169. KHOTBAH DI GUNUNG: "KAMU ADALAH GARAM DUNIA."  

kuarsa

22 Mei 1945

Yesus berjalan cepat sepanjang suatu jalan utama. Ia sendirian. Ia pergi menuju sebuah gunung, yang muncul dekat sebuah jalan utama yang terbentang ke arah barat danau, dan mulai meninggi dengan turun-naik rendah yang lembut, yang terhampar ke suatu jarak yang jauh, membentuk wilayah dataran tinggi dari mana orang dapat melihat keseluruhan danau dan kota Tiberias ke arah selatan, pula kota-kota lainnya, yang tidak terlalu indah, yang terhampar menuju utara. Kemudian ada suatu tebing batu yang terjal dan gunung meninggi agak curam ke suatu puncak, dan lalu melandai turun dan sekali lagi naik ke suatu puncak lain, serupa dengan yang pertama, dengan demikian membentuk semacam pelana yang aneh.    

Yesus mulai mendaki menuju wilayah dataran tinggi sepanjang suatu jalur bagal, yang masih cukup nyaman, dan tiba di sebuah dusun kecil, yang penduduknya mengusahakan wilayah dataran tinggi ini, di mana jagung mulai berbuah. Ia memasuki desa dan terus melewati ladang-ladang dan padang-padang rumput yang semuanya bertabur bunga-bunga dan panenan yang bergemerisik.

Hari yang jernih mempertontonkan segala keindahan alam sekitar. Di samping gunung-gunung kecil yang terpencil, ke mana Yesus pergi, ke arah selatan menjulang puncak Gunung Hermon yang mengesankan, yang puncaknya tampak bagai sebutir mutiara raksasa yang ditempatkan di alas batu-batu zamrud, begitu putih puncaknya yang diselimuti salju, sementara lerengnya yang berhutan tampak hijau. Di balik danau, berada di antara danau dan Gunung Hermon, dataran berwarna hijau. Danau ada di sana, tapi tak dapat terlihat dari sini. Ada lebih banyak lagi gunung menuju Danau Tiberias di sisi barat laut dan di balik danau ada suatu wilayah datar yang indah dan gunung-gunung lain, yang sketsanya diperlembut oleh jarak. Ke arah selatan, di sisi lain jalan utama, aku dapat melihat bukit-bukit, yang aku pikir menyembunyikan Nazaret. Semakin orang mendaki, semakin luas pemandangan terlihat. Aku tidak dapat melihat apa yang terhampar di sebelah barat, sebab gunungnya bagai tembok yang membatasi pandangan.    

Yesus menjumpai pertama-tama rasul Filipus, yang kelihatannya telah ditempatkan di sana sebagai penjaga. "Apa, Guru? Engkau di sini? Kami berharap bertemu dengan-Mu di jalanan utama. Aku di sini menunggu rekan-rekanku yang pergi untuk mendapatkan susu dari para gembala yang mengembalakan kawanan mereka di gunung-gunung ini. Di bawah, di jalanan, ada Simon bersama Yudas anak Simon dan Ishak, dan… Oh! ini… Kemari! Kemarilah! Guru di sini!"

Para rasul, yang turun dengan kirbat-kirbat dan wadah-wadah, mulai berlari dan mereka yang lebih muda, tentu saja, tiba lebih dulu. Penyambutan yang mereka berikan kepada sang Guru sungguh menyentuh. Akhirnya mereka semua bekumpul dan sementara Yesus tersenyum, mereka semua ingin berbicara dan bercerita kepada-Nya…

"Tapi kami menantikan-Mu di jalanan!"

"Kami baru saja berpikir bahwa Engkau bahkan tidak akan datang hari ini."

"Engkau tahu, ada banyak orang."

"Oh! Kami malu, ada beberapa ahli-ahli Taurat dan bahkan beberapa murid Gamaliel."

"Itu betul, Tuhan-ku! Engkau meninggalkan kami tepat pada saat yang tepat! Aku belum pernah sebegitu takut seperti kala itu. Janganlah lakukan trik macam itu padaku lagi!"

Petrus mengeluh dan Yesus tersenyum dan bertanya: "Adakah sesuatu buruk yang terjadi padamu?"

"Oh! Tidak! Sebaliknya… Oh! Guru! Tidak tahukah Engkau bahwa Yohanes menyampaikan khotbah?... Kedengarannya seolah Engkau yang berbicara melalui dia… Aku… kami semua tercengang… Bocah itu yang baru setahun lalu hanya dapat melemparkan jala…, oh!" Petrus masih terkagum-kagum dan ia mengguncang-guncang Yohanes yang tersenyum namun tetap diam. "Percayakah Engkau bahwa adalah mungkin bocah ini menyampaikan perkataan seperti itu dengan bibir tersenyum ini? Ia kedengaran seperti Salomo."

"Juga Simon berbicara sangat fasih, Tuhan-ku. Ia sungguh 'ketua', kata Yohanes.

"Tidak heran! Ia yang menggamit dan mendorongku ke sana! Siapa tahu!… Mereka mengatakan bahwa aku menyampaikan khotbah yang bagus. Mungkin ya. Aku tidak tahu… sebab tercengang oleh perkataan Yohanes, sebab kegentaran berbicara di hadapan begitu banyak orang dan menyebabkan Engkau menampilkan sosok yang payah, aku sungguh bingung…"   

"Menyebabkan Aku menampilkan sosok yang payah? Tapi kau berbicara dan kau pastilah sudah menampilkan sosok yang payah, Simon," goda Yesus.

"Oh! Sejauh menyangkut aku… aku tidak khawatir mengenai diriku sendiri. Aku tidak ingin mereka mencemoohkan Engkau dan menganggap Engkau bodoh sebab telah memilih seorang bodoh sebagai rasul-Mu."

Yesus berbinar dengan sukacita sebab kerendahan hati dan kasih Petrus. Tapi Ia hanya bertanya: "Dan bagaimana dengan yang lainnya?"

"Juga Zelot berbicara sangat fasih. Tapi ia… kita semua tahu. Tapi bocah ini sungguh kejutan besar! Tentu saja, sejak kita undur diri untuk berdoa, jiwa bocah ini kelihatannya berada di Surga sepanjang waktu."

"Itu benar, sangat benar." Mereka semua meneguhkan perkataan Petrus. Dan mereka terus bercerita kepada Yesus…

"Engkau tahu? Di antara para murid sekarang ada dua orang, yang menurut Yudas anak Simon, sangat penting. Yudas sangat aktif. Tentu saja! Dia mengenal banyak dari mereka yang… terpandang dan tahu bagaimana menghadapi mereka. Dan dia suka berbicara… Dia berbicara sangat fasih. Tapi orang lebih suka mendengarkan Simon, sepupu-sepupu-Mu dan terlebih istimewa bocah ini.

Kemarin seorang laki-laki berkata padaku: 'Pemuda itu berbicara sangat fasih' - yang dia maksudkan Yudas - 'tapi aku lebih suka kau.' Oh! sobat malang! Dia lebih memilih aku dan aku nyaris tak dapat merangkai kata-kata!... Tapi mengapakah Engkau datang kemari? Lokasi pertemuan adalah di jalanan, dan kami telah ke sana."

"Sebab Aku tahu bahwa Aku akan mendapati kalian di sini. Sekarang dengarkanlah. Turun dan katakan pada yang lainnya untuk naik, juga para murid yang kita kenal. Orang banyak tidak perlu datang hari ini. Aku ingin berbicara kepada kalian saja."

"Jika demikian lebih baik menunggu hingga sore. Ketika matahari hampir tenggelam, orang banyak akan menyebar ke desa-desa terdekat dan mereka akan kembali keesokan paginya menantikan Engkau. Jika tidak… siapakah yang menahan mereka?"

"Baik. Lakukan itu. Aku akan menantikan kalian di atas sana, di puncak. Udara malam terasa lembut sekarang ini dan kita dapat tidur di udara terbuka."

"Terserah Engkau saja, Guru. Asalkan Engkau bersama kami."

Para murid pun pergi dan Yesus kembali mendaki ke puncak, yang masih sama seperti aku sudah melihatnya tahun lalu dalam penglihatan di akhir khotbah di Gunung dan perjumpaan pertama dengan Maria Magdalena. Pemandangan sekarang meluas dan menjadi lebih terang pada saat matahari tenggelam.  

Yesus duduk di atas sebuah batu karang dan termenung dalam meditasi. Dan Ia tinggal demikian hingga suara langkah kaki di jalan setapak mengingatkan-Nya bahwa para rasul telah kembali. Hari mulai senja, tapi matahari masih bersinar di puncak gunung, menyerap harum-haruman dari setiap tumbuh-tumbuhan dan bunga-bungaan… Ada bau kuat bunga lily liar dari lembah sementara batang-batang tinggi narcissi mengguncangkan bintang-bintang dan kuntumnya seolah mereka tengah menuntut datangnya embun.

Yesus bangkit dan menyalami mereka: "Damai sertamu."

Ada banyak murid yang naik bersama para rasul. Ishak memimpin mereka dengan tersenyum. Wajah tersenyumnya adalah wajah tirus seorang pertapa. Mereka semua berkumpul sekeliling Yesus yang sedang menyalami Yudas Iskariot dan Simon Zelot secara khusus. "Aku menghendaki kalian semua di sini bersama-Ku, untuk selama beberapa jam ke depan bersama kalian saja dan berbicara hanya kepada kalian saja. Ada pada-Ku sesuatu yang perlu Aku katakan kepada kalian guna mempersiapkan kalian untuk misi kalian. Marilah kita menyantap makanan kita dan lalu kita akan berbicara, dan sementara kalian tidur, jiwa kalian akan terus menikmati doktrinnya."

Mereka melahap santapan mereka yang sangat sederhana dan lalu membentuk sebuah lingkaran sekeliling Yesus Yang duduk di atas sebuah batu besar. Ada sekitar seratus orang, mungkin lebih, para murid dan para rasul: suatu lingkaran yang terdiri dari wajah-wajah penuh perhatian, yang tampak aneh dalam terang nyala dua api. Yesus berbicara perlahan, menggerak-gerakkan tangan-Nya dengan tenang. Wajah-Nya kelihatan lebih pucat, sementara muncul dari jubah biru tua-Nya, dan juga karena diterangi oleh berkas cahaya bulan baru, yang menerangi tempat di mana Ia berada; sebuah koma kecil dari bulan di langit, seberkas cahaya yang membelai Tuan Surga dan bumi.   

"Aku menghendaki kalian di sini, terpisah dari yang lain, sebab kalian adalah sahabat-sahabat-Ku. Aku memanggil kalian bersama sesudah ujian pertama dari Keduabelas Rasul, untuk memperluas lingkaran para murid-Ku yang aktif, dan untuk mendengar dari kalian reaksi-reaksi pertama kalian berada di bawah dibimbing mereka yang Aku berikan kepada kalian untuk melanjutkan karya-Ku. Aku tahu bahwa semuanya berjalan baik. Aku menopang dengan doa-Ku jiwa-jiwa para rasul, yang telah keluar dari suatu retret doa dengan kekuatan baru dalam pikiran mereka dan dalam hati mereka. Suatu kekuatan yang tidak berasal dari upaya manusia, melainkan dari suatu ketergantungan total pada Allah.   

Kepada mereka yang paling melupakan diri sendiri, telah diberikan yang paling banyak. Adalah sulit untuk melupakan diri sendiri.

Manusia terdiri dari ingatan-ingatan dan ingatan-ingatan yang paling lantang bersuara adalah kenangan-kenangan akan ego diri. Kalian harus membedakan antara ego dan ego. Ada ego rohani jiwa yang ingat akan Allah dan asal usulnya yang dari Allah, dan ada ego daging yang lebih rendah yang ingat akan hasrat nafsunya dan kepentingan-kepentingannya yang tak terhitung banyaknya mengenai keseluruhan dirinya. Ada begitu banyak suara hingga membentuk suatu paduan suara, dan terkecuali roh cukup kuat, suara-suara itu mengatasi suara tunggal roh yang ingat akan keluhurannya sebagai anak Allah. Oleh karenanya adalah penting - dengan pengecualian akan kenangan suci ini yang hendaknya selalu dirangsang dan dipelihara hijau dan cemerlang - adalah penting untuk belajar bagaimana melupakan diri sendiri, dalam segala kenangan, kebutuhan, refleksi malu-malu akan ego manusia, agar menjadi sempurna.    

Dalam ujian pertama dari Keduabelas rasul, mereka yang telah diberi paling banyak adalah mereka yang paling melupakan diri sendiri. Mereka melupakan tidak hanya masa lalu mereka, melainkan juga kepribadian mereka yang terbatas. Mereka adalah orang-orang yang tidak lagi mengingat siapa mereka sebelumnya, dan yang begitu erat bersatu dengan Allah hingga tak gentar mengenai apapun. Mengapa sebagian dingin? Sebab mereka ingat akan habitus kebimbangan batin mereka, pertimbangan-pertimbangan dan prasangka lazim mereka. Mengapa sebagian lainnya kurang ramah? Sebab mereka ingat akan ketidakmampuan mereka sehubungan dengan doktrin dan mereka takut menampilkan sosok yang buruk atau membuat-Ku menampilkan sosok yang demikian. Mengapa sok pamer dari yang lainnya? Sebab mereka ingat akan habitus kesombongan mereka, keinginan mereka untuk pamer, untuk dipuji, untuk menonjol di atas yang lain, untuk menjadi 'seseorang'. Dan akhirnya, mengapa sekonyong-konyong pewahyuan yang penuh kemenangan, bak nabi, meyakinkan, dengan kefasihan yang mantap dalam diri yang lainnya? Sebab mereka, dan mereka saja yang sungguh ingat akan Allah. Seperti mereka yang sejauh ini telah rendah hati dan berupaya untuk menghindari perhatian dan pada saat yang tepat dapat, sekonyong-konyong, mengenakan martabat unggul yang dianugerahkan atas mereka, dan yang tak pernah mereka kehendaki untuk tampilkan sebelumnya, khawatir kalau-kalau mereka bertindak terlalu lancang. Ketiga kelompok pertama ingat akan ego mereka yang lebih rendah. Kelompok yang lain, yang keempat, ingat akan ego mereka yang lebih luhur dan tidak takut. Mereka merasakan Allah bersama mereka dan dalam diri mereka dan mereka tidak takut. Oh! Keberanian kudus yang berasal dari kebersamaan dengan Allah!     

Oleh karenanya dengarkanlah, baik kalian para rasul maupun kalian para murid. Kalian para rasul sudah mendengar konsep-konsep ini. Tapi sekarang kalian akan memahaminya secara lebih mendalam. Kalian para murid belum pernah mendengarnya atau kalian hanya mendengar sedikit-sedikit mengenainya. Dan kalian harus mencamkannya dalam hati kalian. Sebab Aku akan semakin luas memanfaatkan kalian, sebab kawanan Kristus menjadi semakin banyak jumlahnya. Sebab dunia akan menyerang kalian dengan semakin ganas, dan serigala-serigalanya akan bertambah jumlahnya dalam melawan Aku, sang Gembala dan melawan kawanan; dan Aku ingin menempatkan dalam tangan kalian senjata untuk mempertahankan baik Doktrin maupun kawanan-Ku. Apa yang cukup bagi kawanan tidaklah cukup bagi kalian, gembala-gembala kecil. Jika domba-domba diperkenankan untuk melakukan kesalahan, memakan tanam-tanaman yang menjadikan darah pahit atau membuat mabuk, kalian tidak diperkenankan untuk melakukan kesalahan yang sama, yang dapat menghantar suatu kawanan besar pada kebinasaan. Sebab kalian harus sadar bahwa di mana ada seorang gembala yang musyrik, maka domba-dombanya entah mati terkena racun atau dimangsa serigala-serigala.            

Kalian adalah garam dunia dan terang dunia. Tapi jika kalian gagal dalam misi kalian, maka kalian akan menjadi garam yang hambar dan tak berguna. Tak suatupun yang dapat memberimu rasa lagi, sebab Allah tak dapat memberikannya padamu, mengingat bahwa itu telah diberikan kepadamu sebagai suatu anugerah, dan kau telah menghilangkan asinnya, dengan membasuhnya dalam air tawar kotor umat manusia, dengan memaniskannya melalui sarana kemanisan sensualitas yang rusak, dengan demikian mencampurkan garam murni Allah dengan kebobrokan kesombongan, ketamakan, kerakusan, percabulan, murka, kelambanan, sehingga ada sebutir garam dalam tujuh kali tujuh butir dari masing-masing kejahatan. Garammu, oleh karenanya, tak lain adalah campuran batu-batu di mana butir garam malang yang hilang tak dapat ditemukan, suatu campuran batu-batu yang melengking-lengking di bawah gigimu dan meninggalkan dalam mulutmu rasa dunia, yang menjadikan makanan tidak enak dan menjijikkan. Garam itu bahkan tidak berguna untuk keperluan remeh-temeh, sebab rasa dari ketujuh kejahatan itu akan merusakkan juga setiap penggunaannya oleh manusia. Jadi, garam itu hanya dapat ditebarkan untuk diinjak-injak oleh kaki-kaki ceroboh orang. Dengan demikian betapa banyak orang yang akan dapat menginjak-injak secara kejam manusia-manusia yang dari Allah! Sebab manusia-manusia pilihan itu akan membiarkan orang-orang sembrono untuk menginjak-injak mereka, sebab mereka bukan lagi substansi yang yang dipergunakan untuk memberikan rasa luhur surgawi, sebab mereka tak lain adalah kebobrokan.        

Kalian adalah terang dunia. Kalian adalah seperti puncak gunung ini yang adalah yang terakhir dikecup matahari dan yang pertama dimandikan sinar keperakan bulan. Barangsiapa berada di tempat tinggi akan bercahaya dan dapat terlihat sebab bahkan mata yang paling melamun sesekali menatap pada tempat-tempat yang tinggi. Akan Aku katakan bahwa mata fisik, yang dikatakan sebagai cermin jiwa, merefleksikan kerinduan jiwa, suatu kerinduan yang kerap kali tak diperhatikan namun selalu hidup sepanjang seorang manusia bukanlah setan, suatu kerinduan akan ketinggian di mana akal budi secara insting menempatkan Yang Mahatinggi. Dan dengan mencari Surga, setidaknya sesekali dalam hidup, mata terarah pada yang tinggi.

Aku meminta kalian untuk mengingat apa yang telah kita semua lakukan, sejak masa kanak-kanak kita, saat memasuki Yerusalem. Ke manakah mata kita tertuju? Ke Gunung Moria, yang dengan jaya dimahkotai dengan batu-batu pualam dan emas Bait Allah. Dan ke manakah kita mengarahkan mata kita apabila kita berada di halaman Bait Allah? Kita menatap pada kubah-kubah berharga yang berkilau dalam cahaya matahari. Betapa banyak keindahan yang ada di sana di halaman suci, terhampar pada aula-aula, serambi-serambi dan halaman-halamannya! Tapi apa yang ada di atas sana yang mencolok mata kita.

Aku juga meminta kalian untuk mengingat apa yang terjadi apabila kita sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Ke manakah kita mengarahkan mata kita, dengan nyaris melupakan panjangnya perjalanan, kejemuan, keletihan, panas terik, debu jalanan? Mata kita terarah ke puncak-puncak gunung, bahkan meski puncak-puncak itu tidak sangat tinggi, bahkan meski puncak-puncak itu nun jauh. Dan betapa lega melihatnya muncul apabila kita berjalan di suatu dataran rata yang homogen! Apakah ada lumpur di jalan? Ada kebersihan di atas sana. Apakah ada terik di dataran? Ada kesejukan di atas sana. Apakah pemandangan terbatas di bawah sini? Luas di atas sana. Dan hanya dengan memandang puncak-puncak gunung, kita merasa terik hari berkurang, lumpur tidak sebegitu licin, dan berjalan tidak sebegitu menyakitkan. Apabila ada suatu kota yang bercahaya di puncak gunung, tak ada mata yang tidak akan mengaguminya. Kita dapat katakan bahwa bahkan suatu tempat yang sederhana akan menjadi indah apabila ditempatkan, nyaris bak di awang-awang, di atas sebuah puncak gunung. Itulah sebabnya mengapa dalam agama-agama yang benar maupun yang salah, kuil-kuil dan bait-bait ditempatkan, sepanjang memungkinkan, di tempat-tempat yang tinggi, dan apabila tidak ada bukit ataupun gunung, mereka membangun suatu alas batu, dengan demikian membangun dengan kerja manusia suatu tempat tinggi untuk menempatkan bait. Mengapakah itu dilakukan? Sebab manusia ingin bait terlihat sehingga pemandangan akan bait itu mengingatkan umat manusia akan Allah.

Demikian pula Aku katakan bahwa kamu adalah terang. Ketika pada sore hari kalian menyalakan lampu di rumah, di manakah kalian menempatkannya? Dalam sebuah lubang di bawah tungku? Dalam gua yang digunakan sebagai gudang bawah tanah? Atau kalian menyimpannya dalam sebuah peti? Atau kalian menyembunyikannya di bawah sebuah gantang? Tidak, tidak. Apabila demikian maka akan sia-sia sajalah menyalakannya. Sebaliknya lampu ditempatkan di puncak sebuah rak, atau di atas kaki dian, sehingga ditempatkan tinggi demikian, lampu dapat menerangi seluruh ruangan dan menerangi orang-orang yang tinggal di dalamnya. Dan tepat sebab apa yang ditempatkan di suatu tempat yang tinggi adalah untuk mengingatkan manusia akan Allah dan menerangi, dia haruslah dapat memenuhi tugasnya.         

Kalian harus ingat akan Allah Yang Benar. Dengan demikian kalian harus memastikan bahwa kalian tidak memiliki dalam diri kalian ketujuh kali lipat penyembahan berhala itu. Jika tidak, kalian akan menjadi tempat-tempat tinggi yang cemar dengan semak belukar yang dikeramatkan untuk dewa ini atau itu, dan kalian akan menyeret ke dalam penyembahan berhala kalian mereka yang memandang kalian sebagai bait-bait Allah. Kalian harus membawa terang Allah. Sebuah sumbu yang kotor, sumbu yang tanpa minyak, mengepulkan asap dan tidak memberikan terang, baunya tidak enak dan tidak menerangi. Sebuah lampu yang tersembunyi di balik sebuah kristal kwarsa yang kotor tidak dapat menciptakan efek cahaya yang semarak atau mempesonakan pada mineral kemilau itu. Melainkan pudar di balik selaput asap hitam yang menjadikan permukaan kristal suram.

Terang Allah bercahaya di mana kehendak berkobar dalam mengenyahkan kotoran sehari-hari yang diakibatkan oleh kerja itu sendiri, dengan hubungannya, tanggapannya dan di mana sumbu dibenamkan dalam banyak doa dan amal kasih. Terang Allah berlipat-ganda menjadi refleksi-refleksi mengagumkan yang tak terhingga, sebanyak kesempurnaan Allah, yang masing-masingnya menggiatkan dalam diri orang kudus suatu keutamaan yang diamalkan secara gagah-berani, apabila hamba Allah itu memelihara kwarsa jiwanya agar tak dapat diserang oleh asap dari segala hasrat yang mencemarkan. Kwarsa yang tak dapat diserang. Tak dapat diserang! (Suara Yesus menggelegar pada kesimpulan ini dan menggema di dataran alam yang bergunung-gunung itu).    

Hanya Allah yang memiiki hak dan kuasa untuk mengukir kristal itu, guna menuliskan Nama-Nya Yang Terkudus di atasnya dengan berlian kehendak-Nya. Nama itu lalu menjadi ornamen yang mempertegas segi-segi yang lebih kemilau dari keindahan adikodrati pada kwarsa yang paling murni. Tapi apabila hamba Allah yang bodoh, sebab kehilangan kendali atas dirinya dan pandangan akan misinya, yang sepenuhnya dan semata-mata adikodrati, mengijinkan ornamen-ornamen dan ukiran-ukiran palsu, dan bukannya mengenyahkan torehan-torehan itu pada kwarsanya, yakni, figur-figur misterius dan setani yang dibuat oleh cakar panas Setan, maka lampu mengagumkan itu tidak lagi terpelihara keindahan keutuhannya, melainkan retak dan pecah dan serpihan-serpihan dari pecahan kristalnya memadamkan nyalanya, dan bahkan meski lampu itu tidak pecah, suatu kekacauan tanda akan kodratnya yang jelas terbentuk pada permukaannya dan jelaga masuk ke dalamnya dan merusakkannya.        

Celakalah, tiga kali lipat celaka, gembala-gembala yang kehilangan cinta kasih, yang menolak untuk mendaki dari hari ke hari dengan membawa naik kawanan mereka yang berharap naik, melainkan mereka naik sendiri. Aku akan memukul jatuh mereka dan menghalau mereka dari posisi mereka dan Aku akan memadamkan asap mereka sama sekali.

Celakalah, tiga kali lipat celaka, guru-guru, yang menolak Kebijaksanaan untuk menjadi penuh pengetahuan, yang seringkali bertentangan dan selalu pongah, terkadang setani, sebab itu menjadikan mereka manusia, sementara - dengarkanlah dan ingatlah - apabila setiap manusia ditakdirkan untuk menjadi seperti Allah, melalui pengudusan yang menjadikan manusia seorang anak Allah, maka seorang guru, seorang imam seharusnya sudah memiliki di dunia ini aspek dari seorang anak Allah, dan hanya aspek yang demikian. Dia seharusnya memiliki aspek dari makhluk yang sepenuhnya membaktikan diri pada jiwa-jiwa dan pada kesempurnaan. Dia seharusnya memiliki aspek demikian untuk memimpin murid-muridnya kepada Allah. Terkutuklah guru-guru doktrin adikodrati yang menjadi berhala-berhala dari pengetahuan manusia.

Celakalah, tujuh kali lipat celaka, mereka di antara para imam-Ku yang mati terhadap roh, yang dengan kekurangan rasa mereka dan hidup daging yang buruk hidup sebagai manusia lamban yang mengerikan. Tidur mereka penuh halusinasi penglihatan mengenai semuanya, terkecuali Allah Yang Mahaesa dan Tritunggal, dan penuh juga dengan segala macam pertimbangan, terkecuali kerinduan luhur manusia untuk meningkatkan kekayaan hati dan Allah; mereka menjalani hidup material yang suram mengerikan, dengan menyeret ke dalam air mati mereka orang-orang yang mengikuti mereka, sebab percaya bahwa mereka adalah 'Hidup'. Kutuk Allah turun atas mereka yang merusakkan kawanan kecil kesayangan-Ku. Aku tidak akan meminta suatu pertanggung-jawaban dan Aku tidak akan menghukum mereka yang binasa melalui kemalasanmu, wahai para hamba Tuhan yang lalai, melainkan Aku akan meminta pertanggung-jawabanmu atas setiap saat dan segala waktu yang hilang dan segala konsekuensi dari kejahatan dan Aku akan menghukummu.

Ingatlah perkataan itu. Dan sekarang pergilah. Aku akan mendaki ke puncak. Kalian boleh tidur. Esok sang Gembala akan membuka padang-padang rumput Kebenaran kepada kawanan-Nya."   
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 3                    Daftar Istilah                      Halaman Utama