236. TUAIAN BANYAK TETAPI PEKERJANYA SEDIKIT.
PERUMPAMAAN TENTANG HARTA YANG TERPENDAM DI LADANG.     


29 Juli 1945

Yesus berada di jalanan yang berasal dari Danau Merom menuju Danau Galilea. Ia bersama Zelot dan Bartolomeus dekat sebuah sungai kecil, yang meski demikian memberi makan banyak tanam-tanaman, dan kelompok trio itu nampaknya sedang menantikan yang lain-lainnya yang akan segera tiba dari dua arah yang berbeda.

Hari yang sangat panas, dan walau begitu banyak orang mengikuti ketiga kelompok yang berkhotbah di desa dengan berbicara kepada mereka yang baik kesehatannya dan membawa mereka yang sakit kepada Guru. Banyak orang yang telah disembuhkan secara mukjizat membentuk sebuah kelompok bahagia dengan duduk di antara pepohonan, dan sukacita mereka begitu rupa hingga mereka bahkan tidak merasa letih kendati terik matahari, debu, sinar yang menyilaukan, yang merupakan suatu pencobaan besar bagi semua orang lainnya.    

Ketika kelompok yang dipimpin oleh Yudas Tadeus pertama tiba dekat Yesus, mereka semua yang membentuk kelompok itu, atau yang mengikutinya, kelihatan sangat letih. Kelompok terakhir yang tiba adalah yang dipimpin oleh Petrus dan kelompok itu terdiri dari banyak orang dari Khorazim dan Betsaida.

"Kami sudah selesai, Guru. Tetapi di sana mestinya ada banyak kelompok-kelompok… Engkau dapat lihat sendiri. Tidaklah mungkin berjalan jauh, sebab hari terik. Jadi, apakah yang dapat kita lakukan? Semakin banyak yang harus kita lakukan, semakin dunia tampaknya meluas, menyerakkan desa-desa dan menambah jauh jarak. Aku tidak pernah menyadari bahwa Galilea sebegitu luas. Kita di suatu pojok Galilea, hanya suatu pojok, dan meski begitu kita tidak mampu menginjilinya, begitu luas dan begitu banyak jumlah mereka yang membutuhkan Engkau dan menginginkan Engkau," desah Petrus.

"Bukan dunia yang bertambah luas. Adalah pengenalan akan Guru kita yang bertambah luas," jawab Tadeus.

"Ya, itu benar. Lihat betapa banyak orang. Banyak yang sudah mengikuti kita sejak pagi ini. Sepanjang jam-jam paling terik kita bernaung di semak-semak. Tetapi bahkan sekarang, ketika hampir senja, masih terasa sangat menyakitkan untuk berjalan. Dan orang-orang malang ini sudah terlebih jauh dari rumah mereka daripada kita. Jika pekerjaan kita terus bertambah seperti ini, aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan…" kata Yakobus Zebedeus.

"Para gembala akan datang juga, pada bulan Tisyri," kata Andreas untuk menyemangati mereka.

"Ya! Para gembala, para murid, betapa menyenangkan! Mereka hanya pandai mengatakan: 'Yesus adalah Juruselamat. Ia ada di sana.' Dan tidak ada yang lain," jawab Petrus.

"Setidaknya orang-orang akan tahu di mana menemukan-Nya. Daripada sekarang…! Apabila kita kemari, mereka bergegas kemari, dan sementara mereka datang kemari, kita pergi ke sana, dan mereka harus mengejar kita. Yang sangatlah tidak menyenangkan apabila ada anak-anak dan orang-orang sakit."

Yesus berkata: "Kau benar, Petrus. Aku merasa sedih juga atas jiwa-jiwa ini dan orang-orang ini. Kenyataan bahwa banyak dari antara mereka tidak dapat menemukan-Ku saat tertentu, mungkin akibat kemalangan yang tak terelakan. Lihat betapa letih dan bingungnya mereka yang masih belum yakin akan Kebenaran-Ku dan lihat betapa lapar mereka yang sudah mencicipi sabda-Ku dan tak lagi dapat pergi tanpanya dan tiada perkataan lain yang dapat memuaskan mereka. Mereka seperti domba tanpa gembala, berkeliaran tanpa menemukan barang seorang pun yang dapat memimpin mereka dan menggembalakan mereka. Aku akan memastikan mereka mendapatkannya, tetapi kamu harus membantu Aku, dengan segenap kekuatan rohani, moral dan jasmanimu. Kamu tak akan lagi harus pergi berkelling dalam kelompok-kelompok besar, melainkan berpasang-pasangan. Dan kita akan mengutus juga murid-murid terbaik berdua-dua. Sebab tuaian banyak. Oh! Aku akan mempersiapkanmu pada musim panas untuk misi besar ini. Sebelum bulan Tamus, Ishak akan menggabungkan diri dengan kita bersama murid-murid terbaiknya. Dan Aku akan mempersiapkanmu. Tetapi bahkan meski demikian kamu tidak akan cukup. Sebab tuaian sungguh banyak tetapi pekerjanya sedikit. Jadi berdoalah kepada Tuan empunya tuaian untuk mengutus banyak pekerja untuk tuaian-Nya."

"Ya, Tuhan-ku. Tetapi itu tidak akan membuat banyak perbedaan untuk situasi mereka yang mencari Engkau," kata Yakobus Alfeus.

"Kenapa, saudara-Ku?"

"Sebab mereka mencari bukan hanya doktrin dan sabda Hidup, tetapi mereka ingin disembuhkan dan dibantu serta ditolong dalam segala penyakit mereka dan dalam segala kelemahan yang sudah dibawa entah oleh Setan atau hidup ke bagian-bagian inferior ataupun superior mereka. Dan hanya Engkau yang dapat melakukan itu, sebab milik-Mulah Kuasa."

"Mereka yang bersatu dengan Aku akan dapat melakukan apa yang Aku lakukan dan mereka yang malang akan ditolong dalam segala kemalangan mereka. Tetapi kamu belum memiliki apa yang dibutuhkan untuk melakukan itu. Berupayalah untuk mengatasi dirimu sendiri, untuk menginjak-injak kemanusiawianmu dan dengan demikian membiarkan rohmu menang. Resapkan bukan hanya sabda-Ku, melainkan roh darinya, yakni, kuduskan dirimu sendiri melaluinya dan lalu kamu akan dapat melakukan semuanya.

Dan sekarang marilah kita pergi dan berbicara kepada mereka, sebab mereka tidak mau pergi terkecuali Aku menyampaikan sabda Allah kepada mereka. Barulah kita akan kembali ke Kapernaum. Akan ada seseorang yang menantikan kita di sana juga…"

"Tuhan, benarkah Maria dari Magdala meminta-Mu untuk mengampuninya, di rumah si Farisi?"

"Itu benar, Tomas."

"Dan apakah Engkau mengampuninya?" tanya Filipus.

"Ya."

"Engkau melakukan hal yang salah!" seru Bartolomeus.

"Kenapa? Dia dengan tulus hati bertobat dan patut diampuni."

"Tetapi Engkau tidak seharusnya mengampuninya di rumah itu, di hadapan umum…" kata Iskariot mencela.

"Tetapi Aku tidak mengerti di mana salah-Ku."

"Ini pointnya: Engkau tahu siapa kaum Farisi itu, betapa kepala mereka dipenuhi sungut-sungut akan hal-hal remeh, betapa mereka mengamat-amati Engkau, memfitnah dan membenci Engkau. Salah seorang dari mereka di Kapernaum adalah teman-Mu dan itu adalah Simon. Dan Engkau memanggil seorang pelacur masuk ke dalam rumahnya untuk mencemarinya dan menyebabkan skandal bagi teman-Mu Simon."

"Aku tidak memanggilnya. Dia yang datang. Dia bukan seorang pelacur. Dia bertobat. Itu memberikan terang yang berbeda pada perkaranya. Andai mereka tidak dikuasai oleh kejijikan sebelumnya, seperti ketika mereka menghampirinya dan berhasrat terhadapnya, juga di hadapan-Ku, sekarang sesudah dia bukan lagi sekedar daging, melainkan suatu jiwa, seharusnyalah mereka tidak merasa jijik melihatnya memasuki rumah itu untuk berlutut di kaki-Ku dan mendakwa dirinya sendiri seraya mencucurkan airmata, merendahkan dirinya sendiri dalam suatu pengakuan di hadapan umum dengan penuh kerendahan hati dengan diwakili oleh airmatanya. Simon si Farisi disucikan rumahnya oleh suatu mukjizat besar: 'kebangkitan suatu jiwa.' Lima hari yang lalu di alun-alun di Kapernaum dia bertanya kepada-Ku: 'Itukah satu-satunya mukjizat yang Engkau kerjakan?' dan dia menjawab dirinya sendiri: 'Tentu tidak,' yang menunjukkan keinginannya untuk melihat suatu mukjizat. Dan Aku memberikan itu padanya. Aku memilihnya untuk menjadi saksi, perantara dari pertunangan suatu jiwa dengan Rahmat. Dia sepatutnya bangga karenanya."

"Sebaliknyalah dia diguncang skandal. Mungkin Engkau sudah kehilangan seorang teman."

"Aku mendapatkan suatu jiwa. Itu sepadan dengan kehilangan seseorang teman dengan persahabatannya, persahabatan miskin seorang teman, demi memberikan kepada suatu jiwa persahabatan dengan Allah."

"Percuma saja. Kami tidak bisa membuat Engkau memikirkan masalahnya dari sudut pandang manusia. Kita ini di bumi, Guru! Ingatlah itu. Dan hukum-hukum serta gagasan-gagasan dunia yang berlaku. Engkau bertindak seturut metode Surga, Engkau hidup di Surga yang Engkau miliki dalam hati-Mu, Engkau melihat semuanya dalam terang Surga. Guru-ku yang malang! Betapa secara sempurna Engkau tidak cocok tinggal di antara kami orang-orang jahat!" seru Yudas seraya memeluk-Nya. Si rasul, yang tercengang dan sekaligus bersedih hati, mengakhiri perkataannya: "Dan maafkan aku sebab, melalui terlalu banyak kesempurnaan, Engkau membuat permusuhan dengan terlalu banyak orang."

"Jangan sedih, Yudas. Ada tertulis bahwa haruslah demikian. Tetapi bagaimana kau tahu bahwa Simon merasa terhina?"

"Dia tidak mengatakan bahwa dia terhina. Tetapi dia membuat Tomas dan aku mengerti bahwa itu tidak seharusnya terjadi. Engkau tidak seharusnya mengundang perempuan itu ke rumahnya, yang hanya dimasuki oleh orang baik-baik."

"Baiklah! Sehubungan dengan kebaikan dari orang-orang yang pergi ke rumah Simon, marilah kita mengakhiri masalah ini," kata Petrus.       

Dan Matius menambahkan: "Bisa aku katakan bahwa keringat para pelacur sudah tercurah beberapa kali ke lantai, ke meja dan ke atas mereka di rumah Simon, si Farisi."

"Tetapi tidak di hadapan umum," jawab Yudas berang.

"Tidak. Kemunafikan menutupinya."

"Jadi bisa kau lihat bahwa ada suatu perbedaan."

"Juga ada suatu perbedaan antara seorang pelacur yang masuk untuk mengatakan: 'Aku mengakhiri hidup aibku yang penuh dosa' dan dia yang masuk untuk mengatakan: 'Inilah aku, untuk berbuat dosa bersamamu.'"

"Matius benar," mereka semua berkata.

"Tentu saja, dia benar. Tetapi mereka tidak berpikir seperti kita berpikir. Kita harus berkompromi dengan mereka, dan menyesuaikan diri kita dengan jalan mereka agar dapat berteman dengan mereka."

"Tidak, tidak pernah, Yudas. Dalam kebenaran, kejujuran, dalam perilaku moral tidak ada baik penyesuaian diri ataupun kompromi!" kata Yesus menggelegar. Dan Ia mengakhiri: "Bagaimanapun Aku tahu bahwa Aku bertindak benar dan untuk suatu tujuan yang baik. Dan itu sudah cukup. Marilah kita pergi dan membubarkan orang-orang yang letih itu."

Dan Ia pun pergi menghampiri mereka yang tersebar di bawah pepohonan, dengan menatap ke arah-Nya, antusias menanti untuk mendengarkan-Nya.

"Damai sertamu semua yang sudah berjalan bermil-mil jauhnya dan pada hari-hari yang paling terik sepanjang tahun untuk datang dan mendengarkan Injil. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa kamu mulai sungguh mengerti apa itu Kerajaan Allah, betapa berharga memilikinya dan betapa bahagia menjadi miliknya. Dan kerja tak lagi merupakan beban bagimu, seperti bagi orang-orang lain, sebab kamu dipimpin oleh jiwamu, yang berkata kepada daging: 'Bersukacitalah sebab aku menindasmu. Aku melakukan ini demi kebahagiaanmu sendiri. Apabila kau bersatu denganku lagi, sesudah kebangkitan, kau akan mengasihi aku sebab sudah meremukkanmu dan kau akan melihatku sebagai juruselamatmu yang kedua.' Tidakkah jiwamu berkata demikian? Tentu saja! Kamu sekarang mendasarkan perbuatan-perbuatanmu pada pelajaran dari perumpamaan-perumpamaan yang Aku sampaikan kepadamu beberapa waktu yang lalu. Tetapi sekarang Aku akan memberimu terang lebih lanjut guna membuatmu lebih dan lebih lagi mencintai Kerajaan yang menantikanmu dan nilai dari apa yang tak dapat diukur.

Dengarkanlah: Seorang laki-laki pergi secara kebetulan ke sebuah ladang untuk membuat saluran air untuk kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahannya dan sementara dia menggali dengan susah-payah tanah yang sangat keras itu, secara kebetulan dia menemukan lapisan logam mulia. Jadi, apa yang dilakukannya? Dia menimbuni apa yang ditemukannya dengan tanah. Dia tidak keberatan bekerja lebih banyak, sebab penemuan itu merupakan alasan dari yang dikerjakannya. Dia lalu pulang ke rumah, dia mengumpulkan semua kekayaannya yang terdiri dari uang dan barang-barang berharga; dia menjual barang-barang berharganya untuk mendapatkan lebih banyak uang. Dia lalu pergi ke pemilik ladang dan berkata kepadanya: 'Aku suka ladangmu. Berapa harga yang kau inginkan untuk itu?' 'Aku tidak menjualnya,' jawab si pemilik. Tetapi laki-laki itu menawarkan jumlah uang yang lebih dan lebih besar lagi yang tidak sebanding dengan nilai ladang, dan pada akhirnya dia berhasil meyakinkan si pemilik yang berpikir: 'Orang ini pasti sudah gila! Dan dengan beranggapan dia gila, aku akan mengambil keuntungan dari situasi ini. Aku akan menerima uang yang dia tawarkan padaku. Ini bukan masalah tamak-uang, sebab dia yang bersikeras dalam menawarkannya padaku. Dengan uang itu aku akan dapat membeli setidaknya tiga ladang lagi, dan yang lebih baik pula.' Dan dia menjual ladang itu dan yakin bahwa dia sudah melakukan transaksi yang sangat menguntungkan. Tetapi adalah orang lain itu yang sudah melakukan transaksi yang sungguh menakjubkan sebab dia merelakan apa yang dapat dicuri oleh para pencuri, atau yang dapat hilang atau habis dipakai, dan dia mendapatkan suatu harta karun, yang sebab riil dan alami, tidak akan dapat habis. Adalah sepadan dengan mengurbankan apa yang dia miliki, demi membelinya, meski untuk beberapa waktu dia tiada memiliki apapun selain dari ladang itu, sebab dalam kenyataannya dia memiliki, dan untuk selamanya, harta karun yang tersembunyi di dalamnya.

Kamu sudah mengerti semua itu dan kamu berperilaku seperti laki-laki dalam perumpamaan. Merelakan kekayaan fana demi memiliki Kerajaan Surga. Juallah atau berikan pada orang-orang bodoh di dunia dan biarkan mereka menertawakanmu sebab dunia berpikir bahwa adalah bodoh melakukannya. Lakukan itu, selalu berperilaku seperti itu, dan Bapa-mu Yang di Surga akan bersukacita memberimu suatu hari kelak tempatmu dalam Kerajaan.

Pulanglah ke rumahmu sebelum hari Sabat tiba, dan pada hari Tuhan meditasikanlah perumpamaan harta karun itu, yang adalah Kerajaan surgawi. Damai sertamu."

Orang banyak perlahan berpencaran sepanjang jalanan dan jalan-jalan setapak desa, sementara Yesus pergi menuju Kapernaum sebab malam menjelang.

Ia tiba di sana pada waktu malam. Mereka tanpa suara melintasi kota yang sunyi dalam terang rembulan, yang hanyalah satu-satunya penerang di jalan-jalan sempit yang berpaving tidak merata. Dengan diam-diam mereka memasuki kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahan dekat rumah, sebab mereka pikir bahwa semua orang sudah tidur. Sebaliknya lampu menyala di dapur dan tiga bayangan, yang dibuat bergoyang-goyang oleh api yang berkelip-kelip, tampak di dinding batu-oven yang putih.

"Ada seorang yang menantikan Engkau, Guru. Tetapi tidaklah mungkin untuk terus seperti ini! Aku akan pergi dan mengatakan pada mereka bahwa Engkau sudah terlalu letih. Sementara itu, naiklah ke teras."  

"Tidak, Simon. Aku akan masuk ke dalam dapur. Jika Tomas menahan orang-orang ini di sini, pasti ada suatu alasan yang tepat untuk itu."

Sementara itu mereka yang di dalam rumah mendengar bisik-bisik dan Tomas, si tuan rumah, pergi menuju pintu.

"Guru, perempuan yang biasanya itu di sini. Dia sudah menantikan Engkau sejak kemarin sore, saat matahari tenggelam. Dia bersama seorang pelayan," dan dia menambahkan dengan suara lirih: "Dia sangat gelisah. Dia menangis sepanjang waktu…"

"Baik. Katakan padanya untuk naik ke atas. Di manakah dia tidur semalam?"

"Dia tidak mau tidur. Lalu dia undur diri ke kamarku selama beberapa jam, saat fajar. Aku membiarkan si pelayan tidur di salah satu tempat tidurmu."

"Sangat baik. Dia dapat tidur di sana juga malam ini. Dan kau akan tidur di tempat tidur-Ku."

"Tidak, Guru. Aku akan tidur di atas tikar di teras. Tetap saja aku akan tidur dengan sangat nyenyak."

Yesus naik ke teras. Marta mengikuti-Nya.

"Damai sertamu, Marta."

Isak tangis adalah jawabnya.

"Apa kau masih menangis? Apa kau tidak bahagia?"

Marta menggelengkan kepalanya.

"Tapi kenapa…?"

Ada suatu jeda panjang penuh isak-tangis. Pada akhirnya dia mengerang: "Maria belum pulang selama beberapa malam. Dan kami tidak dapat menemukannya. Baik aku ataupun Marcella ataupun inang tidak dapat menemukannya… Dia pergi sesudah memerintahkan agar wagon disiapkan untuknya. Dia berpakaian sangat menawan… Oh! dia tidak akan mengenakan pakaianku lagi!... Dia tidak setengah telanjang - dia punya beberapa pakaian yang seperti itu juga - tapi masih suatu gaun yang sangat vulgar… Dan dia mengenakan perhiasan-perhisan dan minyak wangi… dan belum pulang. Dia menyuruh pergi pelayan ketika mereka tiba di rumah-rumah pertama di Kapernaum dengan mengatakan: 'Aku akan kembali dengan ditemani orang-orang lain.' Tetapi dia belum pulang. Dia menipu kita! Atau dia merasa kesepian, mungkin dia dicobai… atau sesuatu sudah terjadi padanya… Dia belum pulang…" Dan Marta jatuh berlutut, menangis, dengan kepalanya beristirahat pada lengannya, yang ditempatkan di atas setumpukan karung-karung kosong.

Yesus menatap padanya dan bagai seorang tuan besar Ia berkata perlahan dan mantap: "Jangan menangis. Maria datang kepada-Ku tiga sore yang lalu. Dia mengurapi kaki-Ku dan meninggalkan semua perhiasannya di kaki-Ku. Dengan demikian dia mengkonsekrasikan dirinya, dan untuk selamanya, dan telah menjadi seorang dari para murid-Ku. Jangan merendahkan dia dalam hatimu. Dia telah mengunggulimu."

"Tapi, kalau begitu, di manakah saudariku?" seru Marta mendongakkan wajahnya yang galau. "Mengapakah dia belum pulang ke rumah? Apakah dia diserang? Apakah dia sudah naik perahu dan menenggelamkan diri? Atau apakah seorang kekasih yang ditolaknya sudah melarikannya? Oh! Maria! Maria-ku! Aku sudah menemukan dia dan aku sudah kehilangan dia sekaligus!" Marta benar-benar seperti orang kehilangan akal. Tidak terpikir olehnya bahwa mereka yang di bawah dapat mendengarnya. Pun tidak terpikir olehnya bahwa Yesus dapat memberitahukan padanya di mana saudarinya berada. Marta dalam keputusasaan dan tidak dapat berpikir apapun.

Yesus meraih pergelangan tangannya dan mendesaknya untuk tenang dan untuk mendengarkan-Nya, dengan menjulang tinggi di atasnya dengan perawakan-Nya yang tinggi dan menguasainya dengan tatapan magnetis-Nya. "Cukuplah itu! Aku ingin kau punya iman dalam perkataan-Ku. Aku ingin kau bermurah hati. Mengertikah kau?" Ia tidak melepaskannya hingga Marta sedikit lebih tenang. "Saudarimu sudah pergi untuk menikmati sukacitanya, dan dia telah membungkus dirinya dalam keterasingan kudus sebab dia penuh kesahajaan yang supersensitif dari jiwa-jiwa yang ditebus. Aku telah mengatakannya padamu di awal. Dia tidak dapat tahan akan tatapan lembut namun penuh tanya dari sanaknya atas pakaian barunya sebagai seorang mempelai Rahmat. Dan apa yang Aku katakan selalu benar. Kau harus percaya pada-Ku."

"Ya, Tuhan-ku, aku percaya. Tetapi Maria sudah terlalu lama menjadi mangsa setan, dia sudah segera menangkapnya kembali, dia…"

"Dia melampiaskan amarahnya padamu atas mangsa yang telah hilang darinya untuk selamanya. Haruskah Aku, oleh karenanya, melihat kau, seorang perempuan kuat, menjadi mangsanya melalui kegelisahan bodoh tanpa alasan apapun? Haruskah Aku melihat bahwa oleh sebab dia, yang sekarang percaya kepada-Ku, kau akan kehilangan iman indah yang selalu Aku lihat dalam dirimu? Marta! Tatap Aku baik-baik. Dengarkan Aku. Jangan dengarkan Setan. Tidak tahukah kau bahwa apabila dia dipaksa untuk menyerahkan suatu mangsa, sebab Allah telah menaklukkannya, dia segera menyibukkan dirinya untuk mencari kurban-kurban baru, sebab dia adalah seorang penyiksa-manusia yang tak kenal lelah dan seorang perampas hak-hak Allah yang tak kenal lelah? Tidak tahukah kau bahwa pulihnya suatu jiwa dikonsolidasikan oleh siksaan atas suatu jiwa beriman baik lainnya yang melawan serangan setan? Tidak tahukah kau bahwa tidak ada suatupun dari apa yang ada dan terjadi dalam ciptaan yang tidak terkendali, melainkan semuanya mengikuti suatu hukum abadi subordinasi dan konsekuensi, di mana perbuatan satu orang memiliki dampak-dampak alami dan adikodrati yang sangat luas? Kau menangis di sini, kau tersiksa di sini oleh suatu kebimbangan yang mengerikan, tetapi kau tetap setia pada Kristus-mu juga di saat kegelapan ini. Tak jauh darimu, tetapi di suatu tempat yang tak diketahui olehmu, Maria merasa bahwa kebimbangan terakhirnya mengenai ketakterbatasan pengampunan yang diterima telah sirna dan tangisnya berubah menjadi senyuman dan bayangannya menjadi terang. Adalah siksaanmu yang membimbingnya ke tempat di mana ada damai, di mana jiwa-jiwa dihidupkan kembali dekat Bunda Immaculata, Yang adalah Hidup begitu rupa hingga Ia dikaruniai hak istimewa melahirkan Kristus, Yang adalah Hidup. Saudarimu ada bersama BundaKu. Oh! dia bukanlah yang pertama menggulung layar di pelabuhan damai itu sesudah berkas lembut Bintang Maria yang hidup memanggilnya ke pelukan-Nya yang penuh kasih, karena kasih yang bisu namun aktif kepada PutraNya! Saudarimu ada di Nazaret."

"Tetapi bagaimanakah dia pergi ke sana jika dia tidak tahu BundaMu, atau rumah-Mu?... Seorang diri… Pada malam hari… Dengan demikian… Tanpa sarana… Dengan mengenakan pakaian itu… Perjalanan yang begitu jauh… Bagaimana?"

"Bagaimana? Bagai seekor burung layang-layang yang letih terbang kembali ke sarang tempatnya berasal, dengan melintasi samudera lautan dan gunung-gunung, dengan menghadapi badai, kabut dan angin yang ganas. Bagai kawanan burung layang-layang terbang ke tempat hibernasi. Insting yang membimbing mereka, kehangatan yang mengundang mereka, matahari yang memanggil mereka. Maria juga pergi ke berkas terang yang mengundangnya… ke Bunda semesta. Dan kita akan melihatnya pulang dengan bahagia saat fajar… keluar untuk selamanya dari kegelapan, bersama seorang Bunda di sisinya, BundaKu, tiada pernah lagi menjadi seorang yatim piatu. Dapatkah kau percaya itu?"

"Ya, Tuhan-ku."

Marta menatap seolah dia terpikat. Yesus sesungguhnya adalah sang Penguasa. Tinggi, tegak, dan meski begitu dengan lembut membungkuk atas Marta yang berlutut, Ia berbicara dengan perlahan, namun tepat sasaran, seolah Ia ingin mentransfusikan Dirinya ke dalam murid yang galau itu. Aku jarang melihat-Nya begitu berkuasa, demi membujuk melalui perkataan-Nya seorang yang mendengarkan-Nya. Tetapi pada akhirnya, betapa lembut, betapa senyum pada wajah-Nya! wajah Marta mencerminkannya dengan seulas senyum dan kelembutan yang terlebih lagi.   

"Dan sekarang pergi dan beristirahatlah. Dalam damai-Ku."

Marta mencium kedua tangan-Nya dan pergi turun dengan semangat yang lebih baik…
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama