Untuk Apa Komuni Setiap Hari?
oleh: Sr. Mary Jeremiah, O.P.
(Majalah “Garabandal International” edisi Juli - September 2002)
Bagi kita orang Katolik, Ekaristi Kudus merupakan “sumber dan puncak seluruh hidup kristiani”, meskipun kadang-kadang kita menyambutnya dengan perasaan kosong dan hambar. Jadi, bagaimana caranya agar kita dapat lebih menghayati Ekaristi?
Salah satu tujuan utama Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam mempersiapkan Gereja menyongsong Milenium Ketiga adalah membantu kita menjadi orang-orang yang lebih ekaristik. Langkah pertama demi tercapainya tujuan tersebut adalah dengan lebih sering menyambut Komuni Kudus. Konsili Vatikan II telah beberapa kali mendorong umat beriman agar lebih sering menyambut Komuni Kudus, bahkan jika mungkin setiap hari: “Umat beriman sangat dianjurkan untuk menerima Ekaristi Kudus setiap hari!”
Dalam “Daily Communion and Frequent Confession”, Pastor Bertrand de Margerie, S.J. menyebut penerimaan Komuni setiap hari sebagai “sarana keselamatan yang utama” dari Kristus. Dikatakan utama, karena komuni merupakan pendorong dan juga pertanda akan adanya hubungan yang semakin mendalam dengan Kristus, yang mengasihi kita dan menghendaki kita mengasihi-Nya. Menerima komuni setiap hari atau sesering mungkin, dalam keadaan layak, akan mendorong kita untuk tumbuh dalam kemurahan hati, kemanusiaan dan rahmat yang berkelimpahan.
Dua manfaat besar yang dihasilkan dari menyambut Komuni Kudus adalah cinta yang semakin mendalam kepada Tuhan dan sesama, serta pengurangan hukuman atas dosa-dosa ringan. “Menyambut Komuni sesering mungkin akan mendatangkan manfaat yang melebihi apa pun dalam menjaga keseimbangan dan kebahagiaan,” tulis Pastor De Margerie.
Komuni mendorong orang mencapai kekudusan. Hal itu akan tercermin dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukannya, dalam interaksinya dalam masyarakat, dalam membela keadilan dan dalam pertumbuhan rohaninya. Bersatu dalam kasih dengan Yesus akan mendorong kita untuk bersatu dalam kasih dengan sesama. Dengan menyambut Komuni Kudus setiap hari, kasih kita kepada Yesus semakin meningkat, demikian juga kerinduan kita untuk hidup lebih kudus dan bertumbuh dalam hidup rohani.
BAGAIMANA MEMPEROLEH BUAH-BUAH EKARISTI?
Bagaimanakah cara terbaik agar kita dapat memperoleh buah-buah Komuni Kudus yang begitu luar biasa dalam kehidupan kita? Santa Katarina dari Siena, Pujangga Gereja yang hidup pada abad ke-14, dalam bukunya “The Dialogue” menulis tentang Misteri Ekaristi. St. Katarina, yang hidup bertahun-tahun lamanya hanya dengan menyantap Komuni Kudus, mendorong kita untuk menyambut komuni sesering mungkin. Ia membimbing kita dengan berbagai cara untuk membuat Komuni Kudus kita berbuah dalam kehidupan rohani kita. Menurutnya, diperlukan empat kualitas suasana hati agar dapat menghayati Ekaristi, yaitu IMAN, KASIH, KERINDUAN dan BERUBAH.
lMAN merupakan salah satu dari anugerah permandian dan merupakan dasar kehidupan rohani; iman merupakan hal yang paling mendasar serta merupakan landasan penting bagi suatu komuni yang sungguh berbuah; suatu iman yang hidup, percaya akan pribadi Tritunggal Mahakudus yang mengasihi kita masing-masing secara pribadi. Iman Santo Agustinus mengungkapkan, “Allah mengasihi kita masing-masing secara pribadi, seakan-akan hanya Allah satu-satunya pribadi yang ada dan seakan-akan kita dan Allah adalah satu.” Yesus mengasihi kita hingga wafat-Nya, dan selanjutnya secara terus-menerus memberikan Diri-Nya Sendiri kepada kita dalam rupa roti dan anggur.
St. Katarina mendorong kita untuk beriman kepada Yesus secara total dan mengimani kehadiran-Nya yang nyata dalam Sakramen Mahakudus. Inilah yang Yesus kehendaki dari kita, yaitu agar kita bersatu dengan-Nya. Kita wajib mengimani hal itu. Jadi, bagaimana jika iman kita kecil dan rapuh? Kita berdoa mohon agar setiap Komuni Kudus yang kita sambut semakin meningkatkan pertumbuhan benih iman kita.
Iman membangkitkan KASIH. Manusia diciptakan untuk mengasihi dan dikasihi. Ketika kita menyadari betapa Allah sungguh telah mengasihi kita, satu-satunya tanggapan kita adalah balas mengasih-Nya juga. Yesus rindu untuk tinggal bersama kita, diam di antara kita.
Cara terbaik dalam mengungkapkan kasih dan penyerahan diri secara bebas kepada Allah adalah dengan mengasihi sesama. Ekaristi adalah limpahan kasih Sang Juruselamat kita. Apakah Ekaristi Kudus yang kita sambut menghasilkan buah atau tidak dalam kehidupan kita, bergantung pada kasih kita kepada Allah dan sesama.
Persyaratan ketiga adalah KERINDUAN. St. Katarina mengatakan bahwa perbuatan manusia terbatas, tetapi kerinduan manusia tak terbatas. Kita dapat dan seharusnya merindukan Allah sendiri, karena Ia merindukan kita. Bila kita tidak berharap banyak dari Komuni Kudus, kita tidak akan menerima banyak juga. Setiap orang menerima Komuni Kudus yang sama, tetapi sebagian orang mengalami pertumbuhan rohani, sementara sebagian lainnya tidak bertumbuh seperti yang seharusnya. Selanjutnya, St. Katarina menjelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan berbedanya kadar kerinduan setiap orang terhadap Tuhan. Kita dapat merindukan dan menerima sebanyak mungkin kelimpahan dari Allah.
Ketiga sikap di atas perlu ditunjang oleh sikap hati yang keempat, yaitu: tekad hati untuk BERUBAH dari waktu ke waktu meninggalkan dosa dan segala kecenderungan dosa. Karena kita telah mengalami kemajuan dalam iman, kasih dan kerinduan, maka Roh Kudus akan membuka mata hati kita agar dapat dengan lebih jelas melihat segala kekurangan dan kelemahan kita. Kita akan dapat melihat hal-hal mana saja yang masih perlu kita ubah dalam kehidupan kita. Berubah merupakan suatu proses pertumbuhan yang terus bergerak maju ke depan, selangkah demi selangkah. Kita berpaling dari cara-cara hidup yang lama dan mulai berpikir serta bertindak seturut teladan Pribadi yang kita sambut dalam Komuni Kudus.
LILIN IMAN
St. Katarina mengungkapkan gagasannya di atas menggunakan suatu imajinasi sederhana, sehingga setiap orang dapat memahaminya. Lilin bernyala dengan cahayanya yang lembut dan hangat merupakan suatu imajinasi yang tepat. Bukankah setiap tabernakel di seluruh dunia selalu ditandai oleh sebatang lilin yang bernyala? (sungguh sayang bahwa lilin telah banyak diganti dengan bola lampu elektrik).
St. Katarina mengingatkan bahwa sumbu lilin harus tertancap dengan tepat di pusat lilin agar lilin dapat menyala dengan baik hingga habis; bentuk lilin akan tidak bagus atau bahkan nyala api akan padam sama sekali bila sumbunya tidak tegak lurus. Sama halnya dengan iman kita: haruslah lurus, stabil, konsisten dan menguasai seluruh hidup kita. Sumbu iman kita haruslah tertancap dalam pusat kehidupan kita, hingga hidup kita sepenuhnya mampu menyalakan api cinta kasih.
Dosa itu ibarat air yang disiramkan pada lilin yang bernyala. Ganti menghasilkan cahaya yang lembut bersinar, lilin akan menghasilkan desisan, asap dan mati. Lilin hanya dapat dinyalakan kembali dengan mengeringkannya terlebih dahulu. Demikian juga nyala iman kita dibangkitkan kembali dengan mengeringkannya melalui pertobatan yang mendalam dan Pengakuan Dosa. Tekad hati yang kuat untuk berubah akan membangkitkan kembali iman, kasih dan kerinduan. Perubahan akan semakin memurnikan kita, sehingga kita dapat memandang Sakramen Mahakudus dengan mata iman dan menyambutnya dalam kasih serta merindukan-Nya senantiasa.
Mereka yang mencintai Ekaristi dan sering ambil bagian dalam Perayaan Misa akan disadarkan bahwa hanya Roh Kudus-lah yang dapat mengobarkan kerinduan kita agar lebih bersatu dengan Yesus. Bagi mereka yang belum mengalami rasa “lapar rohani”, belum terlambat jika mulai sekarang mohon bimbingan Roh Kudus dalam doa. Semoga setiap hati yang mengabdikan diri kepada Roh Kudus akan bercahaya bagaikan sebuah lampu penerang yang memancarkan terang Kristus dalam kegelapan dunia yang penuh dosa.
PERSIAPAN MENYAMBUT ALLAH KITA
1. Menyiapkan hati dan jiwa dengan sepantasnya. Adakah yang memenuhi pikiran sebelum dan selama Misa berlangsung; dalam perjalanan menyambut Komuni Kudus dan saat kembali ke tempat duduk? Apakah pikiran hanya terpusat kepada Yesus?
2. Mengakui segala dosa dan kelemahan di hadapan Hati Yesus yang Maharahim.
3. Mendengarkan Sabda Tuhan yang diwartakan selama Misa.
4. Merenungkan apa yang sesungguhnya hendak diungkapkan kepada Allah dan mempersiapkan diri bertemu dengan Yang Ilahi.
5. Mohon pada Yesus agar memenuhi segala kebutuhan. Adakah engkau merasa kesepian, depresi, atau terluka? Adakah engkau membutuhkan seorang sahabat? Yesus sanggup memenuhi setiap kebutuhan kita.
6. Mohon bantuan Bunda Maria untuk mempersiapkan hati kita agar dapat menyambut Putra-nya sebagaimana yang ia lakukan.
7. Mohon pada Yesus karunia khusus yang diperlukan untuk hari itu: kesabaran, kepercayaan, keberanian, kemurahan hati, dll.
8. Meluangkan waktu sejenak untuk mengucap syukur setelah menyambut Allah kita.
9. Mengusahakan agar Komuni Kudus berbuah sepanjang hari itu.
10. Membaca Kitab Suci dan bacaan-bacaan rohani yang bermutu mengenai Ekaristi.
sumber : “Untuk Apa Komuni Setiap Hari”; AVE MARIA No. AM-23 edisi Juli-Agustus 2004; diterbitkan oleh Marian Centre Indonesia
|