yang sepenuh-penuhnya. Kemudian aku menundukkan kepalaku hingga dahiku menyentuh lantai, seperti yang dilakukan segenap Malaikat dan yang Terberkati dari Surga. Aku bertanya-tanya, mungkin sekejap, bagaimana Yesus mengenakan tubuh selebran, dan pada saat yang sama berada dalam Hosti, yang setelah diturunkan oleh selebran, menjadi kecil kembali. Airmata mengalir menuruni pipiku. Aku tak dapat lepas dari ketakjubanku.

50) Segera sesudahnya, Monsignor mendaraskan kata-kata konsekrasi atas anggur dan, sementara kata-kata itu didaraskan, kilat mulai menyambar di langit dan di latar belakang. Tidak ada atap gereja ataupun tembok-tembok. Semuanya dalam kegelapan, terkecuali terang gemilang di Altar.

51) Sekonyong-konyong, aku melihat Yesus yang tersalib melayang di udara. Aku melihat-Nya dari kepala hingga bagian bawah dada-Nya. Tiang kayu Salib ditopang oleh tangan-tangan yang besar dan kuat. Dari dalam terang kemilau, suatu terang cemerlang yang jauh lebih kecil muncul seperti burung merpati yang sangat kecil, sangat cemerlang. Merpati itu terbang melesat satu kali mengelilingi seluruh Gereja dan pergi bertengger di bahu kiri Yang Mulia yang kemudian menjadi Yesus, sebab aku dapat melihat rambut panjang-Nya, luka-luka-Nya yang bercahaya dan tubuh-Nya yang besar, tetapi aku tak dapat melihat Wajah-Nya.

52) Di atas, adalah Yesus yang tersalib, kepala-Nya terkulai pada bahu kanan-Nya. Aku dapat mengkontemplasikan wajah-Nya, lengan-lengan yang memar dan daging-Nya yang terkoyak. Ia punya sebuah luka pada sebelah kanan dada-Nya dan darah memancar keluar ke kiri; dan apa yang kelihatan seperti air, tetapi sangat kemilau [memancar keluar] ke kanan. Keduanya lebih serupa pancaran-pancaran terang yang memancar kepada umat beriman, dan bergerak ke kanan dan ke kiri. Aku takjub akan banyaknya darah yang mengalir masuk ke dalam Piala. Aku pikir akan meluap dan menodai seluruh Altar, namun tiada setetes pun yang tercecer!

53) Pada saat itu Perawan Maria mengatakan: "Inilah mukjizat dari segala mukjizat. Aku telah mengulangi ini untukmu. Waktu dan ruang tidak berlaku bagi Tuhan, dan pada saat Konsekrasi segenap jemaat dibawa ke kaki Kalvari pada saat penyaliban Yesus."

54) Dapatkah seorang pun membayangkannya? Mata kita tidak dapat melihatnya, tetapi kita semua ada di sana tepat pada saat ketika Yesus disalibkan, dan Ia memohon pengampunan kepada Bapa, tidak hanya bagi mereka yang membunuh-Nya, melainkan juga bagi tiap-tiap dari dosa-dosa-dosa kita: "Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

55) Sejak hari itu, aku tidak peduli apabila aku dianggap sebagai seorang perempuan gila tetapi aku meminta semua orang untuk berlutut dan untuk berupaya menghayati hak istimewa ini yang Tuhan anugerahkan kepada kita, dengan hatinya dan dengan segenap kemampuan perasaannya.

56) Ketika kami hendak mendaraskan Bapa Kami, Tuhan berbicara untuk pertama kalinya sepanjang perayaan dan berkata: "Tunggu, Aku menghendaki kamu berdoa dengan kekhusukan semendalam yang dapat kau upayakan. Pada saat ini Aku ingin kamu memikirkan orang atau orang-orang itu yang telah paling hebat menyakitimu sepanjang hidupmu, supaya kamu dapat memeluk mereka dekat pada dadamu dan berkata kepada mereka dari hatimu: `Dalam Nama Yesus, aku mengampunimu dan memberi damai bagimu. Dalam Nama Yesus, aku mohon pengampunanmu dan damaimu bagiku.' Jika orang itu pantas mendapatkan damai, dia akan menerimanya dan memperoleh banyak manfaat darinya; jika orang itu tidak sanggup membuka hati untuk berdamai, maka damai itu akan kembali ke hatimu. Tetapi Aku tidak menghendaki kamu menerima atau menawarkan damai kepada yang lain apabila kamu tidak sanggup mengampuni dan merasakan damai itu dalam hatimu sendiri terlebih dahulu.

57) Berhati-hatilah akan apa yang kamu lakukan," lanjut Tuhan. "Kamu mengulang dalam Bapa Kami, ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami. Jika kamu sanggup mengampuni dan tidak sanggup melupakan, seperti dikatakan sebagian orang, kamu menempatkan persyaratan pada pengampunan Allah. Kamu mengatakan: ampunilah aku hanya seperti aku sanggup mengampuni, tetapi tidak lebih dari itu."

58) Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan kesedihanku pada kenyataan akan betapa mudah kita dapat menyakiti Tuhan. Juga betapa mudah kita dapat menyakiti diri kita sendiri dengan menyimpan begitu banyak sungut-sungut, perasaan tidak enak dan hal-hal tidak menyenangkan, yang berkembang akibat dari perasaan-perasaan bawah sadar kita sendiri dan terlalu sensitif. Aku mengampuni; aku mengampuni dari hatiku, dan memohon pengampunan dari semua orang yang telah aku sakiti di satu atau lain waktu, demi merasakan damai Tuhan.  

59) Selebran mengatakan, "…berilah kami damai dan persatuan…" dan lalu, "damai Tuhan sertamu…"   

60) Sekonyong-konyong aku melihat di antara sebagian (tetapi tidak semua) orang yang saling memeluk satu sama lain, suatu terang yang amat kuat menempatkan dirinya di antara mereka. Aku tahu itu adalah Yesus dan aku nyaris melemparkan diriku untuk memeluk orang yang di sebelahku. Aku dapat sungguh merasakan pelukan Tuhan dalam terang itu. Adalah Ia Yang memelukku untuk memberiku damai-Nya, sebab pada saat itu aku sudah dapat mengampuni dan menyingkirkan dari hatiku segala kesedihan yang disebabkan orang-orang lain. Itulah apa yang Yesus kehendaki, untuk ikut ambil bagian dalam momen sukacita itu, dengan memeluk kita guna memberikan Damai-Nya bagi kita.

61) Tiba saat Komuni para selebran. Di sana aku sekali lagi melihat kehadiran semua imam di samping Monsignor. Ketika dia menyambut Komuni, Perawan Maria berkata:

62) "Inilah saat untuk berdoa bagi selebran dan para imam yang mendampinginya. Ulangilah bersama-Ku: `Tuhan, berkatilah mereka, kuduskanlah mereka, tolonglah mereka, murnikanlah mereka, kasihilah mereka, peliharalah mereka dan topanglah mereka dengan Kasih-Mu...' Ingatlah segenap imam di seluruh dunia. Berdoalah bagi segenap jiwa-jiwa yang dikonsekrasikan…"

63) Saudara dan saudari terkasih, inilah saat di mana kita harus berdoa bagi mereka, sebab mereka adalah Gereja, seperti juga kita, kaum awam. Seringkali kita, kaum awam, menuntut banyak dari para imam tetapi kita tidak sanggup untuk berdoa bagi mereka, untuk mengerti bahwa mereka manusia, dan untuk mengerti serta menghargai kesendirian yang kerap kali dapat melingkupi seorang imam.

64) Kita harus mengerti bahwa para imam adalah orang-orang seperti kita juga, dan bahwa mereka butuh perhatian dan pengertian kita. Mereka butuh kasih sayang dan perhatian dari kita sebab dalam mengkonsekrasikan diri mereka kepada Yesus, mereka memberikan hidup mereka bagi masing-masing dari kita, seperti yang Ia lakukan.

65) Tuhan menghendaki agar orang-orang dalam kawanan, yang telah dipercayakan kepadanya oleh Allah, berdoa dan membantu dalam pengudusan Pastor mereka. Suatu hari, ketika kita di kehidupan yang lain, kita akan mengerti betapa mengagumkan yang dilakukan oleh Tuhan dengan memberikan kepada kita para imam demi membantu kita menyelamatkan jiwa kita.

66) Orang-orang mulai meninggalkan bangku mereka untuk menyambut Komuni. Saat agung perjumpaan dalam Komuni Kudus telah tiba. Tuhan berkata padaku: "Tunggu sebentar. Aku ingin kau memperhatikan sesuatu…" Suatu dorongan batin membuatku mengarahkan mataku pada orang yang hendak menyambut Komuni di lidah dari tangan imam.

67) Aku perlu menjelaskan bahwa orang ini adalah seorang dari para perempuan dari kelompok kami yang tidak dapat menerima Pengakuan malam sebelumnya dan telah melakukannya baru pagi itu menjelang Misa Kudus. Ketika imam menerimakan Hosti Kudus di lidahnya, sesuatu bagai suatu kilasan terang, terang yang sangat putih-keemasan itu (yang aku lihat sebelumnya) masuk menembusi pertama-tama punggung orang ini, dan lalu terus melingkupi punggungnya, pundaknya, dan kepalanya. Tuhan berkata:

68) "Begitulah bagaimana Aku bersuka memeluk suatu jiwa yang datang dengan hati yang bersih untuk menyambut-Ku!"

69) Nada suara Yesus adalah dari seorang yang berbahagia. Aku takjub, melihat temanku kembali ke bangkunya, dengan dilingkupi terang, dipeluk oleh Tuhan. Aku berpikir mengenai begitu banyak kali kita kehilangan saat-saat mengagumkan itu dengan pergi menyambut Yesus dengan pelanggaran-pelanggaran kita kecil ataupun besar sementara itu seharusnya dapat menjadi suatu perayaan.

70) Sering kali kita katakan bahwa tidak selalu ada imam untuk mendengarkan Pengakuan kita. Tetapi masalahnya bukan mengenai selalu pergi ke Pengakuan. Masalahnya terletak pada mudahnya kita jatuh dalam kejahatan lagi. Sebaliknya, sama seperti para perempuan berusaha untuk mencari sebuah salon kecantikan, atau para laki-laki, salon pangkas rambut apabila hendak ke pesta, kita juga harus berusaha untuk mencari seorang imam apabila kita butuh semua hal kotor itu disingkirkan dari kita. Janganlah kita memiliki keberanian untuk menyambut Yesus setiap saat dengan hati kita penuh hal-hal buruk.

71) Sementara dalam perjalananku menyambut Komuni, Yesus berkata: "Perjamuan Malam Terakhir adalah saat keakraban teragung dengan DiriKu sendiri. Pada saat kasih itu Aku menetapkan apa yang di mata umat manusia mungkin adalah kegilaan terbesar, menjadikan Diri-Ku sendiri seorang Tawanan Cinta. Aku menetapkan Ekaristi. Aku ingin tetap tinggal bersama kalian hingga akhir waktu sebab Kasih-Ku tidak sanggup meniggalkan kalian, yang Aku kasihi lebih dari Nyawa-Ku, sebagai yatim piatu…"  

72) Aku menyambut Hosti itu yang memiliki rasa yang berbeda. Adalah campuran darah dan kemenyan yang membanjiriku sepenuhnya. Aku merasakan kasih yang begitu dahsyat hingga airmata mengalir menuruni kedua pipiku, kendati usahaku untuk menahannya.

73) Ketika aku kembali ke bangkuku dan mulai berlutut, Tuhan berkata: "Dengarkan…" Dan sesaat kemudian, aku mulai mendengar doa-doa dari perempuan yang duduk di depanku dan yang baru saja menyambut komuni.

74) Apa yang sedang dikatakannya tanpa membuka mulutnya kurang lebih seperti ini: "Tuhan, ingatlah bahwa kita ada di akhir bulan dan aku tidak punya uang untuk membayar sewa, mobil dan sekolah anak-anak. Engkau harus melakukan sesuatu untuk menolongku… Mohon, buatlah suamiku berhenti begitu banyak minum. Aku tak lagi tahan dengan kemabukannya, dan putera bungsuku akan tinggal kelas lagi tahun ini jika Engkau tidak menolongnya. Dia ujian minggu ini. Dan jangan lupa bahwa tetanggaku itu harus pindah ke tempat lain. Buatlah dia melakukannya segera sebab aku tak dapat tahan lagi terhadapnya… dst., dst…"

75) Kemudian, Yang Mulia mengatakan: "Marilah kita berdoa," dan serentak segenap umat berdiri untuk doa penutup. Yesus mengatakan dalam nada sedih: "Apakah kau perhatikan? Tak sekali pun dia mengatakan pada-Ku bahwa dia mengasihi Aku. Tak sekali pun dia mengucap syukur atas anugerah-Ku padanya dengan merendahkan ke-Allah-an-Ku ke kemanusiaannya yang malang demi menaikkannya kepada-Ku. Tak sekali pun dia mengatakan: `Terima kasih Tuhan.' Doanya adalah suatu litani permohonan-permohonan… dan hampir semua dari mereka yang datang untuk menyambut-Ku adalah seperti itu.

76) Aku telah wafat demi kasih dan Aku bangkit. Demi kasih Aku menantikan masing-masing dari kalian, dan demi kasih Aku tinggal bersama kalian… Tetapi kalian tidak menyadari bahwa Aku membutuhkan kasih kalian. Ingatlah bahwa Aku adalah Pengemis Cinta dalam saat mulia bagi jiwa ini."  

77) Apakah kalian menyadari bahwa Ia, Kasih, mengemis kasih kita dan kita tidak memberikannya kepada-Nya? Terlebih lagi, kita menghindarkan diri dari pergi ke perjumpaan dengan Kasih dari segala Kasih itu, dengan satu-satunya Kasih yang memberikan Diri-Nya sendiri dalam suatu kurban yang permanen.



Sumber: “The Holy Mass - The Testimony of Catalina”; Love and Mercy Publications; www.loveandmercy.org

Dipersilakan menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Kesaksian Yesus dan Maria                                         Halaman Utama