241. PENGETAHUAN BUKAN PENYESATAN JIKA ITU ADALAH AGAMA.
3 Agustus 1945
Ketika perahu ditambatkan di pelabuhan kecil Tiberias, banyak orang luntang-lantung yang berjalan dekat dermaga kecil itu datang untuk melihat siapa yang datang. Ada orang-orang dari segala tingkatan sosial dan kebangsaan. Demikianlah jubah panjang Yahudi yang berwarna-warni, kepala berambut gelap dan jenggot mengesankan orang-orang Israel berbaur dengan pakaian wool putih yang pendek, tanpa lengan dan kepala berambut pendek yang dipangkas rapi dari orang-orang Romawi yang kekar, dan bahkan dengan pakaian terlebih minim yang membalut tubuh lembut yang lincah dari orang-orang Yunani. Kelompok terakhir ini nampaknya mewarisi cita rasa seni dari tanah air mereka yang jauh, bahkan dalam berpose, dan mereka kelihatan seperti patung-patung dewa yang turun ke atas bumi dalam tubuh fana, dengan berbalut jubah-jubah putih, dengan wajah-wajah klasik berhiaskan rambut keriting yang harum dan lengan-lengan sarat gelang, yang oleh pengaruh gerakan mereka menjadi berkilau-kilau.
Banyak wanita penghibur bergaul dengan orang-orang Romawi dan orang-orang Yunani, yang tidak ragu untuk memperlihatkan affair cinta mereka di alun-alun dan di jalan-jalan, sementara orang-orang Palestina menjauhkan diri dari hal macam ini, meski banyak mereka yang hidup berpesta-pora terlibat dalam hubungan cinta bebas dengan wanita-wanita penghibur di rumah. Jelas begitulah keadaannya sebab para wanita penghibur kelas atas itu menyapa beberapa orang Yahudi secara akrab dengan nama mereka, di antaranya seorang Farisi dengan hiasan pita-pita, kendati kenyataan bahwa orang-orang Yahudi menanggapi para wanita itu dengan muka masam.
Yesus bergerak menuju bagian kota itu di mana orang-orang yang lebih terpandang berkumpul. Orang-orang ini sebagian besar adalah orang-orang Romawi dan orang-orang Yunani dengan segelintir orang dari istana Herodes dan sebagian saudagar kaya dari pesisir Fenisia, kemungkinan dari Sidon dan Tirus, sebab mereka membicarakan kota-kota itu dan tempat-tempat perdagangan serta kapal-kapal. Serambi-serambi luar dari pemandian-pemandian Thermal penuh dengan orang-orang terpandang yang luntang-lantung dan yang menghabiskan waktu dengan membahas topik-topik remeh, seperti pelempar cakram favorit atau atlit yang paling gesit dan hebat dalam gulat Graeco-Romawi. Atau mereka memperbincangkan fashion dan perjamuan-perjamuan dan membuat janji untuk perjalanan pelesir dengan mengundang wanita-wanita penghibur kelas atas yang paling cantik atau wanita-wanita berambut keriting yang harum yang keluar dari pemandian-pemandian Thermal atau bangunan-bangunan lain, yang memenuhi sentral Tiberias yang bagai aula marmer artistik ini.
Kelompok yang lewat itu membangkitkan rasa ingin tahu yang luar biasa yang menjadi sungguh mengerikan ketika ada seorang yang mengenali Yesus, sebab telah melihat-Nya di Kaisarea dan ada juga seorang yang mengenali Magdalena meski Magdalena sepenuhnya terbungkus dalam mantolnya, dengan kerudungnya diturunkan menutupi kening dan pipinya, hingga hanya sedikit saja dari bagian wajahnya yang terlihat, sebab dia berjalan dengan kepalanya tertunduk.
"Itu dia orang Nazaret Yang menyembuhkan putri Valeria," kata seorang Romawi.
"Aku ingin melihat suatu mukjizat," seorang Romawi lainnya menanggapi.
"Aku ingin mendengar-Nya berbicara. Kata mereka Ia adalah seorang filsuf hebat. Haruskah kita meminta-Nya berbicara?" tanya seorang Yunani.
"Jangan ikut campur, Theodate. Kepala-Nya berada di awan-awan dan Ia akan langsung berbicara. Penulis cerita tragedi akan senang menempatkan-Nya dalam suatu satire," jawab seorang Yunani lain.
"Jangan menjadi tidak sabaran, Aristobolus. Ia tampaknya turun dari awan-awan dan sedang mendiskusikan argumen-argumen yang tak dapat disangkal. Lihat, betapa banyak perempuan muda cantik ada bersama-Nya," gurau seorang Romawi.
"Tapi itu Maria dari Magdala!" seru seorang Yunani, yang lalu memanggil: "Lucius! Cornelius! Titus! Lihat: Maria ada di sana!"
"Itu bukan dia! Masakan Maria seperti itu? Apa kau mabuk?"
"Aku katakan padamu, itu Maria. Dia tidak dapat mengelabuiku, bahkan meski dia menyamar begitu rupa."
Orang-orang Romawi dan orang-orang Yunani mengelilingi kelompok apostolik, yang sedang melintasi alun-alun yang berhiaskan arkade-arkade dan air-air mancur. Beberapa perempuan menggabungkan diri dengan para lelaki yang penasaran itu dan adalah seorang perempuan yang pergi menghampiri nyaris di bawah wajah Maria guna melihatnya dengan lebih jelas dan dia tercengang ketika dia melihat bahwa itu adalah Maria.
Dia bertanya pada Maria: "Apa yang kau lakukan dalam penyamaran ini?" dan dia tertawa mengejek.
Maria berhenti, menegakkan diri, mengangkat satu tangan dan menyingkapkan wajahnya dengan menyibakkan kerudungnya ke belakang. Itu adalah Maria dari Magdala, perempuan berkuasa yang menentang apapun yang tercela dan majikan dari perasaannya sendiri, yang tampak. "Ini aku, ya" katanya dengan suara merdunya sementara kedua matanya yang indah berkilat-kilat. "Ini aku. Dan aku menyingkapkan diriku, supaya kamu jangan berpikir bahwa aku malu bersama dengan orang-orang kudus ini."
"Oh! Maria bersama dengan orang-orang kudus! Jangan melantur. Jangan merendahkan dirimu sendiri!" seru si perempuan.
"Aku sudah merendahkan diriku hingga sebelum ini. Tetapi tidak sekarang."
"Apa kau gila? Atau apa kau bertingkah?" jawab si perempuan.
Seorang Romawi mengedipkan matanya dan dengan bergurau mengatakan: "Ikutlah denganku. Aku lebih tampan dan lebih menyenangkan dari pekabung bayaran berkumis itu yang mematiragakan hidup dan mengadakan pemakaman untuknya. Hidup itu indah! Suatu kemenangan. Suatu pesta pora yang menggembirakan! Ayo. Aku akan mengungguli semua orang dalam membuatmu senang," dan pemuda berkulit hitam itu yang wajahnya bagai rubah itu memang cukup tampan, berusaha menjamah Maria.
"Enyah! Jangan sentuh aku. Kau berbicara benar: hidup yang kau jalani adalah suatu pesta pora. Dan hidup paling memalukan. Aku jijik terhadapnya."
"Oh! Tapi sampai baru-baru ini itulah gaya hidupmu," jawab si Yunani.
"Dia sok perawan sekarang!" ejek seorang Herodian.
"Kau akan merusak orang-orang kudus itu! Si Nazaret akan kehilangan halo-Nya bersamamu. Ikutlah bersama kami," desak seorang Romawi.
"Kau yang sebaiknya ikut bersamaku dan mengikuti-Nya. Berhentilah menjadi binatang dan jadilah setidaknya manusia."
Ledakan tawa dan ejekan adalah jawaban mereka.
Hanya seorang Romawi yang sudah tua yang berkata: "Hormatilah perempuan itu. Dia bebas untuk melakukan apa yang disukainya. Aku akan membelanya."
"Dengarkan pemimpin itu! Apa anggur semalam membuatmu sakit?" tanya seorang pemuda.
"Tidak. Dia khawatir akan kesehatannya sebab punggungnya sakit,' jawab yang lainnya.
"Pergilah kepada si Nazaret dan minta Dia menggarukkannya untukmu."
"Aku akan pergi dan meminta-Nya untuk menggaruk luruh kotoran yang aku dapatkan dengan bersamamu," jawab orang tua itu.
"Oh! Crispus sudah menjadi rusak pada usia enampuluh tahun," kata banyak dari antara mereka sambil tertawa, sementara mereka membentuk sebuah lingkaran sekelilingnya.
Tetapi laki-laki bernama Crispus itu tidak peduli diejek dan dia mulai berjalan di belakang Magdalena dan mereka tiba di tempat Yesus Yang telah berhenti di bawah naungan sebuah bangunan indah yang menempati dua sisi alun-alun dengan serambi-serambi yang bertiang-tiang dan bangku-bangku.
Dan Yesus tengah berurusan dengan seorang ahli Taurat yang mencela-Nya sebab berada di Tiberias dengan rombongan yang demikian.
"Dan mengapa kau di sini? Sejauh menyangkut Tiberias. Dan Aku katakan padamu juga bahwa ada jiwa-jiwa yang harus diselamatkan pula di Tiberias, bukan, lebih banyak di sini dari di tempat lain manapun," jawab Yesus.
"Mereka tidak dapat diselamatkan: mereka adalah orang-orang bukan Yahudi, orang-orang yang tidak mengenal Allah, orang-orang berdosa."
"Aku datang untuk orang-orang berdosa. Guna membuat Allah Yang Benar dikenal semua orang. Semua orang. Aku datang juga untukmu.
"Aku tidak butuh guru ataupun penebus. Aku murni dan terpelajar."
"Aku harap kau cukup terpelajar untuk memahami kondisimu sendiri!"
"Dan Engkau untuk mengetahui betapa berteman dengan seorang pelacur mendatangkan image buruk bagi-Mu."
"Aku mengampunimu juga atas namanya. Dalam kerendahan hatinya dia sudah membatalkan dosanya. Sementara kau menggandakan dosamu dalam kesombonganmu."
"Aku tidak punya dosa."
"Kau punya dosa yang berat. Kau tanpa kasih."
Ahli Taurat itu mengatakan: "Enyah!" dan berlalu pergi.
"Itu salahku, Guru!" kata Magdalena. Dan melihat wajah pucat Santa Perawan, dia mengerang: "Ampunilah aku. Aku menyebabkan PutraMu dihina. Aku akan undur diri …"
"Tidak. Kau akan tinggal di mana kau berada. Aku menghendakinya," kata Yesus dalam suara tajam. Matanya berkilat dengan kemuliaan; ada otoritas begitu rupa yang memancar dari keseluruhan pribadi-Nya hingga nyaris mustahil menatap-Nya! Ia lalu menambahkan dengan lebih lembut: "Tinggallah di mana kau berada. Jika orang tidak dapat tahan berada dekatmu, biarkan dia pergi, sendiri."
Dan Yesus kembali berjalan menuju bagian barat kota.
"Guru!" seru Romawi tua yang kekar itu, yang membela Magdalena.
Yesus berbalik.
"Mereka menyebut Engkau Guru, dan aku menyebut Engkau demikian juga. Aku sangat ingin mendengar-Mu berbicara. Aku separuh filsuf dan separuh pendosa duniawi. Tetapi mungkin Engkau dapat menjadikanku seorang baik."
Yesus menatap tajam padanya seraya berkata: "Aku akan meninggalkan kota di mana binatang-manusia berkuasa dan penghinaan merajalela." Dan Ia kembali berjalan.
Laki-laki itu mengikuti-Nya dengan susah payah dan dengan mencucurkan keringat, sebab Yesus berjalan dengan langkah-langkah lebar sementara dia gemuk dan agak tua dan berbeban kejahatan. Simon menoleh ke belakang dan memberitahu Yesus.
"Biarkan dia berjalan. Jangan hiraukan dia."
Sesaat kemudian Iskariot berkata: "Tetapi orang itu mengikuti kita. Itu tidak benar!"
"Kenapa? Karena kasihan atau ada alasan lainnya?"
"Kasihan padanya? Tidak. Sebab lebih jauh di belakang ada si ahli Taurat dan orang-orang Yahudi lain yang mengikuti kita."
"Biarkan mereka. Akan lebih baik jika kau mengasihaninya daripada mengasihani dirimu sendiri."
"Engkau, Guru."
"Tidak: dirimu sendiri, Yudas. Jujurlah dalam menyatakan perasaan-perasaanmu dan mengakuinya."
"Aku sungguh mengasihani si orang tua itu juga. Adalah sulit, Engkau tahu, untuk mengimbangi-Mu!" kata Petrus yang mencucurkan keringat.
"Adalah selalu sulit untuk mengikuti Kesempurnaan, Simon."
Laki-laki itu mengikuti mereka dengan tanpa kenal lelah, berupaya tinggal dekat para perempuan, yang meski begitu, kepada mereka dia tidak berbicara.
Magdalena menangis diam-diam di balik kerudungnya.
"Jangan menangis, Maria," kata Bunda Maria menghiburnya dan menggandeng tangannya. "Kelak dunia akan menghormatimu. Hari-hari pertama adalah hari-hari yang paling menyakitkan."
"Oh! Bukan untuk kepentinganku sendiri. Melainkan karena Dia! Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri jika aku adalah penyebab masalah bagi-Nya. Apakah Engkau mendengar apa yang dikatakan ahli Taurat itu? Aku mendatangkan image buruk bagi-Nya."
"Putri yang malang! Tidak tahukah kau bahwa perkataan-perkataan macam itu telah senantiasa didesiskan sekeliling-Nya bagai begitu banyak ular jauh sebelum kau berpikir untuk datang kepada-Nya? Simon memberitahu-Ku bahwa mereka mendakwa-Nya atas hal itu bahkan tahun lalu, sebab Ia menyembuhkan seorang perempuan penderita kusta, yang dulunya seorang pendosa, yang dilihat-Nya hanya ketika Ia mengerjakan mukjizat dan tidak pernah dilihatnya lagi, dan yang usianya lebih tua dari-Ku, dan Aku adalah BundaNya. Tidak tahukah kau bahwa Ia harus pergi dari Air Jernih sebab seorang saudarimu yang malang telah pergi ke sana untuk ditebus? Bagaimana mereka dapat mendakwa-Nya jika Ia tanpa dosa? Dengan mengatakan dusta. Dan di manakah mereka mendapatkannya? Dalam misi-Nya di antara manusia. Perbuatan baik-Nya mereka pergunakan sebagai bukti akan dosa-Nya. Apapun yang harus dilakukan PutraKu, mereka akan selalu menganggapnya sebagai dosa. Jika Ia undur diri ke pertapaan, Ia akan bersalah sebab menelantarkan umat Allah. Jika Ia datang di tengah orang banyak, Ia bersalah sebab melakukannya. Ia selalu bersalah, sejauh menyangkut pendapat mereka."
"Jadi, mereka jahat penuh kedengkian!"
"Tidak. Mereka secara berdegil buta terhadap Terang. YesusKu adalah Yang Abadi Disalahmengerti. Dan Ia akan lebih dan lebih lagi menjadi demikian."
"Dan tidakkah itu mendukakan-Mu? Engkau kelihatan begitu damai tenang bagiku."
"Diamlah. Aku merasa seolah hati-Ku dibungkus dalam duri yang bernyala-nyala. Dan setiap kali Aku bernapas Aku ditembusi olehnya. Tapi Ia tidak boleh tahu! Aku berjuang untuk kelihatan damai tenang, demi menopang-Nya dengan damai tenang-Ku. Jika BundaNya tidak menghibur-Nya, di manakah YesusKu akan mendapatkan penghiburan? Di dada siapakah Ia dapat mengistirahatkan kepala-Nya tanpa disakiti atau difitnah dengan melakukannya? Hanyalah adil bahwa Aku, dengan melupakan duri-duri yang mengoyak hati-Ku dan airmata yang Aku reguk di saat-saat kesendirian-Ku, hendaknya menyelubungkan sehelai mantol kasih yang lembut, seulas senyum, berapa pun harga yang harus dibayar untuk itu, demi membuat-Nya lebih tenang… lebih tenang, hingga… hingga gelombang kedengkian akan sebegitu rupa hingga tak suatu pun yang akan ada gunanya. Bahkan tidak kasih BundaNya…" Dua aliran airmata menuruni wajah pucat Maria.
Kedua saudari, amat tergerak hatinya, menatap pada-Nya. "Tapi kami di sini dan kami mengasihi-Nya. Lalu para rasul…" kata Marta untuk menghibur-Nya.
"Ya, kamu di sini. Dan ada pada-Nya para rasul… Mereka masih sangat kurang untuk tugas mereka… Dan dukacita-Ku terlebih dalam sebab Aku tahu bahwa Ia tahu segalanya…"
"Jadi Ia tahu bahwa aku bersedia untuk taat, bahkan hingga tahap mempersembahkan diriku sebagai kurban bakaran, jika perlu?" tanya Magdalena.
"Ya. Kau adalah sukacita besar bagi-Nya di jalan-Nya yang sulit."
"Oh! Bunda!" dan Magdalena meraih tangan Maria dan menciumnya penuh luapan cinta.
Tiberias berakhir dengan kebun-kebun sayur-mayur di pinggiran kota. Sesudahnya ada jalanan berdebu yang menghantar ke Kana; di satu sisi ada kebun-kebun buah-buahan, di sisi lainnya padang-padang rumput dan ladang-ladang yang terpanggang matahari musim panas.
Yesus melanjutkan langkah-Nya masuk ke dalam sebuah kebun buah-buahan untuk beristirahat di bawah naungan pepohonan lebat. Para perempuan tiba pada-Nya lebih dulu dan lalu si Romawi yang terengah-engah; dia sama sekali kehausan. Dia tinggal agak menyendiri, tidak berbicara, tetapi mengamati.
"Marilah kita menyantap sedikit makanan sementara kita beristirahat," kata Yesus. "Ada sebuah sumur di sebelah sana dan seorang petani di dekatnya. Pergi dan mintalah padanya untuk memberi kita sedikit air."
Yohanes dan Tadeus pergi. Mereka kembali dengan satu buyung air yang meneteskan air, dengan diikuti oleh si petani yang menawarkan buah-buah ara yang lezat.
"Kiranya Allah mengganjarimu dengan kesehatan yang baik dan panenan yang melimpah."
"Semoga Allah melindungi Engkau. Engkau adalah sang Guru, bukan begitu?"
"Ya."
"Maukah Engkau berbicara di sini?"
"Tidak ada seorang pun di sini yang menginginkan Aku berbicara."
"Aku, Guru. Aku merindukannya lebih dari aku merindukan air yang akan begitu nikmat ketika orang kehausan," seru si Romawi.
"Apa kau haus?"
"Ya, sangat. Aku sudah mengikuti-Mu sejak dari kota."
"Tiberias tidak kekurangan sumber-sumber mata air sejuk."
"Jangan salah mengerti aku, Guru, atau berpura-pura tidak memahami aku. Aku mengikuti-Mu untuk mendengarkan Engkau berbicara."
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu kenapa atau bagaimana. Itu terjadi saat aku melihatnya (dan dia menunjuk pada Magdalena). Aku tidak tahu. Suatu mengatakan padaku 'Ia akan memberitahumu apa yang belum kau ketahui.' Dan aku datang."
"Beri dia sedikti air dan buah ara. Supaya dia dapat menyegarkan tubuhnya."
"Dan bagaimana dengan pikiranku?"
"Pikiran disegarkan oleh Kebenaran."
"Itulah sebabnya mengapa aku mengikuti-Mu. Aku mencari kebenaran dalam pengetahuan manusia. Aku mendapati penyesatan. Bahkan dalam ajaran-ajaran terbaik ada sesuatu yang tidak baik. Aku sudah menjadi begitu patah semangat hingga aku muak dan seorang yang muak tidak punya masa depan lain selain dari saat aku hidup."
Yesus menatap tajam padanya sementara menyantap roti dan buah ara yang dibawakan para rasul untuk-Nya.
Santapan segera berakhir.
Yesus, yang masih duduk, mulai berbicara seolah Ia sekedar memberikan suatu pengajaran sederhana kepada para rasul-Nya. Juga si petani tinggal dekat sana.
"Banyak mereka yang mencari Kebenaran sepanjang hidup mereka, tidak menemukannya. Mereka seperti orang-orang bodoh yang antusias untuk melihat dan meski demikian mengenakan penutup mata perunggu di mata mereka dan mereka meraba-raba mencari dengan tegang sehingga mereka pergi lebih dan lebih jauh dari Kebenaran, atau mereka menyembunyikannya dengan melemparkan ke atasnya berbagai hal yang oleh pencarian bodoh mereka pindahkan dan menyebabkannya jatuh. Tak ada suatu pun selain itu yang dapat terjadi pada mereka, sebab mereka mencari Kebenaran di mana Kebenaran tidak dapat berada. Guna mencari Kebenaranmu harus menggabungkan intelektual untuk mengasihi dan melihat pada hal-hal, bukan hanya dengan mata yang bijak, melainkan dengan mata yang baik. Sebab kasih karunia jauh lebih berharga dari kebijaksanaan. Dia yang mengasihi akan selalu menemukan jalan yang menghantar pada Kebenaran.
Mencintai bukan berarti menikmati kesenangan dalam daging atau untuk daging. Itu bukan cinta. Itu sensualitas. Cinta adalah kasih sayang dari jiwa ke jiwa, dari bagian yang superior ke bagian yang superior, sehingga laki-laki tidak melihat dalam diri pasangannya seorang budak, melainkan ibu dari anak-anaknya, dan tidak ada yang lain; yakni, separuh bagian yang membentuk bersama si laki-laki suatu yang utuh, yang dapat memprokreasikan hidup atau lebih banyak hidup; yakni, pasangan hidup yang adalah ibu dan saudari dan putri dari si laki-laki, yang lebih lemah dari seorang bayi yang baru dilahirkan atau lebih kuat dari seekor singa, seturut keadaan, dan yang sebagai ibu, saudari dan putri hendaknya dicintai dengan hormat perlindungan yang mantap. Apapun yang tidak Aku katakan, bukanlah cinta. Melainkan kejahatan; yang tidak menghantar ke atas, melainkan ke bawah: bukan kepada Terang, melainkan kepada Kegelapan; bukan kepada bintang-bintang, melainkan kepada kotoran. Kamu harus mengasihi perempuanmu untuk dapat mengasihi sesamamu. Dan kamu harus mengasihi sesamamu untuk tahu bagaimana mengasihi Allah. Dan jalan kepada Kebenaran ditemukan.
Itulah di mana Kebenaran berada, wahai manusia yang mencarinya. Kebenaran adalah Allah. Itulah di mana kunci untuk memahami pengetahuan akan diketemukan. Ajaran yang sempurna adalah doktrin Allah. Bagaimana manusia dapat menjawab semua pertanyaannya jika Allah tidak bersamanya untuk memberinya jawaban-jawaban? Siapakah yang dapat menyingkapkan misteri-misteri ciptaan, hanya dan sekedar misteri-misteri itu, selain dari Pencipta Mahatinggi kita, Yang menjadikan ciptaan? Siapakah yang dapat memahami yang-mengagumkan-yang-hidup, yang adalah manusia, makhluk dalam siapa kesempurnaan binatang dipersatukan dengan kesempurnaan abadi, yang adalah jiwa, dengan jalan mana kita adalah allah-allah, jika jiwa kita hidup, yakni bebas dari perbuatan-perbuatan itu yang akan memerosotkan yang tak berakal budi, dan yang, meski begitu dilakukan oleh manusia dan yang dibanggakannya?
Wahai manusia, yang mencari Kebenaran, Aku akan mengulang perkataan Ayub kepadamu: 'Jika kamu ingin belajar lebih lanjut, bertanyalah kepada ternak, carilah keterangan dari burung-burung di udara. Yang merayap di bumi akan memberimu pengajaran dan ikan-ikan di laut akan memberitahumu segalanya.' Ya, bumi, bumi hijau penuh bunga ini, buah-buah yang menggembung di pepohonan, burung-burung yang berkembang-biak, angin yang menghembus awan-gemawan, matahari yang selama abad-abad dan milennium telah terbit dengan tepat, semuanya berbicara akan Allah, semuanya menjelaskan Allah, semuanya menyingkapkan dan mewartakan Allah.
Jika Pengetahuan tidak didasarkan pada Allah, pengetahuan menjadi sesat dan tidak menaikkan melainkan memerosotkan. Pengetahuan bukan penyesatan jika itu adalah agama. Dia yang pengetahuannya didasarkan pada Allah tidak akan jatuh, sebab dia sadar akan martabatnya dan percaya akan masa depannya yang abadi. Tetapi kamu harus mencari Allah yang riil, yang bukan fantom, yang bukan dewa-dewa, yang sekedar kegilaan manusia yang masih terbungkus dalam ketidaktahuan rohani sehingga tidak ada bahkan bayangan dari kebijaksanaan dalam agama mereka atau bayangan dari kebenaran dalam iman mereka.
Setiap tingkatan usia dapat menjadi bijaksana. Bukan, sekali lagi dalam Ayub dituliskan: 'Menjelang malam suatu terang siang hari akan bangkit bagimu dan apabila kau pikir bahwa saatmu sudah tiba, kau akan bangkit bagai bintang pagi. Kau akan penuh keyakinan sebab pengharapan yang menantikanmu.'
Kehendak baik sudah cukup untuk menemukan Kebenaran, yang cepat atau lambat akan ditemukan. Tetapi begitu ditemukan, celakalah mereka yang tidak mengikutinya, melainkan meneladani orang-orang degil Israel, yang, meski sudah memiliki alur untuk menemukan Allah, yakni, semuanya yang ada tertulis dalam Kitab mengenai Aku, tidak mau tunduk pada Kebenaran, bukan, mereka membencinya, menumpuk dalam benak dan hati mereka gersang kedengkian dan rumusan-rumusan. Dan mereka tidak tahu bahwa karena kelebihan berat dunia akan membuka di bawah kaki mereka, yang mereka pikir adalah langkah-langkah para pemenang, padahal itu adalah langkah-langkah budak dari formalisme, kedengkian, cinta diri. Dan mereka akan ditelan dan akan dicampakkan dengan kepalanya terlebih dahulu masuk ke dalam jurang ngarai yang paling dalam ke tempat mana pergi mereka yang secara sadar bersalah akan kekafiran, yang terlebih bersalah dari penyembahan berhala yang sudah dipergunakan oleh orang-orang demi memiliki suatu agama di atas mana mereka mendasarkan perilaku mereka.
Sebagaimana Aku tidak menolak mereka yang bertobat di antara anak-anak Israel, demikian pula Aku tidak menolak mereka kaum penyembah berhala yang percaya pada apa yang diberikan kepada mereka untuk diyakini dan yang secara batin memohon: 'Berilah kami Kebenaran.'
Aku telah berbicara kepadamu. Marilah kita sekarang beristirahat di bawah pepohonan hijau ini, jika orang ini mengijinkan kita. Kita akan pergi ke Kana sore hari."
"Tuhan, aku meninggalkan-Mu. Tetapi sebab aku tidak ingin mencemarkan kebijaksanaan yang telah Engkau berikan kepadaku, aku akan meninggalkan Tiberias sore ini, aku akan pergi jauh dari negeri ini. Aku akan undur diri ke pesisir Lucania bersama pelayanku. Aku punya sebuah rumah di sana. Engkau telah memberiku banyak. Aku sadar bahwa Engkau tidak dapat memberikan lebih kepada si Epikuros tua [= penganut Mazhab Epikuros (kebahagiaan hidup adalah kenikmatan)]. Tetapi apa yang telah Engkau berikan kepadaku sudah cukup untuk memungkinkanku membangun benakku. Dan… sudi berdoalah kepada AllahMu untuk si tua Crispus. Dia hanyalah seorang pendengar-Mu di Tiberias. Berdoalah agar aku dapat mendengarkan-Mu lagi, sebelum Libitina (1) mendekapku, sehingga, melalui kemampuan yang aku pikir akan dapat aku ciptakan dalam diriku, aku dapat memahami Engkau dan Kebenaran dengan terlebih baik. Salam, Guru." Dan dia menyampaikan salam seturut cara Romawi.
Ketika dia lewat dekat para perempuan yang duduk sedikit di samping, dia membungkuk kepada Maria Magdalena dan berkata: 'Terima kasih, Maria. Adalah suatu hal baik bahwa aku mengenalmu. Engkau sudah memberikan harta yang dicari kepada teman lama pesta-poramu. Jika aku tiba di mana kau sudah bearda, aku akan berhutang itu padamu. Selamat tinggal." Dan dia pun pergi.
Magdalena mendekapkan kedua tangan ke dadanya dan wajahnya memperlihatkan ketakjuban dan berbinar. Lalu, dengan berlutut dia menyeret dirinya ke hadapan Yesus. "Oh! Tuhan! Jadi benar bahwa aku dapat menghantar orang kepada Kebajikan? Oh! Tuhan-ku. Betapa Engkau sungguh terlalu baik!" Dan dengan membungkuk dalam hingga wajahnya menyentuh rerumputan, dia mencium kaki Yesus dan sekali lagi membasahinya dengan arimata: airmata syukur terima kasih dari kekasih agung dari Magdala.
(1) Dewi Romawi kuno untuk makam, yang namanya digunakan oleh para penyair Latin sebagai sinonim dari kematian.
|
|