290. PERGI KE BOZRAH.           


30 September 1945  

Sang saudagar benar. Oktober tidak bisa memberikan kepada para peziarah hari yang terlebih indah. Sesudah matahari menghalau kabut yang menyelimuti negeri, seolah alam telah menghamparkan sehelai selubung di atas tumbuh-tumbuhan yang tidur pada malam hari, negeri menampilkan diri dengan bentangan ladang-ladangnya yang diolah baik, yang sekarang dihangatkan oleh berkas-berkas sinar matahari. Kabut tampaknya telah pergi berkumpul di puncak-puncak gunung nun jauh dan menghiasinya dengan busa transparan, sehingga terlebih lagi melembutkan mereka di bawah langit yang damai tenang.

"Apa itu? Pegunungan yang harus kita daki?" tanya Petrus penuh rasa ingin tahu.

"Bukan. Itu adalah pegunungan Hauran. Kita akan berada di dataran, di sisi sini pegunungan. Sebelum senja kita akan tiba di Bozrah di Hauran. Kota yang indah. Banyak perdagangan di sana," kata sang saudagar menyemangati Petrus dan memuji kota itu, dengan memikirkan, seperti biasa, kemakmuran komersial sebagai dasar keindahan suatu tempat.

Yesus sendirian, di bagian belakang, seperti yang biasa dilakukan-Nya sekali waktu apabila Dia menghendakinya.

Marjiam berbalik beberapa kali menatap pada-Nya. Ketika dia tak bisa lagi bertahan, dia meninggalkan Petrus dan Yakobus Zebedeus, lalu duduk di tepi jalan, di atas batu yang pastilah suatu tanda militer Romawi, dan menunggu. Ketika Yesus berada dekatnya, bocah itu berdiri dan tanpa berkata apa-apa dia berjalan di samping Yesus, dengan tetap berada sedikit di belakang-Nya agar tidak mengganggu-Nya, dan, dia mengamati-Nya...

Dan dia terus mengamati hingga Yesus bangun dari meditasi-Nya dan berbalik saat mendengar langkah-langkah kaki ringan di belakang-Nya dan Dia tersenyum mengulurkan tangan-Nya kepada si bocah seraya berkata, "Oh! Marjiam! Apa yang kau lakukan di sini seorang diri?"

"Aku mengamati-Mu. Aku sudah mengamati-Mu berhari-hari. Semua orang punya mata tetapi tidak semua melihat hal yang sama. Aku perhatikan bahwa terkadang Engkau ingin sendirian saja... Pada hari-hari pertama, aku pikir Engkau terluka oleh sesuatu. Kemudian aku perhatikan bahwa Engkau melakukannya selalu pada saat yang sama dan bahwa Bunda, Yang selalu menghibur-Mu ketika Engkau sedih, tidak mengatakan apa pun kepada-Mu ketika wajah-Mu seperti itu. Sebaliknya, jika Dia kebetulan berbicara, Dia akan menjadi diam dan mengkonsentrasikan diri pada meditasi. Aku memperhatikan hal-hal, Engkau tahu? Sebab aku selalu mengamati-Mu dan Bunda, untuk melakukan apa yang Engkau lakukan. Aku bertanya kepada para rasul apa yang Engkau lakukan, sebab pastilah Engkau melakukan sesuatu. Mereka berkata kepadaku, "Dia berdoa." Dan aku bertanya kepada mereka, "Apa yang Dia katakan?" Tidak ada yang menjawab, karena mereka tidak tahu. Mereka telah bersama Engkau selama bertahun-tahun, dan mereka tidak tahu. Hari ini aku mengikuti-Mu setiap kali aku melihat wajah itu dan aku mengamati-Mu sementara Engkau berdoa. Tetapi wajah-Mu tidak selalu sama. Pagi ini, saat fajar, Engkau tampak bagai malaikat cemerlang. Engkau melihat hal-hal dengan mata yang begitu cemerlang hingga aku pikir mata itu lebih berkuasa menghalau kegelapan daripada matahari. Dan Engkau melihat pada hal-hal dan orang-orang seperti itu. Dan kemudian Engkau menatap ke langit dan wajah-Mu sama seperti ketika Engkau mempersembahkan roti di meja. Kemudian, ketika kita menyeberangi desa kecil itu, Engkau tetap sendirian, di bagian belakang, dan Engkau tampak bagiku seperti seorang bapa, sebab Engkau begitu antusias mengucapkan perkataan-perkataan baik kepada orang-orang miskin di desa itu, sementara Engkau lewat. Engkau katakan kepada yang seorang, 'Tanggunglah penderitaanmu dengan sabar, karena Aku akan segera melegakanmu dan orang-orang lain yang sepertimu.' Dia adalah budak dari orang jahat itu yang melepaskan anjing-anjingnya kepada kita. Kemudian, ketika makanan sedang dipersiapkan, Engkau melihat kami dengan mata penuh cinta kasih. Engkau tampak seperti seorang ibunda... Tapi wajah-Mu sekarang sedih... Bagaimana pendapat-Mu, Yesus, ketika Engkau selalu seperti itu?... Tetapi juga di malam hari, terkadang, jika aku tidak tidur, aku melihat Engkau sangat serius. Maukah Engkau beritahukan kepadaku bagaimana Engkau berdoa, mengapa Engkau berdoa?"

"Tentu saja, Aku akan memberitahukannya kepadamu. Supaya kau bisa berdoa bersama-Ku. Hari dianugerahkan kepada kita oleh Allah. Sepanjang hari: yang cerah maupun yang mendung, siang maupun malam. Hari adalah anugerah untuk hidup dan memiliki terang. Cara hidup kita merupakan suatu sarana pengudusan. Betul begitu? Jadi kita harus menguduskan saat-saat di sepanjang hari, untuk bertekun dalam kekudusan dan memiliki kehadiran Yang Mahatinggi dan kasih karunia-Nya dalam hati kita, dan pada saat yang sama, menghalau pergi Iblis. Perhatikan burung-burung kecil. Mereka bernyanyi saat matahari terbit. Mereka memberkati terang. Kita juga harus memberkati terang, sebab terang adalah anugerah dari Allah, dan kita harus memberkati Allah Yang menganugerahkannya kepada kita dan Yang adalah Sang Terang. Kita harus merindukan Allah sejak dari fajar merekah guna memeteraikan suatu catatan terang pada keseluruhan hari yang menjelang datang, agar hari itu bisa sepenuhnya cemerlang dan suci. Dan kita harus menggabungkan diri dengan seluruh ciptaan dalam memuji Sang Pencipta. Kemudian, seiring berlalunya waktu, dan berlalunya waktu membuat kita sadar akan betapa banyak kesedihan dan ketidaktahuan yang ada di dunia, kita harus berdoa lagi agar kesedihan bisa dilegakan dan ketidaktahuan bisa dienyahkan dan Allah bisa dikenal, dikasihi dan kepada-Nya semua orang berdoa; jika semua orang mengenal Allah, mereka akan dihibur dalam penderitaan mereka. Dan pada jam enam kita harus berdoa demi kasih untuk keluarga kita, untuk anugerah dipersatukan dengan mereka yang mengasihi kita. Itu juga suatu anugerah dari Allah. Dan kita harus berdoa agar makan kita, alih-alih bermanfaat, tidak menjadi suatu kesempatan dosa. Dan pada saat matahari terbenam kita berdoa dengan mengingat bahwa kematian adalah akhir yang tak terelakkan yang menanti kita semua. Dan kita harus berdoa agar akhir kita itu, entah sekarang atau kelak, bisa terjadi pada saat jiwa kita dalam keadaan rahmat. Dan ketika lampu-lampu dinyalakan, kita harus berdoa untuk mengucap syukur atas hari yang telah berlalu dan untuk memohon perlindungan dan pengampunan, supaya kita bisa pergi tidur tanpa takut akan penghakiman atau serangan iblis yang tiba-tiba. Dan, pada akhirnya, kita harus berdoa pada malam hari - tetapi ini hanya berlaku bagi orang-orang dewasa - untuk menyilih dosa-dosa malam hari, untuk menjauhkan Setan dari orang-orang yang lemah, dan agar orang yang bersalah bisa merenung, bertobat dan membuat ketetapan hati yang baik yang akan menjadi kenyataan pada saat matahari terbit. Itulah bagaimana dan mengapa seorang yang benar berdoa sepanjang hari."

"Tetapi Engkau belum memberitahuku mengapa Engkau begitu tenggelam, begitu serius dan begitu menakjubkan pada jam sembilan...

"Karena ... Aku berkata, 'Melalui Kurban saat ini, biarkan Kerajaan-Mu datang ke dunia dan kiranya semua orang yang percaya kepada Sabda-Mu ditebus.' Kau katakan juga hal yang sama...

"Kurban apakah itu? Engkau mengatakan bahwa ukupan dipersembahkan pada pagi dan petang, dan kurban-kurban pada jam yang sama, setiap hari, di altar Bait Allah. Dan bahwa kurban-kurban untuk nazar dan silih dipersembahkan setiap saat. Tidak ada petunjuk akan suatu ritual khusus untuk jam sembilan."

Yesus berhenti dan mengangkat bocah itu dengan kedua tangan, lalu mengunjukkannya di depan Diri-Nya sendiri, dan seolah Dia sedang mendaraskan sebuah mazmur, dengan wajah-Nya terangkat ke atas, Dia berkata, "Dan antara jam enam dan sembilan, Dia Yang telah datang sebagai Juruselamat dan Penebus, Dia Yang tentang-Nya para nabi bernubuat, akan melaksanakan Kurban-Nya setelah memakan roti pahit pengkhianatan dan setelah memberikan Roti manis Hidup, setelah meremukkan Diri-Nya bagai buah anggur dalam pengirikan dan memuaskan dengan keseluruhan Diri-Nya dahaga manusia dan tumbuh-tumbuhan, dan membuat bagi Diri-Nya jubah ungu Kerajaan dari darah-Nya sendiri, dan mengenakan sebuah mahkota dan menggenggam tongkat kuasa, dan mengambil takhta-Nya di tempat yang tinggi, sehingga Sion dan Israel dan dunia dapat melihatnya. Dengan diangkat dalam balutan ungu dari luka-luka-Nya yang tak terhitung jumlahnya, dalam gelap guna memberikan Terang, dalam maut guna memberikan Hidup, Dia akan mati pada jam sembilan dan dunia akan ditebus."

Marjiam ketakutan dan pucat pasi dan menatap pada-Nya dengan mata cemas dan bibir gemetar hingga meledak dalam tangis. Dengan suara bergetar dia berkata, "Tetapi Engkau adalah Sang Juruselamat! Jadi, apakah Engkau akan mati pada jam itu?" Airmata mulai mengalir menuruni pipinya dan mulut mungilnya menghirupnya, sementara dia menantikan suatu penyangkalan.

Namun Yesus berkata, "Ya, murid kecil-Ku. Untukmu juga." Dan ketika si bocah meledak dalam sedu sedan yang dengan hebat mengguncang-guncangkan tubuhnya, Dia mendekapkannya ke dada-Nya dan berkata, "Apakah kau menyesal bahwa Aku mati?"

"Oh! Satu-satunya sukacitaku! Aku tidak mau itu! Aku... Biarkan aku mati menggantikan-Mu..."

"Kau harus mewartakan Aku ke seluruh penjuru dunia. Itu sudah ditetapkan. Tapi dengarkan. Aku akan mati dengan bahagia sebab Aku tahu bahwa kau mengasihi-Ku. Kemudian Aku akan bangkit dari mati. Apa kau ingat Yunus? Dia lebih tampan ketika dia keluar dari perut paus sebab istirahat yang cukup, dan kuat. Demikian juga Aku nanti, dan Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan berkata kepadamu, 'Marjiam kecil, airmatamu memuaskan dahaga-Ku. Kasihmu menyertai-Ku dalam Makam. Sekarang Aku datang untuk mengatakan kepadamu, "Jadilah imamku."' Dan aku akan menciummu dengan aroma Firdaus yang masih menempel pada-Ku."

"Tapi di manakah aku akan berada? Apakah aku tidak bersama Petrus atau Bunda?"

"Aku akan menyelamatkanmu dari gelombang keji pada masa itu. Aku akan menyelamatkan yang paling lemah dan paling tidak berdosa. Terkecuali satu... Marjiam, rasul kecil, maukah kau membantu-Ku berdoa untuk saat itu?"

"Oh! Ya aku mau, Tuhan! Dan yang lain-lainnya?"

"Itu adalah suatu rahasia antara kau dan Aku. Rahasia besar. Sebab Tuhan suka dinyatakan kepada mereka yang kecil... Jangan menangis lagi. Tersenyumlah pada pemikiran bahwa sesudahnya Aku tidak akan sengsara lagi dan Aku hanya akan mengingat semua kasih orang, dan yang pertama-tama kasihmu. Ayo. Lihat sudah betapa jauh yang lain-lainnya. Ayo kita lari dan bergabung dengan mereka," Dia menurunkan bocah itu dan dengan bergandengan mereka mulai berlari sampai mereka tiba dalam kelompok.

"Guru, apakah yang telah Engkau lakukan?"

"Aku menjelaskan jam-jam dalam sehari kepada Marjiam."

"Dan apakah bocah itu menangis? Dia pasti nakal, dan Engkau memaafkannya karena kebaikan-Mu," kata Petrus.

"Tidak, Simon. Dia memperhatikan Aku berdoa. Kau belum pernah melakukannya. Dia bertanya pada-Ku mengapa. Aku memberitahunya. Si bocah tersentuh oleh perkataan-Ku. Sekarang biarkan dia sendiri. Pergilah kepada BundaKu, Marjiam. Dan kamu semua, dengarkan Aku. Tidak akan rugi jika kamu mendengarkan pelajaran ini juga."

Dan Yesus menjelaskan sekali lagi manfaat doa pada jam-jam utama dalam hari, dengan mengecualikan penjelasan mengenai jam sembilan, dan mengakhiri, "Persatuan dengan Allah adalah membuat-Nya hadir setiap saat untuk memuji dan berseru kepada-Nya. Lakukan itu dan kamu akan maju dalam kehidupan roh."

Bozrah sekarang sudah dekat. Terbentang di dataran, Bozrah tampak sebagai sebuah kota besar yang indah dengan tembok-tembok dan menara-menara. Senja yang menjelang, meredupkan bayangan rumah-rumah dan negeri menjadi ungu pucat keabu-abuan, di mana semua kontur menjadi samar, sementara ngok-ngok babi-babi dan embikan domba-domba di halaman di luar tembok, memecah keheningan negeri. Kesunyian kota berakhir begitu caravan melintasi gerbang memasuki labirin jalan-jalan sempit yang mengecewakan orang-orang yang dari luar menganggap kota itu indah. Suara-suara, bau-bauan, dan... bau busuk merebak di jalan-jalan setapak yang berbelit dan menyertai para peziarah sampai ke alun-alun kota, ke alun-alun pasar, di mana penginapan terletak.

Dengan demikian tibalah mereka di Bozrah.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama