292.  KHOTBAH DAN MUKJIZAT DI BOZRAH.            


2 Oktober 1945  

... Dan dunia begitu dekat dengan gelombang-gelombang kebencian, pengkhianatan, duka nestapa, kepentingan, keingintahuannya. Dan gelombang-gelombang datang, seperti yang di laut di pelabuhan, untuk mati di sini, di halaman penginapan di Bozrah, yang oleh tuan rumah yang terhormat, yang hatinya lebih baik dari prasangka orang lewat tampilan wajahnya, sudah dibersihkan dari kotoran dan tahi binatang. Ada suatu himpunan besar orang, baik orang-orang setempat maupun orang-orang asing, tetapi dari wilayah yang sama. Dan ada orang-orang yang logatnya membuat aku mengerti bahwa mereka datang dari sangat jauh, dari daerah danau atau lebih jauh dari danau. Aku menangkap nama-nama desa, dan penggalan-penggalan kisah sedih dalam percakapan orang-orang yang menantikan Yesus. Gadara, Hippo, Gerghesa, Gamala, Afek, Nain, En-Dor, Yizreel, Magdala dan Korazim, disebutkan oleh banyak orang bersamaan dengan kisah tentang alasan mengapa mereka sudah datang dari begitu jauh.

"Ketika aku mendengar bahwa Dia telah datang melalui Trans-Yordan, aku berkecil hati. Tetapi beberapa murid datang ketika aku hendak kembali ke Yizreel. Mereka mengatakan kepada kami yang menunggu di Kapernaum, 'Ia pasti sudah di luar Gerasa sekarang. Jangan buang waktu lagi, pergilah ke Bozrah atau Arbela' dan aku datang bersama orang-orang ini..."

"Aku, sebaliknya, melihat beberapa orang Farisi melintasi Gadara. Mereka menanyakan di mana Yesus dari Nazaret, Yang mereka tahu berada di daerah itu. Istriku sakit. Aku bergabung dengan mereka. Kemudian kemarin di Arbela aku mendengar bahwa Dia akan datang ke Bozrah terlebih dulu, jadi aku datang ke sini."

"Aku datang dari Gadara untuk anak ini. Dia ditanduk oleh seekor sapi yang marah. Dia ditinggalkan dalam keadaan seperti itu..." dan dia menunjukkan putranya yang sama sekali loyo dan tidak mampu menggerakkan lengannya.

"Aku tidak bisa membawa anakku. Aku dari Megido. Bagaimana menurutmu? Akankah Dia menyembuhkannya juga dari sini?" erang seorang perempuan yang mukanya merah karena menangis.

"Tidak, orang yang sakit itu harus datang."

"Tidak, cukup dengan punya iman."

"Tidak. Jika Dia tidak menumpangkan tangan-Nya, orang tidak akan sembuh. Murid-muridnya juga melakukannya."

"Kau sudah datang dari jauh dengan percuma, perempuan."

Perempuan itu mulai meratap seraya berkata, "Malangnya aku! Aku meninggalkannya ketika dia hampir sekarat, dengan berharap... Dia tidak akan menyembuhkannya, dan aku tidak bisa menghiburnya dalam sakrat mautnya..."

Perempuan lain menghiburnya, "Jangan percaya itu, perempuan. Aku datang untuk berterima kasih kepada-Nya karena Dia mengerjakan mukjizat luar biasa bagiku, tanpa meninggalkan gunung di mana Dia sedang berbicara."

"Ada apa dengan putramu?"

"Bukan putraku. Tapi, suamiku yang sudah menjadi gila..." dan kedua perempuan itu melanjutkan berbicara dengan suara pelan.

"Benar. Juga ada seorang ibu di Arbela yang putranya ditebus tanpa Guru melihatnya," kata seorang laki-laki dari Arbela dan dia terus berbicara kepada beberapa orang di dekatnya...

"Beri jalan, demi iba hatimu! Beri jalan!" teriak beberapa orang pembawa usungan yang tertutup rapat.

Kerumunan terbuka dan usungan lewat dengan bebannya yang menyedihkan, dan berhenti di ujung halaman, nyaris di balik tumpukan jerami. Apakah seorang laki-laki ataukah seorang perempuan yang terbaring di atas usungan? Siapa yang tahu!

Dua orang Farisi masuk: mereka angkuh dan jaga jarak dan lebih congkak dari sebelumnya. Mereka menyerang tuan rumah yang malang seolah mereka gila, dengan berteriak, "Kau pembohong terkutuk! Mengapa kau katakan kepada kami bahwa Dia tidak di sini? Apa kau kaki tangan-Nya? Beraninya kau meremehkan kami, orang-orang kudus di Israel, demi mendukung... bagaimanapun Siapa Dia? Bagaimana kau tahu siapa Dia? Apa hubunganmu dengan-Nya?"

"Hubungan dengan-Nya? Hubungan yang kamu tidak punya. Tapi aku tidak berbohong. Dia datang beberapa jam sesudah kamu pergi. Dia tidak menyembunyikan Diri-Nya, pun aku juga tidak menyembunyikan-Nya. Tetapi, karena aku adalah bos di sini, aku katakan kepadamu untuk segera: 'Keluar dari rumahku!' Kamu tidak bisa menghina Orang Nazaret di sini. Apa kamu mengerti? Dan jika kamu tidak mengerti kata-kataku, aku dapat berbicara kepadamu dengan cara yang lebih faktual, kamu serigala!"

Pemilik penginapan yang tegap kekar kelihatan begitu pasti hendak melayangkan pukulannya hingga kedua orang Farisi berubah nadanya dan menjadi seperti anak anjing yang merayap ketakutan diancam cambuk. "Tetapi kami mencari Dia untuk menghormati-Nya! Apa yang kau pikirkan? Pikiran bahwa kami mungkin tidak bisa bertemu dengan-Nya akibat kesalahanmu sudah membuat kami gusar. Kami tahu siapa Dia. Mesias yang kudus dan terberkati, kepada Siapa kami tidak layak mengangkat mata kami. Kami ini debu, Dia adalah kemuliaan Israel. Bawalah kami kepada-Nya. Jiwa kami rindu mendengarkan sabda-Nya."

Tuan rumah menirukan suara dan gerak tubuh mereka dengan cara yang mengagumkan, "Oh! Tentu saja! Dan bagaimana aku bisa sampai curiga bahwa tidak demikian, sebab aku sangat mengenal keadilan Farisi yang termasyhur?! Tentu saja! Kamu datang untuk menyembah-Nya! Kamu merindukan itu! Aku akan pergi dan memberitahu-Nya! Aku akan... Tidak, demi Setan! Jangan kamu ikuti aku! Atau aku akan menghajarmu begitu rupa, kamu mumi-mumi beracun, hingga aku akan membuat yang satu menabrak yang lain. Diam di tempat. Kau di sini, di mana aku menempatkanmu. Dan kau di sini. Dan aku menyesal bahwa aku tidak bisa menjerumuskanmu ke tanah hingga ke lehermu dan menggunakanmu sebagai pasak untuk mengikat babi-babi yang akan disembelih," dan dia beralih dari perkataan ke perbuatan dengan menangkap orang Farisi yang lebih kurus pada kedua ketiaknya, mengangkatnya tinggi-tinggi dan menjatuhkannya begitu keras ke tanah, hingga andai tanahnya tidak sangat keras, maka makhluk malang itu pasti akan sudah tenggelam masuk ke dalamnya hingga ke pergelangan kakinya. Tetapi tanahnya keras dan si Farisi tetap berdiri seperti boneka, sesudah dilempar begitu rupa. Lalu si tuan rumah menangkap laki-laki satunya, dan meski dia agak gemuk, si pemilik penginapan mengangkat dan menjatuhkannya dengan murka yang sama, dan sementara si gendut bereaksi dengan menggeliat, si tuan rumah merobohkannya dan membuatnya terduduk: bagai seonggok daging dan selembar kain... Dia kemudian pergi sambil mengucapkan sumpah serapah yang nyaris tak kedengaran di antara erangan kedua orang itu dan tawa banyak orang.

Dia melewati koridor masuk ke sebuah halaman kecil, mendaki sebuah tangga kecil, mencapai serambi dan memasuki sebuah ruangan besar di mana Yesus dan kelompok-Nya hampir selesai bersantap bersama sang saudagar.

"Dua dari keempat orang Farisi datang. Engkau sebaiknya memikirkan apa yang harus Engkau lakukan. Untuk sementara ini aku sudah mengurusnya. Mereka ingin ikut bersamaku. Tetapi aku tidak memperbolehkannya. Mereka sekarang di bawah di halaman bersama banyak orang sakit dan banyak orang lainnya."

"Aku akan segera datang. Terima kasih, Phara, kau boleh pergi."

Mereka semua bangkit berdiri. Yesus memerintahkan para murid-Nya dan para perempuan untuk tinggal di tempat mereka, terkecuali BundaNya, Maria Klopas, Susana dan Salome. Tetapi melihat wajah sedih dari mereka yang disuruh tinggal, Dia berkata, "Naiklah ke teras. Kau akan bisa mendengar Aku juga."

Ia pergi keluar bersama para rasul dan keempat perempuan. Dia pergi menyusuri jalan yang sama seperti dari mana tuan rumah datang dan memasuki sebuah halaman besar. Kerumunan khalayak ramai menjulurkan leher mereka untuk melihat, dan mereka yang cerdik memanjat tumpukan-tumpukan jerami, naik ke atas gerobak yang digulingkan, atau memanjat tepian waduk...

Kedua orang Farisi pergi menjumpai-Nya dengan penuh basa-basi. Yesus menyambut mereka dengan salam-Nya yang biasa seolah mereka adalah sahabat-sahabat-Nya yang paling setia. Tetapi Dia tidak berhenti untuk menjawab pertanyaan mereka yang bermulut manis, "Mengapa begitu sedikit? Dan tanpa para murid? Jadi mereka sudah meninggalkan-Mu?"

Dengan terus berjalan Yesus menjawab dengan serius, "Tidak seorang pun meninggalkan-Ku. Kamu datang dari Arbela di mana kamu bertemu dengan orang-orang yang mendahului-Ku, dan di Yudea kamu bertemu Yudas anak Simon, Tomas, Natanael dan Filipus."

Si Farisi yang gendut tak lagi berani mengikuti-Nya dan dia sekonyong-konyong berhenti dengan wajah memerah. Yang lain, yang lebih tak tahu malu, bersikeras, "Itu benar. Tetapi karena kami tahu bahwa Engkau bersama para murid yang setia dan bersama para perempuan, kami terkejut melihat-Mu dengan begitu sedikit pengikut. Kami ingin melihat orang-orang yang baru Kau taklukkan dan memberi-Mu selamat," dan dia tersenyum licik.

"Orang-orang yang baru Aku taklukkan? Itu mereka di sana!" dan Yesus membuat gerakan tangan setengah lingkaran yang besar dengan menunjuk ke khalayak ramai, yang sebagian besar berasal dari wilayah di luar Yordan, yakni daerah ini di mana Bozrah berada. Dan tanpa memberi waktu pada si Farisi untuk membalas, Dia mulai berbicara.

"Mereka yang sebelumnya tidak mencari tahu tentang Aku, sudah mencari Aku. Dan mereka yang sebelumnya tidak mencari Aku, sudah menemukan Aku. Dan Aku katakan: 'Ini Aku' kepada bangsa yang tidak menyerukan Nama-Ku. Kemuliaan bagi Allah Yang menyampaikan kebenaran melalui bibir para nabi! Melihat orang banyak ini yang telah berkumpul di sekeliling-Ku, Aku benar-benar bersukacita dalam Allah karena Aku melihat bahwa janji-janji, yang dinyatakan Bapa Yang Kekal kepada-Ku ketika Dia mengutus Aku ke dunia, telah digenapi. Janji-janji yang Aku sendiri, bersama Bapa dan Parakletos, tempatkan dalam pikiran, pada bibir dan dalam hati para nabi, janji-janji yang Aku ketahui sebelum menjadi Daging dan yang mendorong Aku untuk menjadi manusia. Dan Semua itu membesarkan hati-Ku. Ya, membesarkan hati-Ku melawan kebencian, kedengkian, ketidakpercayaan dan kepalsuan. Mereka yang sebelumnya tidak mencari tahu tentang Aku, sudah mencari Aku. Dan mereka yang sebelumnya tidak mencari Aku, sudah menemukan Aku. Bagaimana, jika sebaliknya Aku ditolak oleh mereka yang kepadanya Aku telah merentangkan kedua tangan-Ku seraya berkata: 'Ini Aku'? Akan tetapi mereka mengenal Aku, sedangkan orang-orang di sini tidak mengenal Aku. Jadi?

Inilah kunci dari misterinya. Ini bukan kesalahan ketidaktahuan, melainkan kesalahan menyangkal. Dan terlalu banyak dari mereka yang mengenal Aku dan kepada siapa Aku mengulurkan kedua tangan-Ku, yang sudah menyangkal Aku seolah-olah Aku seorang najis atau seorang pencuri atau setan yang merusak, sebab kesombongan mereka telah memadamkan iman mereka dan mereka telah sesat di sepanjang jalan yang rusak, jalan dosa yang berbelit, dengan meninggalkan jalan yang ditunjukkan suara-Ku kepada mereka. Dosa ada di dalam hati, di atas meja, di tempat tidur, di dalam banyak hati, di dalam banyak pikiran orang-orang ini yang menolak Aku dan yang, sebab melihat kekotorannya sendiri tercermin di mana-mana, melihatnya juga dalam diri-Ku, dan kepahitannya semakin menggunung, dan berkata kepada-Ku, 'Enyahlah, sebab Engkau najis.'

Jadi apakah yang akan Dia katakan, Dia Yang datang dengan jubah-Nya merah darah, tampan dalam pakaian-Nya, dan Yang berjalan dalam kuasa kekuatan-Nya? Akankah Dia telah melaksanakan apa yang dikatakan Yesaya, dan akankah Dia tidak tinggal diam, tetapi Dia akan menuangkan ke atas pangkuan mereka apa yang pantas bagi mereka? Tidak, tidak akan. Pertama-tama Dia harus mengirik pengirik anggur itu sendirian, dengan ditinggalkan oleh semua orang, untuk membuat anggur Penebusan. Anggur yang membahagiakan orang-orang benar dan menjadikan mereka diberkati, anggur yang membahagiakan orang-orang yang bersalah karena dosa besar, untuk meremukkan kuasa sakrilegi mereka menjadi debu. Ya, anggur-Ku, yang semakin tua dari jam ke jam di bawah matahari Kasih Abadi, yang akan menjadi kejatuhan dan keselamatan banyak orang, seperti dinyatakan dalam suatu nubuat yang belum ditulis, tetapi disimpan dalam batu karang yang tidak terbelah dari mana Anggur yang memberi Anggur Hidup abadi muncul.

Mengertikah kamu? Tidak, kamu para alim ulama Israel tidak mengerti. Tetapi tidak masalah apakah kamu mengerti. Kegelapan yang dinyatakan Yesaya turun atasmu: 'Mereka punya mata dan tidak melihat. Mereka punya telinga dan tidak mendengar.' Kamu menghalangi Terang dengan kebencianmu, sehingga orang dapat mengatakan bahwa Terang dihalau oleh kegelapan dan dunia menolak untuk mengetahuinya.

Tetapi berbahagialah, kamu yang dalam kegelapan dan percaya pada Terang yang dimaklumkan kepadamu, dan kamu menginginkannya, mencarinya dan menemukannya. Berbahagialah, wahai orang-orang beriman yang sudah datang kepada Keselamatan dengan melintasi gunung, lembah, dan danau tanpa menghiraukan beban perjalanan panjang. Hal yang sama berlaku bagi perjalanan rohani lainnya yang akan membawa kamu, wahai orang-orang Bozrah , dari kegelapan ketidaktahuan ke terang Kebijaksanaan.

Berbahagialah, wahai orang-orang Hauran! Berbahagialah dalam sukacita pengetahuan. Sungguh itu merujuk juga kepada kamu dan kepada orang-orang di sekitarmu, ketika Nabi bermadah bahwa unta-untamu akan memadati jalan-jalan Naftali dan Zebulon untuk menyembah Allah Yang benar, dan untuk menjadi hamba-Nya dalam hukum yang lembut dan kudus, yang tidak memaksakan apa pun untuk memberikan kebapakan ilahi dan kebahagiaan abadi selain ketaatan pada sepuluh perintah Allah: untuk mengasihi Allah Yang benar dengan seluruh keberadaanmu, untuk mengasihi sesama seperti dirimu sendiri, untuk memelihara hari Sabat tanpa mencemarkannya, untuk menghormati orangtua, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak bersaksi palsu, tidak mengingini istri atau harta orang lain. Oh! Kamu diberkati, jika datang dari jauh, kamu melampaui mereka yang termasuk dalam rumah Allah dan keluar darinya dengan didorong oleh sepuluh perintah Setan: membenci Allah, mencintai diri sendiri, merusak ibadah, kekerasan terhadap orangtua, berhasrat membunuh, berusaha merenggut kekudusan orang lain, perzinahan dengan Setan, bersaksi palsu, iri akan kodrat dan misi Sabda, dan dosa mengerikan yang meragi dan menua dalam kedalaman hati, dari terlalu banyak hati orang.

Berbahagialah, kamu yang haus! Berbahagialah, kamu yang lapar! Berbahagialah, kamu yang menderita! Apakah kamu ditolak? Apakah kamu dinajiskan? Apakah kamu dihinakan? Apakah kamu orang asing? Datanglah! Berbahagialah! Tidak lagi demikian. Aku memberimu rumah, kekayaan, kebapakan dan tanah air. Aku memberimu Surga. Ikutlah Aku, sebab Aku-lah Sang Juruselamat! Ikutlah Aku, sebab Aku-lah Penebus! Ikutlah Aku, sebab Aku-lah Hidup! Ikutlah Aku, sebab Aku-lah Dia kepada Siapa Bapa tidak menolak memberikan kasih karunia-Nya! Berbahagialah dalam kasih-Ku! Berbahagialah! Dan supaya kamu dapat mengetahui bahwa Aku mengasihimu, kamu yang sudah mencari Aku dalam penderitaanmu, kamu yang sudah percaya kepada-Ku bahkan sebelum mengenal-Ku, agar ini bisa jadi hari kebahagiaan sejati, Aku berdoa demikian: 'Bapa, Bapa Yang Kudus! Atas semua luka, sakit penyakit tubuh, atas duka, siksaan, penyesalan di hati, atas semua umat beriman yang bermunculan, atas mereka yang bimbang, atas mereka yang diteguhkan, kiranya kesehatan, rahmat, dan damai turun atasnya! Damai dalam Nama-Ku! Rahmat dalam Nama-Mu! Kesehatan melalui kasih timbal balik Kita! Berkatilah mereka, ya Bapa yang Mahakudus! Kumpulkan dan bentuklah menjadi satu kawanan anak- anak-Mu dan anak-anak-Ku yang hilang ini! Biarkan mereka berada di mana Aku akan berada, satu dengan Engkau, Bapa Yang Kudus, bersama-Mu, bersama-Ku dan Roh Mahailahi.'"

Yesus, dengan kedua tangan-Nya direntangkan bersilang, telapak tangan-Nya menghadap ke atas ke langit, wajah-Nya terangkat, suaranya menggelegar bagai tuba perak, penuh wibawa dalam perkataan-Nya ... Dia tinggal demikian, diam, beberapa saat lamanya. Kemudian mata biru safir-Nya berhenti menatap ke langit untuk melihat ke halaman luas yang penuh dengan orang-orang yang menghela nafas dalam-dalam atau gemetar penuh harapan; Dia menyatukan kedua tangan-Nya dan menjulurkannya ke depan dan dengan seulas senyum yang mentransfigurasi-Nya, Dia melontarkan seruan akhir, "Berbahagialah, kamu yang percaya dan berharap! Orang-orang yang menderita, bangkitlah dan kasihilah Tuhan, Allahmu!"

Penyembuhan mereka yang sakit berlangsung serentak dan umum. Suara-suara gemetar dan teriakan-teriakan mengguruh memuji Sang Juruselamat. Seorang perempuan menerobos orang banyak, dari ujung jauh halaman, dengan menyeret kain yang menutupi tubuhnya dan tersungkur di kaki Tuhan. Kali ini kerumunan yang ketakutan melontarkan seruan yang berbeda, "Maria, istri Yoakim yang kusta!" dan mereka berlarian ke segala arah.

"Jangan takut! Dia sudah sembuh. Kontak dengannya tidak akan membahayakanmu," kata Yesus meyakinkan mereka. Dan Dia berkata kepada perempuan yang prostratio itu, "Berdirilah, perempuan. Kau telah diganjari karena pengharapan yang besar dan kau diampuni karena mengabaikan kebijaksanaan terhadap sesamamu. Pulanglah sesudah mentahirkan diri."

Perempuan itu, yang muda dan cantik, berdiri sembari menangis. Yesus memperlihatkannya kepada orang banyak yang sudah kembali dan mengagumi mukjizat dengan berseru penuh takjub.

"Suaminya, yang memujanya, sudah membangun sebuah tempat berlindung baginya di ujung ladangnya dan pergi ke perbatasan sana setiap petang dan memberinya makanan sambil menangis..."

"Dia terinfeksi kusta karena iba hatinya, dengan merawat seorang pengemis yang tidak mengatakan bahwa dia adalah seorang kusta."

"Tapi bagaimana Maria, perempuan yang baik itu, datang ke sini?"

"Dengan usungan. Bagaimana kita tidak memperhatikan kedua pelayan Yoakim itu?"

"Mereka menanggung resiko dirajam untuk itu."

"Nyonya mereka! Mereka mengasihinya, dia begitu baik sehingga mereka mengasihinya lebih dari nyawa mereka sendiri..."

Yesus memberi isyarat dan mereka semua diam, "Kamu dapat melihat bahwa kasih dan kebaikan mendatangkan mukjizat dan sukacita. Maka, jadilah baik. Pergilah, perempuan. Tidak akan ada yang membahayakanmu. Damai sertamu dan seisi rumahmu."

Perempuan itu, dengan diikuti oleh para pelayan yang sudah membakar usungan di tengah halaman, pergi keluar dan banyak orang mengikutinya.

Yesus membubarkan orang banyak setelah mendengarkan beberapa orang dan Dia undur diri ke rumah dengan diikuti oleh mereka yang bersama-sama dengan Dia.

"Betapa perkataan itu, Guru!"

"Betapa Engkau bertransfigurasi!"

"Betapa suara itu!"

"Dan betapa mukjizat itu!"

"Apa kamu melihat orang-orang Farisi itu melarikan diri?"

"Mereka pergi seperti dua ekor kadal yang merayap segera sesudah perkataan pertama."

"Orang-orang Bozrah dan semua penduduk desa sini punya kenangan menakjubkan tentang Engkau..."

"Bunda, apakah yang Engkau katakan?"

"Aku memberkatimu, Nak, atas nama mereka dan atas nama-Ku."

"Baiklah, berkat-Mu akan mengikuti-Ku sampai kita bertemu lagi."

"Mengapa Engkau berkata begitu, Guru? Apakah para perempuan akan meninggalkan kita?"

"Ya, Simon, esok saat fajar Aleksander akan berangkat ke Aera. Kita akan pergi bersamanya sejauh jalan menuju Arbela dan kemudian kita akan meninggalkannya. Dan dengan menyesal, percayalah pada-Ku, Aleksander, sebab kau sudah menjadi pemandu yang baik hati untuk Sang Peziarah. Aku akan selalu mengingatmu, Aleksander."

Orang tua itu tergerak hatinya. Dia berdiri dengan kedua tangannya tersilang di depan dadanya, dalam suatu salam timur yang mendalam, dengan sedikit membungkuk di depan Yesus. Tetapi ketika dia mendengar perkataan-Nya, dia berkata, "Yang terpenting, ingatlah aku ketika Engkau dalam Kerajaan-Mu."

"Apa kau menginginkan itu, Misace?"

"Ya, Tuhan-ku."

"Aku juga menginginkan sesuatu darimu."

"Apakah itu, Tuhan? Jika aku bisa, aku akan memberikannya kepada-Mu, bahkan meski itu adalah hal yang paling berharga yang aku miliki."

"Itu adalah yang paling berharga. Aku menginginkan jiwamu. Datanglah kepada-Ku. Aku telah mengatakannya, di awal perjalanan kita, bahwa Aku berharap memberimu suatu hadiah di akhir perjalanan. Hadiah-Ku ialah Iman. Apakah kau percaya kepada-Ku, Misace?"

"Aku sungguh percaya, Tuhan."

"Kalau begitu, kuduskan jiwamu agar iman tidak menjadi bagimu hanya suatu hadiah yang lembam tetapi juga membahayakan."

"Jiwaku sudah tua. Tetapi aku akan berupaya untuk menjadikannya baru. Tuhan, aku adalah seorang tua yang berdosa. Beri aku absolusi dan berkatilah aku, karena sejak saat ini aku memulai hidup baru. Aku akan membawa berkat-Mu bersamaku sebagai pendamping terbaik dalam perjalananku menuju Kerajaan-Mu... Akankah kita pernah bertemu lagi, Tuhan?"

"Tidak di bumi ini. Tetapi kau akan mendengar tentang Aku dan kau akan semakin percaya karena Aku tidak akan meninggalkanmu tanpa evangelisasi. Selamat tinggal, Misace. Kita tidak akan punya banyak waktu besok untuk saling mengucapkan selamat tinggal. Mari kita melakukannya sekarang, sebelum menyantap makanan kita bersama untuk terakhir kalinya." Yesus memeluk dan menciumnya.

Para rasul dan para murid juga melakukannya. Para perempuan menyalaminya bersama-sama.

Tetapi Misace berlutut nyaris tepat di depan Maria seraya berkata, "Semoga cahaya bintang pagi-Mu yang murni bersinar dalam benakku sampai kematianku."

"Sampai kepada Hidup, Aleksander. Kasihi PutraKu dan kau akan mengasihi Aku, dan Aku akan mengasihimu."

Simon Petrus bertanya, "Tetapi apakah kita akan pergi dari Arbela ke Aera? Aku khawatir kita mungkin terjebak dalam cuaca buruk. Ada begitu banyak kabut... Kita sudah mengalaminya selama tiga hari saat fajar dan matahari terbenam..."

"Itu karena kita datang turun ke sini. Tidakkah kau berpikir bahwa kita sudah turun jauh? Begitulah. Besok kau akan mendaki menuju pegunungan Dekapolis dan tidak akan ada lagi kabut di sana," jelas Misace.

"Turun? Kapan? Jalannya datar..."

"Ya, tapi terus-menerus turun. Oh! begitu halus hingga orang tidak memperhatikannya. Tetapi sepanjang bermil-mil..."

"Berapa lamakah kita akan tinggal di Arbela?"

"Kau, Yakobus dan Yudas, bahkan tidak sampai satu jam," jawab Yesus tegas.

"Yakobus dan Yudas... aku... bahkan tidak sampai satu jam? Dan ke manakah aku akan pergi jika aku tidak tinggal bersamamu semua?"

"Kau akan pergi sejauh tanah dalam perwalian Khuza. Kau akan mengantar BundaKu dan para perempuan ke sana, bersama yang lainnya. Mereka kemudian akan melanjutkan perjalanan sendiri bersama para pelayan Yohana dan kau akan kembali dan bergabung dengan-Ku di Aera."

"Oh! Tuhan! Engkau marah kepadaku dan Engkau menghukumku... Betapa Engkau menyedihkan hatiku, Tuhan!"

"Simon, dia yang merasa dihukum adalah dia yang tahu bahwa dia bersalah. Merasa bersalah pastilah menyedihkanmu, bukan hukuman itu sendiri. Tetapi Aku pikir bukanlah suatu hukuman untuk menemani BundaKu dan para murid perempuan dalam perjalanan pulang mereka."

"Tapi tidakkah lebih baik jika Engkau ikut bersama kami? Lupakan Aera dan tempat-tempat ini dan ikutlah bersama kami."

"Aku sudah berjanji untuk pergi dan Aku akan pergi."

"Kalau begitu aku akan ikut juga."

"Kau akan taat tanpa mengeluh, seperti saudara-saudara-Ku."

"Dan jika Engkau bertemu dengan orang-orang Farisi?"

"Kau tentunya bukan orang yang paling tepat untuk mempertobatkan mereka. Justru karena Aku akan bertemu dengan mereka maka Aku ingin kau, Yakobus dan Yudas pergi bersama para perempuan dan bersama Yohanes En-Dor dan Marjiam sebelum Arbela."

"Ah!... Begitu! Baiklah."

Yesus berbalik kepada para perempuan dan memberkati mereka satu per satu, dengan memberikan kepada masing-masing nasihat yang sesuai.

Magdalena yang membungkuk untuk mencium kaki Juruselamat-nya bertanya, "Akankah aku bertemu dengan-Mu lagi sebelum aku kembali ke Betania?"

"Pasti, Maria. Pada bulan Ethanim [bulan Tisyri] Aku akan berada di danau."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama