233. KOMENTAR MENGENAI KETIGA EPISODE SEHUBUNGAN DENGAN PERTOBATAN MARIA DARI MAGDALA.
13 Agustus 1944
Yesus bersabda:
"Sejak Januari, ketika Aku mengijinkanmu melihat perjamuan malam di rumah Simon, si kusta, kau dan dia yang membimbingmu, ingin tahu lebih banyak mengenai Maria dari Magdala dan perkataan-perkataan yang Aku sampaikan kepadanya. Sekarang, sesudah tujuh bulan, Aku menyingkapkan halaman-halaman masa silam itu kepadamu, untuk membuatmu senang dan untuk memberikan kaidah kepada mereka yang harus belajar untuk membungkuk di atas para perempuan itu, yang menderita kusta dalam jiwa mereka, dan juga untuk mengundang orang-orang buangan yang malang itu, yang tercekik dalam kuburan-kuburan kejahatan mereka, agar keluar dari sana.
Allah itu baik. Ia baik kepada semua orang. Ia tidak mengukur dengan sarana ukuran manusia. Ia tidak membedakan antara dosa-dosa berat. Dosa, apapun itu, mendukakan Allah. Pertobatan menyenangkan-Nya dan membuat-Nya bersedia mengampuni. Penolakan terhadap Rahmat membuat-Nya keras kaku sebab Keadilan tidak dapat mengampuni orang-orang tak bertobat yang akan mati dalam keadaan demikian, kendati segala pertolongan yang diberikan kepada mereka supaya mereka dapat dipertobatkan. Tetapi empatpuluh persen dari penyebab utama, jika tidak limapuluh persen, dari tidak adanya pertobatan adalah kelalaian dari mereka yang bertanggung jawab atas pertobatan, yakni, semangat palsu yang keliru untuk melindungi cinta diri dan kebanggaan diri yang sesungguhnya, di mana orang senang berada dalam pengungsiannya, tanpa harus turun ke kotoran demi menyelamatkan sebentuk hati darinya. 'Aku suci, aku layak dihormati. Aku tidak akan pergi ke tempat di mana ada kotoran dan di mana mereka tidak menghormati aku.'
Tetapi apakah dia yang berbicara seperti itu belum membaca Injil di mana dituliskan bahwa Putra Allah datang untuk memanggil para pemungut cukai dan para pelacur di samping orang-orang benar, satu-satunya orang-orang benar seturut Hukum lama? Tidakkah dia berpikir bahwa kebanggaan diri merupakan ketidakmurnian pikiran, dan kurangnya cinta kasih merupakan ketidakmurnian hati? Akankah kamu direndahkan? Aku direndahkan di hadapanmu dan malahan lebih darimu, dan Aku adalah Putra Allah. Akan haruskah kamu mengenakan jubah bersihmu di mana ada kotoran? Dan tidakkah Aku malahan menyentuh kotoran itu dengan tangan-Ku demi membuatnya bangkit dan berkata kepadanya: 'Berjalanlah di jalan yang baru ini'? Tidakkah kamu ingat apa yang telah Aku katakan pada para pendahulu pertamamu? 'Kota atau desa manapun yang kamu datangi, carilah seorang yang dapat dipercaya dan tinggallah bersamanya.' Supaya dunia tidak bersungut-sungut.
Sebab dunia condong untuk melihat yang jahat dalam semuanya. Tetapi Aku tambahkan: 'Apabila kamu memasuki rumah-rumah - "rumah-rumah" Aku katakan, bukan "rumah" - salamilah mereka dengan berkata: "Damai bagi rumah ini." Dan jika rumah itu pantas menerimanya, damai akan turun atasnya, jika tidak, damaimu akan kembali padamu.' Aku katakan itu demi mengajarmu bahwa hingga ada suatu bukti definitif akan tidak adanya pertobatan, kamu harus punya hati yang sama bagi setiap orang. Dan Aku mengakhiri pengajaran-Ku dengan mengatakan: 'Dan jika seorang tidak menerimamu dan tidak mendengarkan perkataanmu, sementara kamu pergi dari rumah-rumah atau kota-kota itu, kebaskanlah debu dari kakimu.' Dosa tak lain adalah debu, dan Allah menjadikan jiwa-jiwa yang baik, yang telah terus-menerus mengasihi-Nya, bagai kubus-kubus kristal yang mulus: cukuplah untuk menghembus atau mengebaskan debu dan debu akan lenyap tanpa merusak.
Jadilah sungguh baik. Jadilah sepenuhnya bersatu, dengan Kasih Karunia abadi yang di tengah-tengah kamu, dan maka tidak akan ada kerusakan yang akan dapat mengotorimu di atas sol-sol sandalmu yang menyentuh tanah. Jiwa-jiwa begitu tinggi di atas! Yang Aku maksudkan adalah jiwa-jiwa dari mereka yang baik dan sepenuhnya bersatu dengan Allah. Jiwa-jiwa seperti itu ada di Surga. Dan tidak ada debu atau kotoran yang dapat sampai ke sana, bahkan tidak meski debu itu dilemparkan dengan penuh amarah pada roh seorang rasul. Mereka dapat menyerang dagingmu, yakni, mereka dapat menyakitimu secara fisik atau secara moral, menganiayamu atau menghinakanmu, sebab Yang Jahat membenci Yang Baik. Dan lalu apa? Tidakkah Aku dihinakan dan disakiti? Apakah mereka mungkin menerakan pukulan-pukulan dan perkataan-perkataan keji itu ke dalam Roh-Ku? Apakah itu menyedihkan-Ku? Tidak. Seperti ludah pada cermin atau batu yang dilemparkan pada daging buah yang banyak airnya, akan tergelincir tanpa menembus masuk, atau menembusi hanya permukaannya saja, tanpa merusakkan bagian dalam biji: dan sebaliknya hal itu mempercepat pertumbuhan biji sebab adalah lebih mudah suatu biji yang retak bertunas daripada suatu biji yang utuh. Melalui kematian gandum bertunas dan seorang rasul menjadi aktif. Terkadang melalui kematian fisik, atau kematian metafora sehari-hari, dengan menghancurkan ego manusia. Tapi itu bukan kematian: itu Hidup. Roh menang atas kematian si manusia.
Dia (1) datang kepada-Ku demi memuaskan khalayan fana seorang perempuan pengangguran yang tidak tahu bagaimana melewatkan waktu, dan meski telinganya nyaris tuli oleh pemujaan palsu dari mereka yang menyanyikan ninabo pada sensualitasnya guna menjadikannya budak mereka, dia mendengar suara Kebenaran yang tegas dan jelas. Kebenaran yang tidak takut direndahkan atau tidak dimengerti dan berbicara dengan menatap Allah. Dan bagai lonceng-lonceng perayaan berdenting bersamaan, segala suara berbaur dalam Sabda: suara-suara yang rindu bernyanyi di langit biru yang terbuka, menyebar ke lembah-lembah dan bukit-bukit, dataran-dataran dan danau-danau, untuk mengenangkan kemuliaan Allah dan perayaan-Nya.
Tidak ingatkah kamu akan perayaan khidmad yang pada masa damai menjadikan hari Tuhan begitu penuh sukacita? Lonceng besar, dengan gentanya yang menggema, menyuarakan dentang pertama atas nama Hukum ilahi dan tampak seolah mengatakan: 'Aku berbicara atas nama Allah, Hakim dan Raja.' Lonceng-lonceng yang lebih kecil lalu berpadu: "Yang mahabaik, maharahim dan mahasabar,' dan lonceng terkecil, dengan suara merdu bak suara malaikat menambahkan "Yang Kasih-Nya mendorong manusia untuk mengampuni dan bermurah hati, untuk mengajarkan pada manusia bahwa pengampunan lebih berguna dari amarah dan belas-kasihan lebih mulia dari kekakuan."
Demikianlah, sesudah mengingatkan kembali akan Hukum, yang diinjak-injak oleh si pendosa, Aku membuatnya mendengar nyanyian pengampunan. Aku mengguncangkan pengharapan akan pengampunan dalam kegelapan dosa, bagai sehelai selendang sutera hijau-biru di antara bayang-bayang kegelapan, supaya pengharapan itu dapat menyampaikan kata-kata penghiburannya. Pengampunan! Adalah bagai embun atas dahaga kerontang para pendosa. Embun tidak seperti hujan es, yang menyambar bagai anak panah, melambung dan tanpa menembusi tanah membunuh bunga-bunga. Embun turun dengan begitu lembut hingga bahkan bunga yang paling halus sekali pun tidak merasakan embun yang beristirahat pada helai-helai sutera bunganya. Tetapi bunga mereguk embunnya yang menyegarkan. Embun tinggal dekat akar-akar, pada bongkah-bongkah tanah yang kering dan merembesi tanah… Adalah embun airmata, airmata dari bintang-bintang, airmata cinta dari para ibu atas anak-anaknya yang haus, yang diberinya minum bersama dengan susu manis mereka yang berlimpah. Oh! misteri elemen-elemen bekerja juga ketika manusia beristirahat ataupun berdosa! Pengampunan adalah bagai embun yang seperti itu. Pengampunan mendatangkan tidak hanya kebersihan, melainkan juga jus vital, yang diambil bukan dari elemen-elemen, melainkan dari perapian ilahi.
Dan sesudah janji pengampunan Kebijaksanaan berbicara dengan mengatakan apa yang sah dan apa yang tidak sah, dan ia mencela dan mengguncang, bukan dari kekerasannya, melainkan dari kecemasan keibuannya untuk menyelamatkan. Betapa sering kekerasanmu menjadi lebih tak dapat ditembus dan tak mau kalah di hadapan Cinta Kasih yang membungkuk atasmu!... Betapa sering kamu berlari pergi sementara Cinta Kasih berbicara kepadamu! Betapa sering kamu mencemooh-Nya! Betapa sering kamu membenci-Nya!... Andai Cinta Kasih menghadapimu seperti kamu menghadapi-Nya, celakalah jiwamu! Sebaliknya, lihat, Ia adalah Pengelana Yang Tak Kenal Lelah yang datang untuk mencarimu. Dan Ia mendapatkanmu bahkan andai kamu bersembunyi dalam liang-liang yang paling gelap.
Mengapakah kala itu Aku memutuskan untuk pergi ke rumah itu? Mengapa Aku tidak mengerjakan suatu mukjizat di dalamnya? Guna mengajarkan kepada para rasul bagaimana bersikap, dengan melawan prasangka dan kritik demi menunaikan kewajiban mereka, yang begitu tinggi hingga harus bebas dari hal-hal remeh dunia.
Mengapakah kala itu Aku mengucapkan perkataan-perkataan itu kepada Yudas? Para rasul masih sangat manusiawi. Semua umat Kristiani sangat manusiawi, juga para kudus di dunia, meski dalam tingkat yang lebih rendah. Sebagian kemanusiawian bertahan juga dalam jiwa-jiwa yang sempurna. Tetapi para rasul masih belum sempurna. Benak mereka dirembesi pemikiran manusia. Aku mengangkat mereka. Akan tetapi berat dari kemanusiawian mereka membenamkan mereka kembali. Demi membuat mereka turun sesedikit mungkin Aku harus menempatkan sesuatu pada jalan naik mereka, yang dapat menghentikan turun mereka, sesuatu di mana mereka dapat berhenti untuk bermeditasi dan beristirahat dan dengan demikian dapat naik kembali ke tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Aku harus mengajukan sesuatu yang dapat meyakinkan mereka bahwa Aku adalah Allah, yakni: introspeksi jiwa mereka, kemenangan atas elemen-elemen, mukjizat-mukjizat, transfigurasi, kebangkitan, kemahahadiran. Aku sedang dalam perjalanan ke Emaus ketika Aku ada di ruang Perjamuan Malam Terakhir, dan saat kemahahadiran-Ku, ketika didiskusikan oleh para rasul dan para murid, merupakan satu dari alasan-alasan yang paling kuat mempengaruhi mereka, membebaskan mereka dari ikatan-ikatan mereka dan mendorong mereka maju di jalan Kristus. Daripada berbicara kepada Yudas, yang sudah dengan sedih memikirkan kematian, Aku berbicara kepada kesebelas rasul lainnya. Aku terpaksa membuatnya sangat jelas bagi mereka bahwa Aku adalah Allah, bukan karena kesombongan-Ku, melainkan karena perlunya bagi formasi mereka. Aku adalah Allah dan Guru. Perkataan-perkataan itu mendefinisikan Aku sebagai demikian. Aku menyingkapkan Diri-Ku melalui sarana suatu kemampuan yang diluar-manusia dan Aku mengajarkan suatu keutamaan: jangan kita berbicara mengenai hal-hal yang jahat bahkan tidak dalam hati kita. Sebab Allah melihat, dan Allah harus melihat suatu hati yang murni untuk turun ke dalamnya dan tinggal di sana.
Mengapa Aku tidak mengerjakan mukjizat di rumah itu? Guna membuat semua orang mengerti bahwa kehadiran Allah membutuhkan suatu lingkungan yang murni, demi hormat kepada kemahamuliaan-Nya. Aku tidak mengerjakan mukjizat di sana, sebab Aku ingin berbicara kepadanya, tidak dengan mengucapkan perkataan lewat bibir-Ku, melainkan dengan suatu perkataan yang terlebih mendalam yang disampaikan kepada jiwanya yang berdosa, dan berkata: 'Lihat, si terpuruk yang malang? Kau begitu kotor hingga semua yang dekatmu menjadi kotor. Begitu kotor, hingga Allah tak dapat bertindak. Kau lebih kotor dari laki-laki itu. Sebab kau mengulang dosa Hawa dan menawarkan buahmu kepada banyak Adam, dengan menggoda mereka dan menjauhkan mereka dari Kewajiban mereka. Kau adalah pelayan Setan.' Tetapi mengapakah Aku tidak ingin dia disebut 'Setan' oleh si ibu yang berduka? Sebab tak ada suatu alasan pun yang dapat membenarkan penghinaan dan kebencian. Syarat penting pertama untuk memiliki Allah bersama kita adalah bebas dari niat-jahat dan bersedia mengampuni. Syarat kedua adalah mengakui bahwa kita, atau mereka yang adalah milik kita, adalah orang-orang berdosa juga. Jangan kita melihat hanya kesalahan-kesalahan orang lain. Syarat ketiga adalah tetap bersyukur dan setia, sesudah menerima rahmat, demi keadilan kepada Bapa Yang Kekal. Celakalah mereka yang sesudah menerima rahmat menjadi lebih buruk dari anjing dan tidak ingat akan Penolong mereka, seperti yang dilakukan binatang!
Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada Maria Magdalena. Aku menatap padanya untuk sesaat, seolah dia adalah sebuah patung, lalu Aku meninggalkannya. Aku kembali kepada 'orang-orang yang hidup' yang ingin Aku selamatkan. Aku memperlakukannya dengan seolah tanpa peduli, seolah dia mati, lebih kurang seperti sebuah patung pualam yang tak bernyawa. Tetapi Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun atau melakukan suatu gerakan apa pun yang tidak ditujukan terutama bagi jiwanya yang malang, yang ingin Aku tebus. Dan perkataan terakhir: 'Aku tidak menghina. Janganlah menghina. Berdoalah bagi orang-orang berdosa. Tidak yang lain,' bagai suatu karangan bunga yang ujung-ujungnya dipersatukan, hendaknya dipersatukan dengan perkataan pertama yang diucapkan di atas gunung: 'Pengampunan lebih berguna dari amarah dan belas-kasihan lebih mulia dari kekakuan.' Dan ini telah melingkupi si terpuruk yang malang dalam suatu lingkaran beludru yang sejuk, dengan harum kebaikan, yang membuatnya merasakan bagaimana pelayanan penuh kasih Allah berbeda dari perbudakan keji Setan, betapa manis harum surgawi dibandingkan bau busuk dosa, dan betapa nikmatnya dikasihi secara suci dibandingkan dirasuki secara setani.
Lihat betapa simpelnya kehendak Tuhan. Ia tidak menuntut pertobatan yang serta-merta. Ia tidak menuntut kemutlakan dari suatu hati. Ia dapat menunggu dan merasa puas. Dan sementara Ia menantikan perempuan yang sesat itu menemukan jalannya, perempuan gila itu menemukan akalnya, Ia puas dengan apa yang dapat diberikan si ibu yang berduka kepada-Nya. Aku hanya memintanya: 'Dapatkah kau mengampuni?' Betapa jauh lebih banyak pertanyaan yang seharusnya Aku ajukan kepadanya untuk membuatnya layak akan mukjizat itu, andai Aku bersikap seturut standar manusia! Tetapi Aku mengukur kekuatanmu dengan suatu cara yang ilahi. Adalah sudah merupakan suatu keberhasilan besar jika ibu berduka yang malang itu dapat sungguh mengampuni. Dan hanya itu yang Aku minta darinya, saat itu. Sesudah mengembalikan putranya, Aku katakan padanya: 'Jadilah kudus dan jadikan rumahmu kudus.' Tetapi sementara pukulan dahsyat dukacita mengacaukan pikirannya, Aku hanya memintanya untuk mengampuni si pendosa. Jangan kamu menuntut semuanya dari mereka yang baru saja dari Kegelapan. Ibu itu kelak akan datang kepada terang yang penuh, bersama menantu perempuan beserta anak-anaknya. Untuk sementara ini, adalah perlu untuk membiarkan fajar pertama Terang sampai pada matanya yang dibutakan oleh airmata: yakni, pengampunan, fajar dari hari Allah.
Dari orang-orang yang hadir, hanya satu - Aku tidak sedang membicarakan Yudas, Aku membicarakan orang-orang yang berkumpul di sana, bukan para murid-Ku - hanya satu yang tidak akan datang kepada Terang. Akan selalu ada seorang bagi siapa seorang rasul berjerih-payah sia-sia. Tetapi janganlah kamu berkecil hati karena kekalahan yang demikian. Seorang rasul janganlah berpura-pura berhasil dalam segalanya. Berperang melawan dia, ada kuasa-kuasa yang melawannya, dengan banyak nama yang berbeda, dan bagai tentakel-tentakel seekor gurita, mereka merebut kembali mangsa yang sudah dia renggut dari mereka. Tetapi sang rasul masih tetap berjasa. Celakalah rasul yang mengatakan: 'Aku tidak akan pergi ke sana sebab aku tahu bahwa aku tidak akan dapat mempertobatkan seorang pun.' Dia seorang rasul yang sangat sedikit nilainya. Adalah perlu untuk pergi bahkan meski hanya satu dari antara seribu yang akan diselamatkan. Hari apostoliknya akan menjadi sama gemilangnya karena yang satu itu dengan yang seribu, sebab dia akan sudah melakukan segala yang ada dalam kuasanya, dan itulah apa yang diganjari Allah. Kamu juga harus berpikir bahwa di mana seorang rasul tidak dapat mempertobatkan, sebab orang yang hendak dipertobatkan itu dicengkeram terlalu erat oleh Setan dan kuasa sang rasul tidak sepadan untuk upaya itu, Allah akan campur tangan. Dan lalu? Siapakah yang lebih besar dari Allah?
