293. PERPISAHAN DENGAN PARA MURID PEREMPUAN.           


3 Oktober 1945  

Rasa hormat mendalam Misace diperlihatkan keesokan paginya, ketika dia mempersilakan para peziarah melewatkan mil-mil pertama di atas punggung unta sesudah menyesuaikan muatan, mengubahnya menjadi tempat duduk yang nyaman bagi para penunggang yang tidak berpengalaman. Dan sungguh lucu melihat kepala-kepala berambut hitam atau pirang muncul dari bundel-bundel dan peti-peti, dengan rambut panjang terjurai hingga ke telinga para lelaki, atau rambut menyembul dari kerudung para perempuan. Sementara unta-unta bergerak sangat cepat, angin sesekali menyingkapkan kerudung dan rambut pirang terang Maria Magdalena atau rambut pirang pucat Bunda Maria bersinar di bawah matahari, sedangkan kepala Yohana, Sintikhe, Marta, Marcella, Susana, dan Sara yang berwarna gelap atau coklat memperlihatkan refleksi indigo atau perunggu gelap, dan kepala Eliza, Salome, dan Maria Klopas yang berwarna abu-abu seolah disemprot dengan debu perak di bawah sinar matahari cerah yang hangat. Orang-orang maju dengan gagah di atas sarana transportasi yang baru dan Marjiam tertawa gembira.

Mereka menyadari bahwa perkataan sang saudagar adalah benar, ketika, saat berbalik, mereka melihat Bozrah terletak di bawah di lembah, dengan menara-menara dan rumah-rumah yang tinggi dalam labirin jalanan-jalanan sempit. Bukit-bukit rendah tampak di barat laut. Jalan menuju Aera terbentang di kaki mereka; caravan berhenti untuk menurunkan para peziarah dan berpisah. Unta-unta berlutut dengan gerakan yang luar biasa yang membuat lebih dari satu perempuan menjerit. Aku sekarang melihat bahwa dengan bijak para perempuan telah diikatkan ke pelana dengan sabuk. Para perempuan agak syok dengan begitu banyak gerakan naik turun, tetapi mereka cukup beristirahat.

Misace juga turun; tadinya dia membawa Marjiam naik ke atas pelananya. Dan sementara tukang-tukang unta menyesuaikan kembali muatan ke setelan biasanya, dia menghampiri Yesus untuk sekali lagi mengucapkan selamat tinggal kepada-Nya.

"Terima kasih, Misace. Kau telah membantu kami menghemat banyak tenaga dan waktu."

"Ya. Kita telah menempuh duapuluh mil dalam waktu singkat. Unta punya kaki-kaki yang panjang, bahkan meski mereka tidak berjalan dengan gesit. Aku sungguh berharap para perempuan tidak terlalu menderita karenanya." Semua perempuan meyakinkan sang saudagar bahwa mereka bisa beristirahat dengan baik dan tidak menderita.

"Engkau sekarang enam mil dari Arbela. Semoga Surga menyertai-Mu dan membuat perjalanan-Mu lancar. Selamat tinggal, Tuhan-ku. Ijinkan aku mencium kaki-Mu yang suci. Aku bahagia telah berjumpa dengan-Mu, Tuhan. Ingatlah aku." Misace mencium kaki Yesus, lalu dia menaiki untanya kembali dan tangisnya membuat unta-unta bangkit berdiri... Dan caravan pun pergi berderap di jalan yang datar, dalam suatu awan debu.

"Orang yang baik! Badanku memar semua, tetapi sebagai kompensasi, kakiku sudah beristirahat. Tapi betapa banyak benturan! Badai angin utara di danau tidak ada apa-apanya dibandingkan ini! Apa kau tertawa? Tapi aku kan tidak punya bantal seperti yang dipunyai para perempuan. Hidup perahuku! Perahuku masih merupakan yang paling bersih dan paling aman. Dan sekarang mari kita ambil tas kita dan melanjutkan perjalanan."

Mereka bertanding satu sama lain mengenakan beban mereka. Pemenangnya adalah mereka yang akan tinggal bersama Yesus, yaitu, Matius, Zelot, Yakobus dan Yohanes, Ermasteus dan Timoneus, yang memungut semua guna membebastugaskan ketiga murid yang akan pergi bersama para perempuan, atau tepatnya empat, karena ada juga Yohanes dari En-Dor, yang bantuannya pastilah sangat relatif, mengingat keadaannya yang tidak prima.

Mereka berjalan cepat untuk beberapa mil. Ketika mereka mencapai puncak sebuah bukit rendah yang bertindak sebagai tabir ke barat, terlihat suatu dataran subur dengan dikelilingi oleh lingkaran perbukitan yang lebih tinggi dari yang mereka temui sebelumnya, dan di tengah-tengah dataran ada sebuah bukit panjang yang terpencil. Ada kota di dataran itu: Arbela. Mereka turun dan segera berada di dataran.

Mereka lanjut sebentar, kemudian Yesus berhenti dengan berkata, "Di sini kita berpisah. Mari kita bersantap bersama dan lalu kita berpisah. Ini adalah persimpangan jalan ke Gadara. Kamu ambil jalan yang itu. Itu jalan terpendek dan sebelum senja kamu akan berada di wilayah yang dalam perwalian Khuza."

Tidak ada antusiasme... Namun mereka patuh.

Sementara bersantap Marjiam berkata, "Baik, inilah juga saatnya untuk memberikan kepada-Mu kantong ini. Sang saudagar memberikannya padaku ketika aku berada di pelana bersamanya. Dia berkata padaku, 'Kau akan memberikannya kepada Yesus sebelum berpisah dengan-Nya dan kau akan meminta pada-Nya untuk mengasihiku sebagaimana Dia mengasihimu.' Ini. Terasa berat di sini, di jubahku. Seolah penuh dengan batu."

"Mari kita lihat! Uang itu berat!" Mereka semua ingin tahu.

Yesus melepaskan simpul tali-temali tipis dari kulit yang mengikat kantong yang terbuat dari kulit rusa, aku pikir, sebab kelihatan seperti kulit kijang, dan Dia menuangkan isinya ke pangkuan-Nya. Beberapa koin menggelinding. Namun koin adalah yang paling sedikit. Banyak kantong-kantong kecil dari kain byssus yang halus tertuang juga: bundel-bundel kecil yang diikat dengan benang. Warna-warni indah terpancar melalui tenunan kain linen yang sangat tipis dan matahari seakan menyalakan api kecil di setiap bundel kecil itu, seolah mereka adalah bara api di bawah selubung tipis abu.

"Apa itu? Bukalah, Guru."

Mereka semua membungkuk sekeliling Yesus Yang dengan tenang melepaskan simpul dari sebuah bundel kecil yang bersinar dengan refleksi keemasan: batu-batu topas ratna cempaka dari berbagai ukuran, masih mentah, berkilau bebas di bawah sinar matahari. Bundel kecil lainnya: batu-batu delima, yang bagai tetesan-tetesan darah beku. Yang lain lagi: batu-batu zamrud hijau yang terlihat indah dan berharga. Yang lain lagi: langit biru dalam batu-batu permata safir murni. Yang lain lagi: batu-batu permata amethyst berwarna lembayung. Yang lain lagi: batu-batu beril berwarna indigo lembayung. Yang lain lagi: batu-batu oniks berwarna hitam menakjubkan… Dan seterusnya sebanyak dua belas bundel kecil. Dalam bundel terakhir, yang paling berat, batu chrysolite berkilau keemasan, ada perkamen kecil, "Untuk Tutup Dada Imam Israel (1) Anda, Imam Agung dan Raja sejati."

(1) Tutup Dada Imam Israel (Rational) adalah tutup dada pernyataan keputusan yang suci yang dikenakan oleh Imam Besar ketika dia masuk ke hadirat Yahweh (lihat Keluaran 28:15-30).

Pangkuan Yesus bagai sebuah padang rumput kecil dengan tebaran helai-helai bunga cemerlang... Para rasul mengulurkan tangan mereka ke dalam cahaya itu yang sudah menjadi materi warna-warni. Mereka takjub...

Petrus berbisik, "Andai Yudas Keriot ada di sini!..."

"Diamlah! Lebih baik dia tidak di sini," kata Tadeus tegas.

Yesus meminta selembar kain untuk menjadikan satu bundel saja batu-batu itu dan Dia termenung sementara yang lain terus berkomentar.

Para rasul berkata, "Orang itu benar-benar kaya!" dan Petrus membuat semua orang tertawa dengan berseru, "Kita sudah berderap di atas takhta permata. Tadinya aku tidak berpikir aku duduk begitu mewah. Aku berharap tempat duduk itu lebih lembut! Apakah yang akan Engkau lakukan dengannya sekarang?"

"Aku akan menjualnya untuk orang-orang miskin." Dia mendongak ke arah para perempuan seraya tersenyum.

"Dan di manakah Engkau akan menemukan orang yang berjual beli perhiasan di sini, yang bisa membeli barang-barang itu?"

"Di mana? Di sini. Yohana, Marta, Maria, maukah kamu membeli permata-Ku?"

Ketiga perempuan itu, bahkan tanpa berkonsultasi satu sama lain, berkata, "Ya" secara impulsif. Namun Marta menambahkan, "Kami hanya punya sedikit uang di sini."

"Kau akan memberikannya pada-Ku di Magdala pada bulan baru."

"Berapa banyak yang Engkau inginkan, Tuhan?"

"Untuk-Ku sendiri, tidak ada sama sekali. Untuk orang-orang miskin-Ku, sangat banyak."

"Berikanlah padaku. Engkau akan mendapatkan sangat banyak," kata Magdalena, dan dia mengambil kantong itu dan menyelipkannya di dadanya.

Yesus hanya menyimpan uangnya. Dia berdiri. Dia mencium BundaNya, bibi-Nya, kedua sepupu-Nya, dan lalu Dia mencium Petrus, Yohanes En-Dor, dan Marjiam. Dia memberkati para perempuan dan menghantar mereka pergi. Dan mereka pun pergi, dengan sesekali menengok ke belakang, hingga mereka menghilang di balik tikungan.

Yesus pergi bersama yang lain menuju Arbela. Sekarang hanya tinggal suatu kelompok kecil saja, hanya delapan orang seluruhnya. Mereka berjalan cepat tanpa bicara ke arah kota yang semakin dekat.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama