240. YESUS ADALAH KEKASIH YANG BERDAYA KUASA.
PERUMPAMAAN TENTANG DIRHAM YANG HILANG.          


2 Agustus 1945

Perahu berlayar sepanjang pesisir pantai dari Kapernaum menuju Magdala.

Maria dari Magdala untuk pertama kalinya dalam postur tubuh biasanya dari seorang yang bertobat: dia duduk di dasar perahu di kaki Yesus, Yang, sebaliknya, duduk penuh wibawa di sebuah bangku kecil. Wajah Magdalena sekarang sungguh berbeda dari kemarin; masih belum wajah bersinar Magdalena yang berlari menyongsong Yesus-nya setiap kali Ia pergi ke Betania, namun sudah bebas dari rasa takut dan teror, dan matanya, yang tadinya terarah ke bawah sementara sebelumnya biasa menantang, sekarang serius tetapi percaya diri, dan dalam serius wibawanya sesekali tampak secercah sukacita apabila dia mendengar Yesus berbicara kepada para rasul atau kepada BundaNya dan Marta.

Mereka sedang membicarakan kebaikan hati Porphirea, yang begitu bersahaja dan penuh kasih, membicarakan sambutan sepenuh hati Salome dan sambutan kerabat perempuan Bartolomeus dan Filipus. Filipus berkata: "Andai anak-anak perempuanku tidak masih begitu muda, dan ibu mereka tidak begitu menentang dalam membiarkan mereka berkelana, mereka akan mengikuti Engkau juga, Guru."

"Biarkan jiwa mereka yang mengikuti Aku. Itu juga kasih yang suci. Filipus, dengarkan. Anak perempuan sulungmu akan segera bertunangan, bukan begitu?"

"Ya, Guru. Suatu perkawinan yang pantas dan seorang mempelai laki-laki yang sangat baik. Betul begitu, Bartolomeus?"

"Ya, benar. Aku dapat jamin itu sebab aku mengenal keluarganya. Aku tidak dapat menerima tugas menjadi orang yang mengajukan persepakatan, tetapi aku pasti akan melakukannya dengan suka hati, sebab yakin bahwa sebuah keluarga yang kudus sedang dibentuk, andai aku tidak berkewajiban ada dekat Guru."

"Tetapi si gadis meminta-Ku untuk mengatakan padamu untuk melupakan pertunangan itu."

"Apa dia tidak suka dengan mempelai laki-lakinya? Dia salah. Kaum muda memang gila. Aku harap dia akan berubah pikiran. Tidak ada alasan untuk menolak seorang calon yang sangat baik. Terkecuali… Tidak, itu tidak mungkin!"

"Terkecuali apa? Ayo katakan, Filipus," desak Yesus.

"Terkecuali dia mencintai laki-laki lain. Tapi itu tidak mungkin! Dia tidak pernah keluar rumah dan di rumah dia menjalani hidup terasing. Itu tidak mungkin!"

"Filipus, ada kekasih-kekasih yang memasuki juga yang paling pribadi dari rumah; yang tahu bagaimana berbicara kepada orang-orang yang mereka cintai kendati segala halangan dan pengawasan ketat; mereka yang mengatasi segala penolakan dari orang yang menjanda, atau pun yang lajang, meski dijaga dengan baik, atau… halangan-halangan lainnya, dan mendapatkan gadis atau perempuan yang mereka inginkan. Dan ada juga kekasih-kekasih yang tidak dapat ditolak. Sebab mereka mendominasi dalam keinginan mereka, dan memikat dalam mengatasi segala perlawanan, bahkan perlawanan setan. Putrimu mencintai seorang dari kekasih yang demikian. Dan yang paling berdaya kuasa."

"Tetapi siapa? Seorang dari istana Herodes?"

"Itu tidak berdaya kuasa!"

"Seorang… seorang dari rumah tangga Proconsul, seorang bangsawan Romawi? Aku tidak akan pernah mengijinkan itu. Darah murni Israel tidak boleh berhubungan dengan darah cemar. Bahkan meski aku harus membunuh putriku. Jangan tersenyum, Guru. Aku sedang bersedih!"

"Sebab kau seperti seekor kuda yang galau. Kau melihat bayang-bayang di mana tidak ada suatu pun selain terang. Jangan bersedih. Juga Proconsul hanyalah seorang pelayan dan teman-teman bangsawannya adalah para pelayan dan Kaisar adalah juga seorang pelayan."

"Engkau pasti bergurau, Guru! Engkau hendak menakut-nakuti aku. Tidak ada yang lebih besar dari Kaisar dan tidak ada tuan yang lebih besar dari dia."

"Aku, Filipus."

"Engkau? Engkau ingin mengawini putriku?!"

"Tidak. Jiwanya. Aku adalah kekasih yang memasuki rumah-rumah yang paling terasing dan hati yang terkunci dengan tujuh kunci. Adalah Aku Yang tahu bagaimana berbicara kendati segala penghalang dan pengawasan ketat. Adalah Aku Yang merobohkan penghalang-penghalang dan mendapatkan apa yang ingin Aku dapatkan: orang-orang murni dan para pendosa, para perawan dan para janda, orang-orang yang bebas dari kejahatan dan para budak kejahatan. Dan Aku memberikan kepada semua orang jiwa yang baru, unik, diperbaharui, dikuduskan, muda abadi. Perkawinan-Ku. Dan tak ada seorang pun yang dapat menolak untuk memberikan kepada-Ku mangsa terkasih-Ku: tidak ada ayah, tidak ada ibu, tidak ada anak, bahkan tidak pula Setan. Apapun yang Aku katakan kepada jiwa seorang gadis belia, seperti putrimu, ataupun jiwa seorang pendosa yang berkubang dalam dosa dan dibelenggu oleh Setan dengan tujuh rantai, jiwa itu akan datang kepada-Ku. Dan tidak ada seorang pun atau suatu pun yang dapat merenggutnya dari-Ku. Tidak ada kekayaan, kuasa ataupun kegembiraan dunia yang dapat memberikan bahagia sempurna seperti yang dinikmati oleh mereka yang mengawini Kemiskinan-Ku, Matiraga-Ku. Mereka telanjang dari segala kekayaan fana, dan berpakaian segala Kebaikan surgawi. Mereka bersukacita dengan damai tenteram menjadi milik Allah, milik Allah semata… Mereka adalah para tuan dari bumi dan dari Surga. Mereka menguasai yang pertama dan menaklukkan yang terakhir.

"Tapi itu tidak pernah terjadi dalam Hukum kita!" seru Bartolomeus.

"Tanggalkan orang tua dari dirimu, Natanael. Ketika Aku melihatmu pertama kalinya Aku menyalamimu dengan mengatakan bahwa kau adalah seorang Israel sejati tanpa kepalsuan. Tetapi sekarang jadilah seorang milik Kristus, bukan milik Israel. Dan jadilah demikian tanpa kepalsuan dan tanpa batasan. Kenakan pakaian mentalitas baru ini. Jika tidak, kau tidak akan dapat memahami banyak aspek indah dari penebusan yang untuknya Aku telah datang demi membawakannya bagi seluruh umat manusia."

Filipus ikut ambil bagian dalam pembicaraan dengan mengatakan: "Dan Engkau katakan bahwa putriku telah dipanggil oleh-Mu. Dan apakah yang akan dilakukannya sekarang? Aku pasti tidak akan menentangnya. Tetapi aku ingin tahu, juga demi membantunya, dalam hal apakah panggilannya…"

"Dalam menghantar bunga-bunga lily dari kasih yang perawan masuk ke dalam taman Kristus. Akan ada sangat banyak perawan-perawan yang demikian di abad-abad mendatang!... Sangat banyak!... Petak-petak bunga yang harum guna mengimbangi bau busuk kejahatan. Jiwa-jiwa yang berdoa guna mengimbangi para penghojat dan para atheis. Mereka menolong umat manusia dalam segala kemalangannya dan mereka adalah sukacita Allah."

Maria dari Magdala menggerakkan bibirnya untuk mengajukan sebuah pertanyaan, dan dalam melakukannya wajahnya masih memerah, namun dia kelihatan lebih bebas dan lebih nyaman dari hari-hari sebelumnya: "Dan kami… puing-puing yang tengah Engkau bangun kembali, akan menjadi apakah kami?"

"Seperti saudari-saudari yang perawan…"

"Oh! Itu tidak bisa! Kami sudah menginjak-injak terlalu banyak lumpur dan… dan… itu tidak mungkin."

"Maria, Maria! Yesus tidak pernah mengampuni setengah-setengah. Ia mengatakan padamu bahwa Ia telah mengampunimu. Dan jadi, demikianlah. Kau, dan semua mereka yang berdosa sepertimu dan yang oleh kasih-Ku telah diampuni dan dikawini, akan harum mewangi, akan berdoa, mengasihi dan menghibur. Seperti kamu menyadari kejahatan dan mampu menyembuhkannya, di mana pun itu, jiwa-jiwamu adalah martir di mata Allah. Kamu, oleh karenanya, dikasihi sebagai para perawan."

"Martir? Dalam hal apa, Guru?"

"Melawan dirimu sendiri dan kenangan-kenangan akan masa lalumu dan melalui dahagamu akan kasih dan silih."

"Haruskah aku percaya itu?..." Magdalena menatap pada semua orang dalam perahu, meminta mereka untuk meneguhkan pengharapannya yang bangkit.

"Tanyakan pada Simon. Aku berbicara mengenai kau dan mengenai para pendosa pada umumnya, dalam suatu malam berbintang, di tamanmu. Dan semua saudaramu dapat mengatakan padamu apakah suara-Ku telah memadahkan keajaiban-keajaiban dari Kerahiman dan dari pertobatan bagi segenap mereka yang telah ditebus."

"Juga si bocah sudah mengatakannya padaku, dengan suaranya yang bak malaikat. Aku pulang dari pelajarannya dengan jiwa yang disegarkan kembali. Dia membuatku memahami Engkau lebih baik dari yang dilakukan saudariku, begitu rupa hingga aku merasa lebih percaya diri dalam harus menghadapi Magdala. Sekarang, sesudah apa yang Engkau katakan padaku, aku merasa kekuatanku bertumbuh. Aku mengguncangkan dunia dengan skandal. Tetapi aku bersumpah pada-Mu, Tuhan-ku, bahwa dunia yang melihatku sekarang akan mengerti seperti apa kuasa-Mu."        

Yesus menumpangkan tangan-Nya ke atas kepalanya sesaat, sementara Santa Perawan Tersuci tersenyum padanya dengan senyum yang hanya Ia yang dapat melakukannya: senyum surgawi.

Di sanalah Magdala, terbentang di pesisir danau, dengan matahari terbit di depannya, dan Gunung Arbela di belakangnya, melindunginya dari angin, dan lembah berbatu-batu yang curam, sempit dan liar melalui mana sebuah aliran kecil air mengalir masuk ke dalam danau. Pesisir yang curam terhampar ke arah barat: suatu pemandangan indah yang sangat menarik hati.

"Guru," teriak Yohanes dari perahu yang lain, "itu dia lembah retret kita…" dan wajahnya bersinar seolah matahari menyala dalam dirinya.

"Ya, lembah kita. Kau mengenalinya."

"Tidaklah mungkin melupakan tempat-tempat di mana kita menjadi akrab dengan Allah," jawab Yohanes.

"Kalau begitu aku akan selalu ingat danau ini. Sebab adalah di sini dulu aku bertemu dengan Engkau. Tahukah kau, Marta, bahwa suatu pagi aku melihat Guru di sini?..."

"Ya, dan kita nyaris semuanya meluncur ke dasar, baik kamu maupun kami. Perempuan, aku dapat yakinkan kau bahwa para pendayungmu ini tidak berharga barang sepeser pun," kata Simon, yang sedang melakukan manuver untuk tiba di pantai.

"Baik para pendayung maupun mereka yang bersamanya tidak berharga akan apapun… Tapi itu adalah pertama kalinya kita bertemu, dan itu sungguh berharga. Kemudian aku melihat Engkau di atas gunung, lalu di Magdala dan kemudian di Kapernaum… Dan setiap kali kita bertemu, begitu banyak rantai dipatahkan… Tetapi Kapernaum adalah tempat terbaik. Engkau membebaskanku di sana…"

Mereka mendarat di mana yang lain-lainnya sudah turun dari perahu yang lain. Mereka memasuki kota.

Rasa ingin tahu semata atau… keji dari penduduk Magdala pastilah merupakan suatu siksaan bagi Magdalena. Tetapi dia menanggungnya dengan gagah berani dengan mengikuti sang Guru Yang berjalan di depan, di antara para murid-Nya, sementara para perempuan di belakang mereka. Ada banyak bisik-bisik dan cercaan. Semua orang yang sebelumnya berpura-pura menghormati Maria, sebab takut akan pembalasan, sementara dia dulu seorang nyonya yang berkuasa di Magdala, sekarang sesudah mereka melihatnya sederhana dan polos dan tahu bahwa dia sudah meninggalkan teman-temannya yang berkuasa demi kebaikannya, mereka merasa berani menghinanya dan mencelanya.

Marta, yang menderita sebanyak saudarinya, bertanya kepadanya: "Apa kau ingin pulang?"

"Tidak, aku tidak akan meninggalkan Guru. Dan aku tidak akan mengundang-Nya ke rumahku, hingga rumah itu disucikan dan setiap jejak masa lalu sudah dihapuskan."

"Tapi kau menderita, saudariku!"

"Aku pantas mendapatkannya." Dan dia pastilah sungguh menderita. Wajahnya yang memerah dihiasi kucuran keringat yang bukan karena udara panas.

Mereka menjelajahi Magdala menuju perkampungan-perkampungan miskin, hingga sejauh rumah di mana mereka berhenti kali lalu. Si perempuan terperanjat saat mendongakkan kepalanya dari papan cuci dan melihat siapa yang menyalaminya; dia mendapati Yesus berhadapan muka dengannya bersama perempuan yang termashyur dari Magdala, yang tak lagi berpakaian mewah dan mengenakan perhiasan-perhiasan. Sebaliknya, dia mengenakan sehelai kerudung linen tipis, gaun berwarna ungu biru periwinkle, yang tertutup hingga ke leher dan yang pastinya bukan gaunnya sendiri, sebab gaun itu terlalu sesak dan sudah dipermak untuknya. Dia membalut diri dengan sehelai mantol tebal, yang pastilah merupakan suatu siksaan pada cuaca panas seperti itu.  

"Apa kau mengijinkan Aku untuk tinggal di rumahmu dan berbicara kepada orang-orang yang mengikuti Aku?" Yakni, seluruh Magdala, sebab seluruh populasinya sudah mengikuti rombongan apostolik itu.

"Mengapakah bertanya pada-Ku, Tuhan-ku? Rumahku adalah rumah-Mu." Dan dia menyibukkan diri membawa kursi-kursi dan bangku-bangku untuk para perempuan dan para rasul. Ketika lewat dekat Magdalena dia membungkuk dalam seperti seorang budak.

"Damai sertamu, saudari," kata Magdalena. Dan perempuan malang itu begitu terperanjat hingga dia menjatuhkan bangku yang dibawanya. Tetapi dia tidak berkata apa-apa. Peristiwa itu membuatku berpikir bahwa Maria Magdalena mungkin memperlakukan pelayan-pelayannya dengan angkuh. Perempuan malang itu sama sekali tercengang ketika kepadanya ditanyakan keadaan anak-anaknya, di mana mereka, dan apakah suaminya mendapatkan hasil tangkapan ikan yang bagus.

"Mereka baik-baik saja… Mereka sedang di sekolah atau bersama ibuku. Yang bungsu sedang tidur di buaiannya. Suamiku mendapatkan hasil tangkapan ikan yang bagus dan akan memberikan perpuluhannya kepadamu sehubungan dengan…"

"Itu tidak lagi perlu. Gunakan itu untuk anak-anak. Boleh aku menengok bayinya?"

"Marilah…"

Orang banyak sudah memadati jalanan.

Yesus mulai berbicara:

"Seorang perempuan mempunyai sepuluh dirham dalam kantong uangnya. Tetapi dia melakukan suatu gerakan yang menyebabkan kantong uangnya terjatuh dari dadanya; kantong itu terbuka dan koin-koin uangnya menggelinding di lantai. Dia memungutinya dengan bantuan para tetangga yang ada bersamanya, dan dia menghitungnya. Hanya ada sembilan. Yang kesepuluh tidak dapat ditemukan. Sebab hari hampir sore dan mulai gelap, perempuan itu menyalakan lampu, menempatkannya di atas lantai dan dia mulai menyapu lantai dengan sapunya untuk melihat apakah koin itu sudah menggelinding jauh dari tempat di mana dia jatuh. Tetapi dirham itu tidak dapat ditemukan. Teman-temannya meninggalkan dia, sebab mereka sudah lelah mencarinya. Perempuan itu lalu mengangkat sebuah peti yang berat, sebuah lemari, dan dia menyingkirkan amphora-amphora dan bejana-bejana dari sebuah ceruk di tembok. Tetapi dirham itu tidak dapat ditemukan. Dia lalu mulai merangkak dan mencari di antara sampah, yang teronggok di tembok, kalau-kalau dirham itu sudah menggelinding keluar rumah dan tercampur dengan sampah sayuran. Dan pada akhirnyalah dia menemukan dirham itu, yang tertimbun tanah dan nyaris terkubur di bawah sampah. Perempuan yang kegirangan itu memungutnya, membasuhnya dan mengeringkannya. Koin itu sekarang lebih indah dari sebelumnya. Dan dia memamerkannya kepada para tetangganya yang dipanggilnya kembali dengan suara lantang, yakni mereka yang telah pergi sesudah membantunya di awal pencarian, dan dia berkata kepada mereka: Ini dia! Lihat? Kamu menasehatiku untuk tidak usah repot mencarinya lagi. Tetapi aku bersikeras dan aku menemukan dirham yang hilang itu. Karenanya bergembiralah bersamaku sebab aku tidak perlu menderita kehilangan satu dari hartaku.'

Juga Guru-mu, dan para murid-Nya, berlaku seperti perempuan dari perumpamaan itu. Ia tahu bahwa suatu gerakan dapat menyebabkan hartanya jatuh. Setiap jiwa adalah harta dan Setan, yang mendengki Allah, memprovokasi gerakan-gerakan yang tidak benar guna membuat jiwa-jiwa malang jatuh. Ada sebagian yang dalam jatuhnya berhenti dekat kantong uang, yakni mereka pergi tidak terlalu jauh dari Hukum Allah, Yang mengumpulkan mereka dan melindungi mereka melalui sarana perintah-perintah-Nya. Sebagian pergi lebih jauh, yakni, mereka pergi lebih jauh dari Allah dan Hukum-Nya. Terakhir, sebagian menggelinding hingga sejauh sampah, kotoran dan lumpur. Dan mereka akan berakhir dengan lalapan api dalam api abadi, sebagaimana sampah dibakar di tempat-tempat yang sesuai untuk itu. Sang Guru tahu dan Ia mencari dengan tanpa kenal lelah dirham-dirham yang hilang. Ia mencarinya di mana-mana, dengan kasih. Mereka adalah harta-Nya. Dan Ia tiada pernah lelah dan Ia tiada pernah merasa jijik. Ia menggeledah, mencari, mengangkat, menyapu hingga Ia menemukan apa yang Ia cari. Dan begitu Ia menemukannya, Ia membasuh jiwa yang dipulihkan itu dengan pengampunan-Nya dan memanggil semua sahabat-sahabat-Nya: seluruh Firdaus dan segenap orang-orang baik di bumi dan berkata kepada mereka: 'Bersukacitalah bersama-Ku sebab Aku telah menemukan apa yang hilang dan yang sekarang terlebih indah dari sebelumnya oleh sebab pengampunan-Ku telah menjadikannya baru.'  

Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu, ada sukacita yang sangat besar di antara para malaikat Allah dan orang-orang baik di bumi atas seorang pendosa yang bertobat. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa tiada suatupun yang lebih indah dari airmata pertobatan. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepdamu bahwa hanya roh-roh jahat yang tidak dapat bersukacita atas pertobatan yang demikian, yang adalah kemenangan Allah. Dan Aku katakan kepadamu bahwa cara seseorang menyambut pertobatan seorang pendosa merupakan ukuran dari kebaikannya sendiri dan persatuannya dengan Allah.  

Damai sertamu."

Orang banyak memahami pengajaran itu dan mereka menatap pada Magdalena, yang sudah datang dan duduk di ambang pintu sambil menggendong bayi dalam buaiannya, mungkin untuk mengambil sikap. Orang banyak membubarkan diri perlahan-lahan dan hanya nyonya rumah yang tinggal bersama ibunya yang baru saja tiba bersama anak-anak. Benyamin tidak ada di sana, dia masih di sekolah.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama