227. MARJIAM DIPERCAYAKAN KEPADA PORPHIREA.   


24 Juli 1945

Yesus berada di Danau Galilea bersama para murid-Nya. Semua murid bersama-Nya, termasuk Yudas, yang telah cukup pulih dan yang wajahnya telah menjadi lebih lembut sesudah sakitnya dan perhatian yang diterimanya. Ada juga Marjiam, yang agak ketakutan sebab ini adalah pertama kalinya dia pergi ke danau. Dia tidak ingin ketakutannya diketahui, tetapi setiap kali perahu melaju lebih kencang, dengan satu tangan dia berpegangan erat pada leher si domba, yang berbagi ketakutan dengannya dengan embik mengiba, dan dengan tangan lainnya dia meraih apapun yang dapat diraih, tiang perahu, bangku, dayung, kaki Petrus, atau kaki Andreas, atau kaki-kaki para pelayan yang bergerak maju mundur melakukan manuver perahu, dan dia menutup kedua matanya, takut kalau-kalau saat terakhirnya telah tiba.

Seraya mencubit pipi si bocah, Petrus sesekali berkata padanya: "Kau tidak takut, eh? Seorang murid tidak pernah boleh takut…" Si bocah menggelengkan kepalanya menyangkal, namun ketika angin maupun danau semakin bergolak sementara mereka mendekati muara sungai, di mana air Yordan mengalir masuk ke dalam danau, dia menutup kedua matanya dengan terlebih rapat dan terlebih sering dan akhirnya - ketika perahu miring ke satu sisi, kala satu sisinya dihempas gelombang - dia memekikkan jerit ngeri.

Sebagian dari para rasul tertawa dan sebagian menggoda Petrus dengan mengatakan bahwa dia sudah menjadi ayah dari seorang nelayan yang buruk, dan sebagian menggoda Marjiam yang selalu mengatakan bahwa dia ingin pergi mengarungi lautan dan menjelajahi negeri untuk mewartakan Yesus, dan tapi takut berlayar beberapa jengkal saja di danau. Tetapi Marjiam membela diri dengan mengatakan: "Setiap orang takut akan apa yang tidak diketahuinya. Aku takut air, Yudas takut mati…"

Dengan demikian aku tahu bahwa Yudas pastilah takut mati dan aku heran bahwa dia tidak bereaksi terhadap perkataan si bocah. Sebaliknya, dia mengatakan: "Kau benar. Setiap orang takut akan apa yang tidak diketahuinya. Tetapi kita akan segera tiba di Betsaida, yang sudah dekat jaraknya. Dan kau yakin bahwa kau akan mendapatkan kasih di sana. Aku juga ingin berada dekat dari Rumah Bapa dan yakin akan mendapatkan kasih di sana!" Dia mengatakannya dengan ekspresi letih sedih.

"Tidakkah kau percaya pada Allah?" tanya Andreas yang jelas heran.

"Bukan, aku tidak percaya pada diriku sendiri. Selama hari-hari sakitku, ktika aku dikelilingi oleh begitu banyak perempuan baik yang tulus, aku merasa begitu tertinggal secara rohani! Betapa banyak aku bermeditasi! Aku akan berkata pada diriku sendiri: 'Jika mereka masih bekerja demi menyempurnakan diri mereka dan mendapatkan Surga, apakah yang harus aku lakukan?' Sebab mereka merasa bahwa mereka masih orang-orang bedosa, sementara aku berpikir bahwa mereka sudah orang-orang kudus. Dan bagaimana denganku?... Akankah aku pernah berhasil, Guru?"  

"Dengan kehendak baik, orang dapat melakukan segalanya."

"Tetapi kehendakku sangat tidak dapat dipercaya."

"Pertolongan Allah akan menyempurnakan apa yang kurang. Kerendahan hatimu yang sekarang merupakan buah dari sakitmu. Dengan demikian kau dapat lihat bahwa Allah, melalui suatu peristiwa yang menyakitkan, telah memberikan kepadamu sesuatu yang tidak kau miliki sebelumnya."    

"Itu benar, Guru. Tetapi perempuan-perempuan itu! Betapa mereka adalah murid-murid yang sempurna! Aku tidak membicarakan BundaMu. Kita semua tahu mengenai-Nya. Yang aku maksudkan adalah yang lain-lainnya. Oh! Mereka sungguh telah melampaui kita! Aku adalah seorang dari ujian-ujian pertama mereka bagi pelayanan mereka mendatang. Tetapi, percayalah padaku, Guru, Engkau dapat mempercayakan sepenuhnya pada mereka. Eliza dan aku dirawat oleh mereka, dan dia sudah kembali ke Bet-Zur dengan jiwa dan mentalitas yang sama sekali berubah dan aku… aku berharap untuk berubah juga, sekarang sesudah mereka berkarya atasku…" Yudas, yang secara jasmani masih belum terlalu kuat, mulai menangis. Yesus, Yang duduk di sebelahnya, menumpangkan tangan-Nya ke atas kepalanya, seraya mengangguk pada yang lain-lainnya agar diam. Petrus dan Andreas sedang sibuk melakukan manuver-manuver terakhir pendaratan dan tidak berbicara; Zelot, Matius, Filipus dan Marjiam jelas tidak antusias untuk berbicara, entah karena mereka antusias menunggu untuk mendarat, atau karena mereka cukup bijaksana untuk tidak berkomentar.

Perahu mengarungi Yordan dan sebentar kemudian mendarat di atas landasan kerikil. Sementara para pelayan turun ke darat untuk mengikatkan perahu, menjangkarkannya pada sebuah batu besar dengan seutas tampar, dan menempatkan sebilah papan sebagai suatu dermaga-pendaratan, dan Petrus serta Andreas mengenakan jubah panjang mereka, perahu yang lainnya melakukan manuver yang sama dan para rasul yang lain turun ke darat. Juga Yesus dan Yudas turun ke pantai sementara Petrus memakaikan sehelai jubah kecil pada di bocah dan merapikannya guna menghadirkannya dalam keadaan yang pantas kepada istrinya. Mereka semua sekarang sudah mendarat, termasuk domba-domba.

"Dan sekarang marilah kita pergi," kata Petrus. Dia sungguh bersemangat. Dia menggandeng si bocah. Juga Marjiam amat tergerak hatinya, dan sesungguhnya dia melupakan domba-dombanya dan Yohanes yang mengurusnya. Sekonyong-konyong, dikuasai ketakutan, Marjiam bertanya: "Tapi, apakah dia menghendakiku? Dan akankah dia sungguh mengasihiku?"               

Petrus meyakinkannya, tapi mungkin dia terpengaruh juga oleh ketakutan yang sama dan dia berkata pada Yesus: "Guru, maukah Engkau mengatakannya pada Porphirea? Aku pikir aku tidak akan dapat menjelaskan situasinya dengan tepat kepadanya."

Yesus tersenyum dan berjanji bahwa Ia akan mengurusnya.

Mereka segera tiba di rumah dengan menyusuri tepian sungai. Melalui pintu yang terbuka mereka dapat mendengar Porphirea sedang melakukan pekerjaan rumahnya.

"Damai sertamu!" kata Yesus seraya melongok melalui pintu dapur di mana perempuan itu sedang merapikan alat-alat dapurnya.

"Guru! Simon!" Perempuan itu berlari dan prostratio di depan kaki Yesus dan lalu di depan kaki Petrus. Dia lalu bangkit berdiri, dan sementara wajahnya, yang, jika tidak cantik, pastilah sangat ramah, memerah, dia berkata: "Aku telah sangat merindukanmu! Apakah kamu semua baik-baik saja? Masuklah! Kamu pasti lelah…"

"Tidak. Kami datang dari Nazaret, di mana kami tinggal selama beberapa hari dan kami singgah juga di Kana. Perahu-perahunya di Tiberias. Kau dapat lihat bahwa kami tidak lelah. Ada seorang anak bersama kami dan Yudas anak Simon agak lemah sesudah sakit."

"Seorang anak? Murid yang sebegitu muda?"

"Seorang anak yatim piatu yang kami pungut dalam perjalanan kami."

"Oh! sayang! Kemarilah, sayangku, biar aku menciummu!"

Si bocah, yang malu-malu setengah tersembunyi di belakang Yesus, membiarkan si perempuan, yang sudah berlutut agar sama tinggi dengannya, memeluk dan menciumnya, dan dia tidak memperlihatkan keengganan.

"Apakah Engkau akan membawanya bersamamu semua sepanjang waktu, sementara dia masih begitu muda? Dia akan menjadi lelah…" Perempuan itu begitu menaruh iba. Dia mendekap si bocah dan menempelkan pipinya pada pipi si bocah.

"Sesungguhnya Aku sedang memikirkan sesuatu yang lain. Aku berencana untuk mempercayakannya pada salah seorang dari para murid perempuan, apabila kami pergi dari Galilea, dari wilayah danau…"

"Dan tidak padaku, Tuhan-ku? Aku tidak pernah punya anak-anakku sendiri. Tetapi aku punya banyak keponakan dan aku tahu bagaimana menghadapi anak-anak. Aku adalah murid yang tidak pandai bicara, yang tidak sebegitu prima kesehatannya sehingga dapat mengikuti Engkau, seperti yang dilakukan para murid perempuan lainnya… oh! Engkau tahu! Aku mungkin juga pengecut, jika Engkau pikir demikian. Tetapi Engkau tahu bagaimana aku terikat. Apakah aku katakan 'terikat'? Aku terikat dengan dua tali yang masing-masing menarikku ke arah yang berlawanan dan aku tidak memiliki keberanian untuk memutuskan entah tali yang satu atau yang lainnya… Ijinkan aku memberikan sedikit pelayanan kecil untuk-Mu, dengan menjadi ibu dari murid bocah ini. Aku akan mengajarinya seperti yang lain-lainnya mengajar banyak orang lainnya… Untuk mengasihi Engkau…"

Yesus menumpangkan tangan-Nya ke atas kepalanya dan dengan tersenyum berkata: "Anak ini dibawa kemari sebab Aku tahu dia akan mendapatkan seorang ibu dan seorang ayah di sini. Ini! Marilah kita menjadikannya keluarga." Dan Yesus menempatkan tangan Marjiam ke dalam tangan Petrus, yang kedua matanya berkilau dengan air mata, dan ke dalam tangan Porphirea. "Dan besarkan anak tak berdosa ini dengan suatu cara yang kudus."

Petrus, tentu saja, sudah tahu, dan dia hanya mengusap airmata dengan punggung tangannya. Tetapi istrinya, yang tidak berharap sebegitu banyak, tinggal dalam ketakjuban bisu selama beberapa saat. Dia lalu berlutut kembali seraya berkata: "Oh! Tuhan-ku. Engkau mengambil suamiku dan meninggalkanku nyaris bagai seorang janda. Sekarang Engkau memberiku seorang putra. Engkau mengembalikan semua mawar-mawar pada hidupku, bukan hanya yang telah Engkau ambil, melainkan juga yang tidak pernah aku miliki. Semoga Engkau diberkati! Anak ini akan menjadi lebih terkasih bagiku daripada andai dia adalah buah dari rahimku sendiri. Sebab dia datang kepadaku dari Engkau." Dan dia mencium jubah Yesus dan mencium si bocah dan membawanya ke pangkuannya… Dia bahagia…

"Marilah kita meninggalkannya dalam gelora cintanya," kata Yesus. Kau boleh tinggal juga, Simon. Kami akan pergi ke kota untuk berkhotbah. Kami akan kembali lambat sore ini dan meminta darimu makanan dan tempat untuk beristirahat."

Dan Yesus keluar bersama para murid-Nya, meninggalkan ketiganya dalam damai…

Yohanes berkata: "Tuhan-ku, Simon berbahagia hari ini!"

"Apa kau juga ingin seorang anak?"

"Tidak. Aku ingin sepasang sayap untuk terbang tinggi ke gerbang-gerbang Surga dan belajar bahasa Terang, guna mengulanginya bagi manusia," dan dia tersenyum.

Mereka menempatkan domba-domba di ujung kebun buah-buahan, dekat sebuah kamar besar di mana jaring-jaring disimpan. Mereka memberinya dedaunan, rerumputan dan air juga, dan lalu mereka pergi menuju pusat kota.                    
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama