352. MUKJIZAT KEDUA PENGGANDAAN ROTI.
28 Mei 1944, Pentakosta, 02:00 dini hari
Penglihatan yang damai tenang. Aku melihat suatu tempat yang bukan dataran ataupun gunung. Ada pegunungan di sebelah timur, tetapi letaknya agak jauh. Kemudian ada sebuah lembah kecil dan dataran kecil yang muncul dari tanah, seperti dataran tinggi yang ditumbuhi rerumputan. Mereka tampaknya adalah lereng-lereng yang lebih rendah, dari sekelompok perbukitan. Tanahnya kering kerontang dan gundul di sini, hanya ada rerumputan tipis pendek yang tersebar di tanah berbatu. Di sana-sini ada sekelompok kecil semak berduri yang sangat rendah. Cakrawala terbentang luas dan cerah ke barat. Aku bisa melihat tidak ada yang lain. Hari masih siang, tetapi akan aku katakan bahwa hari menjelang sore, karena langit barat berwarna merah saat matahari terbenam, sementara pegunungan di timur sudah berwarna ungu saat senjakala baru mulai. Celah-celah yang dalam juga terlihat lebih gelap dalam cahaya yang memudar, sementara bagian-bagian yang lebih tinggi sudah berona ungu.
Yesus berdiri di atas sebuah batu besar berbicara kepada himpunan sangat besar khalayak ramai yang tersebar di dataran tinggi. Murid-murid-Nya ada di sekeliling-Nya. Dari kedudukan-Nya yang tinggi Dia mendominasi kerumunan orang banyak dari segala tingkat usia dan status sosial di sekeliling-Nya.
Ia pasti telah mengerjakan beberapa mukjizat karena Aku mendengar-Nya berkata, "Kamu harus memuji dan bersyukur kepada Dia yang mengutus Aku, bukan kepada-Ku. Dan pujianmu janganlah datang dari bibir acuh tak acuh seperti suara angin mendesau. Pujian sejati timbul dari hatimu dan merupakan perasaan yang sebenarnya dari hatimu. Dan itu menyenangkan Allah. Biarlah mereka yang telah disembuhkan mengasihi Tuhan dengan setia. Dan kerabat dari mereka yang telah disembuhkan harus mengasihi Dia seperti itu juga. Jangan menyalahgunakan anugerah kesehatanmu yang sudah pulih. Lebih takutlah akan penyakit jiwamu daripada penyakit tubuhmu. Dan jangan berbuat dosa. Karena setiap dosa adalah penyakit. Dan sebagian darinya bisa mendatangkan kematian. Jadi, kamu semua yang sekarang bersukacita, janganlah merusakkan berkat Tuhan dengan berbuat dosa. Sukacitamu akan berakhir, karena perbuatan jahat menghalau kedamaian, dan di mana tidak ada kedamaian, tidak ada sukacita. Tetapi jadilah kudus dan sempurna, seperti yang Bapa inginkan, karena Dia mengasihimu dan Dia ingin menganugerahkan Kerajaan kepada orang-orang yang Diaa kasihi. Tetapi hanya mereka yang sempurna melalui kesetiaan mereka kepada Hukum yang akan masuk ke dalam Kerajaan-Nya yang kudus. Kiranya damai Tuhan sertamu."
Dan Yesus tenggelam dalam keheningan. Dia menyilangkan tangan-Nya di dada dan mengamati orang banyak di sekeliling-Nya. Dia kemudian melihat sekitar, ke langit yang cerah, yang menjadi semakin gelap dalam cahaya yang memudar. Dia termenung. Dia turun dari batu besar. Dia berkata kepada para murid-Nya, "Aku merasa kasihan kepada orang-orang ini. Mereka sudah mengikuti Aku selama tiga hari. Mereka tidak punya persediaan makanan lagi dan kita jauh dari desa mana pun. Aku khawatir kalau-kalau mereka yang lebih lemah akan terlalu menderita jika Aku menyuruh mereka pergi tanpa memberinya makan."
"Dan bagaimanakah Engkau akan melakukannya, Guru? Kau sendiri mengatakan bahwa kita jauh dari desa mana pun. Di manakah kita bisa mendapatkan roti di tempat sepi ini? Dan siapakah yang akan memberi kita begitu banyak uang untuk membeli cukup roti untuk semua orang?"
"Apa kau tidak membawa roti sama sekali?"
"Kita punya sedikit ikan dan beberapa ketul roti. Yakni yang tersisa dari santapan kita. Tapi itu tidak cukup untuk siapa pun. Jika Kau memberikannya kepada mereka yang di dekat-Mu, maka akan terjadi kerusuhan. Kau akan membiarkan kami tanpa roti sementara hal itu tidak membantu siapa pun," kata Petrus.
"Bawalah kepada-Ku apa yang kamu miliki."
Mereka membawa sebuah keranjang kecil berisi tujuh ketul roti. Dan itu bukan roti utuh; kelihatannya seperti irisan tebal dari sebuah roti besar. Ikan-ikan kecilnya seperti segenggam potongan-potongan kecil yang dipanggang di atas api.
"Suruhlah orang banyak duduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari limapuluh orang dan suruh mereka tenang dan diam jika mereka ingin makan."
Para murid, entah dengan memanjat bebatuan atau berkeliling di antara orang banyak, sibuk mengatur orang-orang seperti yang diminta Yesus. Hanya dengan upaya keras, akhirnya mereka berhasil. Sebagian kanak-kanak rewel karena lapar atau mengantuk, sebagian merengek karena ibu atau kerabatnya memberi tamparan ringan agar mereka patuh.
Yesus mengambil potongan-potongan roti, tidak semuanya: satu di setiap tangan, Dia mempersembahkannya, menurunkannya dan memberkatinya. Dia mengambil ikan-ikan kecil, yang sangat sedikit itu hingga muat dalam cekungan tangan-Nya yang panjang. Dia mempersembahkannya juga, menurunkannya, dan memberkatinya.
"Dan sekarang bawalah ini berkeliling di antara khalayak ramai dan berikan berlimpah kepada masing-masing orang."
Para murid taat.
Yesus, dengan berdiri, memperhatikan mereka dan tersenyum: Sosok putih-Nya mendominasi orang banyak yang duduk dalam lingkaran-lingkaran besar di seluruh dataran tinggi.
Para murid bergerak semakin jauh, membagikan makanan sepanjang waktu. Dan keranjangnya selalu penuh dengan makanan. Orang-orang menyantapnya sementara malam tiba dan ada keheningan bisu dan damai tenang yang luar biasa.
![]() Yesus berkata:
"Dan ini adalah satu hal lain yang akan menjengkelkan para alim ulama yang sulit: penerapan visiun evangelis ini. Aku tidak akan membuatmu memeditasikan kuasa dan kebaikan-Ku, atau iman dan ketaatan para murid. Bukan suatu pun yang seperti itu. Aku ingin menunjukkan kepadamu analogi episode ini dengan karya Roh Kudus.
Lihat: Aku memberikan sabda-Ku. Aku memberikan semua yang bisa kamu mengerti dan cerna untuk memberi makan jiwamu. Tetapi kamu sudah dijadikan begitu tumpul oleh keletihan dan kelesuan akibat kurang makan sehingga kamu tidak bisa menyerap semua makanan yang ada dalam sabda-Ku. Kamu akan membutuhkan sangat banyak. Tetapi kamu tidak bisa menerima banyak. Kamu begitu miskin dalam kekuatan rohani! Itu membebanimu tanpa memberimu darah atau kekuatan. Dan lalu Roh mengerjakan mukjizat untukmu. Mukjizat rohani dari penggandaan Sabda, yang mencerahkanmu, dan dengan demikian menggandakan semua maknanya yang paling rahasia, sehingga kamu bisa memakannya dan dengan demikian tidak pingsan kelelahan di sepanjang padang gurun kehidupan, dengan demikian kamu tidak perlu membebani dirimu dengan beban yang akan meremukkanmu tanpa menguatkanmu.
Tujuh potong roti dan sedikit ikan!
Aku berkhotbah selama tiga tahun dan, seperti yang dikatakan Yohanes-Ku terkasih, 'jika semua perumpamaan yang Aku ceritakan dan semua mukjizat yang Aku kerjakan harus dituliskan untuk memberimu makanan yang berlimpah, supaya bisa membawamu jauh hingga ke Kerajaan, tanpa membuatmu pingsan akibat lemah, maka seluruh Bumi tidak akan cukup untuk menampung semua volumenya.' Dan bahkan andai semua itu sudah dituliskan, kamu tidak akan bisa membaca sebegitu banyak buku. Kamu bahkan tidak membaca, seperti yang seharusnya, sedikit yang sudah dituliskan tentang Aku. Dan itulah satu-satunya hal yang harus kamu ketahui, sebab kamu sudah mengetahui sabda yang lebih penting sejak masa kanak-kanakmu.
Jadi Kasih datang dan menggandakan. Dia, Yang Satu dengan Aku dan Bapa, juga 'merasa kasihan kepadamu yang sekarat karena kelaparan' dan dengan suatu mukjizat yang terus diulang selama berabad-abad, Dia menggandakan dua kali, sepuluh kali, seratus kali makanan dari setiap sabda-Ku. Dengan demikian, kamu memiliki harta makanan surgawi yang tak terbatas, yang ditawarkan kepadamu oleh Kasih. Timbalah darinya tanpa rasa takut. Semakin banyak kamu menimba darinya, semakin ia akan berkembang, karena itu adalah buah Kasih.
Allah tidak memiliki batasan dalam kekayaan dan kemungkinan-Nya. Kamu relatif. Dia tidak. Dia tidak terbatas. Dalam semua karya-Nya. Juga dalam kuasa-Nya untuk memberimu, setiap saat dan untuk setiap peristiwa, terang yang kamu butuhkan, di setiap momen tertentu. Dan seperti pada hari Pentakosta, Roh, yang diturunkan atas para rasul, membuat perkataan mereka bisa dimengerti oleh orang-orang Partia, Media, Skithia, Kapadokia, oleh penduduk Pontus, Frigia, dan menjadikannya seperti bahasa ibu bagi orang-orang Mesir, Romawi, Yunani dan Libia, demikianlah Ia akan menghiburmu ketika kamu menangis, akan menasihatimu ketika kamu meminta nasihat, Ia akan berbagi sukacitamu ketika kamu bersukacita, melalui Sabda yang sama.
Oh! jika Roh menerangkan kepadamu kalimat: 'Pergilah dalam damai dan jangan berbuat dosa,' kata-kata itu adalah benar-benar suatu ganjaran bagi mereka yang tidak berbuat dosa, kata-kata itu adalah penyemangat bagi mereka yang masih lemah tetapi tidak mau berbuat dosa, kata-kata itu adalah pengampunan bagi jiwa-jiwa yang bertobat, dan teguran lembut penuh belas kasihan bagi mereka yang menunjukkan hanya bayangan pertobatan. Dan itu hanya suatu kalimat. Dan salah satu kalimat yang paling sederhana. Tetapi betapa banyak ada dalam Injil-Ku! Betapa banyak, yang, seperti kuncup-kuncup bunga sesudah hujan dan sinar matahari musim semi, mekar dalam jumlah besar di ranting di mana tadinya hanya ada satu kuncup, dan menyelimutinya sepenuhnya, bagi sukacita mereka yang mengaguminya.
Beristirahatlah sekarang. Damai Kasih sertamu."
|
|