266. YESUS BEKERJA SEBAGAI TUKANG KAYU DI KHORAZIM.
31 Agustus 1945
Yesus bekerja dengan giat di sebuah bengkel tukang kayu. Ia menyelesaikan sebuah roda. Seorang anak yang rapuh dan sedih membantu-Nya mengambilkan peralatan ini atau itu untuk-Nya. Menahem, meski hanya menonton, mengagumi-Nya sementara dia duduk di sebuah bangku dekat tembok.
Yesus sudah menanggalkan jubah linen indah-Nya dan mengenakan sehelai jubah gelap, yang jelas bukan milik-Nya sendiri sebab panjangnya hanya sampai separuh tulang kering-Nya. Sehelai pakaian kerja overall, bersih meski bertambal, yang mungkin milik tukang kayu yang sudah meninggal.
Yesus menyemangati anak laki-laki itu dengan senyuman dan perkataan-perkataan lembut, mengajarinya apa yang harus dilakukan untuk menyiapkan lem dengan benar dan memelitur sisi-sisi lemari.
"Tidak butuh waktu lama bagi-Mu untuk menyelesaikan-Nya, Guru," kata Menahem seraya berdiri dan menyapukan jarinya pada dekorasi lemari yang sudah selesai yang sedang dipelitur oleh si anak dengan cairan.
"Hampir selesai!..."
"Aku berharap dapat memiliki hasil karya-Mu ini. Tetapi pembelinya sudah datang dan dia kelihatannya tengah menuntut haknya… Engkau telah mengecewakannya. Dia berharap dapat membawa semuanya demi membayar sedikit uang yang sudah dia pinjamkan. Sekarang dia harus membawa barang-barangnya dan tidak lebih. Andai dia seorang yang percaya pada-Mu… barang-barang ini akan tak ternilai harganya baginya. Tetapi, apakah Engkau mendengar?..."
"Biarkan saja. Ada sedikit kayu di sini, dan perempuan itu pasti akan senang dapat mempergunakannya dan mendapatkan sedikit keuntungan. Berikan pesanan untuk sebuah lemari dan Aku akan membuatkannya untukmu…"
"Sungguh, Guru? Engkau bermaksud untuk melanjutkan bekerja?"
"Sampai tidak ada lagi kayu yang tersisa. Aku seorang pekerja yang cermat," Ia berkata seraya tersenyum lebih lebar.
"Lemari yang dibuat oleh-Mu! Oh! Betapa itu suatu relikui! Tetapi, apakah yang harus aku tempatkan di dalamnya?"
"Apa pun yang kau suka, Menahem. Itu hanya akan menjadi sebuah lemari."
"Tetapi dibuat oleh-Mu!"
"Jadi? Bapa juga membuat manusia, Ia menciptakan semua manusia. Dan apa yang sudah ditempatkan manusia dalam dirinya, apa yang biasa ditempatkan manusia dalam diri mereka?" Yesus berbicara sementara bekerja, bergerak hilir mudik mencari peralatan yang diperlukan, catok pengencang, bor, pengetam, sesuai apa yang diperlukan.
"Kami sudah menempatkan dosa dalam diri kami. Itu benar."
"Lihat! Dan kau dapat yakin bahwa manusia yang diciptakan oleh Allah jauh lebih berharga dari sebuah lemari yang dibuat oleh-Ku. Jangan pernah mencampur-adukkan barang dan perbuatan. Dari lemari-Ku buat saja sebuah relikui bagi jiwamu."
"Yakni?"
"Berikan pada rohmu pengajaran yang kau dapat dari apa yang Aku lakukan."
"Kasih, kerendahan hati, aktivitas-Mu, lalu… Keutamaan-keutamaan ini, betul begitu?"
"Ya. Dan perbuatlah seperti itu dari dirimu sendiri di masa mendatang."
"Ya, Guru. Tetapi, akankah Engkau membuatkanku sebuah lemari?"
"Ya. Tetapi sebab kau masih menganggapnya sebagai suatu relikui, Aku akan membuatmu membayar seharga untuk itu. Dengan demikian mereka akan dapat mengatakan bahwa setidaknya sekali Aku pernah tamak akan uang… Tapi kau tahu untuk siapa uang itu… Untuk anak-anak yatim kecil ini…"
"Mintalah padaku berapa pun yang Engkau inginkan. Aku akan memberikannya pada-Mu. Setidaknya itu akan membayar pengangguranku sementara Engkau, Putra Allah, bekerja."
"Setuju: 'Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu.'"
"Tapi itu dikatakan untuk orang yang bersalah. Bukan untuk Engkau!"
"Oh! Suatu hari Aku akan menjadi Yang Bersalah dan akan ada pada-Ku segala dosa-dosa dunia. Aku akan membawanya pergi bersama-Ku, pada kepergian-Ku yang pertama."
"Dan apakah Engkau pikir bahwa dunia tidak akan berdosa lagi?"
"Seharusnya tidak. Tetapi dunia akan selalu berdosa. Itulah sebabnya mengapa beban yang akan ada pada-Ku akan sebegitu dahsyat hingga mematahkan hati-Ku. Sebab Aku akan harus menanggung dosa-dosa yang dilakukan dari sejak jaman Adam hingga ke saat itu, dan dosa-dosa dari saat itu hingga akhir dunia. Aku akan menyilih semuanya atas nama manusia."
"Dan kendati demikian manusia tidak akan mengerti-Mu dan tidak akan mengasihi-Mu… Apakah Engkau pikir bahwa Khorazim akan berbalik kepada-Mu sebab pengajaran bisu yang kudus ini yang Engkau berikan melalui pekerjaan yang Engkau lakukan ini demi menolong sebuah keluarga?"
"Tidak. Mereka akan mengatakan: 'Ia lebih suka bekerja untuk melewatkan waktu dan menyimpan uangnya bagi Diri-Nya sendiri.' Aku tidak punya uang lagi. Aku telah memberikan semuanya. Aku selalu memberikan semua yang Aku punya, hingga ke receh terakhir, dan Aku telah bekerja untuk memberikan uang."
"Dan bagaimana dengan makanan untuk Diri-Mu sendiri dan Matius?"
"Allah akan menyelenggarakannya."
"Tetapi tadi Engkau yang memberi kami makan."
"Tentu saja."
"Bagaimana Engkau melakukannya?"
"Tanyakanlah pada tuan rumah."
"Akan kutanyakan, begitu kita kembali ke Kapernaum."
![]() Yesus tersenyum lembut lewat jenggot-Nya yang berwarna terang.
Dalam kesunyian yang mengikuti sesudahnya, orang hanya dapat mendengar decit dari catok yang dikencangkan pada dua bagian dari sebuah roda.
Kemudian Menahem bertanya: "Apakah yang Engkau pikir akan Engkau lakukan sebelum Sabat?"
"Aku akan pergi ke Kapernaum dan menantikan para rasul. Kami memutuskan untuk bertemu setiap malam Sabat dan melewatkan hari Sabat bersama. Lalu Aku akan memberikan pengajaran kepada mereka, dan jika Matius sehat, akan ada enam pasangan yang pergi keluar untuk menginjili. Jika tidak… Apa kau mau pergi bersama mereka?"
"Aku lebih suka tinggal bersama-Mu, Guru… Tetapi, bolehkah Aku memberi-Mu sedikit nasehat?"
"Katakan. Aku akan menerimanya jika itu baik."
"Jangan pernah sendirian saja. Engkau punya banyak musuh, Guru."
"Aku tahu. Tetapi apa kau pikir para rasul akan sangat menolong, andai dalam bahaya?"
"Mereka mengasihi-Mu, aku pikir."
"Tentu saja. Tetapi itu tidak akan menolong. Jika para musuh-Ku berpikir untuk menangkap-Ku, mereka akan datang dengan kekuatan yang lebih besar dari kekuatan para rasul."
"Tidak masalah. Janganlah sendirian."
"Dalam waktu dua minggu banyak murid yang akan menggabungkan diri dengan-Ku. Aku akan mempersiapkan mereka untuk mengutus mereka menginjili juga. Aku tidak akan lagi sendiri. Jangan khawatir."
Sementara mereka berbicara demikian, banyak orang Khorazim yang ingin tahu datang untuk melihat mereka dan lalu pergi tanpa mengatakan apapun."
"Mereka heran melihat-Mu bekerja."
"Ya. Tetapi mereka tidak cukup rendah hati untuk mengatakan: 'Begitulah Ia mengajar kita.' Orang-orang terbaik yang Aku dapatkan di sini ada bersama para murid, dengan pengecualian seorang laki-laki tua yang meninggal. Tak mengapa. Suatu pengajaran selalu adalah suatu pengajaran."
"Apakah yang akan dikatakan para rasul jika mereka tahu bahwa Engkau bekerja?"
"Mereka bersebelas, sebab Matius sudah mengatakan apa yang dia pikirkan. Akan ada sebelas pendapat yang berbeda. Dan sebagian besar dari mereka akan menentang-Ku. Tetapi itu akan membantu-Ku untuk mengajar mereka."
"Apakah Engkau mengijinkanku mengikuti pengajaran?"
"Jika kau mau tinggal…"
"Tapi aku seorang murid, mereka para rasul."
"Apa yang baik bagi para rasul akan baik juga bagi seorang murid."
"Mereka mungkin akan marah diingatkan apa itu kebenaran, di hadapanku."
"Itu akan berguna bagi kerendahan hati mereka. Tinggallah, Menahem. Aku dengan senang hati menahanmu bersama-Ku."
"Dan aku dengan senang hati tinggal bersama-Mu."
Si perempuan muncul dan berkata: "Santapan-Mu sudah siap, Guru. Tapi Engkau bekerja terlalu banyak…"
"Aku bekerja untuk mendapatkan makanan-Ku, perempuan. Dan… Ini ada pembeli lainnya. Dia menginginkan sebuah lemari juga. Dan dia akan membayar harga mahal untuk itu. Tempat di mana kau menyimpan kayu-kayumu akan menjadi kosong," kata Yesus sementara menanggalkan celemek usang yang dikenakan-Nya, dan pergi ke luar ruangan untuk membasuh diri dengan air dalam sebuah baskom yang dibawakan si perempuan untuk-Nya ke dalam kebun sayur-mayur dan buah-buahan.
Dan dengan satu dari senyum ragu yang muncul kembali setelah sekian lama masa duka derita, dia berkata: "Tempat penyimpanan kayu kosong, tetapi rumah penuh dengan kehadiran-Mu dan hatiku dalam damai. Aku tak lagi khawatir akan hari esok, Guru. Dan Engkau… janganlah takut bahwa kami akan pernah melupakan-Mu."
Mereka masuk ke dalam dapur dan semuanya pun berakhir.
|
|