Suatu hal lain yang harus secara mutlak dipraktekkan oleh seorang rasul adalah kasih. Kasih yang murni. Bukan hanya kasih tersembunyi bagi hati para saudara seiman. Itu cukup untuk para saudara seiman yang baik. Akan tetapi seorang rasul adalah seorang pekerja Allah dan jangan dia membatasi dirinya pada doa: dia harus bertindak. Biarkan dia bertindak dengan kasih, dengan kasih yang besar. Kekakuan melumpuhkan karya seorang rasul dan menghalangi gerak jiwa-jiwa menuju Terang. Jadi: jangan kaku, melainkan kasih. Kasih adalah tekstur tahan api yang melindungimu dari kobaran nafsu jahat. Kasih adalah kandungan jenuh dari intisari pemelihara yang mencegah pembersihan manusia-setani memasukimu. Guna menaklukkan suatu jiwa kamu harus belajar bagaimana mengasihi. Guna menaklukkan suatu jiwa kamu harus mendorongnya untuk mengasihi: untuk mencintai Allah dan menyangkal cintanya yang picik dan berdosa. Aku menghendaki jiwa Maria. Dan seperti dalam kasusmu, Yohanes kecil-Ku, Aku tidak membatasi Diri-Ku pada berbicara dari mimbar Guru. Aku membungkuk mencarinya di jalan-jalan dosa. Aku mengejarnya dan menyiksanya melalui sarana kasih-Ku. Siksa yang baik hati! Aku - Kemurnian mengikutinya ke mana dia adalah Ketidakmurnian. Aku tidak takut akan skandal apapun, tidak sehubungan dengan Diri-Ku Sendiri ataupun dengan yang lainnya.
Aku tidak dapat diguncang skandal, sebab Aku adalah Kerahiman; tidak juga yang lainnya. Aku tidak dapat diguncang skandal, sebab Aku adalah Kerahiman; dan Kerahiman menangisi dosa-dosa tetapi tidak diguncang skandal olehnya. Celakalah gembala yang diguncang skandal dan membentengi diri di balik tirai skandal untuk menelantarkan suatu jiwa! Tidak tahukah kamu bahwa jiwa lebih cenderung untuk bangkit kembali dibandingkan tubuh dan bahwa perkataan kasih penuh iba yang mengatakan: 'Bangkitlah, saudari, demi kebaikanmu sendiri' kerap mendatangkan suatu mukjizat? Aku tidak takut akan skandal orang-orang lain. Perilaku-Ku dibenarkan di mata Allah, dan dimengerti oleh orang-orang baik. Seorang yang berpikiran jahat, yang meragi dengan kejahatan, yang melenyap karena hati yang rusak, adalah tidak penting. Orang macam itu menemukan kesalahan-kesalahan juga pada Allah, dan menganggap hanya dirinya sendiri yang sempurna. Oleh karenanya Aku tidak ambil peduli pada orang-orang macam itu.
Ketiga fase keselamatan suatu jiwa adalah:
Menjadi sepenuhnya dan sama sekali jujur untuk dapat berbicara tanpa takut dibungkam. Untuk dapat berbicara kepada semua khalayak sehingga perkataan apostolik kita, yang disampaikan kepada khalayak ramai yang berkumpul sekeliling bahtera mistik kita, dapat berlayar lebih dan lebih jauh, bagai lingkaran-lingkaran gelombang, hingga mencapai pantai berlumpur, di mana orang-orang yang tidak tertarik untuk mengenal Kebenaran tergeletak dalam lumpur. Itulah tugas pertama guna memecahkan kerak keras tanah dan mempersiapkannya untuk menerima benih. Adalah tugas paling berat baik bagi dia yang melaksanakannya dan bagi dia yang menerimanya, sebab sabda, bagai mata bajak yang tajam, haruslah melukai si pendengar guna membuka hatinya. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa hati seorang rasul yang baik terluka dan mencucurkan darah sebab berduka harus melukai demi membuka. Tetapi duka itu sendiri juga menyuburkan. Melalui darah dan airmata seorang rasul tanah gersang menjadi subur.
Fase kedua: Adalah perlu untuk bertindak juga di mana orang, kurang sadar akan misinya, hendak melarikan diri. Sang rasul harus mematahkan punggungnya dalam upaya untuk memberantas lalang, rumput liar dan onak duri guna membersihkan tanah dan membajaknya dan lalu membiarkan kuasa Allah dan kemurahan-Nya bersinar atasnya bagai matahari. Dan pada saat yang sama, bagai seorang hakim dan seorang dokter, dia harus tegas sekaligus berbelas-kasihan, dan tetap tegas selama periode penantian guna memberikan kepada jiwa-jiwa waktu untuk mengatasi krisis mereka, untuk memeditasikan dan menetapkan keputusan mereka.
Fase ketiga: Begitu suatu jiwa yang sudah bertobat dalam keheningan, berani untuk datang dengan malu-malu kepada seorang rasul, dengan menangis dan memikirkan kesalahan-kesalahannya, dengan takut dihalau pergi, maka hati sang rasul haruslah lebih luas dari samudera, lebih lembut dari hati seorang ibu, lebih penuh cinta dari hati seorang mempelai, dan dia harus membuka hatinya sepenuhnya guna memungkinkan gelombang-gelembong kelembutan mengalir darinya. Jika kamu punya Allah, Yang adalah Cinta Kasih, dalam dirimu, kamu akan dengan mudah menemukan perkataan cinta kasih untuk diucapkan kepada iwa-jiwa. Allah akan berbicara dalam dirimu dan atas namamu dan bagai madu yang menetes dari sarang lebah, bagai balsam yang mengalir dari sebuah botol kecil, kasih akan mendapatkan bibir-bibir yang kering kerontang; kasih akan mendapatkan jiwa-jiwa yang terluka dan akan menjadi kelegaan dan obat.
Kamu para dokter jiwa, buatlah para pendosa mengasihimu. Biarkan mereka mencicipi rasa Cinta Kasih Surgawi dan biarkan mereka menjadi begitu berhasrat atasnya, sehingga tidak mencari makanan lainnya. Biarkan mereka merasakan dalam kebaikan hatimu kelegaan begitu rupa, sehingga mencarinya untuk segala luka-luka mereka. Cinta kasihmu haruslah membebaskan mereka dari segala ketakutan, sebab, seperti epistula yang sudah kau baca hari ini mengatakan: 'Ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.' Demikian juga tidak sempurna dia yang menyebabkan orang menjadi takut. Jangan katakan: 'Apa yang sudah kau lakukan ini?' Jangan katakan: 'Enyahlah.' Jangan katakan: 'Kau tak dapat menikmati kasih yang baik.'
Sebaliknya katakan, dalam nama-Ku: 'Kasih dan aku akan mengampunimu.' Katakan: 'Mari, tangan-tangan Yesus terbuka.' Katakan: 'Nikmati Roti malaikat ini dan Sabda ini dan lupakan ter neraka dan seringai Setan.' Tanggunglah kelemahan-kelemahan orang-orang lain. Seorang rasul harus menanggung kelemahan-kelemahan diri sendiri dan kelemahan-kelemahan orang-orang lain, dengan salib-salibnya sendiri dan salib-salib orang-orang lain. Dan sementara datang kepada-Ku, dengan memanggul domba-domba yang terluka, semangatilah jiwa-jiwa sesat yang malang itu dengan mengatakan: 'Semuanya dilupakan sekarang'; katakan: 'Jangan takut kepada Juruselamat. Ia datang dari Surga untukmu, hanya untukmu. AKu hanyalah sebuah jembatan untuk menghantarmu kepada Ia Yang menantikanmu, di seberang lain sungai absolusi penitensi, untuk menghantarmu ke padang-padang rumput suci-Nya, yang dimulai di sini, di bumi, dan berlanjut di Surga, dalam Keindahan membahagiakan yang abadi.'
Inilah komentarnya. Tidak begitu penting untukmu, domba yang setia kepada Gembala Yang Baik. Akan tetapi jika dalam kau, mempelai kecil, ini menambah kepercayaan, dalam Pater (2) akan menjadi terang yang terlebih besar dalam terangnya sebagai hakim, dan bagi banyak orang, akan menjadi bukan pendorong untuk datang kepada Allah. Melainkan akan menjadi embun yang merembesi dan dan memberi makan seperti yang telah Aku bicarakan dan yang menjadikan bunga-bunga yang layu tegak kembali. Angkatlah kepalamu. Surga tinggi di atas. Pergilah dalam damai, Maria. Tuhan sertamu."
![]() (1) Dia adalah Maria Magdalena. Untuk memahami makna sepenuhnya dari bab ini dan peristiwa-peristiwa yang dirujuk di dalamnya, silakan lihat bab 183.
![]() (2) Yakni, Pater Pembimbing Rohani Maria Valtorta.
|
|