Ziarah Iman bersama Para Kudus:
September
16 September
St. Kornelius, Paus dan Martir & St. Siprianus, Uskup dan Martir
|
|
S. Kornelius
|
S. Siprianus
|
Kornelius ditahbiskan menjadi Uskup Roma pada tahun 251. Mula-mula sebagian umat tidak mau mengikut dia, sebab menganggapnya kurang tegas terhadap umat Kristiani yang murtad akibat penganiayaan. Tetapi dengan pertolongan Siprianus, Kornelius dapat mengatasi perlawanan tersebut. Pada tahun 253 St Kornelius wafat dalam pembuangan. Jenazahnya kemudian dibawa dan dimakamkan di Roma. Siprianus dilahirkan di Kartago dalam sebuah keluarga kafir sekitar tahun 210. Setelah bertobat, ia ditahbiskan menjadi imam dan pada tahun 249 ditahbiskan menjadi Uskup Kartago. Pada masa pergolakan itu, ia memimpin umatnya dengan amat baik, melalui tindakan dan tulisan. Pada tanggal 14 September 258, Siprianus wafat sebagai martir. Kornelius dan Siprianus percaya kepada Kristus dengan segenap hati dan bersedia mempertaruhkan nyawa demi iman. Adakah kita juga rela berjuang demi mempertahankan dan menyebarkan iman kepada Kristus di tengah hidup sehari-hari?
Renungan:
Para kudus bergembira di surga sebab mengikuti jejak Kristus. Ada yang menderita, ada yang wafat sebagai martir seperti St Kornelius dan St Siprianus. Kornelius dan Siprianus hidup di tempat yang berjauhan, tetapi sebagai sahabat mereka saling membantu dan mendukung dalam suka dan duka. Uskup Kartago Siprianus, seorang ahli teologi yang berwibawa, merupakan pendukung yang kuat. Keduanya wafat sebagai martir, menumpahkan darah demi Kristus. Kini mereka bersama bersukacita selamanya. Tidak sedikit pula duka derita dialami para misionaris Ordo Yesuit sewaktu memasang pilar dan tonggak karya misi Gereja Katolik di Indonesia sepanjang abad kesembilanbelas dan awal abad keduapuluh. Marilah kita berdoa bagi perkembangan karya misi di Indonesia agar senantiasa bertumbuh dalam karya RohNya yang agung.
17 September
St. Robertus Bellarminus, Uskup dan Pujangga Gereja
Robertus Bellarminus dilahirkan pada bulan Oktober 1542 dekat Siena, Italia. Ia mendapatkan pendidikan terbaik di kolese Yesuit. Pada tanggal 19 September 1560, semasa berusia 18 tahun, ia menuju Roma. Pater Laynes, Jenderal Serikat Yesus, menerimanya dengan senang hati dalam novisiat. Karena kecerdasan dan kepribadiannya yang menonjol, maka masa novisiatnya dipersingkat. Selanjutnya Robertus belajar filsafat di Collegium Romanun di Roma selama tiga tahun dan belajar teologi di Universitas Padua selama dua tahun. Karya imamatnya dimulai dengan mengajar teologi di Universitas Louvain, Belgia. Di Collegium Romanun, almamaternya, ia diangkat menjadi pembimbing rohani, rektor sekaligus provinsial Yesuit. Di lingkungan kepausan ia diserahi untuk menangani persoalan iman dan keselamatan. Bapa Suci kerap meminta nasehatnya dan mempercayakan perkara-perkara Gereja yang penting kepadanya. Bapa Suci Klemens VIII (1592-1605) mengangkat Robertus menjadi kardinal dan uskup. Tugas baru itu memberinya peluang untuk mengunjungi paroki-parokinya. Paus Paulus V (1605-1621) memanggilnya ke Roma. Di samping berbagai tugas penting lainnya, Robertus menekuni kembali minatnya dalam menulis buku-buku rohani. Menjelang senja hidupnya ia masih menulis tafsiran Mazmur dan Tujuh Sabda Terakhir Yesus di salib. Buku terakhir “Arc Moriendi” sebagai persiapan menghadapi kernatiannya ditulis di Novisiat St Andreas di Roma. Ia dikenal sebagai ahli teologi yang gigih membela Gereja dan kepausan menghadapi kemelut reformasi Protestan. Kardinal Bellarmino wafat pada tanggal 17 September 1621. Pada tanggal 29 Juni 1930, Robertus digelari kudus oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan pada tanggal 17 September 1931 dimaklumkan sebagai Pujangga Gereja.
Renungan:
Amanat keselamatan kekal dihayati dan diamalkan Robertus Bellarminus melalui hidup rohani dan pengabdiannya bagi kepentingan Gereja dan sesama. Ia menghayati iman dan memilih jalan hidup sebagai imam dalam Ordo Serikat Yesus (SJ). Ia menjadi seorang pengajar dan pembimbing rohani, rektor dan provinsial SJ, uskup dan kardinal penasehat paus. Kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah mengaruniakan seorang tokoh besar Gereja yang berjasa begitu besar.
18 September
St. Yosef Cupertino, Pengaku Iman
Yosef dilahirkan di Cupertino, Leece, Italia Selatan pada tanggal 17 Juni 1603. Pada tahun 1628 ia ditahbiskan sebagai imam. Karena kekudusannya, Yosef dapat memecahkan masalah teologi yang rumit sekalipun ia tak dapat membaca. Banyak mukjizat diadakan Tuhan dengan perantaraannya. Rumah biara tempat tinggalnya selalu ramai dikunjungi banyak orang. Guna menghindari kemashyuran, Yosef diasingkan ke biara terpencil selama 35 tahun hingga wafatnya pada tanggal 18 September 1663.
Renungan:
Hadirkan diri di hadapan Kitab Suci dan sadarkan diri seraya berbisik dari kedalaman batin yang terdalam, “Aku mau berkomunikasi dengan Yesus Kristus, dengan Tuhan dan Allah-ku. Aku insan bodoh yang tenggelam dalam kebijaksanaan-Nya yang tak terbatas.” Bacalah satu dua ayat suci atau satu perikop. Biarkan dirimu dipenuhi Roh Allah, dan berdoalah kepada Roh Kudus. Bila Roh Kudus memenuhi hati dan jiwa seseorang, Roh Kudus akan berkarya karena Ia akan selalu memenuhi muka bumi. Biarkanlah Ia berkarya sebab Ia mau membimbing kita agar sesuai dan selaras dengan kehendak Bapa surgawi, seperti para rasul pada hari raya Pentekosta yang pertama. Bacalah Kitab Suci bukan pertama-tama untuk menambah pengetahuan, melainkan untuk menghayatinya dalam hidup sesuai dengan apa yang kita terima dari kebangkitan Tuhan kita. Bacaan Kitab Suci haruslah menghantar pada pertumbuhan iman kepercayaan kita, meneguhkan harapan kita kepada janji-janji Allah demi jasa Tuhan kita Yesus Kristus. Bacaan Kitab Suci haruslah menumbuhsuburkan cinta kepada Allah dan sesama. Dan tujuan ini akan terwujud dalam persatuan langkah demi kasih kepada Bapa surgawi dan sesama kita.
19 September
St. Yanuarius, Uskup dan Martir
Yanuarius dilahirkan di Napoli, Italia. Ia ditahbiskan sebagai imam dan kemudian Uskup Benevento dalam masa penganiayaan oleh Kaisar Dioklesianus. Diakon Sosius dan Diakon Proculus serta dua orang awam: Euticius dan Acutius ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara. Uskup Yanuarius bersama Diakon Festus dan Lektor Jesiderius yang dalam perjalanan menjenguk mereka di penjara, ditangkap pula. Sesudah berkali-kali disiksa aniaya, mereka dicampakkan ke dalam kandang binatang buas. Karena binatang-binatang buas tidak menyentuh mereka, mereka dituduh menggunakan ilmu gaib untuk membius binatang-binatang yang kelaparan itu. Para penguasa memutuskan untuk memenggal kepala mereka. Demikianlah, Uskup Yanuarius bersama sahabat-sahabatnya wafat sebagai martir pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Yanuarius dibawa dan dimakamkan di Napoli dan Santo Yanuarius dijadikan pelindung Napoli. Di Katedral Napoli tedapat sebuah wadah berisi darah yang menurut tradisi adalah darah Santo Yanuarius. Setiap tahun darah itu mencair kembali pada Pesta St Yanuarius tanggal 19 September.
Renungan:
Wahyu St Yohanes berbicara tentang kemuliaan bagi Yesus Kristus Anak Domba Allah yang disembelih. Kemuliaan itu dianugerahkan kepada Kristus, bukan karena Ia terbaring tenteram dalam makam, melainkan karena Ia menanggung sengsara dan wafat disalibkan di Golgota. Penderitaan dan sengsara berbeda dalam ukuran dan ragam bagi tiap-tiap orang. Tetapi, kita semua diminta untuk setia menanggung salib yang tidak lebih berat dari yang dapat kita tanggung.
20 September
St. Kolumba dan St. Pamposa, Martir
Kolumba dan Pamposa adalah dua orang biarawati Benediktin. Ketika biara mereka dihancurkan oleh Sultan Mohamad I dari Cordova, Spanyol, semua biarawati lari menyelamatkan diri. Suster Kolumba tetap bertahan di biara. Di hadapan penawannya, ia mengakui diri sebagai biarawati dan akhirnya dipenggal kepalanya. Pamposa menghadap sultan untuk mempertobatkannya, tetapi mengalami nasib yang sama. Peristiwa berdarah ini menimpa kedua suster yang heroik itu pada tahun 853.
Renungan:
Injil Yohanes dimulai dengan kesaksian bahwa Sabda Allah adalah Allah. Dan Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa sang Sabda itu adalah sang Juruselamat, yakni Kristus Tuhan. Dialah Allah Putra. Seluruh Kitab Suci berbicara tetang Yesus dari Nazaret, Putra Allah, yang akhirnya wafat disalib karena Ia Sendiri mengaku bahwa Ia adalah Putra Allah. Tetapi bahwa Yesus itu Allah adalah kebenaran abadi. Bukti yang paling utama ialah berkembangluasnya Gereja ke segenap penjuru dunia yang kini sudah lebih dari 2000 tahun. Dari mana Gereja mendapatkan kekuatan luar biasa itu? Karena Kristus Putra Allah menyertai Gereja senantiasa. “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Itulah janji Yesus Kristus. Keuskupan Agung Jakarta adalah wilayah Gereja yang tertua di Indonesia. Roh Bapa, Roh Putra dan Roh Kudus mulai menjamah Jakarta yang waktu itu disebut Sunda Kelapa pada abad ke-16. Pada tahun 1522 ditandatangani sebuah dokumen persahabatan antara Portugis dan Kerajaan Pejajaran oleh Enrique Lema dan Raja Pejajaran di Sunda Kelapa (Jakarta). Batu peringatan yang disebut Pedro kini tersimpan di museum Jakarta. Di atas batu itu terdapat Tanda Salib tertua di Indonesia.
21 September
St. Matius, Rasul dan Pengarang Injil
Matius, yang dikenal juga sebagai Lewi, dilahirkan di Kapernaum. Ia adalah pegawai pajak dan bertugas memungut cukai. Karena Yesus memanggil, pekerjaannya ditinggalkannya. Ia mengundang Yesus serta murid-murid-Nya pada pesta perpisahan dengan rekan-rekannya, orang-orang berdosa dan para koruptor. Matius setia mengikuti Yesus sebagai Rasul-Nya. Sesudah Pentekosta, Matius mengarang kisah Injil dalam bahasa Armenia. Karangannya ini kemudian diolah kembali dan bersama beberapa sisipan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Inilah Injil Matius yang kita kenal sekarang, sedangkan aslinya sudah hilang. Menurut tradisi, Matius mewartakan Injil di sebelah Timur Palestina dan wafat sebagai martir di Etiopia pada tanggal 21 September. Pada tahun 954, jenazahnya dipindahkan dan disemayamkan di Katedral Salerno. Pesta pengarang Injil mengundang kita untuk meneliti sikap batin dan hidup sehari-hari kita dalam terang Sabda Allah, surya kasih firman Tuhan.
Renungan:
Yesus memanggil murid-murid-Nya bukan saja dari kaum sederhana ataupun kaum cerdik pandai; tetapi juga dari kalangan orang-orang berdosa. Atas permintaan Matius, Yesus bahkan berkenan datang ke rumahnya dan bersantap bersama teman-temannya yang adalah orang-orang berdosa. Hal yang demikian menjadi tantangan bagi orang-orang Farisi. Tetapi Yesus bersabda, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit” (Matius 9:12). Yesus mewartakan berita keselamatan dengan berkotbah. Yesus tidak menuliskan Injil-Nya. Empat penginjil kita, didorong oleh Roh Kudus dan diilhami oleh Roh Bapa dan Putra, menuliskan kisah Yesus. Yesus mempergunakan mereka - Matius, Markus, Lukas dan Yohanes - sebagai sekretaris-Nya. Matius menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias, Kristus Juruselamat, seperti telah dinubuatkan para nabi. Nubuat Perjanjian Lama telah terpenuhi dalam diri Yesus dan dalam Perjanjian Baru.
22 September
St. Mauritius dkk, Martir
Mauritius perwira tinggi Romawi berasal dari Mesir. Ia memimpin sejumlah pasukan dalam Legiun Theban yang terkenal gesit dan berani. Pada tahun 287, Mauritius beserta pasukannya berjumlah sekitar 6600 orang dipenggal atas perintah Kaisar Maksimianus karena tidak mau turut serta dalam upacara korban kepada dewa-dewa Romawi.
Renungan:
“Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kisah Para Rasul 1:8). Kita biasa mengutip tulisan atau ajaran seorang pengarang atau penulis. Hendaknyalah mulai dari sekarang kita membiasakan diri mengutip ajaran Allah. Itulah kebenaran-kebenaran yang diajarkan Allah, kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh Yesus Sendiri. Hendaknyalah kita mewartakan ilmu Allah yang telah diajarkan-Nya kepada kita. Yesus datang untuk mengajar para bangsa. Dalam ajaran-Nya Yesus mengajarkan kebenaran Allah. Gereja mengajarkan kebenaran itu dengan kata-kata dan perbuatan hingga menumpahkan darah seperti telah dibuktikan dalam sejarah Gereja. St Mauritius dan kawan-kawan menjadi saksi bahwa hanya Yesus yang adalah Allah manusia. Yang lain tidak boleh disembah. Dalam abad ke-20 ini Gereja telah menjadi saksi bagi Allah dan bagi Kristus hingga sampai ke seluruh muka bumi. Hidup menggereja dalam bentuk kebaktian dan ucapan persaudaraan antar umat segereja, seetnis, sesuku dan sedaerah adalah bentuk-bentuk kesaksian hidup beriman sebagai pengikut-pengikut Kristus. “Dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem … sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8).
23 September
St. Linus, Paus dan Martir
Linus adalah paus kedua yang menggantikan St Petrus, paus pertama. Linus memimpin Gereja dari tahun 67 sampai tahun 76. Kisah tentang hidupnya sangat sedikit diketahui. Menurut buku para paus (Liber Pontificalis), Linus dilahirkan di Tuscany, Italia. Besar kemungkinan, tokoh Linus ini sama dengan yang dikatakan oleh Santo Petrus dalam suratnya yang kedua kepada Timotius, “Salam dari Ebulus dan Pudes dan Linus dan Klaudia dan dari semua saudara” (2 Timotius 4:21). Umumnya Linus dihormati sebagai martir, tetapi unsur informasi terpercaya untuk mendukungnya tidak ada. Namanya tercantum dalam Kanon Misa.
St. Tekla, Perawan
Kemungkinan besar Tekla adalah murid Santo Paulus Rasul. Konon, ia membatalkan pertunangannya dengan seorang pemuda agar dapat mempersembahkan diri secara total dalam pengabdian kepada Tuhan. Ketika Paulus dipenjara, Tekla sering mengunjunginya. Suatu ketika Tekla ditangkap dan diancam dengan hukuman mati. Tetapi ia dapat meloloskan diri dan tinggal dengan aman dalam sebuah gua dekat Seleukia.
Renungan:
St Petrus adalah paus pertama. St Linus adalah pengganti St Petrus. Rangkaian barisan para paus Kepala Gereja Kudus yang nampak, Wakil Kristus dan pengganti St Petrus, kini sudah sampai kepada Paus Benediktus XVI, paus yang ke-265. Sungguh suatu karya penyelenggaraan ilahi. Itulah suatu kesaksian iman. “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Karya Roh lainnya adalah cita-cita untuk hidup bakti, menyerahkan diri secara total kepada Tuhan dan pelayanan sesama, sebab itu membebaskan diri dari ikatan hidup berkeluarga. Contoh lain ialah pemudi Tekla. Kita tahu hidup membiara terikat kaul kemiskinan, kesucian dan ketaatan. Hidup membiara merupakan salah satu kesaksian hidup menggereja. Hidup Gereja Katolik tidak terlepas dari pusatnya di Roma, tempat kedudukan Paus mulai sejak St Petrus, Paus Pertama. Dari Romalah para utusan Gereja Katolik diutus ke seluruh dunia.
24 September
St. Pasifikus, Pengaku Iman
Pasifikus dilahirkan pada tahun 1653 di San Severino. Orangtuanya meninggal dunia ketika ia baru berumur tiga tahun. Ia diasuh oleh pamannya yang memperlakukannya sebagai seorang pelayan. Pada usia 17 tahun Pasifikus masuk tarekat Fransiskan Observan dan pada tahun 1678 ditahbiskan menjadi imam. Ia menjelajahi dusun-dusun untuk berkhotbah dan mengajar serta melayani sakramen-sakramen. Ia kemudian lumpuh akibat suatu penyakit yang dideritanya. Cacat ini tidak menghalangi Pasifikus untuk diangkat menjadi pemimpin biara. Kepada umat maupun rekan-rekannya ia selalu menekankan kerendahan hati di hadapan Tuhan dan sesama. St Pasifikus wafat pada tanggal 24 September 1721.
Renungan:
Kitab Suci dan Suara Hati. Membentuk suara hati kaum remaja dan kaum muda yang beriman dan bermoral harus pertama-tama menghidangkan santapan lezat kepada intelek mereka akan apa yang dikehendaki Yesus. Yesus mengajar kita bahwa Ia datang untuk melakukan kehendak Allah BapaNya. Dan kita semua tahu, bahwa Yesus telah melaksanakan kehendak BapaNya itu sampai wafat di kayu salib. Kaum remaja kita tahu juga hukum ajaran Yesus, terutama hukum kasih, dan seluruh hidup Yesus yang dibaktikan kepada pengabdian kepada Bapa Surgawi dan kepada manusia. Cara yang sangat efisien adalah mengenal Yesus secara keseluruhan dengan membaca dan mempelajari hidup Yesus melalui kisah-kisah kudus dari Injil. Membaca Kitab Suci masih terlalu berat untuk usia SMP ke bawah. Dari kisah-kisah hidup Yesus hendaklah mereka meresapinya dengan hati dan jiwa raga mereka dan berusaha untuk melakukannya.
25 September
St. Nikolas dari Flue, Pengaku Iman
Nikolas dilahirkan di Canton Obwalden, Swiss pada tahun 1417 dari keluarga Katolik yang saleh. Pada usia 15 tahun, ia telah mahir memainkan pedang; pada usia 19 tahun ia ikut dalam pertempuran membela tanah air. Tetapi Tuhan mempunyai rencana dan kehendak lain atas diri Nikolas. Pada usia 50 tahun, seijin isteri dan kesepuluh anaknya, Nikolas meninggalkan segala-galanya demi menjalani hidup sebagai seorang pertapa. Mula-mula ia menjadi seorang peziarah, kemudian menetap di sebuah gubuk di pegunungan Swiss dan menjalani hidup doa dan tapa selama 20 tahun. Tuhan berkenan menganugerahkan kepadanya anugerah-anugerah yang luar biasa. Salah satu mukjizat besar yang dialaminya adalah bertahan hidup selama bertahun-tahun tanpa makan dan minum suatu apapun kecuali Komuni Kudus. Banyak orang datang untuk meminta bimbingan rohani. Kepada orang banyak ia menasihati agar selalu sabar dan cinta perdamaian. Berkat kepiawaiannya berdiplomasi, Swiss tidak terpecah menjadi dua negara. Nikolas meninggal dunia pada tahun 1487 dan dihormati sebagai Rasul Perdamaian.
St. Sergius dari Radinez, Abas
Sergius dilahirkan di Rostov, Rusia pada tahun 1313 dari keluarga petani. Sesudah kematian kedua orangtuanya, pada tahun 1335 Sergius dan saudaranya - Stefan - menjadi pertapa di Makovka. Di kalangan rakyat, ia dikenal karena kesucian hidupnya. Di kemudian hari Sergius mendirikan biara pertapaan yang dinamakannya Biara Tritunggal Mahakudus. Dalam hidupnya ia menaruh devosi mendalam kepada Santa Perawan Maria yang berkenan menampakkan diri kepadanya. Sergius wafat pada tahun 1392.
Renungan:
Siapa yang mengenal dan menyimpan dalam hati kisah-kisah kudus, pasti rindu mengenal teks-teks aslinya. Ia yang mencintai Kitab Suci pasti rindu pula menyebarluaskannya. Setiap orang yang mencintai dan membaca Kitab Suci akan menerima terang Roh Kudus dan tergerak untuk menolong sesama. Ia yang bertekun dalam membaca Kitab Suci akan mudah berkomunikasi dengan Allah dan semakin menjadi insan Allah atau manusia Allah. Insan yang dipenuhi dengan kuat kuasa Allah dalam kata-kata, perbuatan dan tindakannya akan memancarkan juga kuat kuasa Allah. Ia akan berada di jalan Allah dan Roh Allah akan memimpinnya di jalan lurus menuju Kerajaan Allah yang abadi.
26 September
St. Kosmas dan St. Damianus
Kedua kakak beradik ini berkebangsaan Arabia. Mereka dididik oleh ibu mereka yang sudah janda dengan penuh kasih. Setelah menamatkan pendidikan, mereka menjadi dokter dan bekerja di Siria. Sebagai orang beriman mereka mengabdikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan dan keselamatan sesama. IImu dan kepandaian diamalkan kepada masyarakat tanpa memungut bayaran. Karenanya, mereka dijuluki `Anargyroi' yang artinya `tanpa uang'. Kedua saudara kembar ini menghayati dan mengamalkan ajaran Kristus. Di samping itu mereka ikut mewartakan Injil kepada orang-orang sekitar. Sering kali kesembuhan bukan hasil ilmu pengetahuan mereka melainkan karena iman kepada Kristus yang bekerja melalui mereka. Apa yang mereka lakukan ini dibenci oleh Prefek Lysias. Mereka ditangkap dan dianiaya dalam masa penganiayaan oleh Kaisar Diokletianus. Beragam siksaan tak mampu membuat kedua kakak-beradik ini menyangkal iman. Akhirnya, mahkota kemartiran mereka peroleh pada tanggal 27 September 303. Sesudah kematian mereka banyak mujizat terjadi. Di antara mereka yang memperoleh mukjizat penyembuhan adalah Raja Yustianus I. Lambang kedua santo ini adalah alat-alat kedokteran.
Renungan:
Yesus menjanjikan bahwa orang yang percaya dan dibaptis akan memperoleh keselamatan kekal. Agar orang percaya dan diselamatkan, maka kabar baik itu harus diwartakan kepada segala orang dan segala makhluk. Banyak berkat dan rahmat menyertai mereka yang percaya. Dokter Kosmas dan Damianus menyembuhkan orang-orang sakit dengan ilmu kesehatan dan dengan mukjizat-mukjizat. Itulah berkat dan rahmat iman yang menyertai mereka. Karya kesehatan adalah karya kerasulan awam dalam rangka ikut menyembuhkan dan menyelamatkan umat manusia.
Kita bersyukur atas adanya rumah sakit- rumah sakit Kristen yang ada di tanah air kita Indonesia. Rumah sakit St. Carolus didirikan pada tahun 1919 di bawah asuhan suster-suster Carolus Boromeus. Rumah sakit RKZ Surabaya didirikan pada tahun 1925 di bawah asuhan SSpS (Suster-suster Abdi Roh Kudus). Di St. Carolus bekerja dokter-dokter dari bermacam agama: Katolik, Protestan dan Islam. Demikian juga para pasien berasal dari beragam agama. Karya kesehatan itu didukung penuh oleh suster-suster Carolus Boromeus melalui hidup bakti, yaitu doa dan korban hidup. Itulah inti pewartaan kabar baik dari Allah yang diamalkan juga melalui karya kesehatan.
27 September
St. Vincensius de Paul, Imam
Vinsensius de Paul adalah anak petani miskin dari Perancis Selatan. Ia dilahirkan pada tahun 581. Semenjak kecil, ia mudah tergerak oleh belas kasihan melihat penderitaan orang lain. Sesudah ditahbiskan sebagai imam, Vinsensius menjadi pastor kepala di salah satu paroki di Paris. Ia mengajak beberapa orang untuk ikut menolong orang-orang miskin; mereka mendirikan lembaga sosial yang kini kita kenal dengan nama Serikat Santo Vinsensius. Dimana-mana Vinsensius datang menemukan dan menolong orang-orang miskin. Ia juga mengunjungi mereka yang di penjara sambil membawa bantuan rohani dan jasmani yang diperlukan. Ia mendirikan Serikat Romo-romo Lazaris yang bekerja di Surabaya dan Kongregasi Suster-suster Puteri Kasih untuk menolong kaum miskin papa. Pengabdian mereka ialah melayani orang-orang miskin di jalan-jalan kota, di gubuk-gubuk dan di rumah-rumah sakit. Vinsensius wafat di Paris pada tanggal 27 September 1660. Kehidupan Vinsensius begitu mengesankan dan mengagumkan. Tidakkah timbul pertanyaan dalam hati kita: Apakah yang dapat kita perbuat bagi para fakir miskin?
Renungan:
“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:16-19). Tuhan adalah kasih. Karya kasih adalah karya Tuhan. Memang ayat-ayat ramalan Nabi Yesaya pertama-tama adalah mengenai pribadi Yesus dan karya perutusan-Nya. Memberitakan kabar baik kepada orang-orang miskin, baik miskin jiwa maupun raga. Membebaskan orang-orang tawanan dari genggaman setan, iblis, dosa, neraka, dan maut. Membuka mata orang-orang yang buta imannya. Membebaskan orang-orang yang tertindas di segala bidang hidup. Memang karya keselamatan Kristus Juruselamat Manusia adalah sempurna. Karya keselamatan Kristus itulah yang sekarang menjadi tugas dan perutusan Gereja.
Maka apa yang dilakukan oleh St Vinsensius de Paul adalah karya keselamatan Kristus. Yayasan Vinsensius didirikan sejak tahun 1856 di Batavia. Tahun 1862 dibuka rumah untuk putera-puteri terlantar di Pasar Baru. Tahun 1862 diambil alih suster-suster Ursulin dan tahun 1866 pindah ke JI Pos 2. Tahun 1910 puteri-puteri itu pindah ke kompleks baru di Kramat dan tahun 1938 ke Bidara Cina. Sejak tahun 1893 para imam Yesuit menampung 29 putera di sebuah rumah di Kwini. Tahun 1915 pindah ke gedung St Vinsensius di JI Kramat tempat mereka diasuh oleh pastor-pastor Fransiskan hingga sekarang. Sejak tahun 1929 kurang lebih ada 1000 yatim piatu di rumah asuhan: Kramat Raya, Bidara Cina, Pondok Si Boncel dan Lenteng. Para Fransiskan berusaha mengumpulkan dana dari paroki-paroki di Jakarta. Para pengasuh Yayasan Vinsensius tentu saja dibimbing oleh Roh Kudus yang membimbing Kristus dan St Vinsensius sesuai dengan ramalan Nabi Yesaya.
28 September
St. Wenseslaus, Martir
Wenseslaus dilahirkan dekat Praha, Bohemia pada tahun 907. Ayahnya, Wratalaw, adalah seorang pangeran dan penguasa yang saleh. Ia memimpin rakyatnya dengan bijkasana berdasarkan ajaran-ajaran kristiani. Ibunya, Dragomira, adalah seorang kafir yang gila hormat dan kuasa. Wratalaw mempercayakan pendidikan Wenseslaus kepada St Ludmila. Ketika Wenseslaus berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia. Kuasa jatuh ke tangan Dragomira. Watak kekafirannya menyebabkan kekacauan dan menyokong orang-orang kafir menyerang umat dan para pemimpin Katolik. Korban pertama adalah Ludmila, ibu kandung Wratalaw, yang mendidik dan membesarkan Wenseslaus. Ludmila mati dicekik oleh kaki tangan Dragomira. Situasi negara yang semakin memburuk akhirnya memaksa Dragomira turun takhta dan Wenseslaus yang baru berusia 15 tahun mengambil alih kekuasaan atas desakan Pangeran Bayern. Dengan segala daya kemampuan, Wenseslaus berhasil memimpi rakyatnya. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang saleh, berani dan murah hati kepada para janda dan yatim piatu. Ia berupaya meringankan hidup orang-orang miskin dan mengunjungi penjara-penjara untuk menghibur orang-orang tawanan. Pada musim dingin, ia sendiri menghantarkan kayu bakar kepada keluarga-keluarga miskin di sekitarnya. Semuanya itu dilakukan di atas landasan iman yang kokoh. Dengan tangannya sendiri ia memelihara gandum dan memeras anggur yang dipergunakan untuk Misa yang diikutinya setiap hari. Ia mempunyai devosi mendalam kepada Sakramen Mahakudus. Sering ia melayani misa dan mengunjungi gereja di tengah malam buta untuk berdoa di depan Sakramen Mahakudus. Raja Bohemia yang kudus itu wafat pada tanggal 28 September 929 di Stara Boleslaw di tangan saudaranya, Boleslaus yang adalah sekutu Dragomira, pada saat Wenseslaus beradorasi kepada Sakramen Mahakudus.
Renungan:
“Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Matius 9:35-38). Ketika melihat orang banyak, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Belaskasihan Tuhan Yesus diamalkan oleh St Wenseslaus dengan menolong orang-orang miskin, para yatim piatu dan para janda serta menghibur orang-orang tawanan. Tetapi di atas segala-galanya, ia membantu orang-orang yang miskin rohaninya karena bertindak tidak benar, tidak adil, tidak jujur dan melawan cinta kasih. Karena itulah ia dibunuh oleh adiknya sendiri yang dihasut oleh ibunya. Belaskasihan akan kemiskinan rohani diungkapkan Wenseslaus kepada adiknya yang bengis itu, “Adikku, semoga Tuhan mengampuni engkau.”
29 September
St. Mikhael, St. Gabriel dan St. Rafael, Malaikat Agung Allah
Para malaikat adalah pesuruh dan utusan Allah. Mereka mengabdi Allah di surga dan melaksanakan perintah-Nya di dunia. Sebagai utusan Allah, mereka menyatakan firman Tuhan kepada kita, melindungi kita dan menyampaikan permohonan kita di hadapan hadirat Allah. Nama mereka menyatakan tugas mereka. Mikhael berarti “Siapa dapat menyamai Allah?” Gabriel berarti “Allah kemenanganku” dan Rafael berarti “Allah menyembuhkan.” Mikhael membela dan melindungi umat Israel dan dengan gagah perkasa pemimpin bala tentara surgawi dalam perjuangan melawan setan, iblis atau Lucifer. Gabriel menyampaikan rencana Allah terhadap umat Israel dan mewartakan kelahiran Yohanes Pembaptis. Ia juga diutus kepada Maria meminta persetujuannya menjadi Bunda Penebus. Rafael diutus untuk menyembuhkan Tobit dari penyakitnya dan membebaskan Sara - puteri Raguel - dari gangguan roh jahat. Para malaikat yang dipimpin oleh Malaikat Agung St Mikhael memuji Allah dan mewartakan keagungan Allah.
Renungan:
Kitab Suci menyampaikan tiga nama: Mikhael, malaikat yang membela; Gabriel yang menyampaikan kabar sukacita kepada Santa Maria dan Rafael yang menyembuhkan Tobit. Mereka melaksanakan karya Tuhan dalam keselamatan manusia. Mereka membela, menghibur, memberi penerangan dan membantu memecahkan persoalan hidup manusia. Semua itu dikerjakan sesuai kehendak Allah yang Mahabijaksana. Pada abad kelima Malaikat Agung St Mikhael menampakkan diri di atas Gunung Argano Italia, sehingga di sana didirikan sebuah gereja megah untuk menghormati Malaikat Agung St Mikhael. Umat Kristiani biasa berdoa memohon pertolongan St Mikhael, “Malaikat Agung St. Mikhael, belalah kami dalam peperangan. Jadilah pelindung kami dalam melawan segala kejahatan dan jebakan setan. Kami mohon dengan rendah hati agar Allah menaklukkannya, dan engkau, O panglima balatentara surgawi, dengan kuasa Ilahi, usirlah ke neraka setan dan semua roh jahat yang berkeliaran di seluruh dunia yang hendak menghancurkan jiwa-jiwa. Amin.”
30 September
St. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Hieronimus dilahirkan di Yugoslavia Barat pada tahun 340. Ia belajar sastra di Roma dan terpengaruh kekafiran. Di kemudian hari ia bertobat dan berangkat ke Timur Tengah di mana ia mempelajari Bahasa Ibrani sebagai rahib pertapa. Pada umur 36 tahun ia ditahbiskan menjadi imam. Sekembalinya ke Roma, Hieronimus menjadi sekretaris Paus Damasus. Sesudah Paus Damasus wafat, Hieronimus pindah ke Betlehem untuk memperdalam pengetahuan tentang Kitab Suci. Pengaruhnya dalam Gereja amat besar. Terjemahan Kitab Suci hasil karya Hieronimus masih tetap dipakai dalam Gereja hingga sekarang, Tafsiran Kitab Suci tulisannya juga tersebar luas. Pada tahun 420 Hieronimus wafat di Betlehem. Kata-kata Hieronimus yang paling terkenal adalah “Barangsiapa tidak mengenal Kitab Suci, tidak mengenal Kristus.” Adakah kita sungguh berusaha untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci?
Renungan:
Manusia yang berpengetahuan dan berilmu luas biasa dijuluki kamus atau ensiklopedi hidup. Hieronimus, seorang imam dari Angikiad, dijuluki “Kitab Suci Hidup”. Dialah yang menterjemahkan Kitab Suci dari Bahasa Ibrani ke Bahasa Latin yang dikenal dengan Vulgata. Lebih dari itu, ia sendiri menghayati dan merenungkan Kitab Suci. Itulah nilai Kitab Suci hidup. Kitab suci tidak hanya berguna untuk para penulis, penafsir Kitab Suci, melainkan untuk semua orang. St Hieronimus adalah ahli dan pujangga terbesar Kitab Suci yang menjadi guru untuk semua orang. St Paulus menasehati Timotius dan segenap pencinta Kitab Suci, “Hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini” (2 Timotius 3:14-17). Kitab Suci adalah “jala” Kerajaan Allah yang menangkap semua orang, yang baik dan yang jahat. Pada Hari Kiamat, malaikat akan datang memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang baik. Yang baik dibawa ke surga; yang jahat dicampakkan ke neraka, di mana mereka akan menangis dan menderita sepanjang masa.
Sumber: “Ziarah Iman Pastor Jan Lali SVD, Renungan Harian Bersama Para Kudus Sepanjang Tahun”; diterbitkan oleh Penerbit Buku Sabda, Yayasan Sabda Bahagia; Jakarta 2005; tambahan dan edit oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|