234. MARTA, KEMENANGAN DALAM GENGGAMANNYA.
29 Juli 1945
Yesus hendak naik ke perahu, pada saat fajar dari suatu hari musim panas yang jernih yang menebarkan rona merah muda keunguan pada permukaan danau yang bak sutera berkerut-kerut, ketika Marta tiba bersama pelayan perempuannya. "Oh! Guru! Dengarkanlah aku, demi Tuhan," katanya.
Yesus kembali ke pantai dan berkata kepada para rasul: "Pergilah dan nantikanlah Aku di danau. Sementara itu persiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan kita ke Magedan. Dekapolis juga menantikan sabda. Pergilah."
Dan sementara perahu bergerak menjauh menuju danau terbuka, Yesus berjalan di samping Marta. Marcella mengikuti mereka dengan hormat.
Demikianlah mereka bergerak menjauhi desa dengan berjalan di pesisir pantai, yang dari suatu bentangan berpasir, dengan tebaran jarang berkas-berkas tanam-tanaman liar pada level danau, menjadi sepenuhnya diselimuti tumbuh-tumbuhan yang sebab merambat naik ke sisi-sisi gunung, tercermin pada danau.
Ketika mereka tiba di suatu tempat yang sunyi, Yesus bertanya dengan tersenyum: "Apa yang ingin kau katakan pada-Ku?"
"Oh! Guru… Maria pulang semalam sesaat sesudah tengah malam. Oh! Aku lupa mengatakan pada-Mu bahwa sementara kami bersantap waktu siang, dia berkata padaku: 'Apa kau tidak keberatan meminjamiku satu dari gaunmu dan juga sehelai mantol? Mungkin agak sedikit kependekan. Tetapi aku akan membiarkannya longgar dan menurunkan mantolnya…' Aku menjawab padanya: 'Kau dapat mengambil manapun yang kau inginkan, saudariku terkasih.' Hatiku berdebar sebab, sesaat sebelumnya, sewaktu berbicara kepada Marcella di kebun aku mengatakan padanya: 'Pada waktu vesper kita harus berada di Kapernaum, sebab Guru akan berbicara kepda orang banyak sore ini' dan aku melihat Maria terkejut dan rona wajahnya berubah. Dia menjadi gelisah, berjalan kian kemari seorang diri, seperti seorang yang sedang sedih atau bingung, pada tahap menentukan suatu keputusan… tetapi tidak tahu bagaimana memutuskan. Sesuah santap siang kami pergi ke kamarku dan mengambil gaun yang paling gelap dan paling sederhana yang aku miliki; dia mencobanya dan meminta inang untuk membuka kelimannya, sebab gaun itu terlalu pendek. Dia mencoba melakukannya sendiri, tetapi dengan menangis dia mengaku: 'Aku tak lagi pandai menjahit. Aku sudah lupa akan semuanya yang baik dan berguna…' dan dia melingkarkan kedua tangannya sekeliling leherku sembari berkata: 'Doakan aku.' Dia pergi sekitar matahari terbenam… Betapa banyak aku berdoa, supaya dia tidak bertemu seorang pun yang akan mencegahnya datang kemari, supaya dia dapat mengerti sabda-Mu dan berhasil dalam sepenuhnya mencekik monster yang memperbudaknya… Lihat: Aku mengenakan ikat pinggang-Mu, yang aku ikatkan di bawah ikat pingganggku sendiri, dan apabila aku merasa pinggangku terhimpit oleh kulit yang keras kaku itu, yang tidak biasanya, aku akan berkata: 'Ia lebih kuat dari apapun.' Kemudian Marcella dan aku datang dengan wagon, sebab lebih cepat. Aku tidak tahu apakah Engkau melihat kami di antara orang banyak… Tetapi betapa sakit hatiku tidak melihat Maria! Aku berkata pada diriku sendiri: 'Dia pasti sudah berubah pikiran. Dia pulang kembali ke rumah. Atau… dia sudah melarikan diri sebab dia tak dapat lagi tahan berada dalam kendaliku, meski dia sendiri yang memintanya.' Aku mendengarkan Engkau dan menangis di balik kerudungku. Sabda-Mu seolah disampaikan tepat untuknya… dan dia tidak mendengarkannya! Itulah apa yang tadinya aku pikirkan sebab aku tidak melihatnya. Aku pulang ke rumah dengan sedih. Itulah kebenarannya. Aku tidak mentaati-Mu padahal Engkau telah mengatakan padaku: 'Jika dia datang, kau tinggal di rumah dan nantikan dia.' Tetapi pikirkanlah hatiku, Guru! Adalah saudariku yang datang kepada-Mu! Bagaimana dapat aku tidak berada di sana untuk melihatnya dekat dengan-Mu! Dan lalu… kala itu Engkau katakan padaku: 'Dia akan patah hati' dan aku ingin dekat dengannya untuk menopangnya segera…
Aku sedang berlutut dalam kamarku menangis dan berdoa dan adalah sesudah tengah malam ketika dia masuk. Dia masuk dengan begitu perlahan hingga aku mengetahui kehadirannya hanya ketika dia melemparkan dirinya untuk memelukku dan berkata: 'Semua yang kau katakan, saudariku yang terberkati, adalah benar. Bukan, jauh lebih dari yang sudah kau katakan padaku. Kerahiman-Nya jauh terlebih besar. Oh! Marta! Tidak perlu lagi kau mengawasi aku! Kau akan lihat bahwa aku tidak akan lagi sinis dan menyedihkan! Kau tidak akan lagi mendengarku berkata: 'Aku tidak mau berpikir!' Sekarang aku ingin berpikir. Aku tahu apa yang harus dipikirkan. Mengenai Kasih Karunia Yang menjadi daging. Kau pasti sudah berdoa untukku, saudariku. Dan kemenangan sudah ada dalam genggamanmu: Mariamu, yang tak lagi ingin berdosa dan yang dilahirkan ke kehidupan baru. Inilah dia. Tataplah dia tepat pada wajahnya. Sebab dia adalah Maria yang baru, yang wajahnya telah dibasuh oleh airmata pengharapan dan pertobatan. Kau dapat menciumku, saudariku yang murni. Tidak ada jejak affair cinta yang memalukan pada wajahku.
Ia mengatakan bahwa Ia mencintai jiwaku. Sebab Ia berbicara kepada jiwaku dan mengenai jiwaku. Aku adalah si domba yang hilang. Ia berkata, dengarkan apakah aku benar. Kau tahu bagaimana sang Juruselamat berbicara…' dan dia mengulangi perumpamaan-Mu dengan sempurna. Maria sungguh cerdas! Jauh lebih cerdas dari aku. Dan dia ingat semua. Jadi aku mendengar-Mu dua kali; dan jika perkataan itu kudus dan mengagumkan di bibir-Mu, di bibirnya perkataan itu juga kudus, mengagumkan dan penuh kasih sebab diucapkan oleh saudariku, yang sudah ditemukan dan sudah kembali ke dalam ikatan keluarga. Kami duduk di atas tikar di lantai, saling berpelukan satu sama lain, seperti yang biasa kami lakukan ketika kami masih gadis-gadis kecil di kamar ibuku atau dekat perkakas tenun di mana dia menenun atau menyulam pakaian-pakaiannya yang indah. Dan kami tinggal demikian, tak lagi dipisahkan oleh dosa, dan ibuku juga tampaknya hadir dalam roh. Kami menangis tanpa duka, sebaliknya, dengan begitu limpah rasa damai! Kami saling mencium satu sama lain dengan penuh bahagia… Dan lalu Maria, yang letih sesudah perjalanan jauhnya, dan terkuras tenaganya oleh emosi dan begitu banyak perasaan, tertidur dalam pelukanku, dan dengan bantuan inang aku membaringkannya di atas tempat tidurku… dan aku meninggalkannya di sana untuk datang kemari…" dan Marta, yang sepenuhnya bahagia, mencium tangan-tangan Yesus.
"Aku juga akan mengatakan padamu apa yang dikatakan Maria padamu: 'Kemenangan sudah dalam genggamanmu.' Pergilah dan berbahagialah. Pergilah dalam damai. Biarlah perilakumu menjadi lemah lembut dan bijak terhadap saudarimu yang terlahir kembali. Selamati tinggal, Marta. Beritahu Lazarus, sebab dia khawatir."
"Ya, Guru. Tetapi bilamanakah Maria akan ikut bersama kami para murid perempuan?"
Yesus tersenyum dan berkata: "Sang Pencipta menciptakan alam semesta dalam enam hari dan beristirahat pada hari yang ketujuh."
"Aku mengerti. Aku harus sabar…"
"Ya, sabar. Jangan mengeluh. Itu juga suatu keutamaan. Damai sertamu, para perempuan. Kita akan segera bertemu," dan Yesus meninggalkan mereka dan pergi menuju tempat di mana perahu sudah menunggu dekat pantai.
![]() Yesus berkata: "Tempatkan di sini penglihatan mengenai perjamuan malam di rumah Simon, si Farisi, yang kau lihat pada tanggal 21 Januari 1944."
|
|