231. PENYEMBUHAN DUA LAKI-LAKI BUTA DAN SEORANG YANG KERASUKAN SETAN YANG MEMBISUKAN.
28 Juli 1945
Yesus lalu turun masuk ke dalam dapur, dan ketika Ia melihat bahwa Yohanes hendak pergi ke sumber mataair, dan bukannya tinggal dalam dapur berasap yang hangat, Ia memilih pergi bersama Yohanes. Dengan demikian Ia meninggalkan Petrus untuk mengurus ikan-ikan yang baru saja dibawa masuk oleh para pelayan Zebedeus untuk makan malam Guru dan para murid-Nya.
Mereka tidak pergi ke sumber mataair di ujung desa, melainkan ke sumber mataair di alun-alun, yang airnya masih berasal dari sumber mataair yang jernih berlimpah di sisi gunung dekat danau. Di alun-alun ada banyak orang seperti lazimnya di desa-desa Palestina pada sore hari. Para perempuan dengan amphora-amphora, anak-anak bermain, para laki-laki berbincang mengenai pekerjaan atau… gosip setempat. Juga beberapa orang Farisi lewat, dengan dikelilingi oleh para pelayan atau klien, dalam perjalanan mereka menuju rumah mewah mereka. Semua orang minggir demi memberi mereka jalan, menyampaikan hormat mereka, tetapi begitu mereka sudah pergi, banyak yang mengutukinya sepenuh hati seraya menyebutkan perbuatan-perbuatan keji mereka yang paling akhir dan transaksi lintah darat mereka.
Matius sedang mengkhotbahi sahabat-sahabat lamanya di suatu pojok alun-alun dan itu menyebabkan si Farisi Uria menyampaikan ejekan dengan suara lantang: "Pertobatan yang termasyhur! Tetapi keterikatan pada dosa masih ada di sana seperti dapat terlihat dari persahabatan yang terus berlangsung. Ah! Ah!"
Matius berbalik dan menjawab berang: "Persahabatan berlangsung guna mempertobatkan mereka."
"Tidak perlu itu! Guru-mu sudah cukup. Kau sebaiknya menyingkir, jangan-jangan kau kambuh lagi, dengan beranggapan bahwa kau sungguh sudah sembuh."
Matius merah padam dalam upaya mengendalikan diri dan tidak menyuarakan apa yang ada dalam benaknya, dan dia hanya menjawab: "Jangan khawatir, dan jangan harap."
"Apa?"
"Jangan khawatir bahwa aku akan sekali lagi menjadi Lewi si pemungut cukai, dan jangan harap bahwa aku akan meneladanimu dan kehilangan jiwa-jiwa ini. Aku serahkan padamu dan pada teman-temanmu sikap tinggi hati mengeksklusifkan diri dari orang-orang lain. Aku meneladani Guru-ku dan aku mendatangi orang-orang berdosa untuk menghantar mereka kepada Rahmat."
Uria hendak membalas sengit, tetapi seorang Farisi lain, si Eli tua, tiba dan berkata padanya: "Jangan mencemarkan kemurnianmu dan lidahmu, sobat. Ikutlah bersamaku," dan dengan berjalan menggandeng lengannya, dia membawanya ke rumahnya.
Sementara itu orang banyak, khususnya anak-anak, sudah berkumpul sekeliling Yesus. Di antara anak-anak ada Toby dan Yohana, seorang anak laki-laki dan kakak perempuannya, yang suatu hari, lama berselang, bertengkar memperebutkan buah ara. Sekarang mereka mengatakan pada Yesus, dengan bergelayut pada tubuh-Nya yang tinggi untuk menarik perhatian-Nya: "Dengar, dengarkan. Juga hari ini kami berkelakuan baik, tahukah Engkau? Kami tidak pernah menangis dan kami tidak saling mengejek satu sama lain, demi Engkau. Maukah Engkau memberi kami ciuman?"
"Jadi, kamu telah berkelakuan baik demi Aku! Betapa sukacita yang kamu berikan pada-Ku. Ini ciuman-Ku. Dan jadilah bahkan terlebih baik besok."
Dan ada Yakobus, sobat kecil yang biasa menghantarkan kantong uang Matius kepada Yesus setiap hari Sabat. Dia sekarang berkata pada Yesus: "Matius tidak memberiku apa-apa lagi sekarang untuk orang-orang miskin Tuhan, tetapi aku sudah menyisihkan semua uang yang mereka berikan padaku ketika aku manis dan aku akan memberikannya kepada-Mu sekarang. Maukah Engkau memberikannya pada orang-orang miskin atas nama kakekku?"
"Tentu saja, Aku akan melakukannya. Ada apa dengan kakekmu?"
"Dia tidak lagi dapat berjalan. Dia sangat tua dan kakinya tidak dapat menopangnya."
"Apakah kau sedih karena itu?"
"Ya, sebab dia adalah guruku apabila kami pergi ke desa. Dia memberitahuku banyak hal. Dan dia membuatku mengasihi Tuhan. Juga sekarang dia menceritakan padaku mengenai Ayub dan dia menunjukkan padaku bintang-bintang di langit, tetapi dia melakukannya dari kursinya… Sebelumnya jauh lebih menyenangkan."
"Aku akan datang kepada kakekmu besok. Senangkah kau sekarang?"
Dan Yakobus digantikan oleh Benyamin, bukan bocah yang dari Magdala, melainkan yang dari Kapernaum, anak laki-laki yang aku lihat dalam suatu penglihatan lama berselang. Ketika dia tiba di alun-alun bersama ibunya dan melihat Yesus, dia melepaskan tangan ibunya dan bergegas menerobos banyak, dengan memekik bagai seekor burung layang-layang dan ketika dia tiba di hadapan Yesus, dia memeluk lutut-Nya seraya berkata: 'Aku ingin dibelai juga!"
Simon, si Farisi, lewat saat itu dan membungkuk penuh gaya kepada Yesus, Yang menanggapi salamnya. Si Farisi berhenti dan sementara orang banyak minggir seolah ketakutan, Simon berkata: "Dan tidak maukah Engkau membelaiku juga?" dan dia tersenyum ramah.
"Aku akan membelai siapa pun yang memintanya pada-Ku. Aku mengucapkan selamat kepadamu, Simon, atas kesehatanmu yang sangat prima. Aku diberitahu di Yerusalem bahwa kau sakit berat."
"Ya, aku sakit parah. Aku menginginkan Engkau, agar disembuhkan."
"Percayakah kau bahwa Aku dapat menyembuhkanmu?"
"Aku tidak pernah meragukannya. Tetapi aku harus memulihkan diriku sendiri, sebab Engkau pergi jauh untuk jangka waktu yang lama. Kemana sajakah Engkau?"
"Di wilayah perbatasan Israel. Demikianlah bagaimana Aku melewatkan hari-hari antara Paskah dan Pentakosta."
"Suatu perjalanan yang sangat berhasil? Aku mendengar mengenai para penderita kusta di Hinnom and Siloam. Sungguh mengagumkan. Hanya itu? Tentu tidak. Tetapi kami mendengar mengenai-Mu, melalui Yohanes, si imam. Dia yang tidak berpihak dalam percaya kepada-Mu dan yang berbahagia."
"Dan bagaimana dengan dia yang tidak percaya sebab dia berpihak? Bagaimana dengan dia, Simon-ku yang bijak?"
Si Farisi agaknya sedih… dia tidak dapat membuat keputusan, sebab sementara dia tidak ingin mengutuk teman-temannya yang terlalu banyak itu, yang berprasangka melawan Yesus, dia sungguh ingin dianggap pantas untuk dipuji oleh Yesus. Dia menjatuhkan putusan pada alternatif yang terakhir dan berkata: "Dia yang tidak mau percaya kepada-Mu, kendati segala bukti yang Engkau berikan, terkutuk."
"Dan Aku harap tidak ada seorang pun yang demikian…"
"Ya. Tetapi kami tidak membalas kepada-Mu ukuran kebaikan yang sama seperti yang Engkau miliki kepada kami. Terlalu banyak orang yang tidak layak akan Engkau… Yesus, aku ingin Engkau menjadi tamuku besok…"
"Aku tidak bisa besok. Mari kita menetapkannya dua hari lagi. Apa kau setuju?"
"Aku selalu setuju dengan-Mu. Aku akan punya… beberapa teman… dan Engkau akan harus bersabar terhadap mereka jika…"
"Aku tahu. Aku akan datang bersama Yohanes."
"Yohanes saja?"
"Yang lain-lainnya punya tugas-tugas lain yang harus dikerjakan. Itu mereka, mereka baru saja kembali dari desa. Damai sertamu, Simon."
"Tuhan serta-Mu, Yesus."
Si Farisi pergi dan Yesus menggabungkan diri bersama para murid-Nya.
Mereka kembali ke rumah untuk santap malam.
Namun sementara mereka makan ikan bakar, beberapa orang buta datang, yakni mereka yang sudah memohon kepada Yesus di jalanan. Sekarang mereka mengulang doa mereka: "Yesus, Putra Daud, kasihanilah kami!"
"Pergilah! Sudah aku katakan kepadamu untuk datang besok dan jadilah besok. Biarkan Ia makan," kata Petrus mengecam.
"Tidak, Simon. Jangan menyuruh mereka pergi. Ketekunan yang begitu gigih pantas mendapatkan ganjaran. Kamu berdua, majulah." Ia lalu berkata kepada kedua orang buta itu, yang masuk dengan menggemakan lantai dan tembok dengan tongkat mereka. "Apakah kamu percaya bahwa Aku dapat mengembalikan penglihatanmu?"
"Oh! Ya! Tuhan! Kami datang sebab kami yakin."
Yesus bangkit dari meja, menghampiri mereka, menempatkan ujung-ujung jari-Nya pada mata yang buta, menengadahkan kepala-Nya dan berdoa: "Terjadilah atasmu seturut imanmu." Ia menyingkirkan kedua tangan-Nya, dan kedua kelopak mata, yang sejauh itu tak bergerak, mulai berkedip, sebab terang mengenai kedua pupil yang sudah aktif kembali dari seorang dari mereka, dan kedua kelopak mata dari seorang yang lainnya terbuka ikatannya, sementara sebelumnya terikat mungkin oleh bisul yang diabaikan, dan tepian palpebral [= tepian kelopak mata] terbentuk kembali secara baru tanpa cacat sedikit pun, sehingga dia dapat berkedip dengan bebas.
Kedua orang itu jatuh berlutut.
"Kamu boleh berdiri dan pergi. Dan berhati-hatilah, jangan biarkan seorang pun tahu apa yang telah Aku lakukan terhadapmu. Bawalah kabar rahmat kepada sanak saudara dan teman-temanmu di desamu. Tidaklah perlu melakukannya di sini dan itu tidak akan membawa kebaikan bagi jiwamu. Pastikan bahwa iman jiwamu tidak menderita akibat luka apapun dan sekarang sesudah kamu tahu bagaimana rasanya dapat melihat, pastikan matamu jangan terluka, sehingga kamu tidak menjadi buta kembali."
Makan malam berakhir. Mereka naik ke teras di mana udaranya sejuk. Danau berkilau dalam terang sinar bulan.
Yesus duduk di tepian sebuah tembok yang rendah dan membiarkan pikiran-Nya mengembara sementara menyaksikan permukaan danau yang keperakan. Yang lain-lainnya saling berbicara satu sama lain dengan suara perlahan, agar tidak mengganggu-Nya. Tetapi mereka menatap pada-Nya seolah mereka terpesona. Sesungguhnya, betapa tampannya Ia! Cahaya bulan membentuk lingkaran halo sekeliling kepala-Nya dan menyinari wajah-Nya, yang serius dan sekaligus damai, dengan menekankan detail-detailnya yang paling kecil. Ia duduk dengan kepala-Nya sedikit condong ke belakang, bersandar pada batang anggur yang kasar, yang merambat naik ke atas dan lalu membentangkan cabang-cabangnya di teras. Mata-Nya yang biru dalam kelihatan bagai onyx pada malam hari dan kelihatan seolah mencurahkan gelombang-gelombang damai ke atas segala sesuatu. Terkadang Ia mendongak ke langit yang jernih, yang bertaburan bintang-bintang, terkadang Ia menatap ke bawah ke bukit-bukit, dan lebih jauh ke bawah, ke danau, atau Ia melihat pada suatu titik kabur di kejauhan dan mata-Nya tampak tersenyum melihat sesuau yang hanya dapat dilihat oleh mereka. Rambut-Nya yang mengombak berayun lembut dihembus angin sepoi-sepoi. Ia duduk agak ke samping, menyentuh lantai dengan satu kaki, sementara kaki lainnya beberapa inchi di atas lantai, dengan kedua tangan-Nya rileks di atas pangkuan-Nya. Jubah putih-Nya menekankan keagungan-Nya, yang menjadi keperakan dalam cahaya bulan, dan kedua tangan-Nya yang putih panjang lebih kelihatan bagai gading yang menegaskan keindahan maskulin dari jemari-Nya yang lentik.
Juga wajah-Nya, dengan dahi-Nya yang tinggi, hidung yang mancung, pipi yang sedikit berbentuk oval dan jenggotnya yang berwarna tembaga pucat, bagai gading yang tanpa nuansa merah muda sebagaimana tampak pada siang hari di bagian atas pipi-Nya.
"Apakah Engkau letih, Guru?" tanya Petrus.
"Tidak."
"Engkau tampak pucat dan termenung…"
"Aku sedang berpikir. Tetapi Aku pikir Aku tidak lebih pucat dari biasanya… Cahaya bulan membuatmu semua tampak pucat juga. Kamu akan pergi ke Khorazim besok dan kamu akan mendapati murid-murid di sana. Berbicaralah kepada mereka. Dan ingat untuk kembali kemari saat vesper. Aku akan berkhotbah dekat sungai."
"Betapa menyenangkan! Kita akan memberitahu orang-orang Khorazim. Tadi, dalam perjalanan pulang kami bertemu dengan Marta dan Marcella. Apakah mereka kemari?" tanya Andreas.
"Ya."
"Ada banyak pembicaraan orang di Magdala mengenai Maria, yang tidak lagi pergi keluar dan yang tidak lagi mengadakan pesta-pesta. Kami tadi beristirahat di rumah perempuan yang sama seperti kali lalu. Benyamin mengatakan padaku bahwa apabila dia merasa cenderung nakal, dia memikirkan Engkau dan…"
"… dan memikirkan aku, kau dapat mengatakannya begitu juga, Yakobus," kata Iskariot.
"Dia tidak berkata begitu."
"Tapi dia bersungguh-sungguh ketika dia berkata: 'Aku tidak ingin menjadi tampan, tapi aku ingin menjadi nakal' dan dia melirik padaku. Dia tidak dapat tahan denganku…"
"Perasaan tidak suka yang tidak penting, Yudas. Lupakanlah itu," kata Yesus.
"Ya, Guru. Tapi menjengkelkan bahwa…"
"Apakah Guru di sana?" seseorang berteriak dari jalanan.
"Ya. Tapi, apakah yang kamu inginkan sekarang? Apa siang hari tidak cukup panjang untukmu? Apa ini waktu yang pantas untuk mengganggu para peziarah yang malang? Kembalilah besok," perintah Petrus.
"Masalahnya adalah bahwa pada kami ada seorang yang kerasukan setan yang membisukan. Dan dia sudah melarikan diri tiga kali di jalan. Andai bukan karena itu, kami pasti akan sudah datang lebih awal. Jadilah baik! Tak lama lagi, ketika bulan tinggi di langit, dia akan mulai melolong lebih keras dan akan menakuti seluruh desa. Lihat bagaimana dia sekarang sudah mulai meronta-ronta?!"
Yesus pergi ke sisi lain teras dan melongok melalui tembok yang rendah. Para rasul melakukan hal yang sama. Sebarisan wajah melihat ke bawah ke suatu himpunan orang banyak yang mendongak ke arah mereka. Di tengah, bergerak kian kemari dan melolong bagai seekor beruang atau seekor serigala yang dirantai, adalah seorang laki-laki dengan kedua pergelangan tangannya diikat menjadi satu supaya dia tidak dapat meloloskan diri. Dia melolong sementara bergerak kian-kemari dengan gelisah, seolah dia mencari-cari sesuatu di tanah. Ketika dia mendongak ke atas dan matanya bertemu dengan mata Yesus, dia melontarkan seruan liar, suatu lolongan yang tak jelas, dan berusaha melarikan diri.
Orang banyak, hampir semua orang dewasa yang ada di Kapernaum ada di sana, minggir ketakutan.
"Kemarilah, demi Allah! Dia memulainya lagi…"
"Ak datang segera." Dan Yesus berlari turun dan tiba di depan orang malang itu yang terlebih gelisah dari sebelumnya. "Keluarlah dari padanya. Aku menghendakinya."
Lolongan memudar menjadi satu kata: "Damai!"
"Ya, damai. Damai sertamu sekarang sesudah kau dibebaskan."
Orang banyak berteriak takjub melihat perubahan yang sekonyong-konyong dari beringas menjadi tenang, dari kerasukan menjadi kebebasan, dari bisu menjadi bicara.
"Bagaimana kamu tahu kalau Aku di sini?"
"Di Nazaret mereka mengatakan kepada kami: 'Ia di Kapernaum.' Ini ditegaskan di Kapernaum oleh dua orang laki-laki yang mengatakan bahwa mata mereka telah disembuhkan oleh-Mu di rumah ini."
"Itu benar! Itu sungguh benar! Mereka mengatakannya kepada kami juga…," banyak yang berteriak. Dan mereka berkata: "Hal-hal yang seperti itu belum pernah kami lihat di Israel sebelumnya!"
"Andai Ia tidak dibantu oleh Beelzebul, Ia tidak akan dapat melakukannya," ejek kaum Farisi Kapernaum. Namun Simon tidak ada di antara mereka.
"Dibantu ataupun tidak dibantu. Aku sudah disembuhkan dan demikian juga orang-orang buta itu. Kamu tidak akan dapat melakukannya, meski doa-doamu yang muluk," jawab pedas orang kerasukan setan yang sekarang sudah sembuh itu dan dia mencium jubah Yesus. Sang Guru tidak menjawab kaum Farisi, Ia hanya membubarkan orang banyak dengan berkata: "Damai sertamu," dan Ia meminta orang yang disembuhkan itu dan mereka yang menyertainya untuk tinggal, dan menawari tumpangan di ruangan atas supaya mereka dapat beristirahat hingga keesokan paginya.
![]() Yesus berkata: "Kau akan menempatkan di sini Perumpamaan tentang domba yang hilang, yang kau dapatkan pada tanggal 12 Agustus 1944."
|
|