230. YESUS DAN MARTA DI KAPERNAUM.   


27 Juli 1945

Yesus, kepanasan dan berdebu, kembali ke rumah di Kapernaum bersama Petrus dan Yohanes.

Ia baru saja memasuki kebun sayur-mayur dan buah-buahan dan hendak menuju dapur, ketika tuan rumah memanggilnya dengan akrab dengan berkata: "Yesus, perempuan yang aku ceritakan kepada-Mu di Betsaida, sudah datang lagi mencari-Mu. Aku memintanya untuk menunggu dan aku membawanya ke ruangan atas."

"Terima kasih, Tomas. Aku akan segera menemuinya. Jika yang lain-lain datang, katakan pada mereka untuk menunggu di sini." Dan Yesus pergi ke lantai atas dengan segera, bahkan tanpa menanggalkan mantol-Nya.

Di teras, di puncak anak tangga, ada Marcella, pelayan Marta. Dia berdiri di sana seorang diri. "Oh! Guru. Nyonyaku di dalam. Dia sudah menantikan Engkau selama berhari-hari," kata perempuan itu dengan berlutut untuk menyembah Yesus.      

"Aku memang memikirkannya. Aku akan segera menemuinya. Kiranya Allah memberkatimu, Marcella."

Yesus menyibakkan tirai yang melindungi ruangan dari sinar matahari yang terlampau banyak masuk, sebab meski matahari sedang terbenam sekarang, udara masih sangat panas dan rumah-rumah putih di Kapernaum tampak seolah terbakar dalam kobaran merah dari sebuah anglo raksasa. Dalam ruangan, duduk dekat jendela adalah Marta, yang berbalut mantol dan berselubung sehelai kerudung. Dia mungkin sedang memandangi bagian danau di mana sebuah bukit berhutan menjorok masuk ke dalam air membentuk sebuah tanjung. Mungkin juga dia sekedar merenungkan pikiran-pikirannya sendiri. Dia jelas tenggelam dalam pikirannya dan sesungguhnya dia tidak mendengar langkah ringan kaki Yesus Yang sedang berjalan menghampirinya. Dan dia terlonjak ketika Ia memanggilnya.

"Oh! Guru!" serunya. Dan dia jatuh berlutut, dengan kedua tangannya terentang, seolah dia memohon pertolongan dengan sangat dan lalu dia membungkuk begitu dalam hingga menyentuh lantai dengan dahinya, dan dia meledak dalam tangis.

"Ada apa? Berdirilah. Mengapa kau menangis begitu getir? Adakah kemalangan yang hendak kau ceritakan pada-Ku? Ada? Apa itu? Tahukah kau bahwa Aku waktu itu di Betania? Tahu? Dan Aku diberitahu bahwa ada berita baik. Tetapi sekarang kau menangis… Apa yang terjadi?" dan Ia mendesaknya untuk berdiri dan membuatnya duduk di sebuah bangku yang menempel pada tembok, sementara Ia duduk di hadapannya.

"Sekarang, tanggalkan kerudung dan mantolmu, seperti yang Aku lakukan. Kau pasti sesak di dalamnya. Dan Aku ingin melihat wajah Marta-Ku terkasih, yang begitu sedih, supaya Aku dapat menyerakkan semua awan yang mengusiknya." Marta taat, dengan masih menangis, dan wajahnya yang kemerahan dan matanya yang bengkak sekarang dapat terlihat.  

"Baik? Aku akan membantumu. Maria memanggilmu. Dia banyak mencucurkan airmata, dia ingin tahu banyak hal mengenai Aku, dan kau pikir bahwa itu adalah suatu pertanda baik, sebegitu rupa hingga kau ingin Aku datang untuk menyaksikan mukjizat itu. Dan Aku telah datang. Dan sekarang?..."

