JANUARI:
“Momen memandang ke belakang dan menatap ke depan”
oleh: P. Gregorius Kaha, SVD
Kita sedang memasuki tahun yang baru: 2008. Tentu ada banyak harapan dan doa yang kita panjatkan untuk menghidupi tahun yang baru ini. Maka di mana-mana, pada awal tahun baru, orang selalu membangun harapan dan tekad. Dengan lain kata, awal tahun baru adalah kesempatan orang memandang ke belakang (= ke masa lalu) sekaligus mengarahkan pendangan ke depan (=ke masa depan).
Itulah sebabnya mengapa bulan pertama di awal tahun disebut “Januari”. Januari berasal dari nama dewa orang Romawi, yakni “Janus / Januarius”; seorang dewa yang dilukiskan dengan dua kepala, masing-masing kepala memiliki dua mata dan kedua mata itu selalu memandang ke arah yang berlainan. Ini ungkapan bahwa dewa ini melihat keseluruhan - belakang maupun depan. Jadi Januari adalah bulan awal tahun yang mendorong orang selalu melihat ke belakang (= evaluasi) dan berani menatap ke depan (= membagun tekad baru).
Gereja mengawali tahun yang baru dengan merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah dan sesudah itu Hari Raya Epifani / Penampakan Tuhan. Bunda Maria bisa menjadi figur bagi kita untuk mengevaluasi dan menatap kehidupan dalam peredaran waktu. Sebagai Bunda Allah dan Bunda kita, sejak awal kelahiran sampai akhir kematian Yesus di kayu salib, Bunda Maria hadir dan berada di sana. Kita diajak mengakhiri dan mengawali tahun yang baru ini dengan semangat dan kesadaran yang sama bahwa kehidupan kita manusia tidak bisa terlepas dari rencana dan kehendak Tuhan. Sedangkan Hari Raya Penampakan Tuhan mengingatkan kita akan panggilan dan perutusan kita untuk mewartakan Yesus Kristus Sang Sumber Kehidupan.
Maka Pesan untuk kita: Memasuki tahun 2008, banyak hal dan juga peristiwa akan kita alami, bahkan banyak hal yang belum / tidak kita ketahui. Ibarat masuk dalam sebuah ruangan gelap, tanpa cahaya. Tetapi ingat, karya pertama Allah dalam penciptaan dunia adalah TERANG. Ketika belum dicipta, bumi masih dalam keadaan kosong atau gelap gulita. Ada situasi yang tidak menentu. Maka Allah bersabda: “Jadilah Terang”. Lalu terjadilah, maka Allah pun menciptakan yang lain dalam terang dan keharmonisan.
Kita mengawali tahun 2008 dengan menerima Cahaya dari Sang Cahaya Abadi. Terang itulah yang bercahaya dalam kehidupan setiap kita. Harapannya sangat tegas: “Semoga setiap kita pun bisa menjadi terang”. Dan hemat saya inilah hakekat missioner setiap pengikut Kristus, oleh karena itu tepat kalau kita tak henti-hentinya berdoa: “Tuhan, jadikanlah aku pembawa terang, di mana ada kegelapan....” Selamat bermisi!
|