Kuasa Mengikat dan Melepaskan
oleh: P. Gregorius Kaha, SVD
Bangsa Israel mempunyai simbol-simbol tersendiri untuk menunjukkan bahwa mulai saat ini seseorang dipercayakan untuk menerima jabatan kepemimpinan. Dan Nabi Yesaya coba melukiskan kepada kita pengalaman tersebut dalam diri Elyakim, seorang hamba yang dipercayakan menduduki jabatan kepala rumah tangga menggantikan Sebna yang adalah seorang penghambur uang kerajaan dengan membangun makam yang mewah dan memahat rumahnya di bukit batu. Peranan kepala rumah tangga kerajaan begitu penting dan mulia; penting karena merupakan orang pertama sesudah raja, dan mulia karena dialah yang berhak membuka dan menutup pintu. Hanya melalui dia, para tamu kerajaan diizinkan bertemu dengan raja. Walaupun kekuasaannya cukup besar, tetapi Elyakim justru melakukannya dalam ketaatan dan tanggungjawab yang luar biasa besar kepada raja. Dia menyadari bahwa dia hanya “sarana” dari kuasa raja.
Yesus dalam Perjanjian Baru memberikan kuasa yang sama kepada Petrus. “Kepadamu akan Kuberi kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (Mat 16:19). Kuasa untuk mengikat dan melepaskan ini merujuk kepada panggilan dan pelantikan bahwa Petrus akan menjadi alat / sarana yang membuka pintu bagi orang banyak untuk datang dan berjumpa dengan Allah. Mengapa Petrus? Memang kepantasan dan kelayakan Petrus bukan jaminan untuk itu, apalagi dalam Kitab Suci justru kita dapati informasi bahwa Petrus sangat rapuh. Ia sering berjanji dan kadang tidak sanggup menepati; ia bahkan seperti seorang pengecut yang mengkhianati Guru-nya. Jadi jaminan utamanya sebenarnya adalah karena kepercayaan dan penghargaan Yesus kepada Petrus. Memang Petrus bukan seorang yang istimewa tetapi pengungkapan imannya yang tulus dan jujur menggambarkan betapa dia mengalami proses pembaharuan diri. Pengakuan iman adalah dasar atau fondasi yang kokoh bagi berdirinya Gereja.
Kepercayaan Yesus kepada Petrus sejalan dengan permenungan Rasul Paulus tentang rencana penyelamatan Tuhan atas Israel yang mengkhianati-Nya. Paulus menulis bahwa hanya karena kasih karunialah orang didamaikan dengan Allah. Maka pujian layak dialamatkan kepada yang Kuasa itu, karena “segala sesuatu berasal dari Dia, tercipta oleh-Nya dan diarahkan kepada-Nya. Bagi-Nya kemuliaan sampai selama-lamanya.”
Pesan untuk kita:
Kuasa membuka dan menutup yang diberikan Tuhan kepada Elyakim tercermin dalam kuasa mengikat dan melepaskan yang diberikan Kristus kepada Simon Petrus. Dengan kuasa tersebut mereka bertugas membuka pintu Kerajaan Surga untuk banyak orang. Berkat pembaptisan, seseorang dimeterai secara rohani dan diberi semacam tugas perutusan. Dalam konteks itu, janji bahwa Petrus menjadi alat yang membuka pintu menuju Allah bagi banyak orang, adalah juga panggilan seorang Kristen. Artinya bukan hanya Petrus, tetapi setiap kita pun harus membuka pintu Kerajaan Surga bagi semua orang yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap orang yang dibaptis hendaknya menjadi alat yang menghantar orang lain sampai kepada Tuhan.
Tak seorang pun ingin menghuni rumah yang berdiri di atas dasar yang rapuh; mereka akan merasa takut dan cemas atau tidak nyaman. Gereja sebagai sebuah bangunan iman juga harus dibangun di atas dasar yang kuat; kalau tidak, Gereja akan terpecah belah. Gereja dengan fondasi yang kuat itulah yang merupakan kerinduan bagi banyak orang, karena di sana orang akan mengalamai damai dan sukacita. Iman Petrus dan para rasul sudah menjadi dasar, iman kita semualah yang menjadi kekuatan baru bagi berkembangnya Gereja. Kristus mengatakan, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan Gereja-Ku!” Gereja Yesus Kristus memang harus satu, kudus, katolik dan apostolik.
|