"Sekarang, tidak ada, Guru! Aku keliru. Suatu kerinduan yang sangat membuat orang melihat apa yang tidak ada… Aku membuat Engkau datang sia-sia… Maria lebih parah dari sebelumnya… Tidak! Apakah yang aku katakan? Aku memfitnahnya, aku berkata bohong. Dia tidak lebih parah, sebab dia tidak ingin lagi laki-laki di sekelilingnya. Dia berbeda, tetapi masih saja begitu buruk. Dia seolah gila… Aku tidak lagi memahaminya… Setidaknya, sebelumnya aku memahaminya. Tetapi sekarang! Siapakah yang dapat memahaminya?" dan Marta menangis patah hati.

"Sekarang, tenanglah dan katakan pada-Ku apa yang dilakukannya. Mengapa dia buruk? Jadi, dia tidak ingin lagi laki-laki di sekelilingnya. Jadi, Aku pikir dia menempuh suatu hidup pengasingan di rumah. Betul begitu? Ya? Bagus. Itu sangat bagus. Kenyataan bahwa dia menginginkanmu tinggal bersamanya, dia ingin dibela dalam melawan pencobaan-pencobaan - itulah apa yang kau tuliskan - dan kenyataan bahwa dia ingin menghindari pencobaan-pencobaan dengan menjauhkan diri dari pergaulan yang salah atau apa yang mungkin menghantar pada hubungan yang demikian, merupakan tanda-tanda dari kehendak baik."

"Apakah Engkau pikir demikian, Guru? Apakah Engkau sungguh berpikir demikian?"

"Tentu saja. Jadi, mengapa kau pikir bahwa dia buruk? Katakan pada-Ku apa yang dia lakukan…"

"Baiklah." Marta, yang agaknya disemangati oleh kepastian Yesus, berbicara dengan lebih tenang. "Baik. Sejak aku datang kemari, Maria tidak pernah meninggalkan rumah ataupun taman, bahkan tidak pergi keluar ke danau dengan perahunya. Dan inangnya mengatakan padaku bahwa bahkan sebelum aku datang, dia hampir tidak pernah keluar. Kelihatannya perubahan ini dimulai waktu Paskah. Tetapi sebelum kedatanganku, beberapa orang biasa datang dan mengunjunginya dan dia tidak selalu menolak menemui mereka. Terkadang dia memberikan perintah untuk tidak membiarkan seorang pun masuk. Dan kelihatannya ini suatu perintah tetap. Tetapi kemudian dia akan bertindak sejauh memukuli para pelayan, terdorong oleh kemarahan yang tidak adil, apabila sesudah mendengar suara para tamu, dia pergi ke aula dan mendapati bahwa mereka telah diusir pergi. Tetapi, dia tidak melakukan itu lagi, sejak aku datang. Pada malam pertama dia mengatakan padaku, dan itulah sebabnya mengapa aku begitu berharap: 'Tahanlah aku, jika perlu, ikatlah aku. Tapi jangan biarkan aku keluar, jangan biarkan aku menemui siapa pun selain kau dan inangku. Sebab aku tidak sehat dan aku ingin sembuh. Tetapi mereka yang datang kepadaku atau ingin aku pergi kepada mereka, adalah bagai rawa demam. Dan mereka membuatku bertambah buruk. Tetapi tampilan mereka begitu tampan, begitu mempesona dan menyenangkan, buah mereka begitu sedap dipandang, hingga aku tak sanggup menolaknya, sebab aku adalah seorang celaka yang malang. Saudarimu ini lemah, Marta. Dan sebagian orang mengambil keuntungan dari kelemahannya untuk membuatnya melakukan hal-hal yang cemar, yang tidak disetujui oleh sebagian dari diriku. Satu-satunya bagian yang masih tersisa dalam diriku dari ibuku yang malang…' dan dia menangis. Dan aku melakukannya. Aku melakukannya dengan lembut apabila dia berpikiran sehat; tetapi aku bertindak tegas apabila dia tampak seperti seekor binatang liar dalam kerangkeng. Dia tidak pernah memberontak melawanku. Sebaliknya, ketika saat-saat pencobaan terburuk telah lewat, dia akan datang dan menangis di kakiku, dengan mengistirahatkan kepalanya di atas pangkuanku dan dia berkata: 'Ampunilah aku, ampunilah aku!' dan apabila aku bertanya padanya: 'Untuk apa, saudariku? Kau tidak menyusahkanku,' dan dia menjawab: 'Sebab baru saja, atau kemarin malam, ketika kau katakan padaku: 'Kau tidak boleh keluar dari sini', aku membencimu dan mengutukimu dalam hatiku dan aku berharap kau mati.' Tidakkah dia harus dikasihani, Tuhan-ku? Apakah mungkin dia gila? Apakah kejahatannya sudah membuatnya gila? Aku pikir bahwa salah seorang dari kekasihnya telah memberinya ramuan cinta guna menjadikannya budak nafsunya dan bahwa racunnya telah sampai ke otaknya…"

"Tidak. Itu bukan masalah ramuan cinta atau kegilaan. Itu sesuatu yang sama sekali berbeda. Tetapi, lanjutkan."

"Jadi, dia hormat dan taat padaku. Dan dia tidak lagi memperlakukan para pelayan dengan sewenang-wenang. Tetapi sesudah malam pertama, dia belum menanyakan apapun lainnya mengenai Engkau. Dan apabila aku menyebutkan Engkau, dia mengalihkan pokok pembicaraan. Tetapi dia duduk selama berjam-jam di atas atas sebuah batu karang di mana menara berada, dengan memandangi danau, hingga dia merasa silau, dan setiap kali sebuah perahu berlayar mendekat dia bertanya padaku: 'Apa kau pikir itu adalah perahu para nelayan Galilea?' Dia tidak pernah menyebutkan Nama-Mu ataupun nama para rasul. Tetapi aku tahu bahwa dia berpikir tentang Engkau dan tentang mereka dalam perahu Petrus. Dan aku tahu bahwa dia memikirkan Engkau sebab terkadang di waktu petang, ketika kami berjalan-jalan di taman atau sebelum pergi tidur, dan aku melakukan pekerjaan jahit-menjahit, sementara dia tidak melakukan apa-apa, dia berkata padaku: 'Begitukah bagaimana orang harus hidup seturut doktrin yang kau ikuti?' Dan terkadang dia menangis, terkadang dia tertawa sinis, seperti seorang gila atau seperti setan.

Pada kesempatan-kesempatan lain dia membiarkan tergerai rambutnya, yang biasanya selalu ditata begitu artistik, dan dia membuat dua jalinan kepang, dia mengenakan salah satu gaunku dan lalu dia datang kepadaku, dengan kepangnya di belakang punggung atau di depan dadanya, sangat sederhana dan tampak belia dalam gaunku yang berkerah tinggi, dan juga karena kepangnya dan wajahnya dan dia berkata padaku: 'Beginikah seharusnya penampilan Maria?" dan bahkan lalu terkadang dia menangis seraya mencium jalinan kepangnya yang indah, yang setebal lengannya dan jatuh terjuntai hingga ke lututnya, emas hidup yang adalah kebanggaan ibuku. Terkadang, sebaliknya, dia tertawa dengan caranya yang mengerikan atau dia berkata padaku: 'Lihat, aku sebaiknya melakukan ini dan selesai sudah' dan dia melilitkan kepangnya sekeliling lehernya dan menariknya kencang-kencang hingga wajahnya menjadi kebiruan, seolah dia ingin mencekik dirinya sendiri.

Terkadang dia mengasihani atau menjahati dirinya sendiri, dan itu jelas terjadi ketika dia merasakan pencobaan-pencobaan yang lebih ganas dari dagingnya. Aku mendapatinya memukuli dadanya dan mencakari wajahnya dengan beringas atau membentur-benturkan kepalanya pada tembok dan ketika aku bertanya padanya: 'Kenapa kau melakukannya?' dia akan menatapku dengan ekspresi kegilaan yang liar dan berkata: 'Untuk mengoyak diriku, perutku, kepalaku, hingga berkeping-keping. Hal-hal celaka yang terkutuk harus dihancurkan. Dan aku menghancurkan diriku sendiri.' Dan apabila aku berbicara kepadanya tentang kerahiman Allah, tentang Engkau - sebab aku masih berbicara kepadanya mengenai Engkau, seolah dia adalah yang paling beriman dari antara para murid perempuan-Mu, dan aku bersumpah pada-Mu bahwa terkadang aku merasa ngeri menyebutkan nama-Mu di hadapannya - dia menjawab: 'Tidak dapat ada kerahiman untukku. Aku telah melampaui batasan.' Dia lalu dikuasai oleh keputus-asaan dan berteriak-teriak, memukuli dirinya sendiri hingga mencucurkan darah: 'Kenapa aku punya monster ini yang mencabik-cabikku hingga berkeping-keping? Dan dia tidak memberiku damai. Dan dia menghantarku pada perbuatan-perbuatan jahat melalui suara-suara nyanyian merdu, yang atasnya dia lalu menambahkan suara-suara kutukan dari ayah dan ibuku, darimu dan Lazarus, sebab kau dan Lazarus mengutukiku juga, dan Israel mengutukiku dan dia membuatku mendengarnya untuk membuatku gila…"

Ketika dia mengatakan itu, aku menjawabnya: 'Kenapa kau mencemaskan Israel, yang hanyalah suatu bangsa, dan kau tidak memikirkan Allah? Tetapi sebab kau menginjak-injak semuanya tanpa memikirkan apa yang kau lakukan, berupayalah sekarang untuk mengatasi semuanya dan janganlah khawatir mengenai hal-hal duniawi, melainkan pedulikanlah hanya Allah, ayah dan ibumu. Jika kau mengubah hidupmu, mereka tidak akan mengutukimu, melainkan akan merentangan tangan mereka kepadamu…" Dan dia mendengarkanku, merenung, terpana seolah aku sedang menceritakan padanya suatu kisah yang tak nyata, dan lalu dia menangis… Tetapi tidak menjawab.

Terkadang, sebaliknya dia memerintahkan para pelayan untuk membawakannya anggur dan obat-obatan terlarang dan dia makan dan minum santapan semu itu dan menjelaskan: 'Aku melakukannya untuk melupakan.' Sekarang, sejak dia tahu bahwa Engkau di sini di wilayah danau, setiap kali dia melihatku datang kepada-Mu, dia berkata: 'Aku akan datang juga sekali waktu,' dan tertawa begitu rupa yang merupakan suatu hinaan bagi dirinya sendiri, dan dia mengakhiri: 'Demikianlah mata Allah akan terarah ke bawah juga ke atas tahi.' Tetapi aku tidak ingin dia ikut. Dan sekarang, apabila aku ingin datang, aku menunggu hingga dia tidur, ketika dia sudah letih dengan marah, dengan minuman dan menangis… dengan semuanya. Juga hari ini aku melarikan diri seperti itu, supaya aku dapat kembali pada malam hari sebelum dia bangun. Itulah hidupku… Aku tak lagi berharap…" dan Marta kembali menangis dengan terlebih getir dari sebelumnya, sebab airmatanya tak lagi ditahan oleh upaya untuk berbicara dengan tenang.

"Ingatkah kau, Marta, apa yang pernah Aku katakan padamu? 'Maria itu sakit.' Kau tidak mau percaya. Sekarang kau dapat melihatnya sendiri. Dan kau katakan bahwa dia gila. Dia sendiri mengatakan bahwa dia sakit dan menderita demam dosa. Aku katakan: dia sakit sebab dia kerasukan setan. Itu tetap saja suatu penyakit. Dan perilakunya yang tidak dapat dipahami, kemarahannya, airmatanya, penderitaannya, kerinduannya akan Aku merupakan tahap-tahap dari sakitnya, yang sudah sampai pada saat krisis dan fluktuasinya yang paling ganas. Kau melakukan hal yang benar dengan bersikap baik padanya dan bersabar terhadapnya. Kau benar dengan berbicara kepadanya tentang Aku. Janganlah jijik menyebutkan Nama-Ku di hadapannya.

Jiwa malang Maria-Ku! Jiwanya juga diciptakan oleh Bapa dan sama sekali tidak berbeda dari semua jiwa lainnya, dari jiwamu, dari jiwa Lazarus, dari jiwa-jiwa para rasul dan para murid. Jiwanya juga terbilang dan ditakdirkan untuk ada di antara jiwa-jiwa untuk siapa Aku menjadi daging demi menjadi Penyelamat mereka. Sesungguhnya Aku telah datang lebih untuknya daripada untukmu, Lazarus, para rasul dan para murid. Jiwa malang Maria-Ku, yang menderita begitu dahsyat! Oh Maria-Ku yang malang yang telah diracuni dengan tujuh racun di samping racun pertama yang universal! Oh Maria-Ku yang terbelenggu! Tapi, biarkan dia datang kepada-Ku! Biarkan dia menghirup napas yang Aku hirup, biarkan dia mendengarkan suara-Ku dan mendapatkan tatapan-Ku!... Dia menyebut dirinya sendiri: 'Tahi…' Oh! jiwa malang-Ku terkasih dalam diri siapa setan kesombongan merupakan yang terlemah dari ketujuh setan yang merasukinya! Hanya karena itulah dia akan diselamatkan!"

"Dan andai dia bertemu dengan seseorang yang mungkin menghantarnya untuk sesat sekali lagi, bilakah dia akan keluar? Dia sendiri takut akan hal itu…"

"Dan dia akan selalu takut akan hal itu, sekarang sesudah dia bertindak sebegitu jauh hingga jijik akan kejahatan. Tetapi janganlah takut. Apabila suatu jiwa sudah memiliki kerinduan untuk datang kepada Allah, dan ditahan hanya oleh Musuh setani, yang tahu bahwa dia akan kehilangan mangsanya, dan oleh musuh pribadi yakni egonya sendiri, yang berpikir dengan cara manusia dan menghakimi dirinya dengan cara manusia, dengan menganggap berasal dari Allah penghakimannya sendiri itu guna mencegah jiwa mengendalikan ego manusia, maka jiwa itu sudah cukup kuat untuk melawan serangan-serangan kejahatan dan serangan-serangan orang-orang jahat. Jiwa telah menemukan Bintang Pedoman dan tidak akan lagi menyimpang.

Dan jangan lagi katakan padanya: 'Kau tidak memikirkan Allah dan kau malahan memikirkan Israel?' Itu merupakan suatu celaan implisit. Jangan lakukan itu. Dia baru saja keluar dari api. Dia adalah satu luka besar. Sentuhlah dia sekilas hanya dengan balsam kelemah-lembutan, pengampunan dan harapan… Biarkan dia bebas datang. Kau harus mengatakan padanya apabila kau berpikiran untuk datang, tetapi jangan katakan padanya: 'Ikutlah bersamaku.' Sebaliknya, jika kau tahu bahwa dia ingin datang, kau sendiri janganlah datang. Pulanglah dan nantikan dia di rumah. Dia akan kembali padamu dengan ditaklukkan oleh Kerahiman. Sebab Aku harus mengenyahkan kuasa jahat yang menahannya dan untuk beberapa jam dia akan kelihatan seperti seorang perempuan yang urat-uratnya telah diputuskan atau yang tulang-tulangnya telah disingkirkan oleh seorang dokter. Tetapi sesudahnya dia akan merasa lebih baik. Dia akan termangu. Dia akan sangat membutuhkan perhatian dan keheningan. Tolonglah dia seolah kau adalah malaikat pelindung keduanya: tanpa membiarkannya menyadari kehadiranmu.

Dan jika kau melihatnya menangis, biarkan dia menangis. Dan jika kau mendengarnya menanyai dirinya sendiri, biarkan saja. Dan jika kau melihatnya tersenyum, dan lalu menjadi serius, dan lalu tersenyum sekali lagi dengan suatu cara yang berbeda, dengan suatu tatapan yang berbeda, dengan wajah yang berbeda, janganlah menanyainya, jangan membuatnya merasa gelisah. Dia lebih menderita sekarang, saat naik, dari dia sebelumnya, saat turun. Dan dia harus naik sendiri, seperti dia turun sendiri. Dia tidak dapat tahan kau melihatnya ketika dia turun, sebab matamu penuh celaan. Dan dia tidak dapat tahan kau melihatnya sekarang sebab perasaan malunya telah bangkit pada akhirnya. Kala itu dia kuat, sebab Setan, tuannya, bersamanya dan suatu kekuatan jahat menopangnya dan dia dapat menantang dunia, dan kendati demikian dia tidak dapat tahan dilihat olehmu dalam dosanya.

Sekarang Setan bukan lagi tuannya. Setan masih seorang tamu dalam dirinya, tetapi kehendak Maria mencekik lehernya. Dan Maria belum memiliki Aku. Itulah sebabnya mengapa dia terlalu lemah. Dia bahkan tidak dapat tahan mata persaudaraanmu yang penuh kasih menyaksikan pengakuannya pada Juruselamat-nya. Segenap energinya didayakan dan digunakan untuk menahan setan septuple [= ketujuh setan] pada lehernya. Untuk semua lainnya dia tanpa daya dan telanjang. Tetapi Aku akan mengenakan pakaian kembali padanya dan membentenginya. Pergilah dalam damai, Marta. Dan besok katakan padanya dengan bijaksana bahwa Aku akan berbicara dekat sungai Sumber Mataair, di sini di Kapernaum, sesudah vesper [= ibadat sore]. Pergilah dalam damai. Aku memberkatimu."

Marta masih tercengang. "Jangan menjadi bimbang, Marta," kata Yesus Yang mengamatinya.

"Tidak, Tuhan-ku. Tetapi aku tengah berpikir… Oh! Berilah aku sesuatu yang dapat aku berikan pada Maria, guna memberinya sedikit kekuatan… Dia begitu sangat menderita… dan aku sangat takut kalau-kalau dia tidak akan dapat menang atas setan!"

"Kau ini anak kecil! Maria punya Aku dan kau. Dapatkah mungkin dia tidak berhasil? Bagaimanapun, bawalah ini. Berikan pada-Ku tanganmu, yang tidak pernah berdosa, dan yang selalu baik hati, berbelas-kasihan, aktif dan saleh. Tangan yang selalu melakukan gerak isyarat kasih dan doa; yang tidak pernah malas ataupun menganggur ataupun rusak. Sekarang, aku akan menggenggamnya di antara kedua tangan-Ku guna menjadikannya bahkan terlebih suci. Angkatlah tanganmu melawan setan dan dia tidak akan sanggup bertahan. Dan ambillah ikat pinggang-Ku ini. Jangan pernah berpisah darinya. Dan setiap kali kau melihat Maria, katakan pada dirimu sendiri: 'Kuasa Yesus lebih kuat dari ikat pinggang Yesus ini dan dengan itu semuanya dapat diatasi: setan-setan dan monster-monster juga. Aku tidak boleh takut.' Apa kau senang sekarang? Damai-Ku sertamu. Pergilah dalam damai."

Marta menyembah-Nya dan pergi keluar. Yesus tersenyum ketika Ia melihatnya menaiki kereta, yang telah dipanggil Marcella ke gerbang, dan berangkat menuju Magdala.      
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama