238. PERUMPAMAAN TENTANG PARA NELAYAN.     


31 Juli 1945

Mereka semua berkumpul di ruangan besar di lantai atas. Badai yang ganas telah berubah menjadi hujan yang tak kunjung henti, yang terkadang menjadi rintik-rintik dan nyaris berhenti dan lalu sekonyong-konyong berubah menjadi curahan hujan. Danau tentunya tidak biru hari ini, melainkan kekuningan dengan guratan-guratan buih ketika angin berhembus atau hujan mengguyur deras. Bukit-bukit seluruhnya sama sekali basah, dan dahan-dahan pepohonan masih bengkok, sepenuhnya basah. Beberapa dahan, yang dipatahkan angin, menggantung terjuntai dan banyak dedaunan yang diserakkan oleh badai es dibawa pergi oleh aliran-aliran air kemana-mana: air kekuningan yang menuangkan dedaunan, bebatuan, dan tanah dari sisi-sisi bukit ke dalam danau. Cahaya matahari suram, kehijauan.

Dalam ruangan ada Santa Perawan Maria, Marta dan Magdalena, duduk dekat sebuah jendela yang memberikan pemandangan ke bawah ke perbukitan, dan ada juga dua orang perempuan, yang tidak aku kenal. Tetapi aku berada dalam kesan bahwa mereka sudah mengenal Yesus, Maria dan para rasul, sebab mereka tampak akrab. Mereka pastinya lebih rileks dari Magdalena: dia duduk kaku, dengan kepalanya tertunduk, di antara Perawan Maria dan Marta. Sekarang mereka mengenakan pakaian mereka, yang sudah dikeringkan oleh perapian dan sudah disikat untuk menghilangkan noda-noda lumpur. Tidak, aku salah. Santa Perawan mengenakan gaun wool biru tua-Nya. Tetapi Magdalena meminjam sehelai gaun, yang, sebab dia tinggi dan berdada besar, terlalu pendek dan terlalu ketat untuknya dan dia berupaya mengatasinya dengan membungkus dirinya dalam mantol saudarinya. Dia menata rambutnya menjadi dua jalinan tebal, yang agaknya berhasil diikatkan dalam suatu simpul di tengkuknya, sebab dibutuhkan lebih banyak dari sekedar beberapa jepit rambut yang disematkan di sana sini, guna menahan berat rambutnya. Sesungguhnya aku selalu memperhatikan bahwa Magdalena, selain jepit-jepit rambut, menggunakan juga sehelai pita tipis berwarna pirang, yang kelihatan seperti mahkota indah dan menyatu dengan rambut keemasannya.      

Yesus, para rasul dan tuan rumah berada di sisi lain ruangan, sebagian duduk di kursi-kursi tanpa sandaran, sebagian di ambang jendela. Pelayan Marta tidak ada di sana. Petrus dan para nelayan lainnya mengamati cuaca dan memperkirakan cuaca esok hari. Yesus mendengarkan atau menjawab pertanyaan ini dan itu.

"Andai aku tahu mengenai hal ini, aku pasti akan sudah memberitahu ibuku untuk datang. Adalah adil bahwa perempuan merasa nyaman bersama teman-temannya," kata Yakobus Alfeus seraya melihat dengan sudut matanya kepada para perempuan.

"Eh! Andai saja kita tahu!... Tetapi mengapa ibu tidak datang bersama Maria?" Tadeus bertanya pada Yakobus saudaranya.

"Aku tidak tahu. Aku sendiri juga ingin tahu."

"Apakah mungkin ibu tidak enak badan?"

"Jika demikian Maria pasti akan sudah memberi tahu kita."

"Aku akan menanyakannya pada-Nya," dan Tadeus pergi menghampiri para perempuan.

Aku dapat mendengar suara jernih Maria menjawab: "Dia baik-baik saja. Tetapi aku tidak ingin dia melelahkan diri dalam cuaca seperti ini. Kami berlari seperti dua anak kecil, bukan begitu Maria? Maria datang larut malam, ketika sudah gelap dan kami berangkat saat fajar. Aku hanya mengatakan pada Alfeus: 'Ini kunci rumah. Aku akan segera kembali. Katakan pada Maria.' Dan aku pergi."                    

