Katekese tentang Tujuh Karunia Roh Kudus
![]() oleh Paus Fransiskus
![]() ![]() ![]() Hari ini kita memulai serangkaian katekese tentang karunia Roh Kudus. Kamu tahu bahwa Roh Kudus merupakan jiwa, darah kehidupan dari Gereja dan dari setiap individu Kristen: Roh Kudus adalah Kasih Allah yang menjadikan hati kita tempat tinggal-Nya dan masuk ke dalam persekutuan [communio] dengan kita. Roh Kudus selalu beserta kita, dia selalu ada dalam kita, dalam hati kita.
Roh Kudus sendiri adalah "karunia Allah" par excellence (bdk. Yoh 4:10), Dia adalah karunia Allah, dan pada gilirannya mengkomunikasikan berbagai karunia rohani kepada mereka yang menerima-Nya. Gereja mengidentifikasi tujuh, angka yang secara simbolis berbicara tentang kepenuhan, kelengkapan; itu adalah hal-hal yang kita pelajari ketika kita mempersiapkan Sakramen Penguatan dan yang kita serukan dalam doa kuno yang disebut "Sekuensia Roh Kudus". Karunia Roh Kudus adalah:
Roh Hikmat/Kebijaksanaan,
Roh Pengertian,
Roh Nasihat,
Roh Keperkasaan,
Roh Pengetahuan akan Allah,
Roh Kesalehan, dan
Roh Takut akan Allah.
1. Karunia pertama dari Roh Kudus dari daftar ini adalah HIKMAT atau kebijaksanaan. Namun itu bukan sekedar kebijaksanaan manusia, yang merupakan buah dari pengetahuan dan pengalaman. Dalam Kitab Suci dikisahkan bahwa Salomo, pada saat penobatannya sebagai Raja Israel, telah meminta karunia hikmat (bdk. 1 Raja-raja 3:9). Dan hikmat tepatnya adalah ini: anugerah untuk mampu melihat segala sesuatu dengan mata Allah. Sederhananya begini: melihat dunia, melihat situasi, keadaan, masalah, semuanya melalui mata Allah. Inilah hikmat. Terkadang kita melihat hal-hal sesuai keinginan kita atau sesuai kondisi hati kita, dengan kasih atau dengan benci, dengan iri hati.... Tidak, ini bukan perspektif Allah. Hikmat adalah apa yang Roh Kudus kerjakan di dalam kita sehingga memampukan kita untuk melihat hal-hal dengan mata Allah. Inilah karunia hikmat.
2. Dan jelas ini berasal dari keakraban dengan Allah, dari hubungan erat mesra kita dengan Allah, dari hubungan anak-anak dengan Bapanya. Dan ketika kita memiliki hubungan ini, Roh Kudus menganugerahi kita karunia hikmat. Ketika kita dalam persekutuan dengan Tuhan, Roh Kudus mengubah hati kita dan memampukannya untuk merasakan semua kehangatan dan kecenderungan-Nya.
3. Roh Kudus dengan demikian menjadikan seorang Kristen "bijaksana". Bukan dalam arti bahwa dia memiliki jawaban atas segalanya, bahwa dia tahu segalanya, tetapi dalam arti bahwa dia "tahu" tentang Allah, dia tahu bagaimana Allah bertindak, dia tahu bilamana sesuatu berasal dari Allah dan bilamana itu bukan dari Allah; dia memiliki hikmat yang Allah tempatkan dalam hati kita.
Hati orang yang berhikmat dalam pengertian ini adalah memiliki cita rasa Allah. Dan betapa pentingnya keberadaan orang-orang Kristen seperti ini di komunitas kita! Segala sesuatu dalam dirinya berbicara tentang Allah dan menjadi tanda yang indah dan hidup dari kehadiran dan kasih-Nya. Dan ini adalah sesuatu yang tidak dapat kita temukan, yang tidak dapat kita peroleh sendiri: ini adalah karunia yang Allah anugerahkan kepada mereka yang memberikan diri tunduk pada Roh Kudus. Kita memiliki Roh Kudus dalam diri kita, dalam hati kita; kita bisa mendengarkan Dia, kita bisa mendengarkan Dia. Jika kita mendengarkan Roh Kudus, Dia mengajari kita jalan hikmat ini, Dia menganugerahi kita hikmat, yang adalah melihat dengan mata Allah, mendengar dengan telinga Allah, mengasihi dengan hati Allah, mengarahkan segala sesuatu dengan penilaian Allah. Inilah hikmat yang dianugerahkan Roh Kudus kepada kita, dan kita semua bisa mendapatkannyanya. Kita hanya perlu memohonnya dari Roh Kudus.
Dan, dengan hikmat ini, mari kita maju, mari kita membangun keluarga kita, mari kita membangun Gereja, dan kita semua akan dikuduskan. Hari ini marilah kita mohon karunia hikmat ini. Dan marilah kita mohon kepada Bunda Maria, yang adalah Tahta Kebijaksanaan, anugerah ini: semoga dia memberi kita rahmat ini.
Sesudah merenungkan hikmat sebagai yang pertama dari ketujuh karunia Roh Kudus, hari ini saya ingin berfokus pada karunia kedua, yaitu pengertian. Di sini kita tidak membicarakan pengertian manusiawi, dengan kehebatan intelektual yang mungkin kurang lebih kita miliki. Sebaliknya, kita membicarakan pengertian yang adalah rahmat yang hanya dapat ditanamkan oleh Roh Kudus dan yang membangkitkan dalam diri seorang Kristen kemampuan untuk memahami dengan keluar melampaui tampilan lahiriah dari realitas dan untuk menyelidiki kedalaman pikiran Allah dan rencana keselamatan-Nya.
Rasul Paulus, berbicara kepada komunitas di Korintus, dengan tepat menggambarkan efek dari karunia ini - yakni, karya karunia pengertian dalam diri kita - dan Paulus mengatakan ini: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia… Allah telah menyatakannya oleh Roh" (1 Kor 2:9-10). Ini tentu saja tidak berarti bahwa seorang Kristen bisa memahami segala sesuatu dan memiliki pengetahuan penuh tentang rancangan Allah: semua ini menanti untuk disingkapkan dengan segala kejelasannya begitu kita berdiri di hadapan Allah dan benar-benar menyatu dengan Dia. Namun, seperti yang tersirat dari kata itu sendiri, pengertian memungkinkan kita untuk "intus legere", atau "membaca dengan batin": karunia ini memampukan kita untuk memahami hal-hal sebagaimana Allah memahaminya, dengan pikiran Allah. Orang bisa memahami situasi dengan pemahaman manusiawi, dengan kebijaksanaan, dan ini baik. Namun untuk memahami situasi secara mendalam, sebagaimana Allah memahaminya, adalah efek dari karunia ini. Dan Yesus berkehendak mengutus Roh Kudus kepada kita agar kita bisa memiliki karunia ini, sehingga kita semua bisa memahami hal-hal sebagaimana Allah memahaminya, dengan pikiran Allah. Betapa sungguh indah karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Ini adalah karunia dengan mana Roh Kudus membawa kita ke dalam keakraban mesra dengan Allah dan membuat kita ikut serta dalam rencana kasih yang Dia miliki bagi kita.
Jadi, jelaslah bahwa karunia pengertian berhubungan erat dengan iman. Ketika Roh Kudus tinggal dalam hati kita dan menerangi pikiran kita, Dia membuat kita bertumbuh dari hari ke hari dalam pemahaman tentang apa yang telah Tuhan katakan dan lakukan. Yesus sendiri mengatakan kepada murid-muridnya: Aku akan mengutus Roh Kudus kepadamu dan Dia akan memampukanmu untuk memahami semua yang telah Aku ajarkan kepadamu. Untuk memahami ajaran Yesus, untuk memahami Sabda-Nya, untuk memahami Injil, untuk memahami Sabda Allah. Orang bisa membaca Injil dan memahami sesuatu, tetapi jika kita membaca Injil dengan karunia Roh Kudus ini, kita bisa memahami kedalaman sabda Allah. Dan ini adalah karunia yang luar biasa, karunia luar biasa yang kita semua harus memohonnya dan memohonnya bersama-sama: Tuhan, berilah kami karunia pengertian.
Ada sebuah perikop dalam Injil Lukas yang dengan tepat mengungkapkan kedalaman dan kuasa dari karunia ini. Setelah menyaksikan wafat Yesus di Salib dan pemakaman-Nya, dua orang murid-Nya, yang kecewa dan diliputi duka, meninggalkan Yerusalem dan kembali ke desa mereka yang bernama Emaus. Sementara mereka dalam perjalanan, Yesus yang bangkit menghampiri mereka dan mulai berbicara dengan mereka, tetapi mata mereka, yang tertutup oleh kesedihan dan keputusasaan, tidak bisa mengenali-Nya. Yesus berjalan bersama mereka, tetapi mereka begitu sedih, dalam keputusasaan yang begitu dalam, sehingga mereka tidak mengenali-Nya. Akan tetapi, ketika Tuhan menjelaskan Kitab Suci kepada mereka supaya mereka dapat mengerti bahwa Ia harus menderita dan wafat untuk kemudian bangkit kembali, pikiran mereka terbuka dan harapan menyala kembali dalam hati mereka (bdk. Luk 24:13-27 ). Dan inilah apa yang Roh Kudus lakukan dengan kita: Dia membuka pikiran kita, Dia membuka kita untuk mengerti dengan lebih baik, untuk memahami dengan lebih baik hal-hal tentang Allah, hal-hal manusia, situasi, segala hal. Karunia pengertian sangatlah penting bagi kehidupan Kristiani kita. Marilah kita memohon karunia pengertian kepada Tuhan, supaya Dia menganugerahkannya kepada kita, supaya Dia menganugerahi kita semua karunia pengertian ini untuk memahami hal-hal yang terjadi sebagaimana Dia memahaminya, dan untuk memahami, di atas segalanya, Sabda Allah dalam Injil.
![]() Kita mendengar dalam Bacaan, ayat dari Kitab Mazmur: "TUHAN yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku" (Mzm 16:7). Ini adalah karunia lain dari Roh Kudus: karunia nasihat. Kita tahu betapa pentingnya di saat-saat paling sulit untuk bisa mengandalkan nasihat dari orang-orang bijak dan orang-orang yang mengasihi kita. Sekarang, melalui karunia nasihat, Tuhan sendiri, melalui roh-Nya, yang menerangi hati kita sehingga membuat kita mengerti cara yang benar untuk berbicara dan berperilaku dan jalan yang harus diikuti. Tetapi bagaimana karunia ini berkarya dalam diri kita?
1. Ketika kita menerima dan menyambut-Nya dalam hati kita, Roh Kudus segera mulai membuat kita peka terhadap suara-Nya dan Dia membimbing pikiran kita, perasaan kita, dan niat kita sesuai dengan hati Allah. Pada saat yang sama, Dia semakin menghantar kita untuk mengalihkan pandangan batin kita kepada Yesus, sebagai teladan cara kita bertindak dan berhubungan dengan Allah Bapa dan dengan sesama saudara kita. Jadi, nasihat adalah karunia yang melaluinya Roh Kudus memampukan hati nurani kita membuat pilihan konkret dalam persekutuan dengan Allah, seturut logika Yesus dan Injil-Nya. Dengan cara ini, Roh membuat kita bertumbuh secara batiniah, Dia membuat kita bertumbuh secara positif, Dia membuat kita bertumbuh dalam komunitas dan Dia membantu kita untuk tidak menjadi mangsa keegoisan dan cara pandang kita sendiri. Dengan demikian Roh Kudus membantu kita untuk bertumbuh dan juga hidup dalam komunitas. Syarat esensial untuk bertekun dalam karunia ini adalah doa. Kita selalu kembali ke tema yang sama: doa! Doa itu sangat penting. Berdoa dengan doa yang kita semua pelajari semasa anak-anak, tetapi juga berdoa dengan kata-kata kita sendiri. Kita mohon kepada Tuhan: "Tuhan, tolonglah aku, berilah aku nasihat, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Dan melalui doa kita memberi ruang supaya Roh Kudus dapat datang dan menolong kita pada saat itu, agar Dia dapat menasihati kita tentang apa yang kita semua harus lakukan. Doa! Jangan pernah melupakan doa. Jangan pernah! Tak seorang pun, tak seorang pun tahu saat kita berdoa di dalam bus, di jalan: kita berdoa dalam keheningan hati kita. Marilah kita memanfaatkan saat-saat ini untuk berdoa, berdoa agar Roh Kudus memberi kita karunia nasihat.
2. Dalam keakraban yang mesra dengan Allah dan dengan mendengarkan Sabda-Nya, sedikit demi sedikit kita mengesampingkan cara berpikir kita sendiri, yang paling sering diperintah oleh kesempitan cara pandang kita, oleh prasangka kita dan oleh ambisi kita, dan sebaliknya kita belajar untuk bertanya kepada Tuhan: Apakah yang Kau inginkan? Apakah kehendak-Mu? Apakah yang menyenangkan-Mu? Dengan cara ini keselarasan yang mendalam dan nyaris alamiah dalam Roh Kudus bertumbuh dan berkembang dalam diri kita dan kita mengalami betapa benarnya sabda Yesus yang dicatat dalam Injil Matius: "Janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapa-mu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu" (10:19-20). Roh-lah yang menasihati kita, tetapi kita harus memberi ruang bagi Roh Kudus, supaya Dia dapat menasihati kita. Dan memberi ruang berarti berdoa, berdoa supaya Dia selalu datang dan menolong kita.
3. Seperti semua karunia Roh Kudus lainnya, Karunia Nasihat juga merupakan harta pusaka bagi seluruh komunitas Kristiani. Tuhan tidak hanya berbicara kepada kita dalam keintiman hati; ya, Dia berbicara kepada kita, tetapi tidak hanya di sana; Dia juga berbicara kepada kita melalui suara dan kesaksian sesama saudara. Sungguh karunia yang luar biasa untuk bisa bertemu dengan laki-laki dan perempuan beriman yang, khususnya di tahap-tahap paling sulit dan paling penting dalam kehidupan kita, membantu kita untuk membawa terang ke dalam hati kita dan untuk mengenali kehendak Tuhan!
Saya ingat suatu ketika di tempat ziarah Luján saya berada di ruang pengakuan dosa, di mana ada antrian panjang. Ada seorang pemuda yang sangat modern, dengan anting-anting, tato, semua hal ini.... dan dia datang untuk mengatakan kepada saya apa yang terjadi padanya. Itu adalah masalah yang besar dan sulit. Dan dia berkata kepada saya: "Saya mengatakan kepada ibu saya semua ini dan ibu saya berkata: Pergilah kepada Bunda Maria dan dia akan memberitahumu apa yang harus kamu lakukan." Inilah perempuan yang memiliki karunia nasihat. Dia tidak tahu bagaimana membantu putranya keluar dari masalah, tetapi dia menunjukkan jalan yang benar: pergilah kepada Bunda Maria dan dia akan memberitahumu. Ini adalah karunia nasihat. Perempuan yang rendah hati dan sederhana itu, memberikan nasihat yang paling benar kepada putranya. Nyatanya, pemuda ini berkata kepada saya: "Saya menatap Bunda Maria dan saya merasa bahwa saya harus melakukan ini, ini dan ini…" Saya tidak perlu berbicara, ibunya dan pemuda itu sendiri sudah mengatakan semuanya. Ini adalah karunia nasihat. Kamu, para ibu, yang memiliki karunia ini, mohonlah karunia ini untuk anak-anakmu, karunia memberikan nasihat yang baik kepada anak-anakmu adalah karunia Allah.
Saudara-saudara terkasih, Mazmur 16, yang sudah kita dengar, mengundang kita untuk berdoa dengan kata-kata ini: "Aku membekati TUHAN yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah" (7-8). Semoga Roh Kudus selalu mencurahkan kepastian ini ke dalam hati kita dan memenuhi kita dengan penghiburan damai sejahtera-Nya! Mohonlah selalu karunia nasihat.
Sekarang, marilah kita merenungkan apa yang Tuhan lakukan: Dia selalu datang untuk menopang kita dalam kelemahan kita dan Dia melakukan ini dengan suatu karunia khusus: Karunia Keperkasaan.
1. Ada sebuah perumpamaan yang diceritakan Yesus yang membantu kita memahami pentingnya karunia ini. Seorang penabur keluar untuk menabur; tetapi, tidak semua benih yang ditaburkannya menghasilkan buah. Yang jatuh di sepanjang jalan dimakan burung; yang jatuh di tanah berbatu atau di antara semak duri bertunas tetapi segera hangus oleh terik matahari atau terhimpit semak duri. Hanya yang jatuh di tanah yang baik dapat bertumbuh dan menghasilkan buah (bdk. Mrk 4:3-9; Mat 13:3-9; Luk 8:4-8). Seperti yang Yesus sendiri jelaskan kepada para murid-Nya, penabur ini mewakili Bapa, yang menaburkan benih Sabda-Nya dengan berlimpah. Akan tetapi, benih kerap kali bertemu dengan kegersangan hati kita dan bahkan ketika kita menerimanya, kemungkinan benih akan tetap mandul. Namun, melalui karunia keperkasaan, Roh Kudus membebaskan tanah hati kita, membebaskannya dari kelembaman, dari ketidakpastian dan dari semua ketakutan yang bisa menghalanginya, sehingga Sabda Tuhan dapat diamalkan secara otentik dan dengan sukacita. Karunia keperkasaan adalah pertolongan sejati, yang memberi kita kekuatan, dan juga membebaskan kita dari begitu banyak rintangan.
2. Ada juga saat-saat sulit dan situasi ekstrem di mana karunia keperkasaan memanifestasikan dirinya dengan cara yang luar biasa, yang patut diteladani. Inilah yang terjadi pada mereka yang menghadapi situasi yang sangat keras dan menyakitkan yang mengacaukan kehidupan mereka dan kehidupan orang-orang yang mereka kasihi. Gereja berkilau cemerlang dengan kesaksian dari begitu banyak saudara dan saudari yang tidak ragu memberikan nyawa mereka demi tetap setia kepada Tuhan dan Injil-Nya. Bahkan sekarang ini tidak sedikit orang Kristen di banyak belahan dunia yang terus merayakan dan memberikan kesaksian tentang iman mereka dengan keyakinan dan kekhidmatan yang mendalam, dan tetap bertekun bahkan ketika mereka tahu bahwa ini mungkin membuat mereka membayar dengan harga yang mahal. Kita juga, kita semua, mengenal orang-orang yang pernah mengalami situasi sulit dan penderitaan hebat. Mari kita memikirkan mereka, laki-laki dan perempuan, yang mengalami kesulitan hidup, yang berjuang demi menafkahi keluarganya, demi menyekolahkan anak-anaknya: mereka melakukan semua ini karena semangat keperkasaan yang menopang mereka. Betapa banyak laki-laki dan perempuan - kita tidak tahu nama mereka - yang menghormati umat kita, yang menghormati Gereja kita, karena mereka kuat: kuat dalam terus menanggung hidup mereka, keluarga mereka, pekerjaan mereka, iman mereka. Saudara dan saudari kita ini adalah orang-orang kudus kita, orang-orang kudus dari kehidupan sehari-hari, orang-orang kudus yang tersembunyi di antara kita: karunia keperkasaanlah yang memampukan mereka untuk menjalankan peran mereka sebagai individu, ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, warga negara. Ada banyak dari mereka! Marilah kita bersyukur kepada Tuhan untuk orang-orang Kristen ini yang hidup dalam kekudusan tersembunyi: Roh Kudus ada dalam diri mereka yang menopang mereka untuk terus maju! Dan sungguh baik jika kita memikirkan orang-orang ini: jika mereka melakukan semua ini, jika mereka mampu melakukannya, mengapa aku tidak? Dan sungguh baik juga kita memohon kepada Tuhan untuk memberikan kepada kita karunia keperkasaan.
3. Janganlah kita berpikir bahwa karunia keperkasaan ini hanya diperlukan pada kesempatan atau situasi tertentu. Karunia ini harus menjadi tujuan hidup Kristiani kita, dalam rutinitas biasa sehari-hari. Seperti yang saya katakan, kita harus kuat setiap hari dalam hidup kita, untuk melanjutkan hidup kita, keluarga kita, iman kita. Rasul Paulus mengatakan sesuatu yang bermanfaat untuk kita dengar: "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp 4:13). Ketika kita menghadapi kehidupan sehari-hari, ketika kesulitan muncul, marilah kita ingat ini: "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Tuhan selalu menguatkan kita, Dia tidak pernah membiarkan kita kekurangan kekuatan. Tuhan tidak mencobai kita di luar kemampuan kita. Dia selalu beserta kita. "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."
Saudara saudari terkasih, terkadang kita mungkin tergoda untuk menyerah pada kemalasan, atau lebih buruk lagi, pada keputusasaan, terutama saat menghadapi kesulitan dan pencobaan hidup. Dalam perkara-perkara ini, janganlah kita berkecil hati, marilah kita berseru memohon pertolongan Roh Kudus agar melalui karunia keperkasaan Dia dapat mengangkat hati kita dan memberikan kekuatan dan semangat baru dalam hidup kita dan dalam mengikuti Yesus.
![]() Sekarang, saya ingin menyoroti karunia lain dari Roh Kudus: karunia pengetahuan. Ketika kita berbicara tentang pengetahuan, kita langsung berpikir tentang kemampuan manusia untuk belajar lebih banyak tentang realitas yang mengelilinginya dan untuk menemukan hukum-hukum yang mengatur alam dan semesta. Akan tetapi, pengetahuan yang berasal dari Roh Kudus tidak terbatas pada pengetahuan manusiawi; ini adalah karunia yang istimewa, yang membimbing kita untuk memahami, melalui ciptaan, keagungan dan kasih Allah dan hubungan Allah yang mendalam dengan setiap makhluk.
1. Ketika mata kita diterangi oleh Roh Kudus, mata kita terbuka untuk merenungkan Allah, dalam keindahan alam dan dalam kemegahan jagat raya, dan itu menuntun kita untuk menemukan bagaimana segala sesuatu berbicara kepada kita tentang Allah dan kasih-Nya. Semua ini membangkitkan dalam diri kita ketakjuban yang luar biasa dan rasa syukur yang mendalam! Adalah sensasi yang kita alami ketika kita mengagumi suatu karya seni atau suatu kehebatan apa pun yang berasal dari kejeniusan dan kreativitas manusia: di hadapan semua ini, Roh membimbing kita untuk memuji Tuhan dari lubuk hati kita yang paling dalam dan untuk mengenali, dalam semua yang kita miliki dan kita sebagaimana adanya kita, anugerah Allah yang tak ternilai dan tanda kasih-Nya yang tak terbatas bagi kita.
2. Dalam bab pertama Kitab Kejadian, tepat di awal Kitab Suci, apa yang ditekankan adalah bahwa Allah bersuka dengan ciptaan-Nya, berulang kali ditekankan keindahan dan kebaikan dari segala sesuatunya. Tertulis bahwa di penghujung setiap hari, "Allah melihat bahwa semuanya itu baik" (1:12, 18, 21, 25): jika Allah melihat ciptaan sebagai baik, sebagai hal yang indah, maka kita juga patut mengambil sikap ini dan melihat bahwa ciptaan itu adalah hal yang baik dan indah. Inilah karunia pengetahuan yang memungkinkan kita melihat keindahan ini, oleh karena itu kita memuji Allah, bersyukur kepada-Nya karena telah menganugerahi kita begitu banyak keindahan. Dan ketika Allah selesai menciptakan manusia, Dia tidak bersabda "Dia melihat bahwa ini baik", tetapi bersabda bahwa ini "sungguh amat baik" (ay.31). Di mata Allah kita adalah hal yang terindah, terbesar, terbaik dari ciptaan: bahkan para malaikat ada di bawah kita, kita lebih dari para malaikat, seperti yang kita dengar dalam Kitab Mazmur. Tuhan sungguh berkenan atas kita! Kita harus bersyukur kepada-Nya untuk ini. Karunia pengetahuan akan Allah menempatkan kita dalam keharmonisan yang mendalam dengan Sang Pencipta dan memungkinkan kita untuk berpartisipasi dalam kejelasan visi dan penilaian-Nya. Dan dalam perspektif inilah kita sanggup menerima laki-laki dan perempuan sebagai puncak ciptaan, sebagai pemenuhan rencana kasih yang ditanamkan dalam diri masing-masing kita dan yang memungkinkan kita untuk mengenali satu sama lain sebagai saudara dan saudari.
3. Semua ini adalah sumber damai dan tenang dan menjadikan seorang Kristen sebagai saksi sukacita Allah, dengan mengikuti jejak Santo Fransiskus dari Assisi dan begitu banyak orang kudus yang tahu bagaimana memuji dan memuliakan kasih-Nya melalui permenungan akan ciptaan. Namun, pada saat yang sama, karunia pengetahuan membantu kita untuk tidak jatuh ke dalam sikap yang berlebihan atau keliru. Yang pertama terletak pada risiko menganggap diri kita sebagai penguasa ciptaan. Ciptaan bukanlah harta milik yang bisa kita kuasai untuk kesenangan diri kita sendiri; apalagi, milik sebagian orang saja, segelintir orang saja: ciptaan adalah anugerah, adalah anugerah menakjubkan yang Allah berikan kepada kita, supaya kita memeliharanya dan memanfaatkannya untuk kepentingan semua orang, selalu dengan penuh rasa hormat dan syukur. Sikap keliru yang kedua diwakili oleh godaan untuk berhenti pada makhluk, seolah-olah ini bisa memberikan jawaban atas semua harapan kita. Dengan karunia pengetahuan akan Allah, Roh membantu kita agar tidak jatuh ke dalam kekeliruan ini.
Tetapi saya ingin kembali ke jalan keliru yang pertama: tirani, dan bukannya pemelihara ciptaan. Kita harus melindungi ciptaan karena ciptaan adalah anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita, itu adalah hadiah Tuhan bagi kita; kita adalah pelindung ciptaan. Ketika kita mengeksploitasi ciptaan, kita menghancurkan tanda kasih Tuhan itu. Menghancurkan ciptaan berarti mengatakan kepada Tuhan: "Aku tidak peduli". Dan ini tidak baik: ini adalah dosa.
Pemelihara ciptaan tepatnya adalah pemelihara anugerah Allah dan mengatakan kepada Allah: "Aku bersyukur, aku adalah pelindung ciptaan untuk membuatnya berkembang, tidak pernah menghancurkan anugerah-Mu." Ini haruslah menjadi sikap kita terhadap ciptaan: lindungilah, sebab jika kita menghancurkan ciptaan, ciptaan akan menghancurkan kita! Jangan lupa itu. Suatu ketika saya berada di pedesaan dan saya mendengar perkataan dari seorang sederhana yang sangat mencintai bunga-bungaan dan merawatnya. Dia berkata kepada saya: "Kita harus memelihara hal-hal indah yang telah Allah berikan kepada kita! Ciptaan adalah milik kita supaya kita bisa menerima hal-hal baik darinya; tidak mengeksploitasinya, tetapi melindunginya. Allah senantiasa mengampuni, kita manusia kadang-kadang mengampuni, tetapi ciptaan tidak pernah mengampuni dan jika kamu tidak mempedulikannya, ia akan menghancurkanmu."
Ini sepatutnya membuat kita merenung dan sepatutnya membuat kita memohon karunia pengetahuan akan Allah dari Roh Kudus supaya kita memahami dengan lebih baik bahwa ciptaan adalah anugerah yang paling indah dari Allah. Allah telah melakukan banyak hal baik untuk ciptaan yang terbaik: pribadi manusia.
Sekarang, kita akan merenungkan karunia Roh Kudus yang sering kali disalahtafsirkan atau diartikan secara dangkal, tetapi sesungguhnya menyentuh inti kehidupan dan identitas Kristiani kita: yakni karunia kesalehan.
Harus segera diklarifikasi bahwa karunia ini tidak dapat diidentikkan dengan memiliki belas kasihan kepada seseorang, merasa iba kepada sesama; sebaliknya, karunia ini menunjukkan bahwa kita ini milik Allah dan kita memiliki hubungan yang mendalam dengan-Nya, ikatan yang memberi makna pada hidup kita dan memelihara kita tetap sehat, dalam persekutuan dengan-Nya, bahkan di saat-saat yang paling sulit dan menyedihkan.
Hubungan dengan Tuhan ini tidak dimaksudkan sebagai kewajiban atau pemaksaan. Ini adalah ikatan yang berasal dari dalam hati. Ini adalah hubungan yang dijalani dengan hati: ini adalah persahabatan kita dengan Allah, yang dianugerahkan kepada kita oleh Yesus, persahabatan yang mengubah hidup kita dan mengisi kita dengan semangat kasih, dengan sukacita. Dengan demikian, karunia kesalehan membangkitkan dalam diri kita, di atas segalanya, rasa syukur dan pujian. Inilah sebenarnya alasan dan makna paling otentik dari penyembahan dan adorasi kita. Ketika Roh Kudus memperkenankan kita untuk merasakan kehadiran Tuhan dan semua kasih-Nya bagi kita, karunia ini menghangatkan hati dan menggerakkan kita secara alami untuk berdoa dan mengangkat pujian kepada-Nya. Oleh karena itu, kesalehan identik dengan semangat religius sejati, dengan kepercayaan seorang anak kepada Allah Bapa, dan dengan kapasitas itu untuk berdoa kepada-Nya dengan kasih dan kesederhanaan yang dimiliki oleh mereka yang rendah hati.
Jika karunia kesalehan membuat kita bertumbuh dalam hubungan dan persekutuan dengan Allah dan membimbing kita untuk hidup sebagai anak-anak-Nya, pada saat yang sama, karunia ini membantu kita untuk meneruskan kasih ini kepada sesama juga dan mengakui sesama sebagai saudara dan saudari kita. Dan kemudian, ya, kita akan digerakkan oleh perasaan kesalehan - bukan iba! - sehubungan dengan orang-orang di sekitar kita dan orang-orang yang kita jumpai setiap hari. Mengapa saya mengatakan "bukan iba"? Karena sebagian orang beranggapan bahwa menjadi saleh adalah menutup mata, berpose seperti gambar dan berpura-pura menjadi seorang kudus. Di Piedmont kami menyebutnya: main "mugna quacia" [secara harfiah: biarawati yang saleh atau damai tenang]. Ini bukanlah karunia kesalehan. Karunia kesalehan berarti benar-benar mampu bersukacita bersama mereka yang bersukacita, menangis bersama mereka yang menangis, dekat dengan mereka yang kesepian atau dalam kesedihan, mengoreksi mereka yang salah, menghibur mereka yang menderita, menyambut dan membantu mereka yang membutuhkan. Karunia kesalehan terkait erat dengan kelemah-lembutan. Karunia kesalehan yang dianugerahkan oleh Roh Kudus membuat kita lemah lembut, membuat kita tenang, sabar, berdamai dengan Allah, melayani sesama dengan kelemah-lembutan.
Saudara saudari terkasih, dalam Surat kepada Jemaat di Roma Rasul Paulus menyatakan: "Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'" (Rm 8:14-15). Marilah kita memohon kepada Tuhan karunia Roh-Nya untuk menaklukkan ketakutan kita, ketidakpastian kita, dan roh kita yang gelisah dan tidak sabar, dan menjadikan kita saksi-saksi penuh sukacita dari Allah dan kasih-Nya, dengan menyembah Tuhan dalam kebenaran dan dalam pelayanan kepada sesama kita dengan kelemah-lembutan dan dengan senyuman, yang selalu diberikan Roh Kudus kepada kita dalam sukacita. Semoga Roh Kudus menganugerahkan karunia kesalehan ini kepada kita semua.
![]() Karunia takut akan Allah, yang kita bicarakan sekarang ini, mengakhiri rangkaian tujuh karunia Roh Kudus. Ini tidak berarti kita menjadi takut akan Allah: kita tahu benar bahwa Allah adalah Bapa, bahwa Dia mengasihi kita dan menghendaki keselamatan kita, dan Dia selalu mengampuni, selalu; jadi, tidak ada alasan untuk merasa takut kepada-Nya! Takut akan Allah, sebaliknya, adalah karunia Roh Kudus yang melaluinya kita diingatkan akan betapa kecilnya kita di hadapan Allah dan kasih-Nya dan bahwa kebaikan kita terletak pada penyerahan diri yang rendah hati, penuh hormat dan percaya ke dalam tangan-Nya. Inilah takut akan Allah: pasrah dalam kebaikan Bapa kita yang begitu sangat mengasihi kita.
1. Ketika Roh Kudus datang untuk tinggal dalam hati kita, Dia menanamkan penghiburan dan damai dalam hati kita, dan Dia menghantar kita pada kesadaran akan betapa kecilnya kita, dengan sikap itu - yang sangat dianjurkan oleh Yesus dalam Injil - tentang dia yang menempatkan setiap perhatian dan pengharapannya pada Allah dan merasa direngkuh dan ditopang oleh kehangatan dan perlindungan-Nya, seperti seorang kanak-kanak dengan bapanya! Inilah yang dilakukan Roh Kudus dalam hati kita: Dia membuat kita merasa seperti seorang kanak-kanak dalam pelukan bapa kita. Maka dalam pengertian ini, kita memahami dengan benar bagaimana takut akan Tuhan dalam diri kita mengambil bentuk ketaatan, ucapan syukur dan pujian, dengan mengisi hati kita dengan pengharapan. Memang, kita sering gagal memahami rencana Allah, dan kita menyadari bahwa kita tidak mampu memastikan kebahagiaan dan kehidupan kekal bagi diri kita sendiri. Bagaimanapun, justru dalam mengalami keterbatasan-keterbatasan kita dan kemalangan kita, Roh Kudus menghibur kita dan membuat kita memahami bahwa satu-satunya hal yang penting adalah membiarkan diri kita dihantar oleh Yesus ke dalam pelukan Bapa.
2. Inilah sebabnya mengapa kita sangat membutuhkan karunia Roh Kudus ini. Karunia takut akan Tuhan memampukan kita untuk menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari kasih karunia dan bahwa kekuatan sejati kita terletak semata-mata dalam mengikuti Tuhan Yesus dan dalam membiarkan Bapa menganugerahkan kepada kita kebaikan-Nya dan kerahiman-Nya. Untuk membuka hati, agar kebaikan dan kerahiman Allah dapat datang kepada kita. Inilah yang dilakukan Roh Kudus melalui karunia takut akan Tuhan: Dia membuka hati kita. Hati terbuka agar pengampunan, kerahiman, kebaikan dan belaian Bapa dapat datang kepada kita, karena sebagai anak kita dikasihi tanpa batas.
3. Ketika kita dinaungi roh takut akan Tuhan, maka kita dihantar untuk mengikut Tuhan dengan kerendahan hati, kepatuhan dan ketaatan. Namun, ini bukanlah sikap menyerah pada nasib, pasif atau menyesal, melainkan salah satu ketakjuban dan sukacita menjadi seorang kanak-kanak yang tahu bahwa dirinya dilayani dan dikasihi oleh Bapa. Karena itu, karunia takut akan Tuhan tidak menjadikan kita orang Kristen yang pemalu dan pasrah nasib, tetapi membangkitkan keberanian dan kekuatan dalam diri kita! Ini adalah karunia yang menjadikan kita orang Kristen yang percaya teguh, antusias, yang tidak tunduk kepada Tuhan karena rasa takut tetapi karena kita digerakkan dan ditaklukkan oleh kasih-Nya! Ditaklukkan oleh kasih Tuhan! Ini adalah hal yang indah. Membiarkan diri kita ditaklukkan oleh kasih seorang bapa, yang begitu mengasihi kita, mengasihi kita dengan sepenuh hati.
Namun, kita harus berhati-hati, karena karunia Tuhan, karunia takut akan Tuhan juga merupakan "alarm" terhadap kedegilan terhadap dosa. Ketika orang hidup dalam kejahatan, ketika orang menghujat Allah, ketika orang mengeksploitasi sesama, ketika orang bertindak sewenang-wenang, ketika orang hidup hanya untuk uang, untuk kesia-siaan, atau kekuasaan, atau kebanggaan diri, maka rasa takut yang suci akan Allah mengirimkan peringatan kepada kita: waspadalah! Dengan semua kekuasaan ini, dengan semua uang ini, dengan semua kebanggaan dirimu, dengan semua kesia-siaanmu, kamu tidak akan bahagia. Tidak ada seorang pun yang bisa membawa semuanya itu ke dunia selanjutnya: tidak uang, kekuasaan, kesia-siaan atau kebanggaan diri. Tidak ada! Kita hanya bisa membawa kasih yang Allah Bapa berikan kepada kita, pelukan Allah, yang kita terima dan sambut dengan kasih. Dan kita dapat membawa apa yang sudah kita lakukan untuk sesama. Berhati-hatilah untuk tidak menempatkan pengharapanmu pada uang atau kebanggaan diri, kekuasaan atau kesia-siaan, karena semuanya itu tidak bisa menjanjikan suatu pun yang baik kepadamu! Saya memikirkan, sebagai contoh, orang-orang yang memiliki tanggung jawab terhadap orang-orang lain dan membiarkan diri mereka menjadi rusak; apakah menurutmu seorang yang rusak akan bahagia di dunia selanjutnya? Tidak, semua buah dari kerusakannya sudah merusakkan hatinya dan akan sulit baginya untuk pergi kepada Tuhan. Saya memikirkan mereka yang hidup dari perdagangan manusia atau perbudakan; apakah menurutmu orang-orang yang memperdagangkan orang, yang mengeksploitasi orang melalui kerja perbudakan ini memiliki kasih kepada Tuhan dalam hati mereka? Tidak, mereka tidak takut akan Tuhan dan mereka tidak bahagia. Tidak. Saya memikirkan mereka yang membuat senjata untuk mengobarkan perang; pikirkan saja pekerjaan macam apa ini. Saya yakin jika saya bertanya: berapa banyak dari antaramu yang membuat senjata? Tidak seorang pun, tidak seorang pun. Para produsen senjata ini tidak datang untuk mendengarkan Sabda Allah! Orang-orang ini membuat kematian, mereka adalah pedagang kematian dan mereka menjadikan kematian sebagai barang dagangan. Semoga roh takut akan Tuhan membuat mereka mengerti bahwa suatu hari nanti segala sesuatu akan berakhir dan mereka akan harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah.
Saudara saudari terkasih, Mazmur 34 memberitahu kita untuk berdoa seperti ini: "Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka. (ayat 7-8). Marilah kita memohon kepada Tuhan rahmat untuk mempersatukan suara kita dengan suara mereka yang malang, untuk menyambut karunia takut akan Tuhan dan untuk bisa mengenali diri kita sendiri, bersama dengan mereka, sebagai yang dinaungi dalam kerahiman dan kasih Allah, yang adalah Bapa kita, ayah kita. Terjadilah demikian.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
|