Apa itu Ensiklik?
oleh: P. Terry Ponomban, Pr
Arti Etimologis
Secara etimologis, ensiklik berasal dari kata Latin “litterae encyclicae” yang asal muasalnya adalah kata Yunani `ekkuklios' yang berarti `according to…' dan kata `kuklos' yang berarti `circle'. Secara harafiah dapat diartikan “yang dikirim berkeliling”.
Ensiklik dalam Gereja Katolik
Dalam sejarah Gereja Katolik, pada mulanya ensiklik lebih dikenal dengan kata `circular' yang berarti surat edaran, surat yang berkeliling di antara para uskup dan uskup agung. Kemudian, mulai digunakan kata `litterae encyclicae' untuk menunjuk pada surat yang dikirimkan paus kepada para uskup. Sampai saat ini ensiklik digunakan untuk membedakannya dari surat-surat paus yang lain dengan namanya masing-masing, misalnya: bulla, exhortasi apostolik, dll.
Ensiklik merupakan sebuah surat yang bersifat agung dan universal, biasanya teks resmi ditulis dalam bahasa Latin kemudian diterjemahkan ke pelbagai bahasa lain. Ensiklik dikirim kepada para patriark, uskup agung dan uskup di seluruh dunia, bahkan terbuka untuk seluruh umat Allah.
Isinya tidaklah pertama-tama untuk menyampaikan suatu dogma atau ajaran Gereja yang baru, tetapi terutama untuk lebih menggarisbawahi iman Gereja mengenai suatu tema yang aktual. Tujuannya adalah mengemukakan pokok-pokok penting dari ajaran Gereja, menganalisa suatu situasi atau keadaan khusus atau juga mengangkat seorang tokoh yang patut diteladani.
Judul sebuah ensiklik biasanya diambil dari beberapa kata pertama dari keseluruhan teks ensiklik tersebut, di dalam bahasa Latin.
Ensiklik yang pertama dikeluarkan oleh Paus Benediktus XIV pada tanggal 3 Desember 1740, berjudul `Ubi primum'. Ensiklik “Deus Caritas Est” Paus Benediktus XVI ini merupakan yang ke-294. Paus Yohanes XXIII menerbitkan 8 ensiklik, Paulus VI menerbitkan 7 ensiklik dan Paus Yohanes Paulus II menerbitkan 14 ensiklik (yang terakhir adalah Ecclesia de Eucharestia, April 2003).
Dari pengalaman nampak bahwa ensiklik perdana dari setiap paus menunjukkan `program' dari arah penggembalaan dan sekaligus semangat dasarnya sebagai pemimpin Gereja tertinggi.
Bagaimana Sikap Pribadiku?
Sebagai umat Katolik, tentu saja surat ini ditujukan juga kepada saya. Maka wajarlah jika saya berupaya pernah membaca, minimal mengetahui isi pokok atau garis besarnya, entah dengan membaca sendiri atau mendengarkan ulasan orang yang telah membacanya, atau dengan membaca ringkasan dan bahasan mengenai ensiklik tersebut. Jika Bapa Suci menjadikan ensiklik pertama ini sebagai basis program penggembalaannya, pantas juga bagi saya menjadikannya `pedoman arah' hidup Kristianiku. Untuk itu saya perlu berusaha `mencari tahu' dan menentukan beberapa prioritas pribadi untuk menghayatinya dalam hidup dan menyaksikannya dalam hidup bersama.
“Tuhan asal segala cinta, tambahkanlah selalu cinta kami. Amin.”
|