"Kita akan kembali bersama, Bunda. Begitu cuacanya baik dan Maria sudah punya pakaian, kita semua akan pergi bersama melintasi Galilea dan kita akan menemani saudari-saudari kita ke jalan yang paling aman. Jadi, Porphirea, Susana, dan istri serta anak-anak perempuanmu, Filipus dan Bartolomeus, akan menemui mereka." Pernyataan-Nya: "Akan menemui mereka," dan bukannya mengatakan "akan menemui Maria," sungguh sangat indah dan jitu. Dan juga sangat kuat. Itu mengenyahkan segala prasangka dan keengganan mental para rasul sehubungan dengan Magdalena. Perkataannya mengenai Magdalena, mengatasi keengganan mereka, rasa malu Magdalena, semuanya.

Wajah Marta berseri penuh sukacita, Maria Magdalena wajahnya memerah dan air mukanya menyiratkan permohonan, syukur, sedih; apakah yang dapat aku katakan?... Bunda Tersuci tersenyum lembut.

"Kemanakah kita pertama-tama akan pergi, Guru?"

"Ke Betsaida. Sesudahnya kita akan pergi ke Nazaret melalui Magdala, Tiberias dan Kana. Dari Nazaret kita akan melanjutkan perjalanan ke Betlehem di Galilea melalui Yafia dan Simron dan lalu ke Sicaminon dan Kaisarea…" Yesus disela oleh ledakan tangis Magdalena. Ia mengangkat kepala-Nya, menatap padanya dan lalu melanjutkan seolah tidak ada suatu pun yang terjadi: "Di Kaisarea kau akan mendapatkan wagonmu. Itulah perintah yang Aku berikan kepada pelayan dan kau akan pergi ke Betania. Kita akan bertemu kemudian, pada hari raya Pondok Daun."

Maria Magdalena segera mengendalikan diri, dia tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaan saudarinya, melainkan dia pergi keluar ruangan dan mungkin undur diri ke dapur untuk beberapa waktu.

"Yesus, Maria sedih mendengar bahwa dia harus pergi ke kota-kota tertentu. Kita harus memahami dia… Aku mengatakan ini lebih ditujukan kepada para murid daripada kepada-Mu," kata Marta dengan rendah hati dan penuh khawatir.

"Itu benar, Marta. Tetapi haruslah terjadi demikian. Jika dia tidak menghadapi dunia dengan segera dan tidak mengatasi pandangan publik, yang adalah suatu siksaan yang mengerikan, maka pertobatannya yang gagah berani akan menjadi lumpuh. Dia harus melakukan itu segera dan dalam penyertaan kita."  

"Selama dia bersama kita tidak ada yang akan mengatakan suatu pun padanya. Aku dapat patikan itu padamu, Marta, juga atas nama semua rekanku," janji Petrus.    

"Tentu saja! Kita akan memperlakukannya sebagai seorang saudari. Itulah apa yang dikatakan Maria tentangnya dan akan menjadi itulah dia bagi kita," tegas Tadeus.

"Bagaimanapun!... Kita semua adalah orang-orang berdosa dan dunia tidak mengasihani kita juga. Jadi kita dapat memahami perjuangannya," kata Zelot.

"Aku memahami dia lebih dari yang lainnya. Adalah sangat menguntungkan hidup di mana kita berdosa. Orang tahu siapa kita!... Itu suatu siksaan. Tetapi adalah keadilan dan kemuliaan untuk bertahan di sana. Tepatnya karena kuasa Allah dimanifestasikan dalam diri kita, kita mendorong yang lainnya untuk berbalik, bahkan tanpa mengucapkan perkataan," kata Matius.

"Kau dapat lihat, Marta, bahwa saudarimu dipahami dan dikasihi oleh semua orang. Dan dia akan semakin dikasihi dan dipahami. Dia akan menjadi suatu tanda kehormatan bagi begitu banyak jiwa-jiwa yang bersalah dan takut. Dia adalah kekuatan besar juga bagi orang-orang baik. Sebab sesudah merontokkan bulu-bulu terakhir dari kemanusiawiannya Maria akan menjadi api yang berkobar-kobar dengan kasih. Dia hanya telah memberikan suatu jalan yang berbeda pada sukacita berlimpah dari perasaan-perasaannya. Dia telah menaikkan daya kasihnya yang kuat ke tingkat yang adikodrati. Dan dia akan melakukan perbuatan-perbuatan ajaib di sana. Aku dapat pastikan itu padamu. Dia masih sedih sekarang. Tetapi kau akan melihat dia menjadi lebih tenang dan lebih kuat dalam hidup barunya seiring berlalunya waktu. Di rumah Simon Aku katakan: 'Dia banyak diampuni sebab dia banyak mengasihi.' Sekarang dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa dia akan diampuni semuanya, sebab dia akan mengasihi Allah-nya dengan segenap kekuatannya, jiwanya, pikirannya, darahnya, dagingnya, ke tingkat holocaust [Yunani, terbakar habis]."

"Dia sungguh beruntung layak akan perkataan yang sedemikian! Aku berharap aku juga layak untuk itu," desah Andreas.

"Kau? Tetapi kau sudah layak untuknya! Kemarilah, nelayan-Ku. Aku ingin menceritakan kepadamu suatu perumpamaan yang kelihatannya telah dibuat tepat untukmu."

"Sebentar, Guru. Aku akan memanggil Maria. Dia begitu antusias untuk mengenal doktrin-Mu!..."

Sementara Marta keluar, yang lain-lainnya menata kursi mereka sehingga membentuk sebuah setengah lingkaran sekeliling Yesus. Kedua saudari itu kembali dan duduk sekali lagi dekat Santa Perawan.  

Yesus mulai berbicara: "Beberapa nelayan pergi ke lautan terbuka dan menebarkan jala mereka dan sesudah waktunya mereka menariknya ke dalam perahu. Mereka melakukan pekerjaannya dengan susah-payah sesuai instruksi dari seorang tuan, yang sudah mempercayakan kepada mereka tugas untuk menyuplai kotanya dengan ikan-ikan pilihan, dan mengatakan kepada mereka: 'Tidak perlu menyusahkan diri membawa ke pantai ikan-ikan yang tidak baik atau rendah mutunya. Buang ikan-ikan itu kembali ke dalam lautan. Para nelayan lain akan menangkapnya dan sebab mereka bekerja untuk seorang tuan yang lain, mereka akan membawa ikan-ikan itu ke kotanya, sebab mereka menyantap di sana apa yang membahayakan dan dengan demikian menjadikan kota musuhku semakin mengerikan. Tidak ada suatu pun yang tidak sehat boleh memasuki kotaku yang indah, cemerlang dan suci.'

Demikianlah, sesudah menghela jala ke dalam perahu, para nelayan memulai pekerjaan seleksi mereka. Hasil tangkapannya bagus dan ikan-ikan berbeda-beda dalam tampilan, ukuran dan warnanya. Sebagian tampak bagus tetapi dagingnya penuh duri dan rasanya tidak enak; perutnya penuh lumpur, cacing dan ganggang laut busuk, yang memberi rasa tidak enak pada ikan. Yang lain, sebaliknya, tampak jelek, seperti wajah seram para kriminal atau serupa monster mengerikan, tetapi para nelayan tahu bahwa dagingnya sungguh lezat. Yang lainnya tampak begitu tidak menarik hingga tak seorang pun mempedulikannya. Para nelayan melanjutkan pekerjaan mereka hingga keranjang-keranjang semuanya penuh dengan ikan-ikan pilihan dan hanya ikan-ikan murahan saja yang tinggal di jala. 'Cukup. Keranjang-keranjang sudah penuh. Marilah kita melemparkan sisanya ke dalam laut," kata banyak dari antara nelayan.

Namun seorang dari mereka, yang tidak banyak bicara, sementara yang lain entah memuji atau meremehkan tiap-tiap ikan yang kebetulan mereka tangani, pergi mencari dalam jala, dan di antara ikan-ikan murahan itu dia menemukan dua atau tiga ekor ikan yang lalu ditempatkannya di puncak keranjang-keranjang itu. 'Apa yang kau lakukan ini?' tanya yang lain-lain kepadanya. 'Keranjang-keranjang penuh dengan ikan-ikan yang baik. Sekarang kau mengotorinya dengan menempatkan ikan jelek itu di atasnya. Kelihatannya kau berpikir bahwa ikan itu adalah yang paling baik dari semuanya.'

"Biarkan aku. Aku tahu ikan jenis ini dan aku tahu betapa lezat rasanya."

Itulah perumpamaannya, yang berakhir dengan berkat dari sang tuan atas nelayan yang sabar, cakap dan tidak banyak bicara, yang dapat menyeleksi ikan terbaik di tengah banyak ikan-ikan lainnya. Sekarang dengarkanlah aplikasinya.

Tuan dari kota yang indah, cemerlang dan suci adalah Tuhan. Kotanya adalah Kerajaan Surga. Para nelayannya: para murid-Ku. Ikan-ikan di lautan: umat manusia, di mana setiap jenis orang diwakili. Ikan-ikan yang baik: para kudus.

Tuan dari kota yang mengerikan adalah Setan. Kotanya yang mengerikan: Neraka. Para nelayannya: dunia, daging, nafsu jahat yang diwujudkan dalam para pelayan Setan, baik rohani, yakni roh-roh jahat, maupun manusiawi, yakni manusia, yang merusak sesamanya. Ikan-ikan yang jelek: umat manusia yang tidak layak akan Kerajaan Surga: jiwa-jiwa terkutuk.

Di antara para nelayan jiwa-jiwa bagi Kota Allah akan selalu ada mereka yang meneladani kecakapan si nelayan yang sabar, yang bertekun dalam pencariannya tepat di lapisan masyarakat itu di mana rekan-rekannya yang kurang sabar mengambil hanya apa yang tampaknya baik pada pandangan pertama. Dan sayangnya akan ada juga sebagian nelayan, yang, sebab terlalu kurang peduli dan banyak bicara - perhatian dan keheningan dibutuhkan dalam pekerjaan seleksi guna mendengarkan suara jiwa-jiwa dan tanda-tanda adikodrati - akan tidak melihat ikan-ikan yang baik dan akan kehilangan mereka. Dan akan ada sebagian yang melalui ketidaktoleransian yang berlebihan akan menolak jiwa-jiwa sebab aspek lahiriah mereka tidak sempurna, padahal mereka unggul sehubungan dengan yang sisanya.

Apa masalahnya, jika satu dari ikan-ikan yang kamu tangkap untuk-Ku memperlihatkan tanda-tanda pergulatan di masa lalu dan mutilasi-mutilasi sehubungan dengan banyak sebab, jika itu tidak melukai rohnya? Apa masalahnya bagimu, jika satu dari mereka terluka dalam upaya membebaskan diri dari sang Musuh dan menghadirkan dirinya dengan banyak luka-luka demikian, jika batinnya jelas-jelas menunjukkan kerinduannya untuk menjadi milik Allah? Jiwa-jiwa yang dicobai adalah jiwa-jiwa yang dapat diandalkan. Lebih dapat diandalkan dari jiwa-jiwa itu yang seperti kanak-kanak yang dilindungi dengan kain bedung, buaian dan ibu, dan tidur dalam damai sesudah disusui, atau tersenyum bahagia, tetapi yang kelak dalam hidup, ketika mereka cukup umur dan dapat berpikir dan harus menghadapi perubahan-perubahan hidup, dapat menjadi penyebab dari keterkejutan-keterkejutan tidak menyenangkan oleh sebab penyimpangan-penyimpangan moral mereka.

Aku ingin mengingatkan kamu akan perumpamaan tentang anak yang hilang. Dan kamu akan mendengar lebih banyak lagi sebab Aku akan selalu berupaya untuk mengajarkan kepadamu penilaian yang benar dalam uji batin dan dalam menyeleksi metode terbaik untuk membimbing batin, yang adalah individu dan karenanya masing-masing punya caranya sendiri yang istimewa dalam merasa dan bereaksi terhadap pencobaan-pencobaan dan terhadap pengajaranmu. Jangan berpikir bahwa adalah mudah untuk menyeleksi jiwa-jiwa. Jauh dari itu! Dibutuhkan mata rohani yang bersinar dengan terang ilahi dan dibutuhkan intelektual yang dirasuki Kebijaksaaan ilahi, dan memiliki keutamaan-keutamaan dalam tingkat yang gagah berani, dan terutama cinta kasih. Adalah perlu untuk dapat mengkonsentrasikan diri pada meditasi sebab tiap-tiap jiwa adalah suatu teks kabur yang harus dibaca dan dimeditasikan. Dan persatuan terus-menerus dengan Allah diperlukan, dengan melupakan segala kepentingan-kepentingan yang egois. Orang harus hidup bagi jiwa-jiwa dan bagi Allah, dan dapat mengatasi prasangka, kebencian, keengganan. Adalah perlu untuk menjadi selembut seorang ayah dan segagah seorang ksatria. Lembut dalam memberikan nasehat dan menyemangati. Sulit untuk dapat mengatakan: 'Itu tidak diperbolehkan dan kamu tidak boleh melakukannya.' Atau: 'Adalah benar melakukan itu dan kamu harus melakukannya.' Sebab - dan kamu harus merenungkan ini baik-baik - banyak jiwa-jiwa akan dicampakkan ke dalam kolam-kolam neraka. Tetapi bukan hanya jiwa-jiwa para pendosa. Akan ada juga jiwa-jiwa para nelayan evangelis: dari mereka yang sudah gagal dalam pelayanan mereka, ikut andil begitu rupa dalam hilangnya banyak jiwa-jiwa.

Harinya akan datang, hari terakhir dunia, hari pertama dari Yerusalem yang sempurna dan abadi, ketika para malaikat, seperti para nelayan dari perumpamaan, akan memisahkan yang baik dari yang jahat dan atas perintah yang tak dapat diubah dari sang Hakim, mereka yang baik akan masuk ke dalam Surga dan mereka yang jahat akan masuk ke dalam api abadi. Dan lalu kebenaran akan dinyatakan sehubungan dengan para nelayan dan ikan, kemunafikan akan runtuh dan umat Allah akan tampil sebagaimana mereka adanya, dengan para pemimpin mereka dan mereka yang diselamatkan oleh para pemimpin itu. Kita kemudian akan melihat bahwa banyak, yang tampilan lahiriahnya remeh dan buruk, adalah mereka yang paling cemerlang di Surga, dan bahwa para nelayan yang sabar dan tidak banyak bicara adalah mereka yang sudah bekerja paling banyak dan sekarang bercahaya dengan permata sebanyak jiwa-jiwa yang mereka selamatkan.

Aku sudah menceritakan kepadamu perumpamaannya dan menjelaskannya."

"Dan saudaraku?!... Oh! tetapi…" Petrus menatap padanya… dan lalu pada Magdalena…

"Tidak, Petrus. Aku tidak berjasa apapun di sana. Semuanya adalah karya Guru," kata Andreas jujur.

"Jadi, apakah para nelayan lainnya, para pelayan Setan maksudku, akan mengambil sisanya?" tanya Filipus.

"Mereka berupaya untuk mengambil yang terbaik, jiwa-jiwa yang paling bertalenta dalam Rahmat, dan mereka mempergunakan orang-orang yang sama itu untuk melakukannya, di samping pencobaan-pencobaan mereka sendiri. Ada begitu banyak di dunia yang demi suatu makanan sampah menjual hak kesulungan mereka!"

"Guru, kali lalu Engkau katakan bahwa ada banyak yang membiarkan diri mereka digoda oleh bujuk rayu dunia. Apakah orang-orang itu adalah mereka yang menangkap ikan untuk Setan?" tanya Yakobus Alfeus.

"Ya, saudara-Ku. Dalam perumpamaan itu manusia membiarkan dirinya dibujuk oleh banyak uang, yang dapat memberinya banyak kesenangan, dengan demikian kehilangan setiap hak akan Harta Kerajaan. Tetapi dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa dari seratus orang hanya sepertiga yang dapat melawan godaaan emas atau tawaran-tawaran lainnya, dan dari sepertiga itu hanya separuh yang dapat melakukannya dengan gagah berani. Dunia tengah sekarat tercekik, sebab secara sukarela terlalu membebani dirinya dengan ikatan-ikatan dosa. Adalah lebih baik tidak memiliki apa-apa daripada memiliki kekayaan yang keji dan menyesatkan. Berupayalah untuk meneladani para pencari mutiara yang bijak, yang, ketika kepada mereka diberitahukan bahwa ada sebuah mutiara yang sangat langka ditemukan, tidak menyusahkan diri untuk menyimpan begitu banyak perhiasan-perhiasan kecil dalam peti mereka, melainkan mereka merelakan semuanya demi membeli mutiara yang mengagumkan itu."

"Jadi, mengapakah Engkau katakan bahwa ada perbedaan dalam misi-misi yang Engkau percayakan kepada mereka yang mengikuti-Mu, dan Engkau katakan bahwa kami harus menganggap misi-misi itu sebagai suatu karunia dari Allah? Tidakkah seharusnya kita mengabaikannya juga, sebab semua itu hanyalah remah-remah belaka dibandingkan Kerajaan Surga," kata Bartolomeus.

"Bukan remah-remah, melainkan sarana-sarana. Akan menjadi remah-remah, atau lebih tepatnya, akan menjadi jerami kotor apabila misi itu menjadi tujuan orang dalam hidup. Mereka yang menyibukkan diri demi mendapatkan suatu posisi guna keuntungan manusiawi, menjadikan posisi itu, bahkan meski itu adalah suatu posisi yang suci, jerami kotor. Sebaliknyalah kamu harus menerimanya dengan taat, sebagai suatu tugas sukacita dan suatu holocaust sepenuhnya, dan kamu akan menjadikannya sebuah mutiara yang sangat langka. Suatu misi adalah suatu holocaust jika ditunaikan dengan tanpa syarat, adalah kemartiran dan suatu kemuliaan. Misi itu meneteskan airmata, keringat, darah, namun membentuk sebuah mahkota dari kerajaan abadi."

"Engkau sungguh dapat menjawab semua pertanyaan!"

"Sudah mengertikah kamu? Mengertikah kamu apa yang Aku katakan melalui sarana perbandingan-perbandingan yang diambil dari kehidupan sehari-hari, tetapi diterangi oleh terang adikodrati yang menjelaskan makna abadinya?"

"Ya, Guru, kami mengerti."

"Jadi ingatlah metoda untuk mengajar orang banyak. Sebab itu adalah satu dari rahasia-rahasia para ahli-ahli Taurat dan para rabbi: mengingat, Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa masing-masing darimu, yang dikaruniai kebijaksanaan yang memastikan kepemilikan akan Kerajaan Allah, adalah bagai ayah dari sebuah keluarga yang mengambil dari perbendaharaan hartanya apa yang dibutuhkan bagi keluarganya, dengan mempergunakan barang-barang yang lama dan yang baru, untuk satu tujuan saja, yag adalah kesejahteraan anak-anaknya. Sudah tidak lagi hujan. Marilah kita meninggalkan para perempuan dalam damai dan pergi ke Tobit tua yang akan segera membuka mata rohaninya pada fajar kehidupan selanjutnya. Damai sertamu, para perempuan."    
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama