Jejak-Jejak Kaki
Bayangkan engkau dan Tuhan Yesus sedang berjalan bersama menyusuri pantai.
Sepanjang perjalanan, jejak-jejak kaki Tuhan tetap dan mantap, langkahnya nyaris tak berubah.
Namun, jejak-jejak langkahmu membentuk suatu alur yang tak teratur, dengan berbagai zigzag, langkah-langkah awal dan perhentian, membelok, putar haluan, pergi dan kembali lagi.
Hampir sepanjang perjalanan tampaknya jejak-jejak langkahmu meninggalkan alur yang demikian, tetapi, perlahan-lahan jejak langkahmu mulai lebih seirama dengan jejak langkah Tuhan, dan segera sama mantap dengan langkah-Nya.
Engkau dan Yesus berjalan bersama sebagai sahabat sejati.
Tampaknya sempurna, tetapi kemudian sesuatu yang menarik terjadi: jejak-jejak langkahmu, yang tadinya meninggalkan bekas di atas pasir di samping jejak-jejak langkah Yesus, sekarang berada tepat dalam jejak-jejak langkah-Nya.
Dalam jejak-jejak langkah kaki-Nya yang besar terdapat jejak-jejak langkah kakimu yang mungil, engkau dan Yesus menjadi satu!
Hal ini berlangsung hingga beberapa mil jauhnya, tetapi perlahan-lahan engkau memperhatikan terjadinya suatu perubahan lain. Jejak-jejak kaki mungil dalam jejak-jejak kaki yang lebih besar, kini tampak mulai membesar pula.
Pada akhirnya, jejak langkah kakimu pun menghilang. Sekarang hanya tinggal sepasang jejak langkah kaki; keduanya telah menyatu.
Hal ini berlangsung cukup lama, tetapi sekonyong-konyong sepasang jejak langkah kaki yang kedua muncul kembali. Kali ini tampaknya jauh lebih parah! Jejak-jejak zigzag di sana sini. Berhenti. Melangkah. Menyapu pasir. Bermacam-ragam jejak langkah yang kacau.
Engkau terkejut dan tergoncang. Segala mimpimu sirna sudah. Sekarang engkau berdoa:
“Tuhan, aku mengerti adegan yang pertama, dengan langkah-langkah zigzag yang berubah menjadi seirama. Aku seorang umat Kristiani baru; aku baru belajar. Tetapi Engkau berjalan melintasi badai dan membantuku belajar untuk berjalan besama-Mu.”
“Ya, benar.”
“Dan ketika jejak-jejak langkah yang mungil itu berada dalam jejak-jejak langkah-Mu, sesungguhnya aku sedang belajar berjalan menurut jejak-jejak langkah-Mu, mengikuti-Mu dengan seksama.”
“Baik sekali. Sejauh ini engkau telah memahami semuanya dengan baik.”
“Ketika jejak-jejak kaki yang mungil itu tumbuh besar dan mengisi penuh jejak-jejak kaki-Mu, aku pikir aku menjadi serupa dengan Engkau dalam segala hal.”
“Tepat.”
“Jadi Tuhan, adakah terjadi kemunduran atau sesuatu? Jejak-jejak langkah itu terpisah dan kali ini lebih parah dari yang pertama.”
Jeda sejenak, sementara Tuhan menjawab dengan nada mesra dalam suara-Nya.
“Tidak tahukah engkau? Itulah saat-saat di mana kita menari bersama!”
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya: ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari.” ~ Pengkhotbah 3:1,4
Sebarkanlah warta ini dan mengucap syukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik!
AKU MOHON PADA TUHAN
Aku mohon sekuntum bunga
Ia memberiku taman
Aku mohon sebatang pohon
Ia memberiku hutan
Aku mohon aliran sungai
Ia memberiku samudera
Aku mohon seorang sahabat
Ia memberiku “engkau”
|