299. DI NAIN, DI RUMAH DANIEL YANG DIBANGKITKAN DARI MATI.           


12 Oktober 1945  

Hari itu adalah hari pesta bagi penduduk Nain. Yesus adalah tamu mereka untuk pertama kalinya sejak mukjizat Daniel muda, yang dibangkitkan dari mati.

Yesus melintasi kota, memberkati, dengan didahului dan diikuti oleh sejumlah besar orang. Bersama penduduk Nain sudah bergabung juga para pendatang dari desa-desa lain, yang datang dari Kapernaum, di mana mereka telah pergi mencari Yesus, dan dari mana mereka disuruh ke Kana dan kemudian ke Nain. Aku mendapat kesan bahwa sekarang Yesus memiliki banyak murid, dia telah membentuk semacam jaringan informasi, sehingga para peziarah yang mencari-Nya dapat menemukan-Nya, meskipun dia terus-menerus bergerak, bahkan beberapa mil dalam sehari, sepanjang musim dan hari-hari singkat memungkinkan. Dan di antara mereka yang sudah datang mencari-Nya, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat, yang kelihatan terhormat...

Yesus adalah tamu di rumah pemuda yang dibangkitkan dari mati. Orang-orang terkemuka dari tempat itu juga sudah berkumpul di sana. Dan ibu Daniel, ketika dia melihat para ahli Taurat dan orang-orang Farisi - mereka bertujuh, seperti tujuh dosa mematikan - dengan rendah hati mengundang mereka, meminta maaf karena tidak dapat menawarkan kepada mereka tempat yang lebih baik.

"Ada Sang Guru, perempuan, dan itu bahkan membuat sebuah gua menjadi penting. Tapi rumahmu jauh lebih dari sekadar gua dan kami memasukinya seraya berkata, 'Damai bagimu dan bagi rumahmu.'"

Sebenarnya, meskipun jelas tidak kaya, perempuan itu sudah melakukan yang terbaik untuk menghormati Yesus. Semua keluarga kaya di Nain sudah pasti masuk dalam daftar mereka yang menggabungkan diri dalam upaya menghiasi rumah dan meja. Dan beragam macam perempuan yang sudah bekerja sama mengarahkan pandangan mereka, dari semua tempat yang memungkinkan, pada kelompok yang melewati aula menuju dua ruangan, yang saling berhadapan, di mana nyonya rumah sudah menempatkan meja-meja. Mungkin hanya itu yang mereka inginkan, sebagai kompensasi dari meminjamkan peralatan dapur, taplak meja dan kursi, dan dari pekerjaan mereka di dapur, yakni melihat Sang Guru dari dekat dan menghirup udara yang sama dengan yang dihirup-Nya. Dan sekarang mereka muncul di sana-sini, dengan wajah memerah, berbedak tepung atau abu dapur, atau dengan tangan-tangan yang basah, sesuai tugas mereka di dapur, mereka mengamati-Nya dengan saksama, mereka mengambil bagian kecil mereka dalam penglihatan ilahi, suara ilahi, menikmati dengan mata dan telinga mereka berkat-Nya dan sosok-Nya yang baik hati dan mereka tampak gembira ketika mereka kembali ke kompor dapur, lemari dan bak cuci, dengan wajah lebih memerah dari sebelumnya.

Yang paling berbahagia ialah dia yang bersama nyonya rumah menawarkan baskom ritual pembasuhan diri kepada para tamu. Dia adalah seorang gadis muda berambut gelap dan bermata gelap, tapi warna kulitnya bersemu merah muda. Dan wajahnya semakin memerah ketika nyonya rumah memberitahu Yesus bahwa dia adalah tunangan putranya dan bahwa mereka akan segera menikah. "Kami menantikan-Mu supaya seluruh rumah bisa disucikan oleh-Mu. Tolong berkati dia juga, supaya dia bisa menjadi istri yang baik di rumah ini."

Yesus memandangnya, dan saat mempelai kecil itu membungkuk, Dia menumpangkan tangan-Nya ke atas kepalanya seraya berkata, "Kiranya keutamaan Sara, Rebeka dan Rahel bertumbuh kembang kembali dalam dirimu dan kiranya kau melahirkan anak-anak Allah yang sejati, demi kemuliaan-Nya dan kebahagiaan rumah ini."

Yesus dan orang-orang terhormat sekarang telah menyelesaikan ritus pemurnian dan mereka memasuki ruang makan, bersama tuan rumah yang masih muda, sementara para rasul dan orang-orang Nain yang kurang berpengaruh pergi ke ruang seberangnya. Dan perjamuan pun dimulai.

Dari percakapan mereka, aku menyimpulkan bahwa sebelum penglihatanku dimulai, Yesus telah berkhotbah dan menyembuhkan di Nain. Namun orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat nyaris tak mempedulikan itu; sebaliknya, mereka mengganggu orang-orang Nain dengan pertanyaan-pertanyaan tentang rincian penyakit yang mengakibatkan Daniel meninggal, berapa jam selang waktu antara kematian dan kebangkitannya, dan mereka menanyakan apakah mereka sudah menyelesaikan pembalseman dll. dll. Yesus tidak mempedulikan penyelidikan macam itu dan Dia bercakap dengan orang yang dibangkitkan kembali itu yang sangat sehat dan makan dengan nafsu makan yang menakjubkan.

Namun seorang Farisi memanggil Yesus untuk menanyai-Nya apakah Dia mengetahui penyakit Daniel.

"Aku kebetulan saja datang dari En-Dor, karena Aku ingin menyenangkan Yudas Keriot seperti Aku telah menyenangkan Yohanes Zebedeus. Aku bahkan tidak tahu bahwa aku akan melewati Nain saat Aku berangkat dalam ziarah Paskah kami," jawab Yesus.

"Ah! Tidakkah Engkau sengaja pergi ke En-Dor?" tanya seorang ahli Taurat yang tercengang.

"Tidak. Aku sama sekali tidak berniat pergi ke sana, pada waktu itu."

"Jadi, mengapa Engkau pergi?"

"Sudah Aku katakan: karena Yudas anak Simon ingin pergi ke sana."

"Dan mengapa ingin itu?"

"Untuk melihat gua penyihir."

"Mungkin Engkau pernah membicarakannya..."

"Tidak pernah! Tidak ada alasan mengapa Aku harus membicarakannya."

"Maksudku... mungkin dengan episode itu Engkau menjelaskan penyihir lain, untuk mengajari para rasul-Mu dalam..."

"Dalam apa? Untuk mengajari siapa pun dalam kekudusan, tidak perlu ziarah. Sebuah bilik atau padang gurun tandus, puncak gunung atau rumah terpencil bisa digunakan untuk tujuan yang sama: asalkan ada kesahajaan dan kekudusan dalam diri sang guru, dan ada kemauan untuk menjadi kudus dalam diri si murid. Itulah yang Aku ajarkan dan bukan yang lain."

"Tapi mukjizat-mukjizat yang sekarang dikerjakan oleh para rasul-Mu, apa itu jika bukan keajaiban dan..."

"Kehendak Allah. Itu saja. Dan semakin mereka kudus, semakin banyak mukjizat yang akan mereka kerjakan, melalui doa, korban dan ketaatan kepada Allah. Tidak ada cara yang lain."

"Apakah Engkau yakin akan hal itu?" tanya seorang ahli Taurat yang memegang dagunya dan menatap pada Yesus dari atas sampai ke bawah. Nadanya agak ironis dan menyedihkan.

"Aku memberi mereka senjata-senjata itu dan doktrin itu. Jika di antara mereka, dan ada banyak, yang menjadi rusak karena praktek-praktek tercela, karena kesombongan atau karena alasan-alasan lain, dia tidak menerima nasihat yang demikian dari-Ku. Aku bisa berdoa untuk memastikan orang yang bersalah itu ditebus. Aku bisa menanggung penitensi berat sebagai silih, memohon kepada Allah untuk menolongnya secara istimewa dengan terang kebijaksanaan-Nya supaya dia bisa melihat kesalahannya. Aku bisa sujud di kakinya untuk memohon padanya dengan segenap kasih-Ku sebagai Saudara, Guru dan Sahabat agar dia meninggalkan dosanya. Dan Aku tidak akan menganggap itu sebagai suatu kehinaan, karena harga suatu jiwa sedemikian rupa hingga sepadan menderita penghinaan apa pun demi menyelamatkan jiwa itu. Tapi Aku tidak bisa berbuat lebih. Dan jika bagaimanapun juga dia berdegil dalam kesalahannya, mata dan hati Guru dan Sahabat yang dikhianati dan disalahmengerti itu akan meneteskan airmata dan darah." Betapa banyak kebaikan hati dan dukacita yang terkandung dalam suara dan ekspresi Yesus!

Para ahli Taurat dan orang Farisi saling memandang. Mereka bertukar pandang penuh arti, tetapi tidak berkata lebih lanjut tentang subjek tersebut.

Sebaliknya mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Daniel muda. Apa dia ingat apa itu kematian? Apa yang dia rasakan ketika dia hidup kembali? Dan apa yang dia lihat pada jeda antara mati dan hidup?

"Aku tahu bahwa aku menderita suatu penyakit yang mematikan dan aku menderita sakrat maut. Oh! betapa hal yang sangat mengerikan! Jangan membuatku mengingatnya!... Meski begitu akan tiba harinya ketika aku akan harus mengalaminya sekali lagi! Oh! Guru..." Dia menatap pada-Nya dan begitu ketakutan hingga dia menjadi pucat pasi akan gagasan harus mati sekali lagi.

Yesus dengan lemah lembut menghiburnya, dengan mengatakan, "Kematian itu sendiri adalah suatu silih. Dengan mati dua kali, kau akan dibersihkan sepenuhnya dari kesalahan dan kau akan langsung bersukacita di Surga. Biarlah pikiran ini membuatmu mengamalkan hidup yang kudus, sehingga kau hanya punya kesalahan-kesalahan ringan dan yang tidak disengaja."

Namun orang-orang Farisi kembali menyerang, "Tapi apa yang kau rasakan ketika kau hidup kembali?"

"Tidak ada. Aku hidup dan sehat seolah-olah aku baru bangun dari suatu tidur nyenyak yang panjang."

"Tapi apa kau ingat bahwa kau sudah mati?"

"Aku ingat bahwa aku sakit parah, dalam sakrat maut, dan itu saja."

"Dan apa yang kau ingat tentang dunia yang lain?"

"Tidak ada. Tidak ada apa-apa. Suatu lubang hitam, suatu ruang kosong dalam hidupku... Tidak ada."

"Jadi, menurutmu, tidak ada Limbo, tidak ada Purgatorium, tidak ada Neraka?"

"Siapa yang bilang tidak ada? Tentu saja ada. Tapi aku tidak ingat."

"Tapi apa kau yakin bahwa kau sudah mati?"

Orang-orang Nain kehilangan kesabarannya, "Apa dia sudah mati? Apa lagi yang kamu inginkan? Saat kami memasukkannya ke dalam peti mati, dia nyaris berbau. Bagaimanapun, dengan semua balsam dan perban itu bahkan raksasa pun akan mati!"

"Tapi apa kau tidak ingat bahwa kau sudah mati?"

"Sudah aku katakan bahwa aku tidak ingat," si pemuda kehilangan kesabarannya dan dia menambahkan, "Tapi apa maksudmu dengan semua pertanyaan ini? Bahwa seluruh desa berpura-pura bahwa aku mati, termasuk ibuku dan tunanganku, yang nyaris mati karena duka di pembaringannya, termasuk aku sendiri, yang sepenuhnya diperban dan dibalsem, padahal itu tidak benar? Apa ini yang kamu katakan? Bahwa di Nain kami semua adalah anak-anak atau idiot yang sedang bercanda? Rambut ibuku memutih dalam hitungan jam. Tunanganku harus dirawat karena dukacita dan sukacita nyaris membuatnya gila. Dan kamu meragukannya? Dan mengapa kami harus berpura-pura melakukan semua itu?"

"Mengapa? Itu benar! Mengapa kami harus melakukannya?" seru mereka yang dari Nain.

Yesus tidak berbicara. Dia memainkan taplak meja seolah-olah Dia absen. Orang-orang Farisi tidak tahu harus berkata apa... Tetapi Yesus sekonyong-konyong mulai berbicara, ketika percakapan tentang subjek itu seolah telah berakhir, dan Dia berkata, "Aku akan mengatakan kepadamu mengapa. Mereka (dan Dia menunjuk kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat) ingin membuktikan bahwa kebangkitanmu dari mati adalah suatu permainan yang dengan cerdik sengaja diciptakan untuk meningkatkan reputasi-Ku di kalangan orang banyak. Aku, penciptanya, dan kamu adalah kaki tangan untuk menipu Allah dan sesama. Tidak. Penipuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak berharga. Aku tidak membutuhkan sihir, atau tipuan atau kaki tangan untuk menjadi siapa Aku. Mengapa kamu ingin menyangkal bahwa Allah memiliki kuasa untuk mengembalikan suatu jiwa ke tubuhnya? Jika Dia menciptakan suatu jiwa dan memberikannya ketika tubuh sedang dibentuk, tidakkah Dia akan mampu mengembalikannya ke tubuhnya, ketika jiwa, yang dipulihkan ke tubuh melalui doa MesiasNya, adalah merupakan suatu pendorong bagi banyak orang untuk datang kepada Kebenaran? Dapatkah kamu menyangkal bahwa Allah memiliki kuasa mukjizat? Mengapa kamu ingin menyangkalnya?"

"Apakah Engkau Allah?"

"Aku adalah Siapa Aku. Mukjizat-mukjizat-Ku dan doktrin-Ku memberi kesaksian Siapa Aku."

"Tetapi, mengapa dia tidak ingat, sementara roh yang dipanggil bisa memberitahu seperti apa dunia mendatang?"

"Karena jiwa ini mengatakan kebenaran, jiwa sudah disucikan oleh penitensi dari kematian pertama, sebaliknya apa yang dikatakan oleh bibir pemanggil arwah bukanlah kebenaran."

"Tetapi Samuel..."

"Samuel datang atas perintah Allah, bukan atas perintah penyihir, untuk membawa kepada si pengkhianat Hukum, keputusan Allah, Yang perintah-perintah-Nya tidak boleh dicemoohkan."

"Lalu mengapa murid-murid-Mu melakukannya?" Suara angkuh seorang Farisi, yang meninggikan suaranya, menarik perhatian para rasul, yang berada di ruangan seberang, dipisahkan oleh sebuah koridor yang sedikit lebih lebar dari satu halaman, tetapi tidak dipisahkan oleh pintu atau tirai tebal. Ketika mereka mendengar diri mereka disebut, mereka berdiri dan tanpa suara masuk ke koridor untuk mendengarkan.

"Dalam hal apa mereka melakukannya? Bicaralah terus terang, dan jika tuduhanmu benar, Aku akan memperingatkan mereka untuk tidak melakukan suatu pun yang melawan Hukum."

"Aku tahu apa yang mereka lakukan, dan banyak orang lain juga tahu. Tetapi sebab Engkau membangkitkan orang dari mati dan Engkau mengatakan bahwa Engkau lebih dari sekedar nabi, cari tahulah sendiri. Kami pasti tidak akan memberitahu-Mu. Bagaimanapun, Engkau memiliki mata untuk melihat juga banyak hal lain yang sudah dilakukan para rasul-Mu ketika hal itu tidak boleh dilakukan, atau yang tidak mereka lakukan ketika hal itu harus dilakukan. Dan Engkau tidak berkeberatan."

"Beritahu Aku sebagian di antaranya."

"Mengapa murid-murid-Mu melanggar tradisi leluhur kita? Kami melihatnya hari ini. Hari ini juga! Tidak lebih dari satu jam yang lalu! Mereka masuk ke ruang makan untuk makan tanpa membasuh tangan mereka terlebih dahulu!"

Andai orang-orang Farisi itu mengatakan, "dan mereka membantai penduduk terlebih dahulu," mereka tidak akan mengatakannya dengan cara sengeri itu.

"Kamu telah melihatnya, tentu saja. Ada begitu banyak hal yang bisa dilihat. Hal-hal yang baik dan yang indah yang membuat kita memuliakan Allah karena menciptakan atau memperkenankan hal-hal yang demikian dan karena memberi kita hidup supaya kita bisa melihatnya. Tapi kamu tidak melihatnya. Dan banyak lainnya yang melakukan seperti apa yang kamu lakukan. Tetapi kamu membuang-buang waktu dan damaimu dengan mengejar hal-hal yang tidak baik.

Kamu seperti serigala, atau lebih tepatnya, seperti hyena yang berlari mengikuti jejak bau busuk, dengan mengabaikan gelombang aroma harum yang dibawa oleh angin dari taman-taman penuh tanam-tanaman aromatik. Hyena tidak suka bunga lily dan mawar, melati dan kamper, kayu manis dan cengkeh. Itu adalah bau-bauan yang tidak menyenangkan untuk mereka. Tapi bau mayat yang membusuk di dasar jurang, atau di jalan pedesaan, atau terkubur di bawah semak duri di mana pembunuh sudah mencampakkannya, atau terdampar oleh gelombang badai, mayat yang sudah membengkak, biru, rusak, mengerikan, oh! itu bau yang menyenangkan untuk hyena! Dan saat angin petang memadatkan dan membawa semua bau-bauan itu yang telah disaring matahari dari objek yang dihangatkannya, mereka mengendus-endus untuk mencium bau samar yang mengundang itu, dan begitu mereka menemukannya dan mendapati dari mana bau itu berasal, mereka berlari, dengan moncong mereka terangkat, mempertontonkan gigi-gigi mereka yang terlihat di rahang mereka yang gemetar, bagai suatu tawa yang histeris, untuk pergi ke tempat di mana jasad membusuk itu berada. Dan entah itu mayat manusia atau bangkai binatang berkaki empat, atau ular yang dibunuh oleh seorang petani, atau musang yang dibunuh oleh seorang ibu rumah tangga, atau tikus malang, oh! mereka menikmatinya! Dan mereka menancapkan taring-taring mereka ke bangkai busuk yang menjijikkan itu, mereka berpesta dan menjilat bibir mereka...

Tetapi adalah perkara yang tidak menarik, jika sebagian orang bertumbuh dalam kekudusan hari demi hari! Tetapi jika saja orang melakukan kesalahan, atau tidak melakukan suatu perintah yang bukan ilahi, melainkan praktik manusia - kamu bisa menyebutnya tradisi, ajaran, terserah, tetapi selalu adalah hal manusiawi - maka itu diperhatikan. Dan orang bahkan mengejar suatu kecurigaan... untuk bersukacita, jika kecurigaannya itu benar.

Kamu yang sudah datang ke sini bukan karena kasih, atau iman atau kejujuran, melainkan untuk suatu tujuan yang jahat, katakan kepada-Ku: mengapa kamu melanggar perintah Allah, demi tradisimu? Apa kamu akan memberitahu-Ku bahwa tradisi lebih penting dari Perintah Allah? Allah mengatakan: 'Hormatilah ayahmu dan ibumu, barang siapa mengutuk ayah atau ibunya harus mati'! Sebaliknya kamu katakan: 'Barang siapa berkata kepada ayah dan ibunya: apa yang seharusnya engkau dapatkan dariku adalah corban (1), maka dia tidak lagi wajib memberikannya kepada ayah dan ibunya.' Jadi dengan tradisimu, kamu sudah membatalkan perintah Allah.
(1)     Corban: persembahan kepada Allah, teristimewa yang dibuat untuk memenuhi suatu nazar.

Orang-orang munafik! Yesaya dengan tepat berkata tentang kamu ketika dia bernubuat, 'Orang-orang ini menghormati-Ku hanya dengan bibir sementara hatinya jauh dari-Ku, oleh karenanya mereka menghormati-Ku dengan sia-sia sementara mereka mengajarkan doktrin dan perintah-perintah manusia.'

Dan sementara kamu mengabaikan ajaran Allah, kamu memelihara tradisi manusia, pembasuhan amphora dan piala, piring dan tangan, dan hal-hal lain semacam itu. Kamu membenarkan kedurhakaan dan ketamakan seorang anak, dengan menawarkan kepadanya dalih kurban supaya dia boleh tidak memberikan sepotong roti kepada mereka yang melahirkannya dan membutuhkan pertolongannya, dan kepada siapa anak berkewajiban untuk menghormatinya, karena mereka adalah orang tuanya, sementara kamu membangkitkan skandal sebab orang tidak mencuci tangannya. Kamu mengubah dan melanggar sabda Allah untuk menaati perkataan yang kamu ciptakan dan paksakan sebagai ajaran. Oleh karena itu, kamu memaklumkan dirimu lebih benar daripada Allah. Kamu mengklaim bagi diriMu sendiri hak-hak pembuat hukum, padahal hanya Allah saja Pembuat Hukum bagi umat-Nya. Kamu..." dan Dia hendak melanjutkan, tetapi kelompok yang jahat itu keluar, dalam hujan dakwaan, dengan menabrak para rasul dan mereka yang ada dalam rumah, para tamu atau para perempuan yang membantu nyonya rumah, dan yang sudah berkumpul di koridor oleh sebab tertarik oleh suara Yesus yang menggelegar.

Yesus, Yang telah berdiri, duduk kembali, dengan memberi isyarat kepada mereka yang hadir untuk masuk ke tempat Dia berada, dan Dia berkata kepada mereka, "Dengarkan Aku dan pahamilah kebenaran. Tidak ada suatu pun dari luar manusia yang masuk ke dalam mulutnya bisa membuatnya najis. Apa yang keluar dari mulut itulah yang membuatnya najis. Biarlah mereka yang punya telinga mendengar dan menggunakan akal budi mereka untuk memahami dan keinginan mereka untuk bertindak. Dan sekarang marilah kita pergi. Penduduk Nain, bertekunlah dalam kebaikan dan kiranya damai-Ku besertamu selalu."

Ia berdiri, menyalami tuan rumah dan nyonya rumah secara khusus, dan Dia berangkat menyusuri koridor. Namun Dia melihat para perempuan yang ramah, yang dengan terpikat menatap kepada-Nya dan Dia menghampiri mereka seraya berkata, "Damai sertamu juga. Kiranya Surga mengganjarimu sebab sudah melayani-Ku dengan kasih yang begitu besar hingga Aku lupa akan meja makan BundaKu. Aku menerima kasih keibuanmu dalam setiap remah roti, dalam setiap saus dan setiap kerat daging panggang, dalam madu manis dan anggur harum yang sejuk. Kasihilah Aku selalu secara demikian, wahai para perempuan Nain yang baik. Tapi, lain kali janganlah bekerja terlalu keras untuk-Ku.  Sepotong roti dan segenggam buah zaitun, disalut dengan senyum keibuanmu dan tatapan jujurmu, sudah cukup bagi-Ku. Berbahagialah di rumahmu karena rasa terima kasih yang diberikan kepadamu dari Dia Yang Dianiaya. Dia pergi dengan dihiburkan oleh kasihmu."

Para perempuan, yang menangis dalam kebahagiaan mereka, semuanya berlutut, dan sementara lewat, Dia dengan lembut menyentuh kepala-kepala mereka yang berambut putih maupun hitam, satu per satu, memberkati mereka. Dia kemudian keluar dan berangkat kembali...

Nuansa awal senja menyamarkan wajah pucat Yesus, Yang terluka hati karena terlalu banyak hal...
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 5                 Daftar Istilah                    Halaman Utama