Ziarah Iman bersama Para Kudus:
Januari
16 Januari
St. Marsellus I, Paus dan Martir
Wafat Paus Marsellinus I (296-304) mengakibatkan Tahta Suci lowong selama beberapa tahun. Gereja digoncang penganiayaan oleh Kaisar Diokletianus (284-305). Syukurlah, tiga tahun sesudah kematian Diokletianus terpilihlah seorang paus baru, Marsellus I pada tahun 308. Karena penganiayaan pada masa pemerintahan Diokletianus, umat tercerai-berai. Gereja dalam keadaan kacau balau. Gereja harus dipulihkan. Marsellus mengatur kembali adminsitrasi Gereja sementara mengatasi segala masalah. Orang-orang yang murtad perlu bertobat, mengakui kesalahan dan melakukan penitensi berat, untuk kemudian diterima kembali dalam pangkuan Gereja. Tuntutan itu ditentang banyak orang, hingga mencapai puncaknya menjadi peristiwa berdarah. Kaisar Maxentius menangkap Marsellus dan mengasingkannya. Paus Marsellus wafat dalam pembuangan pada tahun 309. Tetapi Gereja akhirnya bangkit kembali, bertahan dan bahkan berkembang hingga sekarang.
Renungan:
Paus Marsellus dicaci-maki, dibenci dan harus banyak menderita karena Kristus. Umat Kristiani pada masa pemerintahan Diokletianus dan Maxentius mengalami penganiayaan hebat karena iman mereka. Penderitaan merupakan bahasa universal. Bahasa penderitaan melahirkan daya tarik dan simpati yang besar dari berbagai pihak. Sangat nyata, orang akan menjadi semakin bersatu, berbagi duka, solider dalam penderitaan. Jika seorang sanggup menanggung penderitaan dalam jalan Allah, sesungguhnya ia sedang membuka pintu kehidupan baru baginya. Kebaikan yang dilakukan membuatnya menderita, namun penderitaan tidak akan sia-sia. Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran. Dalam situasi sulit seperti sekarang ini orang Katolik diajak tahan menanggung segala bentuk penderitaan. Orang Katolik ditantang dan diajak untuk berbuat lebih banyak.
17 Januari
St. Antonius, Abbas
Antonius dilahirkan di Mesir dalam sebuah keluarga yang kaya raya pada tahun 251. Ketika usianya 20 tahun, orangtuanya meninggal dunia. Ia mewarisi sejumlah besar harta. Namun pemuda Mesir ini lebih tertarik pada sabda hidup dari Injil, “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku” (Matius 19:21). Didorong oleh Roh kehidupan dari Sang Sabda, ia membagi harta kekayaannya kepada fakir miskin. Ia sendiri memilih corak hidup pertapaan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan menyatu dengan Kristus sang Miskin yang kaya raya. Karena imannya yang kuat dan kokoh ia mampu mengatasi segala cobaan dan godaan. Hidup tapa menghantar Antonius ke tingkat hidup rohani yang tinggi. Dengan nasehat dan petunjuk-petunjuk yang tepat ia membantu banyak orang yang lapar dan haus akan bimbingan rohani. Dari hidup kontemplasi yang mendalam ia menimba kekuatan untuk membela iman Katolik melawan ajaran sesat kaum Arian. Antonius wafat dalam damai pada tahun 356, dalam usia 105 tahun.
Renungan:
Santo Antonius Abbas bukanlah orang yang melakukan tapa tanpa tujuan. Hidup bakti dalam biara konptemplatif bertujuan melatih diri, menahan nafsu, melawan nafsu tidak teratur, nafsu dosa-dosa pokok: sombong, marah, tamak, kikir, iri hati, cabul dan malas, untuk menggalang etos kerja dan membangun pelbagai kebajikan-kebajikan cinta kasih, keadilan dan kebenaran, kebebasan, kemerdekaan yang bertanggung-jawab. Pertapaan adalah komunitas biara yang hidup dalam kesunyian dan keheningan. Mereka hidup penuh disiplin dan dinamis. Mereka membagi waktu untuk berdoa dan berkarya secara efisien. Mereka memusatkan hidupnya untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan berdoa untuk keselamatan segenap Gereja dan umat manusia.
18 Januari
St. Priska, Perawan dan Martir
Puteri bangsawan Roma ini tidak diketahui hari kelahiran dan wafatnya. Namun Gereja mewarisi catatan ringkas yang menceritakan bahwa pada saat berusia 13 tahun, gadis kecil ini ditangkap dan dipenggal kepalanya oleh Kaisar Claudius (41-54) karena tetap setia kepada iman akan Yesus Kristus. Priska dihormati sebagai perawan dan martir oleh umat Kristen Roma. Jenazahnya dimakamkan di Katakombe Santa Priscila di Jalan Salaria. Keharuman namanya didokumentasikan dalam sebuah gereja yang diberi nama Gereja Santa Priska.
Renungan:
“Mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Kebenaran abadi ini berlaku bagi Santa Priska, remaja kecil yang berasal dari keluarga bangsawan Roma. Ia termasuk dalam bilangan orang yang dipanggil kepada keselamatan. Dan keselamatan itu harus dibayarnya dengan harga mahal. Ia merelakan kepalanya dipisahkan dari tubuhnya demi iman akan Kristus. Sejarah Gereja selalu ditandai dengan darah para martir. Darah para martir adalah benih-benih kekristenan.
19 Januari
St. Marius, Martir
Sekitar awal abad keempat Marius, bangsawan kaya dari Persia, berziarah bersama keluarga: isterinya Marta dan kedua buah hati mereka Audifax dan Abakuh, ke kota Roma. Tujuan ziarah adalah mengunjungi pusat Gereja Kristus dan makam para martir. Sayangnya, mereka tiba di Roma saat situasi gawat, yakni penganiayaan umat Kristen pada awal masa pemerintahan Kaisar Honorius (395-4240). Marius prihatin akan nasib orang-orang Kristen yang meringkuk di penjara-penjara. Ia mengunjungi mereka dan membagi-bagikan harta miliknya kepada mereka agar mereka dapat menyambung hidup. Tetapi karena perbuatannya itu, ia dipandang sebagai lawan dan musuh kaisar. Akhirnya Marius beserta isteri dan kedua anaknya ditangkap sewaktu menguburkan jenazah para pahlawan iman Kristiani di kota abadi itu. Mereka mati sebagai saksi iman yang sama yang mereka kagumi.
Renungan:
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” (Roma 8:35). Umat Paroki Leo Agung, Jatibening, menanggung penderitaan karena rumah ibadatnya dibakar oleh pemuda-pemuda yang tidak bertanggung jawab. Kerusuhan di Situbondo menyebabkan umat Kristen menderita karena gereja-gereja dan sekolah-sekolah Kristen dibakar. Hal serupa terjadi juga di Tasikmalaya: sebuah gereja Kristen Katolik dibakar. Sudah pasti, umat Kristen merasa sedih dan pedih hati. Tetapi perlu dicamkan, penderitaan masa mendatang akan jauh lebih hebat. Bukan lagi gedung gereja, tetapi imanmu akan Yesus Kristus yang hendak dirampas. Imanmu itu lebih berharga daripada emas, perak ataupun tubuhmu sendiri. Iman menyangkut hak asasi. Keyakinan adalah hak-hak dasar kemanusiaan. Kita mesti bersiap menghadapi deraan lebih hebat lagi. Kiranya kita semua berdoa, “Hai langit, turunkanlah Sang Adil dari atas; hai awan, curahkanlah Dia.”
20 Januari
St. Fabianus, Paus dan Martir
Paus Fabianus, yang berasal dari Roma, dinobatkan menjadi Paus menggantikan Paus Santo Anterus (235-236) pada tanggal 10 Januari tahun 236. Ia mengatur kembali administrasi Gereja. Umat dibagi dalam tujuh wilayah gerejani yang dipimpin oleh tujuh diakon dengan dibantu oleh tujuh subdiakon untuk mengurus banyak laporan tertulis mengenai para martir. Tetapi Kaisar Gaius Decius (249-251) membangkitkan kembali penganiayaan terhadap umat Kristiani. Bahkan Paus Fabianus juga ditangkap dan dibunuh pada tanggal 20 Januari tahun 250.
Renungan:
Jika seorang ibu tidak memberi dadanya dihisap oleh kehidupan baru, niscaya akan punahlah kehidupan. Jika seorang ayah tidak membiarkan keringatnya dihisap oleh anak- anaknya, maka tidak akan terjadi perkembangan. Adalah tanggung jawab moral orangtua untuk memelihara kemanusiaan. Itu dilakukan dengan segala pengorbanan. Orangtua akan senatiasa dikenang oleh anak-anaknya. Bayangkan, andaikata para penganut iman perdana tidak bersusah-payah, tidak memeras air mata, tidak menumpahkan darah, adakah iman Katolik di bumi ini? Tidak bisa dibayangkan adanya iman Katolik tanpa para martir. Mereka telah mempertaruhkan daya, airmata, darah dan nyawa agar supaya kebaikan terus diwariskan dari generasi ke generasi. Mereka menyiram bumi Gereja dengan darah dan kemartirannya dan memberi kesuburan dari tahun ke tahun, dari abad ke abad. Kemenangan yang mengalahkan dunia ialah iman. Walau sejarah mencatat penindasan dan aniaya, iman masih terus bertumbuh di bumi. Semangat yang senantiasa dipelihara dalam Gereja adalah spiritualitas kemartiran. Tetapi bukan dengan cara gagah-gagahan untuk memperlihatkan diri sebagai martir, melainkan dengan cara terus berbuat baik, membela kemanusiaan dengan segala resikonya.
21 Januari
St. Agnes, Perawan dan Martir
Agnes dilahirkan pada tahun 291. Ia seorang remaja yang cantik jelita hingga banyak pemuda jatuh hati padanya. Agnes hidup pada masa kekaisaran Romawi mencapai puncak kejayaan dan sang kaisar menghendaki disembah sebagai dewa. Agnes adalah salah seorang dari antara banyak umat Kristiani yang menolak menyembah kaisar. Ia baru berusia 13 tahun dan bersedia mati daripada mengkianati imannya. Beberapa pemuda bersedia menikahinya asal ia menyangkal iman. Tetapi Agnes mengatakan, “Aku telah mempunyai seorang Kekasih. Ia mencintaiku dan aku pun mencintai-Nya. Dialah Yesus Kristus.” Perkataan Agnes membuat mereka murka. Agnes diikat di atas api unggun dan api pun dinyalakan. Sungguh aneh, meski api berkobar, Agnes tidak terbakar. Hal ini membuat mereka bertambah geram. Seorang dari mereka menghunus pedang dan menghujamkannya pada leher jenjang si gadis. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 304.
Renungan:
“Aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah” (Roma 12:1). Spiritualitas yang dihayati Santa Agnes sejalan dengan semangat teologis Santo Paulus. Jiwa raga diserahkan kepada Allah. Semangat yang sama diinspirasi dari korban hidup yang dilakukan Yesus Kristus demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia. “Aku telah mempunyai seorang Kekasih. Ia mencintaiku dan aku pun mencintai-Nya. Dialah Yesus Kristus.” Sosok Agnes layak menjadi teladan bagi kita semua, khususnya pemuda dan pemudi zaman kini. Hendaklah kita memiliki spiritualitas bahwa tubuh adalah kenisah Roh Kudus. Kita memancarkan cahaya rahmat bagi orang lain. Sang Pencipta dan Roh Cinta Kasih harus dimaklumkan kepada dunia melalui tubuh kita.
22 Januari
St. Anastasius, Martir
Raja Chosroes Abhanwez dari Persia menggempur kota Yerusalem pada tahun 614. Di antara tentaranya terdapat seorang prajurit muda bernama Magundat. Terkesan oleh teladan hidup umat Kristiani yang rukun dalam semangat cinta kasih, Magundat bertobat dan dibaptis dengan nama Anastasius. Ia keluar dari dinas militer dan masuk biara di Palestina. Setelah tujuh tahun hidup sebagai biarawan yang hidup dalam doa, Anastasius diutus ke Caesarea untuk mewartakan Injil. Tetapi ia ditangkap, disiksa dengan aniaya dan kerja paksa. Sebab Anastasius tak hendak menyangkal imannya, maka bersama 70 umat Kristen lainnya, ia dicekik hingga tewas di tepi sungai Eufrat (Irak) pada tahun 628.
Renungan:
Pada tahun 614 Raja Chosroes Abhanwez dari Persia menaklukkan Yerusalem dan merampas Salib Suci. Magundat mendapatkan informasi bahwa itu adalah salib Yesus Kristus dari Nazaret yang disiksa dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi karena menyebut DiriNya Putra Allah. Ia begitu terkesan oleh kuasa nyata reliqui kudus itu dan devosi serta kekudusan hidup umat Kristiani yang sujud di bawah salib, hingga ia bertobat. Setelah dihantar dalam iman Kristiani, bagi Anastasius, di salib itu bukan lagi Yesus yang mati melainkan Yesus yang hidup. Salib memang menjadi batu sandungan. Mengapa orang harus menjalani hidup hanya untuk salib, menderita, menyangkal diri dan berbagai tindakan bodoh lainnya dari segi pertimbangan manusiawi. Tetapi bagi orang beriman salib merupakan hikmat terdalam dari kehadiran Allah. Salib itu kekuatan. Tanpa kesediaan untuk menerima salib, segala cita-cita tinggal setengah jalan karena setiap cita-cita, setiap rencana, setiap kehendak baik memiliki salibnya sendiri-sendiri. Jadi, jika mau maju dan berkembang dalam apa yang diimpikan orang harus bersedia menerima salib dan mengatasinya. Bagi orang Kristen, setiap orang dipanggil untuk menunaikan panggilan hidupnya dengan bersedia memikul salib yang menyertainya.
23 Januari
St. Martina, Perawan dan Martir
Martina adalah puteri seorang pejabat Romawi Kristen yang kaya raya. Ia adalah gadis yang pengasih dan penyayang serta peduli pada sesama, khususnya mereka yang tertindas kemiskinan. Sesudah kematian kedua orangtuanya, ia membagi-bagikan harta miliknya kepada fakir miskin dan membaktikan diri dalam doa. Pada masa pemerintahan Kaisar Aleksander Severus Martina diperintahkan untuk mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa. Martina menolak dan memilih mati demi membela iman kepada Kristus. Peristiwa itu terjadi pada tahun 228. Empat abad kemudian penghormatan diberikan kepadanya. Pada tahun 1634 Paus Urbanus VIII mendirikan sebuah gereja untuk menghormatinya.
Renungan:
Pernahkah engkau bersyukur atas iman yang engkau miliki? Jika engkau tiada menemukan rasa syukur itu, sia-sialah imanmu. Engkau tidak menemukan kebaikan dari imanmu. Sungguh sayang. Hal itu bukan karena iman tak memberi apapun kepadamu, tetapi karena engkau memiliki iman yang hanya tertempel di luar; iman yang hanya label. Engkau tidak menghayati iman dalam arti sedalam-dalamnya. Iman itu benar, tidak menyesatkan, karena bersumber pada wahyu, ajaran Tuhan. Santo Paulus bergembira dan bersyukur karena pewartaannya benar sesuai dengan panggilan Allah yang memanggil semua orang untuk diselamatkan. Adakah engkau merasakan bahwa iman akan Kristus membebaskanmu? Allah mempunyai ruang pengampunan yang luas dan dalam. Allah membimbing dan bila engkau tersesat, Allah membawamu lagi ke jalan yang benar. Yang penting engkau sadar akan iman kepada Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup.
24 Januari
St. Fransiskus de Sales, Uskup dan Pujangga Gereja
Fransiskus dilahirkan di kastil Château de Thorens dalam sebuah keluarga bangsawan di Savoy pada tanggal 21 Agustus 1567, sebagai yang sulung dari duabelas bersaudara anak-anak François de Boisy dan Françoise de Sionnz. Orangtuanya ingin Fransiskus menjadi seorang ahli hukum, masuk dalam dunia politik dan meneruskan garis kekuasaan keluarga. Ia bersekolah di La Roche dan Annecy di Perancis dengan para pengajar dari Serikat Yesuit. Selanjutnya dalam usia duabelas tahun mengambil kuliah di Collège de Clermont di Paris. Dalam masa remajanya, Fransiskus mulai terengaruh ajaran Calvin mengenai predestinasi (= takdir) dan percaya bahwa ia ditakdirkan masuk neraka. Tetapi ia berpendirian, “Kalau aku tidak diizinkan mencintai Tuhan di akhirat, setidak-tidaknya aku akan berusaha sekuat tenaga mencintai-Nya di dunia ini.”Fransiskus belajar hukum dan theologi di Universitas Padua, Itali dan meraih gelar doktor di kedua bidang. Saat pulang, jabatan Senator tlah menantinya. Ia memilih untuk mengurbankan karir duniawi demi cita-cita menjadi imam. Ia diutus untuk menobatkan para pengikut Calvin di Choblais. Pada tahun 1602 Fransiskus ditahbiskan sebagai Uskup Geneva (Swiss). Kekayaan rohani dibagi-bagikan Fransiskus dalam banyak tulisan, pamflet dan buletin. Ia adalah orang kudus pertama yang memakai surat kabar untuk mewartakan iman. St Fransiskus wafat pada wafat pada tanggal 28 Desember 1622 di Lyon. Pada tanggal 8 Januari 1662 Fransiskus de Sales dimaklumkan sebagai beato oleh Paus Alexander VII dan dikanonisasi pada tanggal 19 April 1665 oleh paus yang sama. Pada tahun 1877 ia dimaklumkan sebagai Pujangga Gereja oleh Paus Beato Pius IX dan pada tahun 1923 dimaklumkan sebagai pelindung pers dan penulis Katolik oleh Paus Pius IX.
Renungan:
Fransiskus de Sales, karena panggilan Allah, meninggalkan karier dan memilih menjadi imam. Lewat karya imamatnya ia menantang pengaruh ajaran predestinasi (takdir) yang disebarluaskan Calvin. Tuhan berkenan akan ketulusan hati dan khotbahnya yang penuh kasih dan kelembutan. Dari 72.000 umat Katolik yang telah memeluk ajaran Calvinisme, 67.000 di antaranya kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Fransiskus ditahbiskan menjadi Uskup Geneva (Swiss). Ia berjumpa dengan St. Yohana Fransiska de Chantal dan mereka mendirikan Serikat Visitasi yang intinya hendak meneladan Maria yang dengan kerendahan hati mengunjungi (visitasi) dan membantu Elisabet saudarinya. Segala sesuatu di dunia merupakan sarana di tangan Tuhan untuk menyelamatkan dunia. St Fransiskus de Sales mempergunakan surat kabar sebagai sarana tepat untuk mewartaan Sabda Allah. Sarana yang tepat artinya yang baik dan berguna. Kebenaran harus disampaikan dengan cara yang tepat dengan sarana yang tepat pula.
25 Januari
Pesta Bertobatnya St Paulus, Rasul
Paulus dilahirkan di Tarsus (Turki Tenggara). Ia seorang Yahudi, namun mewarisi kewarganegaraan Romawi dari ayahnya. Semula namanya adalah Saulus. Ia dididik di Yerusalem oleh Gamaliel, seorang rabbi yang termasyhur, dan termasuk golongan Farisi. Saulus disegani karena fanatisme terhadap Hukum Taurat. Ketika mendengar bahwa di Damsyik banyak pengikut Kristus yang tak mengindahkan Hukum Taurat, ia merasa terpanggil untuk menumpas orang-orang Kristen. Hatinya berkobar-kobar dengan satu tujuan yakni menangkap dan menyeret mereka ke Yerusalem agar mereka mengalami nasib sama dengan Guru mereka. Dalam perjalanan ke Damsyik, tiba-tiba ia disilaukan oleh cahaya ajaib dari langit. Kudanya terhentak dan Saulus terhempas ke tanah, tergeletak tak berdaya. Sayup-sayup terdengarlah suara Kristus, “Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” “Siapakah Engkau?” Jawab-Nya, “Aku Yesus yang kau aniaya. Bangunlah dan masuklah ke kota. Di sana akan Aku katakan apa yang harus kau perbuat.” Di Damsyik, Saulus dibaptis menjadi Kristen dan namanya diubah menjadi Paulus. Untuk sementara ia hidup menyendiri di Arabia. Sekembalinya ke Damsyik, ia menjadi pewarta Kristus. Pertobatan Santo Paulus terjadi secara tiba-tiba dan istimewa. Dengan penuh semangat ia mengajar orang-orang Kristen. Paulus dikenal sebagai rasul orang kafir karena membaptis orang-orang bukan Yahudi tanpa membebankan adat Yahudi kepada mereka. Ia mengadakan perjalanan rasuli hingga 3-4 kali mengelelilingi dunia untuk menyebarkan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat. Untuk memelihara jemaat-jemaat itulah ia menulis surat-suratnya. Paulus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan dipenggal kepalanya sekitar tahun 67.
Renungan:
Karunia tobat adalah awal hidup berahmat. Tobat menjadi awal satu hidup baru. Tobat merupakan kesempatan beralih dari kehidupan lama ke kehidupan baru. Itulah pengalaman Saulus, yang kemudian bernama Paulus. Sebelumnya, ia adalah seorang pemburu dan penganiaya mereka yang berjalan di jalan Tuhan. Dalam perjalanan ke Damsyik, ia mengalami proses pertobatan. Pengalamannya sangat menantang dan menggetarkan, pengalaman beralih dari semangat lama ke semangat baru. Kemudian semangat baru itu menjiwai seluruh kehidupan dan karyanya. Setiap orang memiliki masalah dan masa lalu. Masa lalu dapat begitu gelap sehingga orang menjadi putus asa dan merasa diri tidak berguna. Inilah pengalaman kegelapan. Tidak ada jalan atau memang ia tidak bisa melihat jalan. Tetapi tenggelam dan meratapi masa lalu adalah satu hal yang tidak bijaksana. Manusia baru diajak untuk melihat masa depan. Masa depan menjanjikan ruang pertobatan dan perbaikan diri. Allah memberi ruang pengampunan bukan hanya secara fisik di kamar-kamar pengakuan yang ada di gedung gereja. Allah memang memberi pintu pengampunan. Jika orang menyesal akan apa yang dilakukan pada masa lalu dan ingin memulai hidup baru, Allah mempunyai pintu untuk itu. Seperti Paulus, tobat kita harus diwujudkan dengan karya nyata guna mengungkapkan sikap tobat kita. Seluruh hidup dibaktikan untuk kehidupan baru. “Bukan lagi aku yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam Aku.”
26 Januari
St. Timotius dan St. Titus, Uskup
Santo Timotius dilahirkan di Listra, Asia Kecil. Berkat pewartaan Santo Paulus, Timotius bersama ibunya - Eunike - dan neneknya - Lois - memeluk agama Kristen. Tujuh tahun kemudian Paulus singgah kembali ke Listra dan mendapati Timotius sebagai seorang pemuda yang saleh dan bijaksana, sebab itu Paulus mengambilnya sebagai rekan kerja di Asia kecil dan Yunani. Kadang kala ia mendahului Paulus sebagai utusan terpercaya, tetapi sering juga ditinggalkan demi memperteguh iman jemaat baru. Rahmat dan berkat Tuhan mengangkat Timotius menjadi Uskup Efesus yang pertama. Di sanalah ia menerima dua epistula St Paulus. Karena menolak menyembah berhala, Uskup Timotius dirajam hingga tewas sekitar tahun 97.
Santo Titus adalah murid kesayangan Santo Paulus. Titus mengikuti gurunya sampai ke Konsili Yerusalem. Ia mendapat tugas dari Paulus untuk mengumpulkan amal kasih dari jemaat di Korintus bagi jemaat di Yerusalem yang sedang mengalami paceklik. Selanjutnya Titus diangkat menjadi uskup di Pulau Kreta, Yunani. Titus yang giat, berjiwa besar, dan pandai berdiplomasi ini wafat pada tahun 96. Epistula St Paulus kepada Titus dapat kita baca dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.
Renungan:
Betapa dalam kehidupan sehari-hari, umat Kristen tidak dapat bekerja sama demi keselamatan masyarakat dan Gereja. Mereka saling bertengkar dan memperjuangkan diri atau kelompok masing-masing. Pekerjaan mereka bertumpang tindih dan tidak saling menunjang. Mereka berebut lahan kerja yang sama. Semua orang ingin menjadi yang utama. Akibatnya, banyak urusan terbengkalai. Sering ditemukan antar bagian pelayanan tidak bersinergi tetapi bekerja sendiri-sendiri; tidak ada koordinasi kerja yang baik tetapi saling menonjolkan diri. Dalam epistulanya, Paulus menyampaikan pesan ini mengenai tanggung-jawab pewartaan Injil: “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan” (I Korintus 3:6-7).
27 Januari
St. Angela Merici, Perawan
Angela Merici dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1474 di Desenzano, Italia. Dalam usia 15 tahun ia menggabungkan diri dalam Ordo Ketiga Fransiskan. Suatu hari ia dianugerahi penglihatan yang mengatakan bahwa ia akan mengilhami para perempuan saleh dalam panggilan hidup mereka. Pada tahun 1516, ia pindah ke Brescia dan mendirikan sebuah sekolah. la mengajak kaum perempuan untuk ikut membantunya dalam karya pendidikan. Mereka ini kemudian membentuk sebuah perkumpulan di bawah perlindungan Santa Ursula dan mengambil tempat kediaman di sebuah rumah dekat Gereja Santa Afradi Brecia. Dari sini lahirlah kemudian sebuah ordo baru, yakni Ordo Ursulin (OSU) yang diresmikan oleh Paus Paulus III (1534-1549) pada tanggal 25 November 1535.
Di Kreta, dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci Yerusalem, sekonyong-konyong kedua mata Angela menjadi buta. Meski demikian, ia bersikeras ziarah tetap dilanjutkan. Ia mengunjungi tempat-tempat suci dengan semangat dan devosi mendalam seolah tak ada yang salah dengan penglihatannya. Dalam perjalanan pulang, sementara berdoa di depan sebuah salib, ia memperoleh kembali penglihatannya tepat di tempat yang sama di mana ia menjadi buta. Angela Merici wafat pada tanggal 27 Januari 1554 di Brescia, Italia. Pada tanggal 30 April 1768 ia digelari “Beata” oleh Paus Klemens XIII (1758-1769) dan pada tanggal 31 Mei 1807 dikukuhkan sebagai “Santa” oleh Paus Pius VII (1800-1823).
Renungan:
Serviam: aku mau mengabdi. Ini merupakan semangat dasar yang menjiwai kehidupan Angela Merici. Semangat itu pula yang ia wariskan kepada anggota Ordo Santa Ursula yang umumnya bergerak di bidang pendidikan. Dengan semangat yang sama, ordo ini datang ke Indonesia tahun 1856; karya-karyanya bisa kita jumpai di Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan Ende (Flores). Para paus menyebut diri mereka sebagai “serva servorum Dei” artinya pelayan dari hamba-hamba Allah; dan semangat inilah yang menjiwai karya pelayanan mereka. Bagi spiritualitas Kristen menjadi pemimpin berarti melayani sebagaimana Yesus datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Para pemimpin hadir untuk orang yang dipimpin. Sayangnya, kita hidup dalam dunia yang mempunyai semangat sebaliknya. Kita menjumpai semangat dan praktek-praktek yang memperlihatkan sosok pemimpin sebagai penguasa yang menindas rakyat atau orang yang dipimpin. Inilah tantangan bagi semangat pelayanan umat Kristiani.
28 Januari
St. Thomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja
Dalam lukisan, St Thomas Aquinas digambarkan sebagai seorang biarawan Dominikan dengan bintang di dadanya dan buku di tangannya. Ia dilahirkan sekitar tahun 1225 di Aquino, Naples, Italia. Ayahnya, Pangeran Landolph dan ibunya, Theodora. Ketika berusia lima tahun, Thomas diserahkan dalam pendidikan para rahib Benediktin di Monte Cassino, Italia. Ia belajar filsafat, logika, tata bahasa, retorika, musik dan matematika di Universitas Napoli. Pada tahun 1244 Thomas menggabungkan diri dalam Ordo Dominikan. Pada tahun 1245-1248, ia pergi ke Paris dan Koeln untuk belajar filsafat Aristoteles di bawah bimbingan St Albertus Magnus (= Agung). Hidupnya dibaktikan untuk mengajar di Perguruan Tinggi Paris, Roma dan Napoli. Ajaran dan karya tulisnya dipadukan dalam dua buku: Summa contra gentiles (= rangkuman melawan bangsa kafir) dan Summa Theologica (= sistematisasi teologi yang paling sempurna). Imannya dilestarikan dalam madah pujian Ekaristi: Pangelingua, Lauda Sion Salvatorem dan Adoro Te devote. Pada tanggal 6 Desember 1273, ia dianugerahi suatu wahyu ilahi yang begitu memikatnya hingga ia mengatakan, “Semua buku yang aku karang adalah bagaikan rumput kering saja dibandingkan dengan apa yang aku lihat.” Thomas Aquinas wafat pada tahun 1274 dalam perjalanan menuju Konsili Ekumenis di Lyon. Ia dimakamkan di Katedral Toulouse, Perancis; digelari kudus pada tahun 1323 oleh Paus Yohanes XXII dan sejak tahun 1567 dikenal dengan sebutan Doctor Angelicus.
Renungan:
Thomas, putera bangsawan, mempertahankan bakat-bakat kebangsawanan yang agung dan luhur dalam pribadinya. Ia juga seorang filsuf dan teolog besar. Ajaran para pujangga Gereja disatukannya dalam Summa Theologica (= kumputan ilmu ketuhanan). Daya pikir yang tajam, kerendahan hati serta hidup kudus membuatnya digelari Doctor Angelicus (= Doctor Malaikat). “Orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala” (Daniel 12:3). Mereka memancarkan cahaya kebijaksanaan Allah. Segala pengetahuan tersirat dalam Allah. Allah adalah Tuhan dan Pemilik segala pengetahuan. Carilah kerajaan Allah dan segala kebenaran, maka engkau akan menemukan dan memandang Allah dalam segala kesempurnaan. Guru kebenaran akan berseri kemilau laksana bintang abadi. Selayaknyalah segala pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki manusia dipergunakan untuk pelayanan bagi sesama manusia, bukan untuk kemegahan diri.
29 Januari
St. Yosef Freinademetz, Imam
Yosef Freinademetz dilahirkan pada tanggal 15 April 1852 di Abtei, Tyrol Selatan, daerah pegunungan Alpen, Italia. Ia masuk seminari dan ditahbiskan sebagai imam di Bressanone pada tanggal 25 Juli 1875 untuk selanjutnya diutus sebagai misionaris ke Tiongkok pada tahun 1879. Ia mahir berbahasa Mandarin dan melakukan segala yang mungkin untuk menjadi seorang Cina guna mempertobatkan orang-orang Cina. Freinademetz dengan tekun mengunjungi desa-desa untuk mewartakan Injil dan melayani sakramen. Ia tak gentar sedikitpun terhadap marabahaya dan aniaya yang menghadang umat Kristiani oleh penguasa. Bersama rekan-rekan kerja dan kawanannya, ia dikejar-kejar dari satu tempat ke tempat lain, ditangkap, dan didera. Konon ia menyampaikan khotbahnya kepada para penyerang yang menderanya, sehingga mereka tersentuh hatinya dan meninggalkannya. Karena kerendahan hatinya, ia menolak untuk ditahbiskan menjadi uskup. Yosef Freinademetz wafat pada tanggal 28 Januari 1908 di Taikia, Cina karena terjangkit TBC dan typhus. Ia digelari “Beato” pada tahun 1975 oleh Paus Paulus VI dan dikanonisasi pada tanggal 5 Oktober 2003 oleh paus Yohanes Paulus II.
Renungan:
Seorang murid Tuhan yang rela mengabdikan diri demi kerajaan Allah di dunia ini harus merelakan diri memikul salib dan bahkan menyangkal diri Apabila orang terlalu mementingkan diri, ia tidak layak menjadi murid Tuhan. Gambaran para pengabdi adalah merelakan diri untuk pergi ke mana saja tanpa memikirkan bekal dan segala keperluannya. Seorang misionaris tulen dikirim Tuhan ke tanah misi, meninggalkan kampung halaman, sanak saudara, urusan dirinya. Ia pergi ke daerah baru yang asing, yang bukan sanak, bukan saudara. Ia hanya tahu bahwa ia pergi demi kerajaan Allah. Hal ini dilakukan oleh Santo Yoseph Freinademetz, misionaris pertama Serikat Sabda Allah (SVD) yang dikirim ke Tiongkok.
Dahulu, bermisionaris penuh dengan romantika, mencari dunia baru yang dianggap penuh misteri. Panggilan ke dunia baru menggelora dan mendorong sang misionaris meninggalkan segala sesuatu. Tugas berat yang dijalani dipandang sebagai petualangan yang mengasyikkan. Tetapi ketika dunia semakin menjadi kecil, bagian dunia lain bukan lagi misteri yang mesti disingkap, dan tak ada lagi ajaran yang terasa aneh, adakah semangat misionaris masih menarik? Barangkali pertanyaan yang lebih relevan adalah cara bermisi yang bagaimanakah yang diperlukan dalam dunia modern? Pesan tetap sama; cara harus berubah agar lebih mampu menjawabi kebutuhan manusia modern. Kesanggupan mengidentifikasi kebutuhan manusia menentukan keberhasilan misi.
30 Januari
St. Maria Ward, Pengaku Iman
Maria Ward hidup antara tahun 1585- 1645. Putri bangsawan Inggris ini berkali-kali mengungsi hanya karena ingin mengikuti Misa Kudus. Di Inggris, Misa Kudus dilarang oleh Ratu Elisabeth. Pada usia 20 tahun, ia melarikan diri ke Belgia untuk masuk biara Klaris. Tetapi karena dua kali gagal, ia lalu mendirikan kumpulan wanita yang hidup bersama tanpa pakaian biara atau tanpa klausura. Mereka ingin kembali ke Inggris untuk memperkuat iman umat yang dianiaya. Berkali-kali Maria Ward dikejar-kejar, dipenjarakan dan dijatuhi hukuman mati namun dibebaskan kembali. la kembali ke Belgia, memimpin puteri-puteri Inggris serta berusaha untuk mendapatkan pengakuan dari Paus di Roma. Di Munchen, ia dipenjarakan sebagai seorang bidaah dan akhirnya pada tahun 1631 “Suster-suster Jesuit”-nya dilarang oleh Paus. Namun namanya direhabilitasi dan perjuangannya agar kaum wanita boleh merasul sama seperti kaum pria diterima oleh pejabat Gereja.
Renungan:
Pengharapan itu ibarat menempatkan lilin di depan kita. Kita akan menemukan jalan menuju masa depan. Itulah gambaran tentang pengharapan. Harapan membuat orang selalu melihat bahwa di balik langit masih ada langit lain, esok masih ada mentari. Orang yang berpengharapan masih bertahan hidup dalam penjara yang paling tertutup sekalipun, asal ada seberkas sinar yang membuatnya bisa berhubungan dengan dunia luar, dunianya sendiri. Bahkan ketika dalam ruang paling gelap, ia percaya, Tuhan besertanya. Pengharapan itu membuat ia hidup dan bertahan. Karena pengharapan, orang bisa mengatasi masalah-masalahnya. Orang harus memandang hidup sebagai mengarungi gelombang menuju ke ufuk sana. Di sana, ada sebuah pulau yang membuat orang mengayuh, memecah cakrawala.
31 Januari
St. Yohanes Bosco, Imam
Yohanes Bosco lahir dekat Torino, Italia Utara pada tanggal 16 Agustus 1815. Ayahnya meninggal ketika Yohanes Bosco masih balita. Karena miskin, ia tak dapat bersekolah, melainkan harus menjadi gembala ternak. Seorang imam tua yang baik hati mendidik Yohanes; berkat bantuannya pula Yohanes dapat mengenyam pendidikan di seminari. Yohanes Bosco ditahbiskan menjadi seorang imam pada usia 26 tahun. Sejak mudanya, Don Bosco mempunyai pengaruh yang besar terhadap anak-anak dan kaum muda. Sesudah ditahbisan, dengan bantuan ibunya - Margarita - ia membina anak-anak terlantar. Apa yang dilakukannya berkembang pesat, sehingga ia mendirikan Kongregasi Pater-pater Salesian dan Kongregasi Suster-suster Puteri Maria Pertolongan Orang Kristen. Kini kongregasi-kongregasi yang didirikannya tersebar di seluruh dunia dan aktif berkarya di bidang pendidikan, pertukangan, pertanian dan rumah sakit. Yohanes Bosco sangat menjunjung tinggi devosi kepada Sakramen Tobat, Ekaristi Mahakudus dan Komuni Kudus, serta taat kepada pimpinan tertinggi Gereja, yakni Sri Paus.
Renungan:
St. Yohanes Bosco, seorang imam di Torino mengabdikan diri untuk kaum muda. Ia membuka sebuah perkumpulan penampungan anak-anak muda yang terlantar, buta huruf dan miskin. Ia berhasil mengumpulkan sekitar 1000 pemuda dari keluarga miskin. Mereka dibina dan dibimbing menjadi manusia yang baik. Don Bosco mengubah rumah ibunya menjadi sebuah bengkel sepatu dan bengkel kayu untuk pendidikan ketrampilan orang muda. Cara pendidikan dan cara hidup Don Bosco didasarkan pada iman dan devosinya kepada Sakramen Tobat, Ekaristi Mahakudus dan Komuni Kudus. Sakramen-sakramen tersebut berhasil membentuk pribadi-pribadi pemuda yang tangguh dan taat pada agama. Orang muda merupakan masa depan Gereja dan masyarakat. Persiapan bagi orang muda untuk menyambut masa depan merupakan tuntutan yang sangat mendesak. Di samping berbagai upaya yang dilakukan, doa bagi orang muda akan sangat membantu usaha-usaha kita untuk membangun masa depan.
Sumber: “Ziarah Iman Pastor Jan Lali SVD, Renungan Harian Bersama Para Kudus Sepanjang Tahun”; diterbitkan oleh Penerbit Buku Sabda, Yayasan Sabda Bahagia; Jakarta 2005; tambahan dan edit oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|