Media Bina Iman Katolik
YESAYA
(YESus SAyang saYA)
yesaya.indocell.net
Edisi Mei 2024
YESAYA (YESus SAyang saYA)
PERUMPAMAAN TENTANG UTUSAN TENAGA KERJA
dikutip dari: Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku, Jilid 6
Dengarkanlah sebuah perumpamaan.
Sekelompok pendatang, yang sudah datang dari daerah-daerah yang jauh untuk mencari pekerjaan, tiba di perbatasan suatu negeri. Di perbatasan itu ada utusan-utusan yang dikirim oleh berbagai tuan untuk mempekerjakan tenaga kerja. Ada yang mencari orang untuk bekerja di tambang, ada yang mencari orang untuk bekerja di ladang, ada yang mencari pelayan untuk seorang tuan kaya yang jahat, dan ada pula yang mencari prajurit untuk seorang raja yang tinggal di kastil di puncak gunung, yang hanya bisa dicapai dengan melewati suatu jalanan yang sangat curam. Sang raja membutuhkan prajurit-prajurit, tetapi dia menginginkan orang-orang yang tanpa kekerasan, yakni orang-orang yang bijaksana, untuk mengutus mereka ke berbagai kotanya guna menguduskan rakyatnya. Itu sebabnya mengapa raja tinggal di atas sana, di semacam pertapaan, yakni demi menyempurnakan para abdi-Nya, dengan menjauhkan mereka dari kerusakan oleh gangguan duniawi, yang menunda atau membatalkan penyempurnaan roh mereka. Dia tidak menjanjikan gaji yang tinggi, atau kehidupan yang nyaman. Namun dia meyakinkan mereka bahwa mereka akan memperoleh kekudusan dan ganjaran dalam pelayanannya. Itulah yang dikatakan para utusannya kepada mereka yang tiba di perbatasan. Para utusan dari pemilik tambang dan ladang sebaliknya berkata, 'Pekerjaan ini tidak menjanjikan kehidupan yang nyaman, tapi kamu akan bebas dan kamu akan mendapatkan penghasilan yang cukup untuk bersenang-senang.' Dan mereka yang mencari pelayan untuk seorang tuan yang jahat, menjanjikan makanan yang berlimpah, kehidupan yang berpangku tangan, kenikmatan, kekayaan, 'Yang perlu kamu lakukan hanyalah memberikan persetujuan pada keinginannya yang datang tiba-tiba dan penuh tuntutan - oh! sama sekali tidak menyakitkan! - dan kamu akan bisa bersenang-senang seperti seorang satrap [wali negeri].'
Para pendatang saling berkonsultasi satu sama lain. Mereka tidak mau berpisah… Mereka bertanya, 'Ladang dan tambang, istana tuan yang kaya dan istana raja, apakah semuanya saling berdekatan?'
'Oh! tidak!" jawab para utusan. 'Datanglah ke persimpangan jalan itu dan kami akan menunjukkan kepadamu jalan-jalan yang berbeda.' Mereka pun pergi.
'Ini dia! Jalan yang mulus, berbunga-bunga, rindang, serta mengagumkan, dengan sumber mata air yang sejuk, menghantar ke istana tuan yang kaya,' kata para utusan yang mencari pelayan.
'Ini dia! Jalan yang berdebu, melintasi ladang-ladang yang menyenangkan, menghantar ke ladang-ladang. Areanya terpapar matahari, tapi seperti yang kamu lihat, bagaimanapun semuanya sungguh indah,' kata para utusan pemilik ladang.
'Ini dia! Jalan yang bergalur-galur oleh roda-roda berat kendaraan dan yang bernoda-noda gelap, menghantar ke tambang-tambang. Tidak indah pun tidak jelek," kata para utusan pemilik tambang.
'Ini dia! Jalan yang curam ini, yang terbentang di antara batu-batu yang terbakar terik matahari, dengan semak duri dan jurang-jurang di sana-sini, yang menghambat orang, tetapi merupakan pertahanan yang sangat baik terhadap serangan musuh, menghantar ke arah timur, ke tempat yang khidmad, nyaris dapat dikatakan ke kastil yang sakral, di mana roh-roh disempurnakan dalam Kebaikan,' kata para utusan sang raja.
Dan para peziarah melihat dan melihat. Mereka mempertimbangkan... Mereka tergoda oleh banyak hal, dan hanya ada satu pilihan saja. Dan perlahan-lahan mereka berpisah. Mereka bersepuluh. Tiga orang menuju ladang... dan dua menuju tambang. Sisanya saling berpandangan satu sama lain. Dua orang dari mereka berkata, 'Ikutlah bersama kami untuk datang kepada sang raja. Kita tidak akan mendapatkan keuntungan dan kita tidak akan bersenang-senang di bumi, tapi kita akan menjadi orang-orang kudus selama-lamanya.'
'Jalan itu yang di sana? Apa kau pikir kami ini gila? Tanpa keuntungan? Tanpa kesenangan? Tidak ada gunanya meninggalkan segala sesuatunya dan pergi ke pengasingan untuk mendapatkan bahkan lebih sedikit dari apa yang kita miliki di negeri kita. Kami ingin mendapatkan penghasilan banyak dan bersenang-senang…'
'Tapi kamu akan kehilangan Kebaikan yang kekal! Tidakkah kamu dengar bahwa tuan itu adalah seorang yang jahat?'
'Omong kosong! Sebentar waktu saja dan kami akan meninggalkannya, tapi kami akan sudah bersenang-senang dan menjadi kaya.'
'Kamu tidak akan pernah bisa terlepas darinya. Kelompok pertama sudah salah dengan menuruti keserakahannya akan uang. Tapi kamu! Kamu dipimpin oleh keserakahanmu untuk bersenang-senang. Oh! Janganlah menukar takdir kekalmu dengan waktu yang sekejap!'
'Kamu bodoh dan kamu percaya pada janji-janji idealis. Kami mengejar fakta. Selamat tinggal!...' dan mereka mulai berlari menyusuri jalan yang mulus, teduh, berbunga-bunga, nan indah berlimpah air. Di ujung jalan tampak istana menakjubkan si tuan jahat yang tukang makan dan minum; istana itu kelihatan berkilau-kilau di bawah sinar matahari.
Dua orang yang tersisa mulai menempuh jalan yang curam dengan bercucuran airmata dan berdoa. Dan mereka nyaris berputus asa sesudah beberapa meter, karena jalan itu sangat sulit. Namun mereka bertekun. Dan tubuh mereka seolah semakin ringan seiring jauhnya perjalanan yang mereka tempuh, letih mereka dihibur oleh sukacita yang ajaib. Mereka terengah-engah dan sekujur tubuh mereka tergores-gores saat mereka tiba di puncak gunung dan diperkenankan menghadap sang raja, yang memberitahu mereka apa yang dia harapkan dari mereka supaya mereka menjadi laskar-laskarnya yang gagah berani, dan dia mengakhirinya dengan mengatakan, 'Pikirkan tentang hal itu selama delapan hari dan kemudian barulah beritahu aku.'
Dan mereka merenungkannya dan bergulat sengit dengan si Penggoda, yang hendak menakut-nakuti mereka dengan tubuh mereka yang berkata, 'Kau membuatku menderita,' dengan dunia, yang kenangannya masih memikat. Namun, mereka menang. Mereka teguh. Dan mereka menjadi laskar-laskar Kebaikan. Maut pun tiba, yakni pemuliaan mereka. Dari ketinggian Surga mereka melihat ke dalam jurang yang sangat dalam di mana orang-orang yang sudah pergi kepada tuan yang jahat berada. Mereka dirantai juga sesudah masa hidup mereka dan mereka mengerang dalam kegelapan Neraka. 'Dan mereka ingin bebas dan bersenang-senang!' kata kedua orang kudus itu.
Dan ketiga jiwa terkutuk itu melihat mereka dan mengutuki mereka dan semua orang, terutama Allah, dengan cara yang sangat mengerikan, dengan berkata, 'Kamu semua sudah menipu kami!'
'Tidak. Kamu tidak bisa bilang begitu. Kamu sudah diperingatkan akan bahayanya. Kamu yang menginginkan kehancuranmu sendiri,' jawab jiwa-jiwa terberkati, yang tetap tenang bahkan saat melihat dan mendengar cemooh tidak pantas dan kutukan yang dilontarkan kepada mereka.
Dan mereka melihat orang-orang yang bekerja di ladang dan di tambang di berbagai wilayah Purgatorium, dan orang-orang itu melihat mereka dan mengatakan, 'Dahulu kami ini tidak baik pun tidak pula jahat, dan sekarang kami menyilih sikap suam-suam kuku kami. Doakanlah kami!'
'Oh! Kami akan mendoakanmu! Tapi kenapakah dulu kamu tidak ikut bersama kami?'
'Karena kami bukan setan, tapi manusia… Kami kurang memiliki kemurahan hati. Kami mencintai apa yang sifatnya sementara, secara jujur, lebih daripada apa yang Kekal dan Kudus. Sekarang kami belajar untuk mengenal dan mengasihi dengan keadilan.'
Itulah akhir perumpamaan. Setiap orang berada di persimpangan jalan. Di persimpangan jalan kekal. Berbahagialah orang yang teguh dan murah hati dalam mengikuti jalan Kebaikan. Kiranya Allah beserta mereka. Dan kiranya Allah menjamah dan mempertobatkan orang-orang yang tidak demikian dan menuntun mereka menjadi demikian. Pergilah dalam damai."
Selengkapnya silakan baca "Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku" [Puisi Manusia-Allah]
oleh: Maria Valtorta
AUDIO: "Injil Sebagaimana Diwahyukan kepadaku" dalam bentuk audio difasilitasi oleh "Belajar Alkitab" dapat diakses di YouTube Channel.
Setahun sebelum wafat Padre Pio, seorang perempuan bernama Ny Elisa Lucchi menanyakan kepadanya apakah ia menganjurkannya membaca "Puisi Manusia-Allah" oleh Maria Valtorta. Padre Pio menjawab, "Aku tak hanya menganjurkannya, aku mendesakmu untuk membacanya!"
Pater Leo, yang menjadi imam pribadi Beata Teresa dari Calcutta selama tiga tahun, memperhatikan bahwa sang biarawati selalu membawa tiga buku bersamanya, ke manapun ia pergi. Yang satu adalah Kitab Suci dan yang lain adalah Brevir. Pater Leo menanyakan buku yang ketiga, dan itu adalah "Puisi Manusia-Allah" oleh Maria Valtorta. Ia menanyakan kepada Moeder Teresa buku tentang apa itu, dan sang beata mengatakan kepadanya "Bacalah." Sang imam bertanya lagi, dan ia menanggapi dengan jawaban yang sama, "Bacalah." Lebih lanjut, pada tahun 1996, Beata Teresa mengajukan satu permintaan pribadi kepada seniman Susan Conroy untuk menggambarkan lukisan Bunda Maria sebagaimana Ia tampak menurut penggambaran Maria Valtorta.
Penglihatan dan Dikte Yesus kepada Uskup Agung Don Ottavio Michelini, "Aku telah mendiktekan kepada Maria Valtorta, suatu jiwa yang berkurban, suatu karya yang mengagumkan. Mengenai karya ini, Aku-lah Pengarangnya."
Vicka Ivankovic-Mijatovic, Visionaris Medjugorje: "Bunda Maria mengatakan bahwa jika seorang ingin mengenal Yesus dia hendaknya membaca Puisi Manusia-Allah oleh Maria Valtorta. Buku itu adalah kebenaran." (Wawancara dengan Attorney Jan Connell dari Pittsburgh Center for Peace, 27 Januari 1988)
Yang Baru:
Kesaksian Mario Joseph : Al-Quran menghantar seorang imam Muslim menjadi seorang Kristen
Yang Tetap:
GEREJA KATOLIK (Hierarki, Magisterium, …)
SAKRAMEN EKARISTI (Perayaan Ekaristi, Komuni Kudus, Adorasi, Mukjizat, Kesaksian …)
MENGUNJUNGI GEREJA KATOLIK (Tempat Ibadat, Perangkat Liturgis,…)
DOA & DEVOSI (Macam2 Doa, Devosi, Meditasi, …)
BUNDA MARIA (Dogma, Devosi, Penampakan, …)
HIDUP MANUSIA (Keluarga, Feminisme, Seksualitas, Kontrasepsi, Aborsi, Eutanasia, Kematian, …)
KEHIDUPAN SESUDAH MATI (Api Penyucian, Surga, Neraka, …)
KATEKESE (berbagai topik)
Kontak Webmaster : yesaya@indocell.net
Website Media Bina Iman Katolik YESAYA
Sejak November 2000
Last updated : Mei 2024
|
||||||||||||||||||||||||||||||