Ziarah Iman bersama Para Kudus:
Desember
16 Desember
St. Sturmius
Santo Sturmius dilahirkan pada tahun 715 di Bavaria. Ia dididik oleh St Wigbert di Biara Fritzlar di bawah bimbingan St Bonifasius. Pada tahun 744, imam yang kudus ini mendirikan Biara Fulda yang kelak menjadi biara termashyur dan menjadi abbas pertamanya. Sturmius wafat pada tahun 779.
St. Teofanu
Santa Teofanu adalah permaisuri Kaisar Leon VI. Ia diceraikan dan dibuang oleh suaminya. Teofanu menghabiskan tahun-tahun sisa hidupnya dalam sebuah biara di Konstantinopel. Ia dikenal sangat saleh. Teofanu wafat pada tahun 897.
Renungan:
Amanat Paus Yohanes Paulus II: Adven terletak dalam perspektif kelahiran. Kelahiran di Betlehem merupakan titik puncak sejarah keselamatan. Sejak saat kelahiran itu sampai seterusnya, pengharapan diubah menjadi kenyataan. Perkataan “Datanglah” dari Masa Adven bertemu dengan perkataan “Saya disini” dari Betlehem. Tetapi perspektif utama dari kelahiran ini diubah ke dalam perspektif lain. Adven tidak hanya mempersiapkan manusia bagi kelahiran Allah yang menjadi manusia; Adven juga mempersiapkan manusia bagi kelahirannya sendiri dari Allah.
“Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah” (Yohanes 1:12). Adven mempersiapkan manusia menerima “kuasa” ini. Kelahiran ini adalah panggilan kita; warisan kita di dalam Kristus. Kelahiran yang abadi dan baru. Manusia harus senantiasa lahir baru dari Allah di dalam Kristus. Manusia berjalan menuju Allah untuk sampai kepada-Nya, mencapai Allah yang hidup: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Namun manusia hanya akan sampai ke sana apabila Allah sendiri mengundangnya. Inilah Adven Kristus. Adven yang melampaui perspektif ketinggian manusia, melampaui ukuran kedatangan manusia. Adven Kristus digenapi dalam kenyataan bahwa Allah lahir sebagai manusia. Adven sekaligus merupakan kenyataan bahwa manusia lahir dari Allah dan manusia lahir kembali dari Allah.
17 Desember
St. Lazarus, Sahabat Yesus
Lazarus, yang berarti Tuhan telah menolong, dikenal dalam Kitab Suci sebagai saudara Marta dan Maria. Bersama kedua saudarinya, Lazarus tinggal di Betania, sebuah desa kecil yang terletak di tebing timur Bukit Zaitun. Yesus bersahabat baik dengan mereka. Ketika Lazarus jatuh sakit, Marta dan Maria mengirim kabar kepada Yesus untuk datang. Dari peristiwa itu kita mengenal terjadinya mukjizat Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian.
Renungan:
Amanat Paus Yohanes Paulus II: Di depan palungan di Betlehem, sebagaimana kemudian di depan salib di Bukit Golgota, manusia membuat suatu pilihan mendasar mengenai Yesus. Pada hakikatnya ini adalah pilihan, panggilan manusia yang harus dibuat hari demi hari mengenai Allah, Pencipta dan Bapa. Dan ini terutama dilakukan dari lubuk hati pribadi yang mendalam. Di sanalah Allah dan manusia bertemu. Ini merupakan kedatangan ketiga yang dibicarakan para Bapa Gereja. Inilah Adven rohani (batin) yang dianalisa secara teologis dan asketis oleh Santo Bernardus, “Pada kedatangan pertama, Sabda terlihat di bumi dan berbaur dengan manusia, seperti diakui-Nya sendiri. Mereka melihat-Nya dan membenci-Nya. Pada kedatangan terakhir, setiap orang melihat keselamatan Allah dan mereka akan memandang kepada-Nya. Tetapi kedatangan lainnya, seperti secara rohani, hanya orang terpilih yang melihat-Nya dalam diri mereka sendiri dan jiwa mereka kemudian diselamatkan. Adven ini dihidupkan melalui renungan tentang persatuan dengan Sabda Allah. Adven ini dipersubur dan dijiwai oleh doa sembah syukur kepada Allah. Adven ini diperkuat dengan penerimaan sakramen-sakramen terus-menerus khususnya Sakramen Tobat dan Ekaristi, karena sakramen-sakramen ini membersihkan dan memperkaya kita dengan rahmat Kristus dan membuat kita menjadi baru, sesuai dengan panggilan Yesus: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Markus 1:15). Dari sudut pandang ini, setiap hari harus menjadi Adven bagi kita umat kristen. Setiap hari harus menjadi Natal. Karena semakin kita membersihkan jiwa kita, semakin mencintai Allah di dalam hati kita, Kristus akan semakin mudah datang dan lahir di dalam diri kita!
18 Desember
St. Makrina Muda, Perawan
Santa Makrina Muda berasal dari Asia Kecil. Kaum keluarganya terkenal sebagai umat beriman Kristiani yang saleh. Ayahnya adalah St Basilius Tua dan ibunya St Emilia. Kakek neneknya kehilangan segala-galanya semasa penganiayaan umat Kristen oleh Kaisar Diokletianus dan harus hidup dalam persembunyian tujuh tahun lamanya. Makrina Muda adalah anak sulung dalam keluarga. Sesudah tunangannya meninggal, ia memilih cara hidup murni. Ia membantu ibunya mendidik adik-adiknya. Adiknya, St Basilius Agung, dikenal sebagai Bapa para rahib di Gereja Timur dan Bapa Gereja. Adiknya yang lain, St Gregorius dari Nyssa, dihormati sebagai Bapa Gereja. Sedangkan adiknya, St Petrus Sebaste, menjadi Uskup di Sebaste dan dinyatakan kudus juga. Ketika adik-adiknya semua telah dewasa, Makrina masuk biara yang didirikan oleh St Basilius Agung. St Makrina wafat pada tahun 379 dalam keadaan miskin papa. Riwayat hidupnya disusun oleh Santo Gregorius dari Nyssa.
Renungan:
Segenap anggota keluarga Santa Makrina Muda bertumbuh dewasa dalam usia, pengetahuan dan kesalehan dalam iman akan Yesus dari Nazareth. Mereka semua berkenan bagi Allah dan manusia. Nyaris seluruh anggota keluarganya menjadi orang saleh dan kudus. Hendaklah kita juga menumbuhsuburkan hidup rohani dalam iman kepada Yesus Kristus serta menjadi suri teladan bagi semua orang dari segala lapisan dan golongan.
19 Desember
St. Nemesio, Martir
Pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Decius, putera Mesir ini ditahan di Aleksandria dengan dakwaan mencuri. Dengan mudah ia membebaskan diri dari dakwaan di hadapan hakim, tetapi segera ia dikenai dakwaan lain, yakni sebagai seorang Kristen. Dengan tegas Nemesio memberikan kesaksian tentang imannya. Ia didera dengan cemeti, disiksa dan dianiaya secara keji sebelum akhirnya dibakar hidup-hidup bersama para penjahat lainnya sekitar abad ketiga. Dekat pengadilan prefek, empat orang prajurit Romawi dan seorang lainnya dengan gagah berani mengakui iman Kristiani mereka. Kelima orang Kristen itu pun dihukum mati dengan dipenggal kepalanya. Prefek Romawi amat heran melihat sukacita yang terpancar dari wajah mereka sementara menuju tempat eksekusi.
Renungan:
Perkembangan Gereja di seluruh penjuru dunia serta kekuatan iman setiap orang beriman terletak dalam janji lestari abadi Tuhan Yesus Kristus, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Kehadiran Kristus dan penyertaan-Nya terungkap dalam janji-Nya, “Jikalau Penghibur yang akan Ku-utus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku” (Yohanes 15:26). “Dia-lah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Ku-katakan kepadamu” (Yohanes 14:26). “Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yohanes 16:13). Para pujangga Gereja dan para martir seperti Santo Nemesio kiranya adalah saksi nyata dalam bimbingan Roh Penolong. St. Paulus secara ringkas menyatakan peran Roh Kudus dalam hidup orang beriman, “Tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: `Yesus adalah Tuhan', selain oleh Roh Kudus” (1 Korintus 12:3). St Paulus sendiri mengalami kehadiran dan karya Roh Kudus dalam diri umat Korintus, “Kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia” (II Korintus 3:3). Adakah kita juga telah menjadi surat Kristus bagi sesama?
20 Desember
St. Filigon, Uskup dan Pengaku Iman
Filigon dikenal sebagai pengacara kawakan di kota Antiokhia di Asia Kecil pada abad keempat. Perkataannya berapi-api dan berani dalam membela kliennya di depan pengadilan. Ia tak pernah kalah dalam pembelaan semua perkara. Ia seorang yang jujur dan tidak pernah membela orang yang jelas-jelas berbuat salah. Sewaktu Vitalis, Uskup Antiokhia, meninggal dunia, Filigon dipilih menjadi uskup. Sejak saat itu keahliannya diabdikan demi kepentingan Gereja dan pembelaan iman terhadap serangan kaum bidaah. Santo Krisostomus memujinya sebagai seorang uskup suci, bijaksana dan giat. Dia juga memuji kemurahan hati Filigon dalam memperhatikan kepentingan umatnya.
Renungan:
Santo Filigon sebagai pengacara kawakan adalah suara kebijaksanaan. Ia membela orang-orang yang tak bersalah dengan gagah berani. Dengan Roh Kebenaran yang bertahkta dalam jiwanya, ia mengemban tugas dilaksanakannya keadilan bagi semua orang. Sebagai uskup, ia adalah seorang yang suci, bijaksana, giat serta murah hati dalam memimpin umat. Orang bijaksana diangkat Tuhan untuk memberi makan umatnya, baik rohani maupun jasmani. Karya keselamatan Roh Kudus ini nampak dalam Gereja dan dalam hati setiap orang beriman yang jujur dan saleh, baik ia seorang pemimpin maupun seorang umat biasa. Dialah “hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya” (Matius 24:45). “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10).
21 Desember
St. Petrus Kanisius, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja
Petrus Kanisius dilahirkan di Nijmegen, Belanda pada tanggal 8 Mei 1521. Ia mengalami masa pergolakan dan pertentangan dalam Gereja, yaitu perpecahan di antara umat Kristen yang disulut oleh Protestantisme; empat tahun sebelum Petrus dilahirkan, Martin Luther mulai menentang paus dan Gereja Katolik. Petrus melanjutkan studinya di Universitas Koln. Pada usia 19 tahun ia masuk Serikat Yesus. Petrus Kanisius sangat dipengaruhi oleh B Petrus Faber dan St Ignatius Loyola. Ia ikut ambil bagian dalam mendirikan rumah biara Yesuit di Koln, Jerman, tempat ia menjalankan novisiat. Pada tahun 1546, Petrus Kanisius ditahbiskan menjadi imam dan segera terkenal sebagai pengkhotbah ulung. Ia menunjukkan bahwa cara terbaik menyebarkan iman adalah dengan doa dan kerja keras, bukan dengan mencemoohkan agama lain. Tiga kali ditawari jabatan uskup, tetapi ia ditolak. Pada tahun 1557 ia ditunjuk oleh St Ignatius dari Loyola menjadi Administrator keuskupan yang sedang kosong. Dengan tekun dan rajin, ia berdoa dan mengajar serta berkotbah dan menguatkan iman para rohaniwan yang mengalami krisis panggilan. Petrus Kanisius wafat pada tanggal 21 Desember 1597 dalam usia 78 tahun, semasa bertugas di Fritsburg, Switzerland. Ia digelari Pujangga Gereja karena tulisannya yang banyak dan amat bermutu mengenai iman dan karena usahanya sebagai pelopor penerbitan buku-buku. Ia dihormati juga sebagai rasul Jerman yang kedua.
Renungan:
Petrus Kanisius seorang Yesuit Belanda, ahli dalam bidang katekese. Ia menjadi terang dan garam dalam menumbuh-kembangkan iman umat Allah lewat khotbah, pengajaran agama dan pendidikan. Pula lewat karya penerbitan buku-buku. Jiwa dari semuanya itu adalah hidup doa yang terpancar dalam hidupnya yang saleh dan suci. Itulah transparansi dari Kristus dan RohNya yang ada dalam pribadinya. Santo Petrus Kanisius mewartakan Kristus yang tersalib dan kebangkitan-Nya yang jaya; pewartaan yang dilanjutkan oleh para pendidik dan katekis Kristen sepanjang masa. Mungkin Anda juga. Sekurang-kurangnya mengajar keluarga dan sanak saudara Anda sendiri.
22 Desember
Ketaatan SP Maria adalah Penentu Sejarah Keselamatan
Lukas 1:26-35: “Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: `Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.' Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: `Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.' Kata Maria kepada malaikat itu: `Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?' Jawab malaikat itu kepadanya: `Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.'”
Renungan:
Pribadi Maria sebagaimana dikisahkan St Lukas, patut kita teladani. Pertama, Maria selalu patuh dan taat pada rencana dan kehendak Alah atas dirinya. Ia setia dalam berharap, sekalipun tidak ada tanda-tanda yang jelas untuk melakukannya. Lebih daripada itu, karena sikap kepasrahan dan kepatuhan Maria inilah terlaksana rencana Allah yang Mahabesar, yaitu rencana keselamatan dunia. Peranan Maria sangat penting dalam sejarah keselamatan umat manusia. Seandainya saat itu Maria menjawab “Tidak, Tuhan ...” bagaimanakah keselamatan dunia? Tapi Maria dengan taat dan pasrah menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Maka surga pun terbuka, rencana keselamatan Allah ditentukan dalam diri Maria. Semoga bersama Maria, kita semakin hari semakin menyadari kasih karunia Allah dalam diri kita; krianya kita senantiasa menjawab segala kehendak Allah dengan taat sebagaimana diteladankan Maria.
23 Desember
St. Servulus, Pengaku Iman
Sejak lahir Servulus menderita kelumpuhan yang ganas yang tak memungkinkannya berdiri, duduk atau bahkan menggerakkan tangan. Setiap hari ibu dan kakaknya membaringkannya di pintu gerbang Gereja St. Klemens di Roma. Di sanalah ia menantikan belas kasihan orang yang lewat. Salah satu keutamaan Servulus ialah dengan senang hati menyisihkan sebagian uang hasil pendapatannya bagi para miskin papa yang sering berkumpul sekelilingnya untuk mendengarkan nasehat dan bimbingannya. Banyak orang kagum akan kesabaran dan ketabahannya dalam menanggung penderitaan hidup. Dari hasil mengemis, Servulus membeli Kitab Suci dan sering meminta orang membacakan untuknya. Demikianlah ia memahami Kitab Suci, menghayatinya dan melewatkan hari-hari dengan memadahkan atau menghafalkan ayat-ayat, meditasi, dan terus-menerus mengucap syukur kepada Tuhan sebab telah mengijinkannya menjadi kurban yang boleh menanggung derita dan sengsara seperti Yesus Kristus. Ketika mendekati ajal, sang pengemis meminta mereka yang ada di sekelilingnya untuk memadahkan mazmur bersamanya. Sekonyong-konyong ia berseru, “Ah! Tidakkah kalian mendengar musik yang bergema di surga?” Saat itulah jiwanya meninggalkan tubuhnya yang memancarkan bau harum hingga saat dimakamkan. Servulus wafat pada abad keenam.
Renungan:
Seolah ditakdirkan bahwa Servulus harus hidup dalam kelumpuhan, kemiskinan dan kemelaratan seumur hidup. Syukur bahwa spiritualitas dan imannya bertumbuh dan berkembang. Meski mengalami penderitaan dan hidup berkekurangan, ia masih dapat berbuat amal kasih bagi teman-teman senasib. Tersentuh oleh belas kasihan para penderma, ia sering berdoa kepada Tuhan atas anugerah, baik rohani maupun jasmani. Cinta kasih dan sukacita yang adalah anugerah ilahi itu mendorongnya untuk mengajak teman-teman senasib menyanyikan mazmur baginya menjelang ajalnya. Barangsiapa mempertaruhkan hidup demi Tuhan, akan mempertahankannya sampai kekal. Servulus termasuk dalam rombongan para peziarah kudus yang masuk ke dalam Yerusalem baru. “Barangsiapa menang, dia akan Ku-beri makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah” (Wahyu 2:7).
24 Desember
Adam dan Hawa, Manusia Pertama
Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Allah dan ditempatkan di Firdaus. Keduanya adalah pasangan suami-isteri pertama yang menjadi asal muasal segenap umat manusia. Gereja mengajarkan bahwa dosa asal manusia diwariskan oleh Adam dan Hawa. Yesus Kristus Putra Allah menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia dari belenggu dosa asal warisan Adam dan Hawa. Oleh Adam, dosa masuk dunia, tetapi oleh Yesus Kristus, Adam Kedua, manusia diselamatkan dari belenggu dosa.
Pada dasarnya `Adam' adalah `manusia' pada umumnya (Kejadian 1:26-27). Dalam kehidupan sehari-hari `Adam' dipandang sebagai seorang laki-laki dan nama `pribadi' manusia yang pertama. Hawa adalah perempuan pertama yang diciptakan Tuhan. `Hawa' berarti ibu semua yang hidup. Adam dan Hawa diciptakan menurut citra Allah.Tuhan menciptakan Hawa sebagai pendamping dan pelengkap Adam. Kitab Suci menggambarkan kesejajaran, bahwa Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam. “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu” (Kejadian 2:21-22). Secara hakiki mereka berbeda satu sama lain, laki-laki dan perempuan, namun tetap semartabat sebagai manusia.
Renungan:
Adam dan Hawa berbahagia; hubungan mereka dengan Allah sehati sejiwa, kudus dan tulus, tanpa rasa malu, sekalipun telanjang. Tetapi karena godaan setan, mereka melanggar perintah Allah. Mereka berbuat dosa karena ingin menjadi sama seperti Tuhan Allah, Pencipta-nya. Mereka ingin menjadi mahatahu seperti Allah sendiri. Ketidaktaatan mereka mendatangkan dosa bagi seluruh umat manusia. Namun cinta kasih Allah tidak pernah sirna. Cintakasih Allah terbukti jauh lebih besar daripada pelanggaran mereka. Hal ini terbukti dalam janji Allah untuk mengutus seorang penyelamat yang lahir dari Perawan Maria. Dan janji Allah telah terpenuhi dalam Yesus Kristus, Putra Allah dan Putra Maria.
Dengan demikian kecongkakan, kekurangpercayaan dan ketidaktaatan Hawa yang melahirkan malapetaka maut, dihapus oleh kepercayaan, ketaatan dan kerendahan hati Perawan Maria. Melalui Maria dan Putranya Yesus, jalan kepada Allah yang terputus oleh dosa dihubungkan kembali. Nilai positif dari dosa manusia pertama adalah dosa mendatangkan anugerah terbesar, yaitu pengutusan Yesus Kristus sebagai Penebus dosa manusia. “Dosa Adam” adalah “felix culpa” (dosa yang membahagiakan). Dosa mendatangkan sang Penebus. “Karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” (Roma 5:15).
25 Desember
St. Anastasia, Martir
Anastasia adalah puteri Praetextatus, seorang bangsawan Roma, yang hidup dalam masa penganiayaan umat Kristiani oleh Kaisar Dioklesianus. Anastasia ditangkap, dipenjarakan, dan diadili di Sirmium, Dalmatia. Ia bersama umat Kristen lainnya ditenggelamkan ke dalam laut tetapi St Theodata datang menolong dan membimbing mereka ke pantai. Selanjutnya Anastasia dibawa ke Pulau Palmaria dan dibakar hidup-hidup oleh penguasa pada tahun 304. Jenazah Anastasia dimakamkan oleh Kaisar Leon di Konstantinopel. Anastasia dihormati di Roma sejak abad kelima dan namanya dimasukkan dalam Doa Syukur Agung Misa.
Renungan:
Dalam sejarah liturgi Gereja lazim dipersembahkan tiga Misa Kudus:
Misa Pertama atau Misa Malam, dipersembahkan untuk mengarahkan hati kita kepada Bapa di surga.
Misa Kedua atau Misa Fajar, dipersembahkan pada waktu fajar untuk mengarahkan hati kepada “Sang Fajar” yang membuka tirai kegelapan dosa dan mengajak kita bersama para gembala pergi mendapatkan “Sang Cahaya”. Dalam Misa Gembala ini, kelahiran Yesus diutamakan. Dalam misa kedua ini paus juga mengenangkan secara khusus Santa Anastasia.
Misa Ketiga atau Misa Siang, dipersembahkan untuk memberikan penghiburan besar kepada kita: “Puer natus est nobis” (seorang anak telah lahir untuk kita). Di pundak-Nya diletakkan kekuasaan atas dunia ini dan Ia akan disebut Pewarta Keputusan Agung.
26 Desember
St. Stefanus, Martir Pertama
Tujuh diakon diangkat oleh para rasul untuk mengurus pelayanan orang miskin dan mengajar agama. Mereka adalah Stefanus, Filipus, Prokorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolas. Stefanus adalah yang paling menonjol dari antara mereka. Ia seorang Kristen Yahudi berbahasa Yunani. Ia seorang beriman yang penuh Roh Kudus. Ia berkhotbah, mengadakan banyak mukjizat dan tanda. Pemuka jemaat Yahudi tidak sanggup melawan hikmat Roh yang berbicara melalui Stefanus. Mereka mendakwa Stefanus dengan dakwaan palsu, menyeretnya keluar kota Yerusalem dan merajamnya sampai mati. Salah seorang yang turut menyaksikan dan menyetujui perajaman terhadap Stefanus adalah Saulus, yang dikemudian hari bertobat dan dikenal sebagai Paulus, seorang Rasul Agung dan Pewarta Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Stefanus wafat sebagai martir kira-kira pada tahun 34.
Renungan:
Tugas yang diemban Stefanus dan teman-teman disebut juga pelayanan meja. Tugas ini semacam mengurus ekonomi rumah tangga dalam komunitas Kristen pertama. Ternyata Stefanus juga seorang pewarta yang handal. Terbukti ketika diajukan ke hadapan Sanhedrin, ia mampu berdebat mengenai berbagai tradisi dan lembaga agama Yahudi. Senjata utama melawan musuhnya adalah cinta kepada Tuhan. Cinta itu begitu kuat mendorongnya untuk bersaksi tentang Kristus, meski ia harus menderita aniaya dari musuh-musuhnya. Bahkan sampai saat akhir hidupnya, ia masih memberi pengampunan kepada para musuhnya, “Tuhan, janganlah dosa ini Engkau tanggungkan kepada mereka.”
27 Desember
St. Yohanes, Rasul dan Pengarang Injil
Yohanes, seorang nelayan, berasal dari Betsaida di Galilea. Ia saudara Yakobus, anak Zebedeus dan Salome. Keluarganya tampaknya cukup berada sebab Zebedeus dibantu oleh beberapa orang upahan. Salome sering membantu Yesus dengan harta bendanya. Yohanes berwatak kuat, tegas, dan setia. Ia bersama Petrus dan Yakobus dipilih menjadi rasul inti di antara keduabelas rasul. Ia dikenal sebagai murid yang dikasihi Yesus. Pada perjamuan malam terakhir ia mendapat tempat pertama di sebelah kanan Yesus. Dan dari atas salib Yesus mempercayakan BundaNya kepada Yohanes yang berdiri di dekat-Nya. Yohanes bersama Petrus memimpin umat pertama di Yerusalem. Di kemudian hari ia pindah ke Efesus dan memimpin gereja-gereja di Asia kecil. Mungkin di situ ia menulis Injilnya sebagai hasil permenungan atas perkataan dan perbuatan Yesus. Ia memaklumkan Yesus sebagai Sabda Allah yang menjadi manusia lemah dan tinggal di antara manusia karena cinta-Nya kepada kita. Yohanes wafat kira-kira tahun 100.
Renungan:
Yesus sang Guru Ilahi adalah pembebas. Ia membebaskan manusia dari dosa. Ia menanggung dosa manusia seluruhnya. Ia memikulnya dan menyucikannya dengan darah-Nya yang mahasuci. Ia datang untuk menunjukkan kemuliaan Allah, yaitu kemuliaan Bapa Surgawi yang dicampakkan manusia karena dosa. Itulah sebabnya para malaikat bersembah sujud ketika Kristus lahir: Gloria in excelsis Deo (Kemuliaan kepada Allah di surga). Ia datang sebagai Imam Agung dan sekaligus sebagai Kurban, guna mendekatkan kembali manusia kepada Allah dan menghantar manusia kembali kepada Allah. Manusia tidak mampu menjalin lagi persahabatan dengan Allah. Sebagai pengantara tunggal Kristus mendamaikan kembali manusia dengan Allah. Semua orang yang menerima dan percaya akan karya penebusan-Nya bersama Dia, dengan Dia, dan dalam Dia hidup sebagai anak-anak Allah dan menerima warisan surgawi bersama Kristus.
28 Desember
Pesta Kanak-Kanak Suci, Martir
Seorang anak telah lahir bagi kita, Putra Daud, Raja Israel. Para sarjana datang untuk menghormati Raja yang baru lahir ini. Herodes cemas dan merasa kekuasaannya terancam. Ia bermaksud membunuh Yesus. Tanpa mempedulikan ratap-tangis para ibu, ia menyuruh membunuh semua kanak-kanak di daerah Betlehem dan sekitarnya. Maksudnya agar Yesus ikut terbunuh bersama mereka. Yesus memang selamat karena diungsikan ke Mesir. Tetapi sejumlah kanak-kanak telah menjadi korban kekejaman Raja Herodes yang haus kekuasaan. Kanak-kanak Suci adalah martir-martir bagi Kristus. Allah membela orang yang tak bersalah dan mempermuliakan orang yang tertindas. Apakah kita berani membela orang kecil dan lemah yang tidak punya penolong?
Renungan:
Kanak-kanak tak bersalah dibunuh dengan kejam oleh Herodes. Gereja merayakan pesta kanak-kanak suci bukan saja untuk menghormati mereka sebagai martir-martir Kristus, melainkan Gereja juga hendak menekankan nilai kesucian hidup dan kemurnian hati sebagai suatu cita-cita iman semua orang Kristen. Pesta hari ini mendorong umat Katolik untuk terus berjuang mewujudkan kesucian dan kemurnian hidup sebagai saksi-saksi Kristus, meski terkadang harus mengorbankan nyawa dan darah karena cinta kasih kepada Allah dan sesama. Marilah kita meneladani cita-cita iman yang luhur itu agar kita luput dari dosa dan segala sesuatu yang menjauhkan kita dari kehendak Tuhan. Dengan demikian kita sanggup menghadap Bapa di surga dalam keadaan suci dan tak bercacat.
29 Desember
Daud, Nabi dan Raja Israel
Daud berarti “yang terkasih”. Ia adalah raja kedua Israel dan yang terbesar sekitar tahun 1010 sampai 970 Sebelum Masehi. Ia seorang dari Efrata, Betlehem dan anak bungsu Isai. Orang Israel sangat mencintai Daud sebab ia berhasil mengalahkan Goliat, panglima perang bangsa Filistin. Sesudah Saul meninggal, Daud menggantikannya. Tujuh tahun kemudian Daud menaklukkan suku bangsa Yebus dan merebut Yerusalem. Raja pindah ke Yerusalem. Di sana ia menikahi Batsyeba, yang melahirkan Salomo, raja yang bijaksana itu. Daud menyatukan suku-suku utara dan selatan menjadi satu bangsa. Ia memindahkan Tabut Perjanjian Allah dan mempersiapkan pembangunan kenisah pusat. Ia membentuk suatu pasukan yang tangguh; nyaris seluruh daerah barat Sungai Yordan ditaklukkannya. Daud wafat sekitar tahun 973 dalam usia 70 tahun dan digantikan oleh Salomo, putranya dari mantan isteri Uria. Makamnya masih dikenal pada zaman Nehemia dan pada masa Kristus Yesus. Daud adalah leluhur Yesus melalui Yosef. Daud juga dikenal sebagai nabi dan dianggap sebagai pengarang Mazmur. Dalam Mazmur termuat banyak sekali nubuat yang di kemudian hari digenapi dalam diri Yesus Kristus, orang Nazaret, Putra Yosef dan Maria.
Renungan:
Mazmur 42:2-6.9-10.12
Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?”
Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana;
bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari,
dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku.
Aku berkata kepada Allah, gunung batuku:
“Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?”
Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
30 Desember
St. Thomas Becket, Uskup dan Martir
Thomas Becket dilahirkan pada tahun 1118 di London, Inggris. Sewaktu masih diakon, Thomas menjadi sahabat dan penasehat Raja Henry II dari Inggris. Raja mengusulkan agar Thomas diangkat menjadi Uskup Cantebury. Begitu diangkat menjadi uskup, Thomas langsung menarik diri dari kegiatan politik agar dapat memusatkan perhatian pada hal-hal rohani. Ia membela hak-hak Gereja dari rongrongan raja. Karena tidak mau menandatangani dokumen tentang hak campur tangan pemerintah dalam urusan gerejani, Thomas dituduh tidak setia. Thomas naik banding kepada paus dan melarikan diri ke Perancis. Akhirnya, Thomas diizinkan pulang; tetapi ia tak hendak mengampuni uskup-uskup yang dibebaskan olehnya karena memihak raja, sebelum mereka bersumpah setia kepada paus. Hal ini membuat raja amat murka. Ia menyuruh empat perwira berangkat ke Cantebury untuk membunuh uskup. Thomas sedang merayakan Ibadat Sore dalam katedralnya ketika utusan raja datang. Pesan terakhir Uskup Thomas Becket, “Aku siap menyongsong maut demi Yesus dan Gereja.” Ia wafat pada tahun 1170.
Renungan:
Karena cinta akan Kristus dan Gereja, Thomas menarik diri dari kegiatan politik dan memusatkan perhatian pada urusan Gereja. Sebagai Uskup Cantebury, ia menaruh perhatian besar pada kesejahteraan umatnya, baik rohani maupun jasmani. Karena Henry II mulai mencampuri urusan Gereja, mulai terjadilah perselisihan antara raja dan uskup. Akhirnya Thomas dibunuh saat mengadakan Ibadat Sore di Katedralnya. Segala perbuatan baik selalu memakan kurban. Santo Thomas Becket, doakanlah kami.
31 Desember
St. Melania, Martir
Melania dilahirkan sekitar tahun 383 di Roma sebagai puteri Publicola - anak St Melania Tua - dan Albina, suami-isteri Kristen yang kaya dan saleh. Dalam usia tigabelas tahun, Melania dinikahkan dengan Valerius Pinianus. Mereka dikaruniai dua anak. Melania amat lembut hati, penuh pengabdian dan berjiwa sosial. Sifat sosialnya itu menjadikannya tak disenangi kaum kerabatnya. Setelah kedua anak Melania meninggal dunia dalam usia muda, orangtua Melania dapat menerima bahkan meneladani cara hidup puterinya. Mereka banyak beramal untuk Gereja dan kaum miskin. Kekayaan mereka dijual untuk membebaskan ratusan budak belian. Pada tahun 410, ketika Roma diserang oleh tentara Visigoth, mereka mengungsi ke Thagaste, Afrika Utara, di mana mereka bertemu dengan St Agustinus dari Hippo. Pada tahun 417, rasa keagamaan dan sosial yang kuat mendorong mereka untuk pindah ke Yerusalem dan tinggal dekat makam suci Yesus. Sesudah suaminya meninggal dunia pada tahun 432, Melania mendirikan biara di Bukit Zaitun. Ia juga mendirikan dua biara lain di Afrika, untuk perempuan dan laki-laki. Sebagian besar waktunya digunakan Melania untuk menyalin buku-buku keagaman. Ia juga menjalin hubungan baik dengan St Paulinus dari Nola, St Agustinus dan St Hieronimus. Ia wafat pada tahun 439 di Betlehem, sepekan sesudah merayakan Natal.
St. Silvester, Paus
Santo Silvester yang kelahiran Roma ini diangkat ke jenjang diakonat oleh Paus St Miltiades. Ia adalah seorang imam muda yang gagah berani ketika penganiayaan orang-orang Kristen semakin bertambah dahsyat di bawah pemerintahan tirani Kaisar Diocletian. Setelah paus wafat, ia dipilih menjadi paus dan memerintah antara tahun 314-335. Sementara itu Kaisar Konstantin Agung memeluk agama Kristen dan ia memberikan kebebasan kepada orang Kristen di seluruh wilayah kekuasaan Romawi. Orang Kristen mulai keluar dari tempat persembunyian setelah sebelumnya harus mengalami penganiayaan dan hidup bersembunyi dalam katakomba. Silvester membangun banyak gereja di Roma. Ia juga yang mendirikan Gereja Santo Petrus di Vatican. Selama masa pontifikatnya, buku “Para Martir Romawi” (Martyrologium Romanum) dikerjakan. Ia mengutus dua imam ke Konsili Nicea (325). Ia juga berjuang mengembangkan kehidupan liturgi dan mendirikan sekolah seni suara di Roma. Paus Silvester wafat pada tahun 335; ia termasuk orang kudus pertama yang bukan martir.
Renungan:
Hari ini berakhirlah sebuah perjalanan panjang dalam suatu periode waktu yang kita sebut satu tahun. Kita mempunyai catatan masing-masing mengenai kisah perjalanan kita. Masing-masing kita menyimpan kesan dan kenangan, baik yang pahit maupun yang manis. Apakah kita merasa semakin dekat dengan apa yang menjadi cita-cita hidup keagamaan kita? Pertanyaan ini penting untuk direnungkan pada malam tahun baru, semacam sebuah retret atau refleksi tentang perjalanan kita. Perlu ditegaskan, sepahit apa pun catatan perjalanan kita, semanis apapun kenangan yang kita peroleh, semuanya perlu kita refleksikan dalam terang iman, dalam terang hubungan kita dengan Allah. Satu peristiwa pahit bisa memacu kita untuk lebih maju. Satu peristiwa manis bisa saja membuat kita terlena dan lupa diri. Pada akhir tahun, sembari menanti waktu memasuki tahun yang baru, kita perlu bermenung diri, mengevaluasi diri. Tuhan besertamu!
Sumber: “Ziarah Iman Pastor Jan Lali SVD, Renungan Harian Bersama Para Kudus Sepanjang Tahun”; diterbitkan oleh Penerbit Buku Sabda, Yayasan Sabda Bahagia; Jakarta 2005; tambahan dan edit oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|