272. MUKJIZAT PERTAMA ROTI.


7 September 1945  

Tempatnya masih sama. Tetapi matahari tak lagi bersinar dari timur menembusi semak-semak sepanjang Yordan di tempat liar ini di mana air danau mengalir masuk ke dalam palung sungai. Ia bersinar, sama condongnya, dari barat, sementara terbenam di langit merah semarak, bergurat berkas-berkas cahaya terakhirnya. Di bawah dedaunan yang rimbun, suasana cukup terang, mengarah ke rona senja nan damai. Burung-burung, yang digembirakan oleh sinar matahari yang mereka nikmati sepanjang siang dan oleh berlimpah makanan yang mereka pungut dari wilayah sekitar, menimbulkan kegaduhan dengan kicauan dan nyanyian mereka di puncak-puncak pohon. Senja menjelang dengan kemegahan akhir hari itu.

Para rasul menunjukkannya kepada Yesus, Yang selalu mengajar seturut subyek yang dihadirkan di hadapan-Nya. "Guru, sebentar lagi malam. Ini tempat yang terpencil, jauh dari rumah-rumah dan desa-desa, teduh dan lembab. Sebentar lagi tidak akan mungkin melihat atau berjalan di sini. Bulan terbit lambat. Bubarkanlah orang banyak supaya mereka dapat pergi ke Tarichea atau desa-desa lain sepanjang Yordan untuk membeli makanan dan mendapatkan penginapan."

"Mereka tidak perlu pergi. Beri mereka sesuatu untuk dimakan. Mereka dapat tidur di sini seperti yang mereka lakukan ketika menantikan-Ku."

"Guru, Engkau tahu bahwa hanya ada lima roti tersisa dan dua potong ikan."

"Bawalah itu kepada-Ku."

"Andreas, pergi dan carilah si bocah. Dia yang menjaga tas. Beberapa waktu yang lalu dia bersama anak si ahli Taurat dan dua anak laki-laki lain, hendak membuat mahkota-mahkota bunga dan bermain sebagai raja."

Andreas segera pergi. Yohanes dan Filipus juga mencari Marjiam di antara orang banyak yang terus berpindah tempat. Mereka menemukannya nyaris bersamaan, dengan tas makanan pada punggungnya, sebuah taruk besar clematis sekeliling kepalanya dan sebuah ikat pinggang clematis, dari mana sebatang cabang menggantung, sebagai pedang, dengan puncaknya sebagai pangkal pedang dan batang panjangnya sebagai pisau. Ada tujuh anak laki-laki bersamanya, semuanya mengenakan atribut yang sama, sedang berkunjung ke putra si ahli Taurat, seorang anak yang sangat kurus, dengan wajah sedih dari seorang yang sudah sangat banyak menderita, yang berhiaskan lebih banyak bunga-bunga dari yang lain-lainnya dan berperan sebagai raja.

"Kemari, Marjiam. Guru memanggilmu!"

Marjiam meninggalkan teman-temannya dan berlari tanpa menanggalkan… atribut kebesarannya. Tetapi anak-anak yang lain mengikutinya dan Yesus segera saja dikelilingi oleh suatu lingkaran anak-anak bermahkotakan bunga-bunga. Ia membelai mereka sementara Filipus mengeluarkan sebuah bungkusan dari tas kain berisi beberapa roti yang dibungkus bersama dengan dua ekor ikan besar: dua kilogram ikan, atau lebih sedikit. Bekal itu tidak akan cukup untuk tujuhbelas orang, bukan, delapanbelas, termasuk Menahem, dari kelompok Yesus. Mereka membawa makanan itu kepada sang Guru.

"Bagus sekali. Sekarang ambilkan Aku beberapa keranjang. Tujuhbelas, sebanyak kamu. Marjiam akan membagikan makanan kepada anak-anak…" Yesus menatap tajam pada si ahli Taurat yang selama itu selalu berada di dekat-Nya dan bertanya: "Apa kau juga mau membagikan makanan kepada orang-orang yang lapar?"  

"Aku mau. Tetapi aku sendiri tidak punya makanan sama sekali."

"Bagikan punya-Ku. Aku akan memberikannya padamu."

"Tetapi… apakah Engkau akan mengenyangkan lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk para perempuan dan anak-anak, dengan dua ekor ikan dan lima roti itu?"

"Pasti. Jangan tidak percaya. Mereka yang percaya akan melihat mukjizat dilakukan."

"Oh! Kalau begitu aku mau membagikan makanan juga!"

"Jadi, mintalah seseorang untuk memberimu sebuah keranjang juga."

Para rasul kembali dengan keranjang-keranjang, yang sebagian rendah dan lebar, sebagian lainnya dalam dan sempit. Si ahli Taurat kembali dengan sebuah keranjang yang relatif kecil. Jelas, imannya atau ketidakpercayaannya membuatnya mengambil keranjang itu sebagai yang lebih besar dari yang dibutuhkan.

"Bagus. Letakkan semuanya di sini. Sekarang mintalah orang banyak untuk duduk secara teratur, dalam barisan-barisan, sejauh mungkin."

Dan sementara mereka melakukannya, Yesus mengangkat roti-roti dengan ikan di atasnya, mempersembahkannya, berdoa dan memberkatinya. Si ahli Taurat tidak mengalihkan matanya dari-Nya barang sekejap pun. Yesus memecah-mecahkan kelima roti menjadi delapanbelas bagian; Ia juga membagi kedua ikan menjadi delapanbelas bagian, dan memasukkan satu bagian ikan: suatu cuilan yang sungguh kecil, ke dalam tiap-tiap keranjang. Ia lalu membagi tiap-tiap dari kedelapanbelas bagian roti menjadi potongan-potongan: satu bagian menjadi banyak potongan. Relatif banyak; sekitar duapuluh, tidak lebih. Ia lalu memasukkan tiap-tiap bagian yang sudah dipecah-pecahkannya menjadi potongan-potongan, ke dalam sebuah keranjang, dengan bagian ikan.

"Sekarang bawalah dan bagikan untuk mengenyangkan mereka. Pergilah. Marjiam, bagikan makanan kepada teman-temanmu."

"Ah! Berat sekali!" kata Marjiam ketika mengangkat keranjangnya. Ia langsung pergi ke teman-teman kecilnya, dengan berjalan layaknya seorang yang membawa suatu beban berat.

Para rasul, para murid, Menahem, si ahli Taurat mengamatinya pergi dengan tercengang… Mereka lalu mengangkat keranjang mereka dan dengan menggeleng-gelengkan kepala mereka berkata satu sama lain: "Si bocah pasti bergurau! Beratnya sama seperti sebelumnya." Dan si ahli Taurat melongok ke dalam keranjangnya, memasukkan tangannya ke dalam keranjang untuk meraih dasarnya, sebab hari semakin gelap di semak belukar di mana Yesus berada, sementara di kejauhan, di lapangan terbuka, masih terang. Tetapi, kendati komentar-komentar mereka, mereka pergi juga menuju orang banyak dan mulai membagikan makanan. Dan mereka membagi-bagikan… Sesekali mereka menengok ke belakang kepada Yesus dengan sepenuhnya heran, sementara mereka bergerak semakin jauh, dan sang Guru yang bersandar pada sebatang pohon dengan kedua tangan terlipat, tersenyum samar atas keheranan mereka.

Pembagian memakan waktu yang lama dan dengan berlimpah… satu-satunya yang tidak menunjukkan keheranan adalah Marjiam, yang tersenyum dan bahagia dapat mengisi pangkuan begitu banyak anak yang malang dengan roti dan ikan. Dia adalah juga yang pertama kembali kepada Yesus dengan berkata: "Aku sudah membagikan sangat banyak, sangat banyak!... sebab aku tahu bagaimana rasanya lapar…" dan dia menengadahkan wajah mungilnya, yang tak lagi kurus, namun, sebab mengenangkannya, menjadi pucat dengan dua mata yang terbuka lebar… Tetapi Yesus membelainya dan seulas senyum cemerlang muncul di wajahnya, sementara dia bergelayut penuh penyerahan diri pada Yesus, Guru dan Pelindung-nya.

Para rasul dan para murid kembali perlahan-lahan, tercengang penuh ketakjuban. Yang terakhir kembali adalah si ahli Taurat yang tidak mengatakan apa-apa. Tetapi dia membuat suatu gerakan yang lebih dari sekedar khotbah. Dia berlutut dan mencium pinggiran jubah Yesus.
"Ambillah bagianmu dan beri Aku sedikit. Marilah kita menyantap makanan yang dari Allah."
 Sesungguhnya, mereka makan roti dan ikan, tiap-tiap orang seturut kebutuhannya…
Sementara itu orang banyak, yang sekarang sudah kenyang, saling bertukar kesan. Juga mereka yang di sekeliling Yesus menyampaikan komentar-komentar mereka sementara mengamati Marjiam yang sudah selesai makan dan sekarang bermain bersama anak-anak lainnya.

"Guru," tanya si ahli Taurat, "mengapa si bocah langsung merasakan beratnya, dan kami tidak? Aku melihat juga ke dalamnya. Masih ada beberapa potongan roti dan cuilan ikan. Aku mulai merasakan beratnya ketika aku bergerak menuju orang banyak. Tetapi andai keranjang itu seberat makanan yang aku bagikan, maka akan diperlukan sepasang bagal untuk mengangkutnya, bukan sebuah keranjang, melainkan sebuah kereta yang sarat makanan. Awalnya aku membagikannya dengan hemat… tetapi lalu aku membagi dan membagi… dan sebab aku tidak mau bersikap tidak adil, aku kembali pada mereka yang pertama dan memberikan lebih banyak kepada merka, sebab tadinya aku memberi mereka sedikit. Dan meski begitu, makanannya cukup."
"Aku juga merasakan keranjangnya menjadi semakin berat ketika aku berangkat, dan aku langsung memberikan banyak sebab aku tahu bahwa Engkau sudah mengerjakan suatu mukjizat," kata Yohanes.
"Aku, sebaliknya, berhenti. Aku duduk dan menuangkan semuanya ke pangkuanku untuk melihat… Dan aku melihat roti dan roti. Aku lalu berangkat," kata Menahem.
"Aku bahkan menghitungnya, sebab aku tidak mau memberikan kesan buruk. Ada limapuluh roti kecil. Jadi, aku katakan: 'Aku akan memberikannya kepada limapuluh orang dan lalu aku akan kembali.' Dan aku menghitung. Tetapi ketika aku sampai ke hitungan limapuluh, beratnya masih sama. Aku melihat ke dalam. Ada sangat banyak. Aku lanjut dan aku membagikannya ke ratusan dari mereka. Makanannya tidak pernah berkurang," kata Bartolomeus.
"Aku, aku harus mengakuinya, aku tidak percaya, dan aku menempatkan potongan-potongan roti dan cuilan ikan ke tanganku dan aku menatapnya dengan berkata: 'Apa gunanya ini? Yesus pasti bergurau!...' dan aku menatapnya lagi dan lagi, sementara bersembunyi di balik sebatang pohon, dengan berharap dan berputusasa untuk melihatnya mengembang. Tetapi makanan itu tetap sama. Aku hampir saja kembali, ketika Matius lewat dengan berkata: 'Apa kau memperhatikan betapa bagusnya?' 'Apa?' tanyaku. "Roti dan ikan!...' 'Apa kau gila? Aku cuma bisa melihat potongan-potongan roti.' 'Pergi dan bagikan itu dengan iman, dan kau akan melihat.' Aku memasukkan kembali ke dalam keranjang potongan-potongan roti itu dan aku pergi dengan enggan… Dan lalu… Ampuni aku, Yesus, sebab aku seorang berdosa!" kata Tomas.
"Bukan. Kau roh yang duniawi. Kau berpikir seturut dunia."
"Aku juga, Tuhan. Sebegitu rupa hingga aku berpikir untuk memberikan sekeping uang bersama dengan roti dan aku berkata kepada diriku sendiri: 'Mereka akan makan di tempat lain,'" kata Iskariot. "Aku berharap membantu-Mu memberikan kesan yang lebih baik. Jadi seperti apa aku? Seperti Tomas atau lebih lagi?"
"Kau jauh lebih 'duniawi' dibandingkan Tomas."
"Dan meski begitu tadinya aku berpikir memberikan sedekah macam itu sebagai 'ilahi'! Itu adalah uang pribadiku sendiri…"
"Sedekah untuk dirimu sendiri, untuk kesombonganmu. Dan sedekah untuk Allah. Tetapi, Allah tidak membutuhkannya dan adalah dosa memberikan sedekah demi kesombonganmu, bukan ganjaran."
Yudas menundukkan kepalanya dan terdiam.
"Aku, sebaliknya, berpikir bahwa aku harus meremukkan cuilan ikan dan potongan roti, supaya menjadi cukup. Aku tidak ragu bahwa makanan itu akan menjadi cukup, baik sehubungan dengan jumlahnya maupun nutrisinya. Setetes air yang diberikan oleh-Mu dapat lebih menyehatkan dan memberi hidup dibandingkan suatu perjamuan," kata Simon Zelot.
"Dan apa yang kamu pikirkan?" Petrus bertanya pada kedua sepupu Yesus.
"Kami ingat Kana… dan tidak ragu," jawab Yudas serius.
"Dan kau, Yakobus, saudara-Ku terkasih, apa kau hanya berpikir seperti itu?"
"Tidak, aku pikir itu adalah suatu sakramen, seperti yang pernah Engkau katakan kepadaku… Benarkah demikian atau apakah aku salah?"

Yesus tersenyum: "Ya dan bukan. Pemikiranmu akan suatu gambaran yang jauh hendaknya ditambahkan pada kebenaran mengenai kuasa menyehatkan dan memberi hidup dalam setetes air, yang disebutkan oleh Simon. Tapi itu masih belum sebuah sakramen."

Si ahli Taurat memegang remah dalam tangannya.

"Apa yang akan kau lakukan dengan itu?"

"Sebuah... suvenir."

"Aku akan menyimpan satu juga. Aku akan menempatkannya sekeliling leher Marjiam dalam sebuah tas kain kecil," kata Petrus.

"Dan aku akan membawanya kepada ibu kami," kata Yohanes.

"Dan bagaimana dengan kami? Kami sudah menyantap semuanya..." kata yang lain dengan sedih.

"Berdirilah. Pergilah berkeliling lagi dengan keranjang-keranjang dan kumpulkan makanan yang tersisa, pilihlah orang-orang yang paling miskin dan bawalah mereka kemari bersama keranjang-keranjang itu. Dan lalu, kamu, para murid-Ku, akan pergi ke perahu dan berlayar ke dataran Genesaret. Aku akan membubarkan orang banyak sesudah melayani mereka yang lebih miskin dan Aku akan menggabungkan diri bersamamu sesudahnya."

Para rasul taat... dan mereka kembali dengan duabelas keranjang penuh sisa-sisa makanan dan dengan diikuti sekitar tigapuluh orang pengemis atau orang-orang yang sangat miskin papa.

"Sungguh baik. Kamu boleh pergi sekarang."

Para rasul dan murid-murid Yohanes mengucapkan selamat tinggal kepada Menahem dan pergi meninggalkan Yesus dengan agak enggan. Tetapi mereka patuh. Menahem tinggal bersama Yesus hingga orang banyak, dalam cahaya terakhir hari itu, berangkat menuju desa-desa atau mencari tempat untuk tidur di antara rerumputan kering yang tinggi. Dia kemudian undur diri dari Sang Guru. Si ahli Taurat sudah pergi sebelumnya; sesungguhnya dia adalah seorang di antara mereka yang pertama, ketika dia pergi bersama putranya dengan mengikuti para rasul.

Ketika mereka semua sudah pergi atau tidur, Yesus bangkit berdiri, memberkati mereka yang tidur, dan berjalan dengan langkah-langkah lambat menuju ke arah danau, ke semenanjung kecil Tarichea, beberapa yard di atas danau, bagai sebuah bukit bertakik yang menjorok di atasnya. Dan ketika Ia tiba di kakinya, tanpa memasuki kota, tetapi dengan mengitarinya, Ia memanjat bukit dan berhenti di sebuah puncak, berdoa di hadapan danau biru dan dalam damai tenang malam yang berbulan.


___________________________________________________________________________________________

Yesus berkata: "Kau akan menempatkan di sini penglihatan tertanggal 4 Maret 1944: Yesus berjalan di atas air."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 4                 Daftar Istilah                    Halaman Utama