276. DI KEBUN MARIA DARI MAGDALA: KASIH KEPADA SESAMA.           


16 September 1945  

Yesus tidak lagi di mana Ia berada sepanjang penglihatan terakhir. Ia berada di sebuah kebun luas yang terbentang sampai ke danau. Di tengahnya ada sebuah rumah yang dikelilingi oleh kebun yang di bagian belakang rumah setidaknya tiga kali lebih luas dari yang di bagian depan dan samping-sampingnya. Ada bunga-bungaan, tetapi terutama pepohonan, semak belukar dan pojok-pojok nan asri, sebagian sekeliling kolam air mancur dari pualam yang berharga, sebagian seperti pondok-pondok dengan meja-meja dan tempat-tempat duduk batu. Dan tentunya ada patung-patung di sana sini, baik di sepanjang jalan setapak maupun di tengah kolam-kolam. Hanya alas dari patung-patung itu yang sekarang tersisa sebagai kenangan, dekat pepohonan salam dan semak-semak box atau tercermin dalam kolam-kolam penuh air jernih.

Kehadiran Yesus bersama para murid-Nya dan orang-orang dari Magdala, di antaranya ada Benyamin kecil yang berani mengatakan pada Iskariot bahwa dia adalah orang jahat, membuatku berpikir bahwa itu adalah kebun-kebun rumah Magdalena... yang telah dengan suka hati diubah untuk suatu fungsi baru dengan menyingkirkan apa yang mungkin menjijikkan atau menghebohkan atau mengingatkan orang akan masa lalu.

Danau yang bak sutera abu-abu biru merefleksikan langit, di mana awan-awan berlayar dengan cepat, sarat dengan hujan musim gugur pertama. Tapi walau begitu tampak indah sekali, dalam cahaya damai tenang dari hari yang tidak jernih tetapi tidak sepenuhnya hujan. Pantainya tidak lagi diselimuti bebungaan, namun dilukis oleh si pelukis hebat yang adalah musim gugur, dan mereka menampilkan warna-warni oker [kuning, jingga dan coklat] dan ungu dan warna pucat lesu dedaunan dari pepohonan dan kebun-kebun anggur yang layu, yang berubah warna sebelum gugur ke bumi. Di kebun sebuah vila yang menghadap ke danau seperti ini, ada suatu tempat yang telah berubah merah, seolah ia menuangkan darah ke dalam air, karena adanya suatu pagar tanam-tanaman dengan ranting-ranting yang lentur, yang telah diwarnai oleh musim gugur dengan warna tembaga yang menyala, sementara pohon-pohon willow yang tersebar sepanjang pantai, tak jauh dari kebun, tampak gemetar, sebab daun-daun rampingnya yang berwarna perak-hijau bergetar dan terlihat lebih pucat dari biasanya sebelum ia gugur.

Yesus tidak sedang menatap apa yang aku amati. Ia menatap pada beberapa orang sakit yang miskin yang Ia sembuhkan. Ia menatap pada beberapa pengemis tua yang diberi-Nya sejumlah uang. Ia menatap pada anak-anak yang dibawa kepada-Nya oleh ibu mereka agar Ia memberkati mereka. Dan Ia menatap iba pada sekelompok saudara perempuan, yang memberitahukan pada-Nya perilaku saudara laki-laki satu-satunya, yang sudah menyebabkan ibu mereka meninggal karena patah hati dan sudah mendatangkan kehancuran mereka, dan para perempuan malang itu memohon kepada-Nya untuk memberi mereka nasehat dan untuk berdoa bagi mereka.

"Aku pasti akan berdoa untukmu. Aku akan meminta Allah untuk memberimu damai dan Aku akan berdoa untuknya, agar dia dapat berbalik dan ingat bahwa kamu adalah saudari-saudarinya, memberimu apa yang adil, dan di atas semua itu dia dapat sekali lagi mengasihimu. Sebab jika dia melakukan itu, dia akan melakukan semua yang lainnya. Tapi apakah kamu mengasihinya, atau kamu menyimpan dendam terhadapnya? Apakah kamu memaafkannya sepenuh hati atau adakah kemarahan dalam airmatamu? Sebab dia juga tidak bahagia. Lebih darimu. Dan kendati kekayaannya, dia lebih miskin darimu, dan kamu harus berbelas-kasihan kepadanya. Dia tidak lagi mengasihi dan tanpa kasih kepada Allah. Lihat betapa tidak bahagianya dia? Kehidupan sedih yang dia buat untukmu akan berakhir dengan kebahagiaan untukmu dan terutama untuk ibumu. Tapi tidak untuknya. Sebaliknya, dari kenikmatan semu sekarang ini, dia akan mengalami siksa abadi yang mengerikan. Ikutlah bersama-Ku. Dengan berbicara kepadamu, Aku akan berbicara kepada semua orang."

Dan Yesus pergi ke tengah suatu padang, di mana dulu pastinya ada sebuah patung dan tempat ini sekarang bertabur petak-petak bunga. Hanya alas patungnya yang sekarang tersisa, yang dikelilingi oleh pagar rendah dari tanam-tanaman murad dan mawar mini. Yesus pergi ke pagar tanam-tanaman itu dan mulai berbicara. Orang-orang menjadi hening dan mengerumuni-Nya.

"Damai sertamu. Dengarkan. Ada tertulis: 'Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.' Tapi siapakah sesama kita? Seluruh umat manusia, dalam arti umum. Dalam arti yang lebih sempit, semua warga negara kita; dalam arti yang bahkan terlebih sempit, semua warga kota kita; lalu dalam arti yang semakin sempit, semua sanak saudara kita; dan akhirnya, lingkaran terakhir dari mahkota kasih ini ditutup bagai helai-helai bunga mawar sekeliling jantung bunga, kasih untuk saudara sekandung kita: sesama kita yang utama. Allah adalah pusat dari jantung bunga kasih, jadi kasih kepada-Nya adalah yang terutama yang harus dimiliki. Di sekeliling pusat-Nya adalah kasih kepada orangtua kita, yang kedua yang harus dimiliki, sebab bapa dan ibu adalah sungguh 'Allah' kecil di bumi, karena prokreasi [= memperanakkan] kita dan bekerja sama dengan Allah dalam penciptaan kita, di samping merawat kita dengan kasih yang tak kenal lelah. Beragam cincin kasih itu berada dekat sekeliling ovarium yang bersinar dengan putik dan memancarkan aroma dari kasih yang paling dipilih. Yang pertama adalah kasih kepada saudara-saudara kita yang dilahirkan dari rahim yang sama dan sedarah dengan kita. Bagaimana saudara kita seharusnya dikasihi? Hanya karena daging dan darahnya sama dengan kita? Bahkan burung-burung kecil yang ada bersama dalam satu sarang dapat melakukannya. Faktanya, inilah kesamaan yang mereka semua miliki: mereka seperindukan dan pada lidah mereka ada rasa liur bapa dan ibu mereka. Kita manusia lebih berharga dari burung. Kita punya lebih dari sekedar daging dan darah. Kita punya Bapa selain punya bapa dan ibu. Kita punya jiwa dan kita punya Allah, Bapa dari semua manusia. Jadi kita harus mengasihi saudara kita sebagai saudara, sebab bapa dan ibu kita yang melahirkan kita, dan sebagai saudara sebab Allah Yang adalah Bapa universal.

Oleh karena itu, kita harus mengasihi saudara kita, secara rohani dan tidak hanya secara jasmani. Kita harus mengasihinya bukan hanya karena tubuh dan darahnya, tetapi karena kesamaan roh yang kita miliki. Dan kita harus mengasihi, seperti sebagaimana ia harus dikasihi, roh saudara kita lebih dari tubuhnya. Sebab roh lebih penting dari tubuh. Sebab Allah Bapa lebih penting dari bapa manusia. Sebab roh lebih berharga dari daging. Sebab saudara kita akan jauh lebih tidak bahagia jika dia kehilangan Allah Bapa daripada jika dia kehilangan bapa manusianya. Adalah sungguh menghancurkan hati berpisah dari bapa manusia, tetapi itu hanyalah setengah dari menjadi yatim. Itu hanyalah merusakkan apa yang duniawi, yakni kebutuhan kita akan pertolongan dan belaian. Tetapi roh, jika dia bisa percaya, tidak akan dirusakkan oleh kematian si bapa. Sebaliknya, demi bergabung dengan bapa yang benar itu di mana dia berada, roh si anak bangkit seolah-olah ditarik oleh suatu kekuatan kasih. Dan dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa itu adalah kasih, kasih kepada Allah dan kepada bapa, yang telah naik dengan jiwanya ke tempat kebijaksanaan. Roh si anak naik ke tempat di mana dia lebih dekat dengan Allah dan bertindak dengan kebenaran yang terlebih lagi, sebab dia tidak kekurangan pertolongan sejati, yakni doa-doa si ayah yang sekarang dia kasihi dengan sempurna, pun dia juga tidak kekurangan pengendalian diri, baik karena kepastian bahwa bapanya sekarang melihat perbuatan-perbuatan anaknya secara lebih baik dari yang dilakukannya semasa hidupnya, maupun kerinduan untuk dapat bergabung dengan bapanya lewat suatu hidup yang kudus.

Itulah sebabnya mengapa orang harus terlebih memperhatikan roh daripada tubuh saudaranya. Pastilah itu kasih yang sangat rendah jika orang mempedulikan apa yang dapat binasa, dengan mengabaikan apa yang tidak dapat binasa dan yang, jika diabaikan, dapat menghilangkan sukacita abadi. Terlalu banyak orang melelahkan diri mereka sendiri dan mengkhawatirkan diri sendiri dengan hal-hal yang tidak berguna, dan kehilangan pandangan akan apa yang sungguh perlu. Seorang saudara atau saudari yang baik jangan khawatir hanya tentang merapikan pakaian dan menyiapkan makanan, atau membantu saudara-saudaranya dengan pekerjaan mereka. Tetapi dia harus membungkuk pada roh mereka dan mendengarkan suara-suara mereka, mengenali kesalahan-kesalahan mereka, dan dengan kesabaran yang penuh kasih menyibukkan diri untuk memberikan kepada mereka roh kudus yang bermanfaat, jika dalam suara-suara dan kesalahan-kesalahan itu dia melihat adanya bahaya bagi kehidupan abadi mereka. Dan jika saudaranya itu telah berdosa terhadapnya, dia harus mengampuninya dan memohon Allah untuk mengampuninya, melalui kembalinya si saudara pada kasih, yang tanpanya Allah tidak akan mengampuni.

Ada tertulis dalam Imamat: 'Janganlah kamu membenci saudaramu di dalam hatimu, kamu harus berterus terang mengatakan padanya tentang kesalahannya; dengan cara ini kamu tidak akan mendatangkan dosa atas dirimu sendiri karena dia.' Tetapi ada suatu jurang yang sangat dalam antara tidak membenci dan mengasihi. Kamu mungkin berpikir bahwa keengganan, menjauhkan diri, acuh tak acuh adalah bukan dosa, sebab itu bukan benci. Tidak. Aku telah datang untuk membawa terang baru tentang kasih, dan sebagai konsekuensinya, tentang kebencian, sebab apa yang membuat kasih terang dalam setiap detailnya, membuat setiap detail dari kebencian terang juga. Peninggian ke tingkat tinggi dari kasih, membawa, sebagai konsekuensinya, kelepasan yang lebih jauh dari kebencian, sebab semakin tinggi kasih naik, semakin rendah kebencian tampak tenggelam.

Doktrin-Ku adalah kesempurnaan. Adalah pemurnian perasaan dan pertimbangan. Adalah kebenaran tanpa metafora dan parafrasa. Dan Aku katakan kepadamu bahwa keengganan, menjauhkan diri, dan acuh tak acuh adalah sudah benci. Hanya karena itu bukan kasih. Benci adalah lawan kasih. Dapatkah kamu temukan nama lain untuk keengganan? Untuk menjauhkan diri dari suatu makhluk? Untuk acuh tak acuh? Dia yang mengasihi punya rasa suka pada orang yang dikasihinya. Jadi jika dia tidak punya rasa suka, dia tidak lagi mengasihinya. Dia yang mengasihi, bahkan meski dia terpisah secara materiil dari orang yang dikasihinya, terus berada dekatnya dengan rohnya. Jadi, jika dengan rohnya orang menjauhkan diri dari yang lainnya, maka dia tidak lagi mengasihi yang lainnya itu. Dia yang mengasihi tidak pernah acuh tak acuh terhadap orang yang dikasihinya, sebaliknya dia menaruh minat pada segala hal yang menyangkut orang itu. Jadi, jika orang acuh tak acuh terhadap yang lain, itu berarti bahwa dia tidak mengasihi yang lainnya itu. Dengan demikian kamu bisa melihat bahwa ketiga sikap itu merupakan cabang dari satu pohon: kebencian. Sekarang apa yang terjadi jika kita disalahi oleh orang yang kita kasih? Dalam sembilanpuluh persen perkara, jika kebencian tidak muncul, maka keengganan, menjauhkan diri atau acuh tak acuh akan terjadi. Tidak. Jangan lakukan itu. Jangan bekukan hatimu dengan ketiga bentuk kebencian itu. Kasih.

Tetapi kamu bertanya dalam hati: 'Bagaimana kami bisa?' Aku menjawabmu: 'Seperti Allah bisa, seperti Ia mengasihi mereka yang bersalah kepada-Nya. Kasih yang berduka tetapi masih mengasihi.' Kamu katakan: 'Bagaimana kita melakukannya?' Aku memberikan suatu hukum baru tentang hubungan dengan seorang saudara yang bersalah, dan Aku katakan: 'Jika saudaramu bersalah padamu, jangan mempermalukannya dengan mencelanya di depan umum, tetapi dorong kasihmu untuk menutupi kesalahan saudaramu itu di mata dunia.' Karena akan besarlah ganjaranmu di mata Allah, dengan menghalangi, demi kasih, setiap kepuasan dari kesombonganmu.

Oh! Betapa manusia senang membuat orang-orang lain tahu bahwa dia sudah disalahi dan berduka karenanya! Seperti seorang pengemis bodoh, dia tidak pergi kepada raja untuk meminta sedekah emas, tetapi dia pergi kepada para pengemis bodoh lainnya, yang seperti dirinya, meminta segenggam abu dan kotoran hewan dan seteguk racun yang membakar. Itulah apa yang diberikan dunia kepada orang yang disalahi yang pergi dengan mengeluh dan mohon penghiburan. Allah, sang Raja, memberikan emas murni kepada dia, yang sudah disalahi, dan pergi tanpa dendam, untuk menangis hanya di kaki-Nya dan memohon kepada-Nya, Kasih dan Kebijaksanaan, penghiburan akan kasih dan bagaimana berperilaku dalam keadaan duka. Oleh sebab itu, jika kamu menginginkan penghiburan, pergilah kepada Allah dan bertindaklah dengan kasih.

Aku berkata kepadamu, dengan mengoreksi hukum lama: 'Jika saudaramu telah berdosa terhadapmu, pergilah dan kamu sendiri perbaikilah dia. Jika dia mendengarkanmu, kamu telah mendapatkan saudaramu kembali. Dan pada saat yang sama kamu telah mendapatkan banyak berkat dari Allah. Jika saudaramu tidak mendengarkanmu, tetapi dia menolakmu dengan bersikukuh pada kesalahannya, bawalah bersamamu dua atau tiga orang saksi yang berwibawa, pandai, dan terpercaya, sehingga tak seorang pun dapat mengatakan bahwa kamu menyetujui kesalahannya atau acuh tak acuh terhadap kesejahteraan jiwanya, dan kembalilah kepada saudaramu bersama mereka, dan dengan baik-baik ulangi perkataanmu di hadapan mereka, sehingga para saksi mungkin dapat mengulangi bahwa kamu sudah melakukan semua yang dalam kuasamu untuk mengoreksi saudaramu dengan suatu cara yang kudus. Karena, itulah tugas seorang saudara yang baik, sebab dosa yang dilakukannya terhadapmu merusakkan jiwanya, dan kamu harus merawat jiwanya. Jika itu tidak berhasil, beritahukan kepada sinagoga, supaya dia dapat ditertibkan dalam nama Allah. Jika meski begitu dia tidak mau memperbaiki kesalahannya dan dia menolak sinagoga ataupun Bait Suci seperti dia menolakmu, maka anggaplah dia sebagai seorang pemungut cukai dan seorang bukan Yahudi.'

Lakukan itu baik kepada saudara-saudara kandungmu maupun kepada orang-orang yang kamu kasihi. Sebab juga dengan sesamamu yang jauh, kamu harus berperilaku dengan kekudusan, kemurahan hati, toleransi, dan kasih. Dan ketika itu adalah suatu perkara hukum dan adalah perlu untuk pergi ke pengadilan dan kamu pergi bersama musuhmu, Aku katakan padamu, hai manusia, yang sering kali mendapati dirimu sendiri dalam kejahatan-kejahatan yang terlebih besar melalui kesalahanmu sendiri, lakukan semua yang ada dalam kuasamu, sementara kamu di jalan, untuk berdamai dengannya, entah kamu benar atau salah. Karena keadilan manusia selalu tidak sempurna dan seorang yang cerdik pada umumnya mengalahkan keadilan dan si pelaku kesalahan dapat dianggap tidak bersalah, sementara kamu, yang tidak bersalah, mungkin dinyatakan bersalah. Dan lalu, tidak saja hakmu tidak akan diakui, tetapi kamu akan kalah dalam perkara dan, dari tidak bersalah kamu akan didapati bersalah akan fitnah, dan lalu hakim akan menyerahkanmu kepada pelaksana hukum yang tidak akan membiarkanmu bebas sampai kamu sudah membayar lunas hingga ke sen terakhir.

Berdamailah. Apa harga dirimu menderita karenanya? Sangat baik. Apa uangmu diperas? Lebih baik lagi. Asalkan kekudusanmu bertambah. Jangan haus akan uang. Jangan ingin pujian. Biar Allah yang memujimu. Pastikan bahwa kamu punya kantong uangmu di Surga. Dan berdoalah bagi mereka yang bersalah padamu. Supaya mereka dapat memperbaiki kesalahan. Jika itu terjadi, mereka sendiri yang akan mengembalikan kehormatan dan hartamu. Jika tidak, Allah yang akan melakukannya.

Pergilah, sekarang, sebab sudah waktunya bersantap. Biarkan hanya para pengemis yang tinggal dan duduk di meja kerasulan. Damai sertamu."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama