267. YESUS BERBICARA TENTANG KASIH.
![]() 1 September 1945
Yesus bersama Menahem di samping-Nya keluar dari rumah si janda dengan berkata: "Damai sertamu dan keluargamu. Kita akan bertemu kembali sesudah Sabat. Selamat tinggal, Yusuf kecil. Kau dapat bermain dan beristirahat besok, dan lalu kau akan membantu-Ku lagi. Mengapa kau menangis?"
"Aku takut Engkau tidak akan kembali lagi…"
"Aku selalu mengatakan kebenaran. Tetapi, apa kau sangat sedih karena Aku pergi?"
Anak itu mengangguk.
Yesus membelainya seraya berkata: "Satu hari akan berlalu dengan segera. Kau akan bersama ibumu dan saudara-saudaramu besok. Dan Aku akan bersama para rasul-Ku dan Aku akan berbicara kepada mereka. Selama beberapa hari terakhir Aku berbicara kepadamu untuk mengajarimu bagaimana bekerja, sekarang Aku akan pergi kepada mereka untuk mengajari mereka bagaimana mewartakan dan menjadi baik. Kau tidak akan senang bersama-Ku, satu-satunya bocah di antara begitu banyak orang dewasa."
"Oh! Aku akan senang sebab aku akan bersama-Mu."
"Begitu? Perempuan! Putramu seperti banyak orang lainnya, dan mereka adalah yang terbaik. Dia tidak mau berpisah dengan-Ku. Dapatkah kau mempercayakannya pada-Ku hingga lusa?"
"Oh! Tuhan! Aku akan memberikan mereka semuanya kepada-Mu! Mereka aman bersama-Mu seaman mereka di Surga… Dan anak ini, yang biasa tinggal bersama ayahnya lebih dari saudara-saudaranya yang lain, sudah terlalu menderita. Dia bersama ayahnya saat itu… Lihat?... Dia tidak berbuat apa-apa selain dari menangis dan merana. Jangan menangis, nak. Tanyakan pada Tuhan apakah yang ibu katakan itu benar. Guru, guna menghiburnya aku biasa mengatakan padanya bahwa ayahnya bukannya tidak ada, dia hanya pergi jauh dari kami untuk sementara waktu."
"Yang adalah benar. Tepat seperti yang dikatakan ibumu, Yusuf kecil."
"Tetapi aku tidak akan dapat menemukannya kembali hingga aku mati. Dan aku hanya seorang anak. Jika aku harus setua Ishak, berapa lama aku akan harus menunggu?"
"Anak malang! Tapi waktu cepat berlalu."
"Tidak, Tuhan. Ayahku baru meninggal selama tiga minggu, dan itu kelihatannya lama sekali untukku… Aku tidak dapat bertahan tanpanya…" dan dia menangis tanpa suara tapi sangat mengibakan hati.
"Lihat? Dia selalu seperti itu. Terutama jika dia tidak sibuk dengan sesuatu yang menarik minatnya. Sabat merupakan suatu siksaan. Aku khawatir dia akan mati…"
"Tidak. Ada pada-Ku seorang anak laki-laki lain yang tidak punya ayah maupun ibu. Dia kurus kering dan merana. Sekarang, dia tinggal bersama seorang perempuan yang baik di Betsaida dan dia yakin bahwa dia tidak terpisah dari kedua orangtuanya; sekarang, dia sudah hidup kembali baik raganya maupun jiwanya. Hal yang sama akan terjadi pada putramu, baik karena apa yang akan Aku katakan padanya, maupun karena waktu adalah penyembuh yang hebat, dan juga karena dia akan tenang juga, ketika dia melihat bahwa kau tidak lagi khawatir mengenai makananmu sehari-hari. Selamat tinggal, perempuan. Matahari mulai tenggelam dan Aku harus pergi. Ayo, Yusuf. Katakan selamat tinggal pada ibumu, pada adik-adikmu dan lalu larilah menyusul-Ku."
Dan Yesus pun pergi.
"Dan apa yang akan Engkau katakan pada para rasul sekarang?"
"Bahwa aku punya seorang murid tua dan seorang murid baru."
Mereka berjalan melintasi Khorazim yang mulai ramai dengan orang.
Sekelompok laki-laki menghentikan Yesus: "Apakah Engkau mau pergi? Tidakkah Engkau tinggal untuk merayakan Sabat?"
"Tidak. Aku pergi ke Kapernaum."
"Engkau belum berbicara sepatah kata pun sepanjang minggu. Apakah kami tidak layak akan sabda-Mu?"
"Bukankah Aku sudah memberikan kepadamu selama enam hari sabda yang terbaik?"
"Kapan? Kepada siapa?"
"Kepada semua orang. Dari bangku tukang kayu. Selama berhari-hari Aku mewartakan bahwa sesama kita hendaknya dikasihi dan dibantu dalam segala cara yang mungkin, teristimewa ketika sesama kita itu lemah, seperti misalnya kaum janda dan anak-anak yatim piatu. Selamat tinggal, penduduk Khorazim. Renungkan pengajaran-Ku ini pada hari Sabat." Dan Yesus berangkat kembali, meninggalkan warga yang keheranan. Tetapi si bocah, yang sudah menyusul Yesus dengan berlari, membangkitkan keingintahuan penduduk yang menghentikan sang Guru kembali dan bertanya: "Apakah Engkau membawa pergi anak si janda? Mengapa?"
"Guna mengajarinya percaya bahwa Allah adalah Bapa dan bahwa dalam Allah dia akan menemukan ayahnya yang sudah tidak ada. Dan juga bahwa mungkin ada seorang di sini yang percaya, menggantikan Ishak tua."
"Ada tiga orang dari Khorazim yang bersama para murid-Mu."
"Bersama para murid-Ku. Tidak di sini. Yang ini akan di sini. Selamat tinggal." Dan dengan si bocah di antara Ia dan Menahem, Ia berjalan cepat melintasi negeri menuju Kapernaum, seraya bercakap-cakap dengan Menahem.
Mereka tiba di Kapernaum sesudah para rasul tiba. Mereka duduk di teras di bawah naungan pergola, sekeliling Matius, yang lukanya masih belum sembuh, memberitahukan padanya pencapaian mereka. Mereka berbalik mendengar suara lembut derap sandal di tangga kecil dan mereka melihat kepala Yesus yang berambut terang bergerak muncul dari tembok kecil teras. Mereka bergegas menghampiri Yesus, Yang tersenyum… dan mereka terpana melihat seorang anak laki-laki malang di belakang-Nya. Menahem mendaki anak-anak tangga dalam jubah semaraknya dari linen putih bersih, yang dijadikan bahkan terlebih indah dengan ikat pinggang yang mahal, dengan linen yang dicelup warna merah menyala, yang begitu berkilau hingga tampak seperti sutera, tergantung pada pundaknya bagai sehelai pancung, dan dengan hiasan kepala dari kain byssus yang dikencangkan oleh sebuah mahkota emas tipis, sebuah piringan tipis berukir, yang membagi keningnya yang lebar menjadi dua bagian dan memberinya tampilan bak seorang raja Mesir. Kehadirannya membungkam hujan pertanyaan yang, kendati demikian, jelas terlihat dari ekspresi mata para rasul. Sesudah saling bertukar salam satu sama lain, ketika duduk dekat Yesus, para rasul bertanya: "Dan siapakah ini?" seraya menunjuk pada si bocah. "Ini hasil taklukan terakhir-Ku. Yusuf kecil, seorang tukang kayu seperti Yosef yang agung, yang adalah bapa-Ku. Dan dengan begitu sangat Aku kasihi, sebagaimana Aku juga dikasihinya. Betul begitu, bocah kecil? Kemarilah supaya Aku dapat memperkenalkanmu pada sahabat-sahabat-Ku ini yang tentangnya kau sudah mendengar Aku begitu banyak berbicara. Ini Simon Petrus: orang yang paling baik hati kepada anak-anak yang ada. Dan ini Yohanes: seorang bocah besar yang akan berbicara kepadamu mengenai Allah, juga ketika sedang bermain. Dan ini Yakobus saudaranya, seorang yang serius dan baik seperti layaknya seorang kakak. Dan ini Andreas, saudara Simon: kau akan segera akrab dengannya, sebab dia selembut anak domba. Dan ini Simon Zelot: dia sangat mengasihi anak-anak yang tidak berayah hingga Aku pikir dia akan pergi berkeliling dunia untuk mencari mereka, andai dia tidak bersama-Ku. Dan ini Yudas anak Simon dan bersamanya ada Filipus dari Betsaida dan Natanael. Lihat bagaimana mereka menatapmu? Mereka punya anak-anak juga dan mereka mengasihi anak-anak. Dan ada saudara-saudara-Ku Yakobus dan Yudas. Mereka mencintai semua yang Aku cintai dan jadi mereka akan mencintaimu. Sekarang, marilah kita pergi kepada Matius, yang menderita sakit pada kakinya, dan meski begitu dia tidak marah pada anak yang bermain dengan ceroboh sehingga mengenainya dengan sebuah batu geretan yang tajam. Betul begitu, Matius?"
"Oh! tidak, Guru. Apakah dia ini anak si janda?"
"Ya. Dia sangat cerdas, tapi dia sudah menjadi sangat sedih."
"Oh! anak malang! Aku akan membawamu pada Yakobus kecil dan kau akan bermain bersamanya," Matius membelainya dan dengan satu tangan menariknya dekat pada dirinya.
Yesus mengakhiri perkenalannya dengan Tomas, yang, sebab dia seorang yang praktis, menyempurnakannya dengan menawarkan kepada si bocah seberkas anggur yang baru dia petik dari pergola.
"Sekarang kamu adalah teman," kata Yesus, dan Ia duduk kembali sementara si bocah melahap anggurnya seraya menjawab Matius yang menahannya dekat dirinya.
"Tetapi di manakah Engkau sendirian saja selama seminggu penuh?"
"Di Khorazim, Simon anak Yunus."
"Aku tahu. Tetapi, apakah yang Engkau lakukan? Apakah Engkau pergi kepada Ishak?"
"Ishak Tua sudah meninggal."
"Jadi?"
"Tidakkah Matius memberitahumu?"
"Tidak. Dia hanya mengatakan bahwa Engkau ada di Khorazim sejak hari keberangkatan kami."
"Matius lebih pintar darimu. Dia dapat tutup mulut, tapi kau tidak dapat mengendalikan keingintahuanmu."
"Bukan hanya keingintahuanku saja. Tapi semua."
"Baiklah: Aku pergi ke Khorazim untuk mewartakan kasih faktual."
"Kasih faktual? Apakah yang Engkau maksudkan?" tanya banyak dari antara mereka.
"Ada seorang janda di Khorazim dengan lima orang anak dan seorang perempuan tua yang sakit. Suaminya meninggal mendadak di bengkel kerjanya, meninggalkan kemalangan dan pekerjaan-pekerjaan yang belum terselesaikan. Khorazim tidak punya sedikit pun belas-kasihan untuk keluarga yang malang ini. Aku pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya dan…"
Ada keributan. Sebagian mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sebagian memprotes, sebagian mencela Matius sebab membiarkan itu terjadi, sebagian mengagumi dan sebagian mengkritik. Sayangnya, sebagian besar memprotes atau mengkritik.
Yesus membiarkan badai itu tenang sebagaimana ia dimulai dan sebagai jawaban, Ia berkata: "Aku akan kembali lusa. Dan Aku akan melakukannya sampai Aku selesai. Dan Aku harap kamu setidak-tidaknya mau mengerti. Khorazim adalah biji-buah yang tertutup tanpa benih. Kamu setidaknya harus menjadi biji-biji yang berbenih.
Nak, berikan pada-Ku walnut yang diberikan Simon kepadamu dan dengarkan Aku juga.
Lihat biji ini? Aku mengambil ini sebab tidak ada pada-Ku yang lain, tetapi guna memahami perumpamaan, bayangkanlah, misalnya, biji-biji cemara atau palma, biji-biji yang paling keras, atau biji zaitun… Biji-biji itu adalah wadah yang sangat keras, sama sekali tertutup, tanpa celah, dari kayu solid. Mereka seperti peti ajaib, yang dapat dibuka hanya melalui sarana kekerasan. Dan meski begitu, jika satu dari antaranya tercampak secara kebetulan ke tanah dan seorang pejalan kaki membenamkannya ke dalam tanah dengan menginjaknya, apa yang terjadi? Petinya terbuka dan berakar dan berdaun. Bagaimana itu dapat terjadi dari dirinya sendiri? Kita harus memukulnya keras-keras dengan palu untuk membukanya, sebaliknya tanpa hantaman sedikit pun dia membuka sendiri. Apakah biji itu biji yang ajaib? Tidak. Biji itu mengandung pulp. Oh! sesuatu yang lembut dibandingkan dengan cangkang yang keras. Dan meski begitu ia memberi makan bahkan sesuatu yang lebih kecil: benih. Ia adalah pendongkrak yang mendesak, membuka dan menghasilkan sebuah tanaman dengan akar-akar dan dedaunan. Sebagai suatu percobaan, pendamlah beberapa biji buah dan tunggu. Kamu akan melihat bahwa sebagian akan berakar, yang lainnya tidak. Cabutlah biji-biji yang tidak bertunas itu. Bukalah dengan palu dan kamu akan melihat bahwa biji-biji itu kosong. Jadi, bukan kelembaban tanah atau panasnya yang membuat biji itu terbuka. Melainkan pulp-nya, atau tepatnya, jiwa dari pulp: benih, yang menggembung, bertindak sebagai pendongkrak dan membukanya.
Itulah perumpamaannya. Sekarang marilah kita menerapkannya pada diri kita sendiri.
Apakah yang tadinya Aku lakukan yang seharusnya tidak dilakukan? Apakah kita mengenal satu sama lain sebegitu dangkal hingga kita tidak mengerti bahwa kemunafikan adalah dosa dan bahwa perkataan adalah seperti angin yang berlalu jika tidak dikuatkan dengan perbuatan? Apa yang sudah selalu Aku katakan kepadamu? 'Kasihilah satu sama lain. Kasih adalah prinsip dan rahasia kemuliaan.' Dan Aku, Yang mengkhotbahkannya, haruskah Aku tanpa kasih? Haruskah Aku, dengan demikian, memberikan teladan seorang guru yang tidak benar? Tidak, tidak pernah!
Sahabat-sahabat-Ku terkasih! Tubuh kita adalah seperti sebuah biji yang keras, di mana terdapat pulp di dalamnya: jiwa kita, dan di dalamnya ada benih yang Aku tempatkan. Ia terdiri dari banyak elemen, yang utama adalah kasih. Ia bertindak sebagai pendongkrak yang membuka biji dan membebaskan roh dari batasan-batasan materia dan mempersatukannya dengan Allah, Yang adalah Kasih.
Kasih tidak hanya terdiri dari memberi derma atau menghibur melalui sarana perkataan. Kasih dicapai melalui kasih saja. Jangan berpikir bahwa ini adalah permainan kata-kata. Aku tidak punya uang dan perkataan saja tidak cukup dalam kasus ini. Ada tujuh orang di ambang kelaparan dan penderitaan. Keputusasaan sudah mengajukan cakar-cakar hitamnya untuk menerkam dan mencekik. Dunia menarik diri secara kejam dan egois di hadapan kemalangan ini. Dunia membuktikan bahwa ia tidak mengerti sabda sang Guru. Sang Guru menginjili melalui perbuatan. Aku mampu dan bebas untuk melakukannya. Dan itu adalah kewajiban-Ku, atas nama seluruh dunia, untuk mengasihi orang-orang malang itu yang tidak dikasihi dunia. Itulah apa yang Aku lakukan.
Masih bisakah kamu mengkritik-Ku? Atau seharusnya Aku yang mengkritikmu, di hadapan seorang murid yang tidak ragu untuk datang di tengah serbuk gergaji dan tatal demi tidak terpisah dari sang Guru dan yang, Aku percaya, menjadi lebih yakin mengenai Aku dengan melihat-Ku membungkuk di atas sebilah kayu, daripada dia diyakinkan jika dia melihat-Ku di atas takhta; dan di hadapan seorang anak, yang mengenali Aku sebagaimana Aku yang sebenarnya, kendati ketidaktahuannya, kemalangan yang menumpulkan pikirannya dan kenyataan bahwa dia sama sekali tidak mengenal Mesias sebagaimana Ia yang sesungguhnya. Tidakkah kamu mengatakan sesuatu? Jangan merasa direndahkan hanya karena Aku mengangkat suara-Ku untuk membenarkan gagasan-gagasan yang salah. Aku melakukannya karena kasih. Tetapi berupayalah untuk memiliki dalam dirimu benih yang memurnikan dan membuka biji. Atau kamu akan selalu menjadi makhluk yang tak berguna. Kamu harus siap untuk melakukan apa yang telah Aku lakukan.
Jangan ada pekerjaan yang menjadi beban bagimu untuk kepentingan sesamamu, atau untuk menghantar suatu jiwa kepada Allah. Pekerjaan, apa pun itu, tidak pernah merendahkan. Sementara perbuatan hina, kemunafikan, tuduhan palsu, kekerasan, penyalahgunaan kekuasaan, lintah darat, fitnah, cabul, itulah yang merendahkan. Semuanya itu sungguh merendahkan Manusia. Dan meski demikian, dilakukan tanpa tahu malu oleh mereka juga yang mengatakan bahwa mereka sempurna dan yang pastinya terguncang melihat Aku bekerja dengan gergaji dan palu. Oh! Sebuah palu! Palu yang tak berharga, jika dipergunakan untuk memasang paku ke dalam kayu guna membuat suatu perabotan yang akan mendatangkan makanan bagi anak-anak yatim piatu, betapa berharganya palu itu! Palu, meski hina, jika ada dalam tangan-Ku untuk suatu tujuan yang kudus, tidak lagi tampak demikian dan betapa itu akan sangat diharapkan oleh mereka semua yang dengan gembira berteriak bahwa mereka terguncang karenanya!
Oh! manusia: engkau harus menjadi terang dan kebenaran, betapa gelap dan palsunya engkau! Tetapi kamu, setidak-tidaknya, berupayalah untuk mengerti apa itu Kebaikan! Apa itu Kasih. Apa itu Ketaatan. Dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa sungguh banyak jumlah kaum Farisi. Dan mereka bahkan ada di antara orang-orang yang di sekeliling-Ku."
"Tidak, Guru. Janganlah berkata begitu! Kami… itu karena kami mengasihi-Mu maka kami tidak mau hal-hal tertentu!..."
"Itu karena kamu belum mengerti apa pun. Aku sudah berbicara kepadamu mengenai Iman dan Harapan dan Aku berpikir bahwa sepatah kata baru pun tidak diperlukan untuk berbicara kepadamu mengenai Kasih, sebab begitu banyak terpancar dari-Ku hingga kamu hendaknya dirembesi olehnya. Tetapi Aku lihat bahwa kamu mengenalnya hanya nama, tanpa sadar akan natur dan bentuknya. Sama seperti kamu mengenal bulan.
Ingatkah kamu ketika Aku mengatakan kepadamu bahwa Harapan adalah seperti lengan dari kuk lemah-lembut yang menopang Iman dan Kasih, dan adalah perancah umat manusia dan takhta keselamatan? Kamu ingat? Tetapi kamu belum memahami sabda-Ku dalam arti sebenarnya. Dan mengapa kamu tidak meminta penjelasan? Aku akan memberikannya padamu. Adalah kuk sebab mendorong manusia untuk merendahkan kesombongan bodohnya di bawah beban kebenaran abadi. Dan adalah perancah dari kesombongan yang demikian. Manusia yang berharap kepada Tuhan Allah-nya mau tak mau mematiragakan kesombongannya yang menghendakinya dimaklumkan sebagai 'allah'-nya, dan mengakui bahwa dia bukanlah apa-apa sementara Allah adalah segalanya, bahwa dia tidak dapat melakukan apa-apa sementara Allah dapat melakukan segalanya, bahwa dia-manusia adalah debu fana sementara Allah adalah keabadian yang mengangkat ke suatu tingkat yang lebih tinggi dan mengganjari manusia dengan keabadian. Manusia memakukan dirinya sendiri pada salib sucinya demi meraih Hidup. Nyala Iman dan Kasih memakukannya pada salibnya, tetapi Harapan, yang adalah di antara Iman dan Kasih, meninggikan ke Surga. Tetapi, ingatlah pengajarannya: jika kasih kurang, takhta tanpa terang dan tubuh - yang tidak dipakukan pada satu sisinya - tergantung ke arah lumpur dan tak lagi melihat Surga. Dengan demikian, membatalkan keseluruhan dampak dari Harapan dan berakhir dengan menjadikan mandul juga Iman, sebab ketika orang terlepas dari dua dari tiga keutamaan teologis, orang jatuh ke dalam kelambanan dan kebekuan yang mematikan.
Jangan menolak Allah bahkan dalam hal-hal yang paling remeh. Dan menolak untuk menolong sesama melalui kesombongan kafir adalah menolak Allah.
Doktrin-Ku adalah kuk yang mengikat umat manusia yang bersalah; adalah palu yang meremukkan kulit kayu yang keras guna membebaskan rohnya. Sungguh adalah kuk dan palu. Dan kendati demikian, dia yang menerimanya tidak merasakan keletihan seperti yang diberikan oleh semua doktrin lainnya dan semua hal manusiawi lainnya. Dan dia yang memberikan dirinya dihantam olehnya tidak merasakan sakit diremukkan dalam ego manusiawinya, melainkan merasakan suatu sensasi kebebasan.
Mengapa kamu berupaya menyingkirkannya untuk menggantinya dengan apa yang keras dan menyakitkan? Kamu semua punya penderitaanmu dan kesulitanmu. Segenap umat manusia punya penderitaan dan kesulitan, yang terkadang di luar kekuatan manusia. Dari anak-anak yang seperti ini, yang sudah memikul di pundaknya yang kecil suatu beban yang berat, yang membungkukkannya dan menjauhkan bibirnya dari tersenyum seperti kanak-kanak dan menyingkirkan segala kecerobohan dari pikirannya, yang, dari sudut pandang manusia, tidak pernah kekanak-kanakan, hingga ke orang lanjut usia, yang menjelang menuju makamnya dengan segala kekecewaan, masalah, beban dan luka-luka dari masa hidupnya yang panjang. Tetapi dalam Doktrin-Ku dan dalam Iman-Ku ada kelegaan dari segala banyak beban. Itulah sebabnya mengapa disebut 'Injil'. Dan dia yang menerimanya dan menaatinya akan diberkati di bumi juga sebab dia akan punya Allah yang menghiburnya dan Keutamaan-keutamaan yang menjadikan jalannya mudah dan terang, seolah adalah saudari-saudari yang baik yang, dengan menggenggam tangannya dan dengan lampu-lampu bernyala, menerangi jalannya dan hidupnya dan menyanyikan janji-janji abadi Allah baginya, hingga, dengan menyerahkan dalam damai tubuhnya yang letih pada bumi, dia terbangun di Firdaus.
Mengapa manusia, engkau ingin menjadi letih, muram, lelah, muak, putus asa, ketika engkau dapat lega dan terhibur? Mengapa kamu juga, para rasul-Ku, ingin merasakan letih, kesulitan, kerasnya misimu, sementara dengan kepercayaan seorang kanak-kanak kamu dapat memiliki semangat gembira, kecakapan gemilang untuk melakukannya dan menyadari serta mengenali bahwa itu hanya keras bagi mereka yang tidak bertobat yang tidak mengenal Allah, sementara bagi yang percaya adalah bagai seorang ibu yang menopang anaknya dalam perjalanan anaknya itu, menunjukkan pada langkah-langkahnya yang tidak pasti bebatuan dan onak duri, sarang ular dan selokan, agar anak itu dapat mengenalinya dan dengan demikian terhindar dari bahaya?
Kamu sekarang muram. Kemuramanmu punya awal yang sungguh menyedihkan! Kamu muram pertama-tama karena kerendahan hati-Ku, seolah itu adalah kejahatan melawan Diri-Ku. Dan kamu sekarang sedih sebab kamu sudah mengerti bahwa kamu sudah menyusahkan-Ku dan bahwa kamu masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi hanya sedikit dari kemuraman terakhir ini yang bebas dari kesombongan: kesombongan yang terluka oleh kepastian bahwa kamu masih bukan apa-apa, sementara karena kesombongan kamu ingin menjadi yang sempurna. Jadilah rendah hati saja mau menerima celaan dan mau mengakui bahwa kamu salah, dengan berjanji dalam hati bahwa kamu menginginkan kesempurnaan untuk suatu tujuan ilahi. Dan lalu, datanglah kepada-Ku. Aku mengoreksi kamu, tetapi Aku mengerti dan Aku bermurah hati.
Datanglah kepada-Ku, kamu para rasul, dan datanglah kepada-Ku, kamu segenap manusia, yang menderita melalui kesengsaraan materiil, moral, rohani. Yang terakhir ini disebabkan oleh fakta bahwa kamu tidak dapat menguduskan diri kamu sebagaimana yang kamu kehendaki demi kasih kepada Allah, dengan sigap dan tanpa kembali kepada yang Jahat. Jalan pengudusan itu panjang dan misterius, dan terkadang tertutup tak dikenali oleh si pejalan, yang maju melalui kegelapan, dengan rasa racun dalam mulutnya dan berpikir bahwa dia tidak maju dan tidak meminum cairan surgawi, dan tidak menyadari bahwa kebutaan rohani macam itu merupakan suatu unsur dari kesempurnaan.
Diberkatilah, diberkatilah tiga kali lipat mereka yang terus maju tanpa kenikmatan terang dan kemurahan hati dan tidak menyerah sebab mereka tidak melihat atau mendengar apa pun, dan mereka tidak berhenti dengan berkata: 'Aku tidak akan maju hingga Allah menganugerahiku suatu kegembiraan.' Aku berkata kepadamu: jalan yang paling kelam akan sekonyong-konyong menjadi yang paling terang, terbuka pada pemandangan surgawi. Dan racun sesudah mengenyahkan segala kenikmatan akan hal-hal manusiawi akan berubah menjadi kemanisan surgawi bagi kaum percaya yang pemberani itu, yang dengan sangat heran akan berseru: 'Mengapakah semua ini? Mengapa ada begitu banyak kebaikan dan sukacita bagiku?' Sebab mereka sudah bertekun dan Allah akan mengijinkan mereka menikmati di bumi seperti apa Surga itu.
Tetapi, sementara itu, datanglah kepada-Ku kamu semua yang letih dan lelah, kamu, para rasul, dan bersama kamu segenap manusia yang mencari Allah, yang menangis sebab kesengsaraan dunia, yang sudah menjadi kehabisan tenaga dalam kesendirian mereka, dan Aku akan memulihkanmu. Pikullah kuk-Ku. Tidak berat. Itu suatu penopang. Peluklah Doktrin-Ku seperti kamu memeluk seorang mempelai tercinta. Teladanilah Guru-mu Yang tidak membatasi Diri-Nya dalam memberkati, melainkan melakukan apa yang diajarkan. Belajarlah daripada-Ku Yang lemah lembut dan rendah hati… Kamu akan mendapati istirahat bagi jiwamu, sebab kelemah-lembutan dan kerendahan hati memperolehkan kerajaan baik di bumi maupun di Surga. Aku telah mengatakan padamu bahwa para pemenang sejati di antara manusia adalah mereka yang menaklukkan melalui kasih, dan kasih selalu lemah lembut dan rendah hati. Aku tidak akan pernah memintamu untuk melakukan hal-hal yang di luar kemampuanmu, sebab Aku mengasihimu dan Aku menghendakimu bersama-Ku dalam Kerajaan-Ku. Oleh karenanya, terimalah lencana-Ku dan seragam-Ku dan berupayalah untuk menjadi seperti Aku dan seperti yang diajarkan Doktrin-Ku. Jangan takut sebab kuk-Ku manis dan bobotnya pun ringan, sedangkan kemuliaan yang akan engkau nikmati jika engkau setia kepada-Ku adalah berdaya kuasa tak terbatas. Tak terbatas dan abadi…
Aku akan meninggalkanmu untuk sementara waktu. Aku akan pergi ke danau bersama si bocah. Dia akan mendapatkan teman-teman… Sesudahnya kita akan menyantap roti kita bersama. Ayo, Yusuf. Aku akan memperkenalkanmu pada anak-anak kecil yang mengasihi Aku."
|
||
|