254. SELAMAT TINGGAL KEPADA MARIA MAGDALENA, MARTA DAN SINTIKHE.
17 Agustus 1945
Dan mereka sekali lagi dalam perjalanan mereka, ke arah timur, menuju pedesaan.
Para rasul dan kedua murid sekarang bersama Maria Klopas dan Susana, beberapa yard di belakang Yesus, Yang bersama BundaNya dan kedua saudari Lazarus. Yesus asyik berbicara. Sebaliknya, para rasul diam membisu. Mereka kelihatan letih atau patah semangat. Perhatian mereka bahkan tidak terpikat oleh keelokan negeri, yang sungguh mengagumkan, dengan gelombang-gelombang lembut sepanjang dataran bagai banyak bantal hijau di bawah kaki seorang raja raksasa dan bukit-bukit mungilnya tersebar di sana sini, mendahului rangkaian pegunungan Karmel dan Samaria. Kedua dataran, yang mendominasi negeri, dan bukit-bukit kecil yang semarak serta permukaan tanah yang naik turun, sepenuhnya berselimutkan bunga-bunga yang bermekaran dan sarat buah-buahan yang matang. Pastilah itu suatu tempat yang dialiri air dengan baik, kendati letak dan musimnya, sebab terlalu subur untuk tanah yang kekurangan air. Aku sekarang mengerti mengapa dataran Saron begitu sering disebut dengan penuh antusias dalam Kitab Suci. Namun antusiasme yang sama tidak dirasakan oleh para rasul, yang kelihatan agak muram, satu-satunya yang kelihatan demikian, di hari yang cerah dan di negeri yang mempesona ini.
Jalan konsuler, yang terpelihara baik, melintasi tanah yang paling subur bagai sehelai pita putih. Di hari yang masih pagi orang akan sering berpapasan dengan para petani yang memikul bahan-bahan makanan dan dengan para pengelana yang pergi ke Kaisarea. Salah seorang dari para petani itu, yang menggiring sebarisan keledai bermuatan karung-karung, yang menyalip para rasul dan memaksa mereka untuk minggir guna memberikan ruang bagi iring-iringan dungu itu, bertanya dengan congkaknya: "Apa di sini Kison?"
"Lebih jauh ke belakang," jawab malas Tomas, dan ia menggumam: "Dasar tolol!"
"Dia seorang Samaria dan itu cukup!" jawab Filipus.
Mereka terdiam kembali. Sesudah beberapa yard, seolah sedang mengakhiri suatu percakapan batin, Petrus berkata: "Apa gunanya! Bergunakah menyusuri sepanjang jalanan itu?"
"Tentu saja! Kenapa kita pergi ke Kaisarea jika Ia bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun? Aku tadinya berpikir bahwa Ia bermaksud untuk mengerjakan mukjizat-mukjizat menakjubkan guna meyakinkan orang-orang Romawi. Sebaliknya…" kata Yakobus Zebedeus.
"Ia membiarkan kita jadi sasaran olok-olok, itu saja," komentar Tomas.
Iskariot memperburuk keadaan dengan mengatakan: "Dan Ia membuat kita menderita. Tapi Ia memang suka dihina dan Ia pikir kita juga suka itu."
"Pada kenyataannya adalah Maria anak Teofilus yang menderita dalam hal ini," kata Zelot tenang.
"Maria! Maria! Apakah Maria sudah menjadi pusat alam semesta? Hanya dia seorang yang menderita, hanya dia seorang yang pahlawan, hanya dia seorang yang perlu disempurnakan. Andai aku tahu, aku akan menjadi seorang perampok dan pembunuh demi menjadi obyek dari begitu banyak perhatian," Iskariot meledak dalam amarah.
"Sesungguhnya terakhir kali kita datang ke Kaisaera dan Ia mengerjakan suatu mukjizat dan menginjili, kita menjengkelkan-Nya dengan mengungkapkan ketidakpuasan kita sebab Ia sudah berbuat demikian," kata sepupu Tuhan.
"Masalahnya adalah bahwa kita tidak tahu apa yang kita inginkan… Apabila Ia melakukan satu hal, kita menggerutu, apabila Ia melakukan hal sebaliknya, kita masih menggerutu. Kita ini penuh dengan kesalahan-kesalahan," kata Yohanes serius.
"Oh! Ada orang bijak lainnya yang berbicara! Satu hal yang pasti: tidak ada satu kebaikan pun yang telah dilakukan untuk beberapa waktu lamanya."
"Tidak ada kebaikan, Yudas? Bagaimana dengan perempuan Yunani itu, dan Ermasteus, dan Habel, dan Maria, tapi…"
"Bukan dengan orang-orang tak berarti macam itu Ia akan membangun Kerajaan," jawab pedas Iskariot, yang dibayang-bayangi oleh gagasan akan suatu kemenangan duniawi.
"Yudas, tolong jangan menghakimi perbuatan-perbuatan Saudara-ku. Itu adalah kepura-puraan yang konyol. Seorang bocah yang ingin menghakimi gurunya, atau sebaiknya aku katakan: seorang tak berarti yang ingin diposisikan di tempat yang tinggi," kata Tadeus, yang punya nama yang sama dan kedongkolan tak tertandingi karena kesamaan nama itu.
"Terima kasih sudah menyebutku hanya seorang bocah. Sesungguhnya, sesudah tinggal begitu lama di Bait Allah aku pikir aku dapat dihargai setidaknya karena usiaku," jawab Iskariot ketus.
"Betapa menyebalkannya percakapan macam ini!" kata Andreas mendesah.
"Benar. Bukannya bersatu semakin lama kita hidup bersama, malahan kita terpecah-belah. Dan kendati begitu di Sicaminon Ia mengatakan kepada kita bahwa kita harus bersatu dengan kawanan… Bagaimana kita akan dapat demikian, jika kita tidak bersatu sebagai gembala?" kata Matius.
"Jadi kita harus tidak bicara? Kita jangan pernah mengungkapkan pikiran-pikiran kita? Aku pikir kita ini bukan budak."
"Bukan, Yudas, kita bukan budak. Tapi kita tidak layak mengikuti-Nya, sebab kita tidak memahami-Nya," kata Zelot tenang.
"Aku memahami-Nya dengan sangat baik."
"Tidak. Kau tidak memahami-Nya, dan sepertimu, mereka yang mengkritik-Nya, tidak memahami-Nya juga… Memahami berarti menaati tanpa memperdebatkan, sebab orang yakin akan kekudusan sang pembimbing," kata Zelot.
"Ah! Kau membicarakan memahami kekudusan-Nya! Aku membicarakan sabda-Nya. Kekudusan-Nya tak terbantahkan dan tak dapat disangkal," Iskariot bergegas mengatakan.
"Dapatkah kau memisahkan yang satu dari yang lainnya? Seorang kudus akan selalu memiliki Kebijaksanaan, dan perkataannya akan selalu bijak."
"Itu benar. Tetapi Ia melakukan hal-hal yang membahayakan. Sebab Kekudusan-Nya luhur tinggi. Aku setuju. Tetapi dunia tidak kudus, dan Ia menimbulkan masalah bagi Diri-Nya sendiri. Sekarang, misalnya, apakah kau pikir bahwa orang Filistin ini dan perempuan Yunani itu akan mendatangkan kebaikan bagi kita?"
"Jika aku akan membahayakan, aku akan undur diri," kata Ermasteus, yang merasa minder. "Aku datang dengan maksud untuk menghormati-Nya dan melakukan yang baik."
"Kau akan menyedihkan-Nya dengan pergi karena alasan itu," kata Yakobus Alfeus menanggapi.
"Aku akan berpura-pura bahwa aku sudah berubah pikiran. Aku akan mengucapkan selamat tinggal kepada-Nya… dan aku akan pergi."
"Tentu saja tidak! Kau tidak akan pergi. Adalah tidak adil bahwa Guru akan harus kehilangan seorang murid yang baik karena watak pemarah orang lain," jawab Petrus segera.
"Jika dia ingin pergi untuk alasan yang begitu remeh, itu berarti bahwa dia tidak yakin akan kehendaknya sendiri. Jadi biarkan dia pergi," desak Iskariot.
Petrus hilang kesabaran: "Aku berjanji pada-Nya, ketika Ia memberiku Marjiam, bahwa aku akan bersikap kebapakan terhadap semua orang, dan aku menyesal harus melanggar janjiku. Tapi kau memaksaku melakukannya. Ermasteus terap di sini dan akan tinggal di sini. Tahukah kau apa yang harus aku katakan padamu? Bahwa kaulah orang yang menggoncangkan kehendak orang-orang lain dan membuat mereka merasa tidak yakin. Kaulah orang yang menyebabkan perpisahan dan kekacauan. Itulah kau. Kau memalukan!"
"Siapakah kau? Pelindung dari…"
"Ya. Kau sungguh benar. Aku tahu apa yang kau maksudkan. Aku adalah pelindung dari si perempuan Berkerudung, dari Yohanes En-Dor, dari Ermasteus, dari si budak, dari semua orang lainnya yang telah ditemukan oleh Yesus dan yang bukanlah seorang dari para sok teladan berlagak dari Bait Allah, yang dibentuk dengan mortir sakral dan jaring-jaring Bait Allah, sumbu-sumbu yang berbau sampah dari lampu-lampu Bait Allah, mereka yang sepertimu, dengan kata lain, demi memperjelas perumpamaan, sebab jika Bait Allah itu luar biasa, terkecuali jika aku sudah menjadi seorang bodoh, maka Guru adalah jauh terlebih luar biasa dari Bait Allah dan kau kurang…" dia berkata begitu lantang hingga sang Guru berhenti berjalan dan menoleh ke belakang dan hendak berjalan balik, dengan meninggalkan para perempuan.
"Ia mendengarnya! Ia akan sangat sedih!" kata rasul Yohanes.
"Tidak, Guru. Jangan datang. Kami sedang bercakap-cakap… untuk menghilangkan kejenuhan dalam perjalanan," kata Tomas segera. Namun Yesus tetap berdiri di tempat sehingga mereka dapat menyusul-Nya.
"Apa yang sedang kamu percakapkan? Haruskah Aku katakan kepadamu sekali lagi bahwa para murid perempuan mengunggulimu?" kecaman lembut-Nya menyentuh hati mereka. Mereka terdiam dan menundukkan kepala. "Sahabat-sahabat-Ku. Janganlah menjadi penyebab skandal bagi mereka yang baru saja dilahirkan kepada Terang! Tidak tahukah kamu bahwa ketidaksempurnaanmu lebih membahayakan bagi penebusan seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pendosa, dibandingkan segala kesesatan kekafiran?"
Tak seorang pun menjawab sebab mereka tidak tahu harus berkata apa demi membenarkan diri mereka sendiri atau demi menghindarkan diri dari menuduh yang lainnya.
Kereta Lazarus bersaudara ada dekat sebuah jembatan di atas sebuah sungai yang kering. Kedua kudanya sedang melahap rerumputan subur di tepian sungai, yang mungkin mengering hanya baru belakangan ini dan dengan demikian tepi-tepiannya subur dengan rerumputan. Pelayan Marta dan seorang laki-laki lain, mungkin si kusir, juga ada di dasar sungai, sementara para perempuan berada dalam kereta yang tertutup, yang sepenuhnya dibungkus dengan sehelai cover tebal dari kulit yang disamak, yang bagai gorden-gorden tebal tergantung ke bawah hingga ke lantai kereta. Para murid perempuan bergerak mendekatinya, dan si pelayan yang adalah orang pertama yang melihat mereka, memberitahukannya pada si inang, sementara si laki-laki yang lain mengambil kuda dari tambatannya.
Sementara itu si pelayan bergegas pergi kepada kedua nyonyanya dengan membungkuk hingga ke tanah. Inang yang sudah tua, seorang perempuan baik dengan kulit berwarna zaitun, namun menyenangkan, turun dari kereta dengan segera dan menghampiri nyonyanya. Tetapi Maria Magdalena mengatakan sesuatu kepadanya dan dia mengarahkan langkah kakinya menghampiri Santa Perawan dengan berkata: "Maafkan aku… Tetapi sukacitaku bertemu dengannya begitu besar hingga aku tidak melihat yang lainnya. Mari, Bunda terberkati. Matahari menyengat. Tetapi sejuk di dalam kereta ."
Semua perempuan naik ke atas kereta menantikan para laki-laki yang jauh di belakang. Dan sementara mereka menunggu, Sintikhe, yang mengenakan gaun yang dikenakan Magdalena kemarin, mencium kaki kedua nyonyanya, sebab dia bersikeras menyebut mereka demikian, meski mereka sudah mengatakan padanya bahwa dia bukanlah budak ataupun pelayan mereka, melainkan tamu mereka dalam nama Yesus. Juga Perawan Maria memperlihatkan bungkusan kecil berharga berisi material ungu dan menanyakan bagaimana benang-benang yang sangat pendek itu dapat dipintal sebab tidak dapat dibasahi ataupun ditekuk.
"Bukan begitu caranya, Donna. Bahan itu harus dilebur menjadi bubuk dan dipergunakan seperti bahan celup lainnya. Itu adalah pijar kerang, bukan rambut. Lihat betapa rapuhnya, sekarang sesudah kering? Dilebur menjadi bubuk halus, diayak, untuk menghilangkan semua bagian-bagian panjangnya, yang akan mencemari benang atau kain. Adalah lebih baik mencelup benangnya dalam gulungan-gulungan. Apabila Engkau yakin bahwa semuanya sudah menjadi bubuk yang halus, larutkan seperti melarutkan bubuk cochineal, atau saffron atau bubuk indigo, atau bubuk apapun dari kulit, akar atau buah lainnya dan Engkau dapat mempergunakannya. Gunakan bahan celup dengan cuka yang kuat terakhir kali Engkau membilasnya."
"Terima kasih, Naomi. Akan aku lakukan seperti yang kau katakan pada-Ku. Aku pernah menyulam dengan benang ungu, tetapi benang diberikan kepada-Ku dalam keadaan siap pakai… Ini dia Yesus. Waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal, putri-putri-Ku. Aku memberkatimu semua dalam nama Tuhan. Pergilah dalam damai dan bawalah damai serta sukacita kepada Lazarus. Selamat tinggal, Maria. Ingatlah bahwa kau mencucurkan di dada-Ku airmata kebahagianmu yang pertama. Aku, oleh karenanya, adalah Bunda-mu, sebab seorang bayi mencucurkan airmata pertamanya pada dada ibunya. Aku adalah Bunda-mu dan akan selalu demikian. Apa yang mungkin berat bagimu untuk dikatakan, juga kepada saudarimu yang paling mengasihi, kepada inangmu yang paling mencintai, datang dan katakanlah kepada-Ku. Aku akan selalu memahamimu. Apa yang tidak berani kau katakan kepada Yesus-Ku, sebab masih tercemar oleh kemanusiaan, yang tidak Ia kehendaki ada pada dirimu, datang dan katakanlah kepada-Ku. Aku akan selalu sabar dan bermurah hati kepadamu. Dan apabila kau ingin menceritakan juga kepada-Ku kemenangan-kemenanganmu - tapi Aku lebih suka kau mengatakannya kepada-Nya, bagai bunga-bungaan yang harum mewangi, sebab Ia adalah Juruselamat-mu, bukan Aku - Aku akan bersukacita bersamamu. Selamat tinggal, Marta. Sekarang kau pergi dengan bahagia, dan kebahagiaan rohanimu akan lestari.
Jadi kau tidak perlu apa-apa lagi selain maju dalam keadilan, dalam damai yang sekarang tak ada suatu pun yang mengganggunya dalam dirimu. Lakukanlah demi Yesus, Yang sudah begitu sangat mengasihimu sebagaimana kau mengasihi saudarimu yang kau kasihi dengan kasih seutuhnya. Selamat tinggal, Naomi. Pergilah dengan harta yang telah kau temukan. Sebagaimana kau biasa mengenyangkan laparnya dengan air susumu, kenyangkanlah sekarang dirimu sendiri, dengan perkataan yang dia dan Marta akan sampaikan kepadamu, supaya kau dapat melihat dalam PutraKu jauh lebih banyak dari sekedar exorcist yang membebaskan hati dari Yang Jahat. Selamat tinggal, Sintikhe, kuntum bunga dari Yunani, kau merasakan dari dirimu sendiri bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekedar daging. Mekarlah sekarang dalam Allah dan jadilah yang pertama dari bunga-bunga Yunani yang baru dalam Kristus. Aku sangat bahagia meninggalkanmu dalam keadaan bersatu demikian. Aku memberkatimu dengan kasih-Ku."
Suara langkah-langkah kaki sekarang sudah dekat. Mereka mengangkat gorden tebal dan melihat Yesus Yang ada beberapa kaki jauhnya dari kereta. Mereka semua turun di bawah terik matahari, yang menyorotkan cahayanya yang bernyala-nyala ke jalanan.
Maria Magdalena berlutut di depan kaki Yesus dengan berkata: "Aku berterima kasih kepada-Mu, untuk segalanya. Dan aku juga sangat berterima kasih kepada-Mu telah membuatku melakukan ziarah ini. Engkau hanya memiliki Kebijaksanaan. Aku sekarang menanggalkan sisa-sisa dari Maria yang lama. Berkatilah aku, Tuhan-ku, guna memperkuatku lebih dan lebih lagi."
"Ya. Aku memberkatimu. Nikmatilah kebersamaan dengan saudaramu dan saudarimu dan bersama mereka bentuklah dirimu lebih dan lebih lagi dalam Aku. Selamat tinggal, Maria. Selamat tinggal, Marta. Katakan kepada Lazarus bahwa Aku memberkatinya. Aku mempercayakan perempuan ini kepadamu. Aku tidak memberikannya kepadamu. Dia adalah murid-Ku. Tapi Aku ingin kamu memberinya kesempatan, betapa pun kecilnya, untuk memahami doktrin-Ku. Aku akan datang kemudian. Naomi, Aku memberkatimu, dan kamu berdua juga."
Marta dan Maria melelehkan airmata. Zelot menyalami mereka secara khusus dengan menyerahkan sepucuk surat untuk pelayannya. Mereka yang lainnya juga menyalami mereka bersama-sama. Kereta pun lalu berangkat.
"Dan sekarang marilah kita pergi dan mencari tempat yang teduh. Kiranya Allah membimbing mereka… Apa kau sangat sedih, Maria, sebab mereka pergi?" Ia bertanya kepada Maria Alfeus, yang diam-diam meneteskan airmata.
"Ya. Mereka sangat baik…"
"Kita akan segera bertemu dengan mereka kembali. Dan jumlah mereka akan bertambah banyak. Kau akan punya banyak saudari… atau anak-anak perempuan, jika kau lebih suka menyebutnya demikian. Semuanya kasih, entah kasih keibuan atau kasih persaudaraan," kata Yesus menghiburnya.
"Asal saja itu tidak menimbulkan masalah…" gerutu Iskariot.
"Masalah untuk mengasihi satu sama lain?"
"Bukan. Masalah bersama dengan orang-orang dari ras atau asal yang berbeda."
"Makudmu Sintikhe?"
"Ya, Guru. Bagaimana pun dia milik orang Romawi dan adalah salah mengambilnya. Dia akan marah kepada kita dan kita akan mendatangkan atas diri kita sendiri murka Pontius Pilatus."
"Pikirmu, apa pedulinya Pontius Pilatus jika salah seorang bawahannya kehilangan budak? Dia akan tahu betapa nilainya seorang budak. Dan jika dia secara umum baik, seperti yang dikatakan orang, setidaknya di rumah, dia akan mengatakan bahwa perempuan itu melakukan hal yang benar dengan melarikan diri. Jika dia seorang yang tidak baik, dia akan berkata: 'Urus perkaranya dengan baik. Aku akan menemukannya.' Orang yang tidak baik tidak peka terhadap penderitaan orang-orang lain. Bagaimanapun, Pontius yang malang! Dengan segala macam masalah yang kita timbulkan untuknya, dia sudah punya cukup masalah untuk dikhawatirkan, daripada memboroskan waktunya dengan pengaduan seorang yang membiarkan budaknya melarikan diri!" kata Petrus. Dan banyak dari antara mereka yang membenarkannya dan menertawakan kemarahan si Romawi mesum itu.
Akan tetapi Yesus membahas masalah itu pada tingkat yang lebih tinggi. "Yudas, apakah kau mengenal Kitab Ulangan?"
"Tentu saja, Guru. Dan, aku tidak ragu mengatakannya, seperti sangat sedikit saja orang."
"Dan bagaimana pendapatmu mengenainya?"
"Jurubicara Allah."
"Juru bicara. Jadi, dia mengulang sabda Allah."
"Tepat."
"Kau menilainya dengan benar. Tapi, lalu, mengapa kau pikir bahwa adalah tidak benar melakukan apa yang diperintahkannya?"
"Aku tidak pernah mengatakan begitu. Sebaliknya! Aku mendapati bahwa kita terlalu melalaikannya dengan mengikuti Hukum yang baru."
"Hukum Baru adalah buah dari yang lama, yakni, adalah kesempurnaan yang dicapai oleh pohon Iman. Tapi tak seorang pun dari kita melalaikannya, sepanjang Aku tahu, sebab Aku adalah yang pertama menghormatinya dan mencegah yang lain melalaikannya." Yesus amat tajam dalam mengucapkan perkataan ini. Ia kembali berbicara: "Kitab Ulangan tidak dapat disentuh. Juga ketika Kerajaan-Ku akan menang, dan bersama Kerajaan-Ku Hukum yang Baru beserta peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapannya, Kitab Ulangan akan selalu diberlakukan atas perintah-perintah baru, seperti batu-batu kubus dari bangunan-bangunan kuno dipergunakan untuk bangunan-bangunan baru, sebab batu-batu itu sempurna dan menjadikan tembok sangat kokoh. Akan tetapi Kerajaan-Ku belum ada, dan Aku, seorang Israel sejati, tidak melanggar ataupun melalaikan Kitab Musa. Itu adalah dasar dari perilaku-Ku dan ajaran-Ku. Di atas dasar Manusia dan Guru, Putra Bapa menempatkan konstruksi surgawi dari Kodrat dan Kebijaksanaan-Nya. Dalam Ulangan ada tertulis: 'Janganlah kau serahkan kepada tuannya seorang budak yang melarikan diri dari tuannya kepadamu. Bersama-sama engkau dia boleh tinggal, di tempat yang dipilihnya, dia boleh tinggal dengan damai di salah satu kota-kotamu dan janganlah engkau menindas dia.' Perintah ini berlaku tanpa peduli kemana pun seorang budak sudah terpaksa melarikan diri dari seorang tuan yang keji. Dalam kasus-Ku, dalam kasus Sintikhe, pelarian ini bukan menuju suatu kebebaan yang terbatas, melainkan menuju kebebasan tak terbatas dari Putra Allah. Dan sekarang sesudah burung skylark ini lolos dari jerat para pemburu, apa kau berharap Aku menempatkannya sekali lagi ke dalam jaring dan menyerahkannya ke penjaranya guna merampas juga darinya pengharapan, sesudah merenggut kebebasannya? Tidak, tidak pernah! Aku memuji Allah sebab, sebagaimana perjalanan kita ke En-Dor membawa kembali anak ini kepada Bapa, demikianlah kunjungan kita ke Kaisarea sudah membawa perempuan ini kepada-Ku, supaya Aku menghantarnya kepada Bapa. Di Sicaminon, Aku berbicara kepadamu tentang kuasa iman. Hari ini Aku akan berbicara kepadamu tentang terang Pengharapan. Tapi sekarang marilah kita makan dan beristirahat di kebun buah-buahan ini. Sebab matahari menyengat begitu teriknya seolah neraka terbuka."
|
|