Ziarah Iman bersama Para Kudus:
Februari
1 Februari
St. Brigida, Biarawati
Brigida lahir di Umeras, Kildare, Irlandia pada tahun 453. Ayahnya seorang bangsawan kafir dan ibunya seorang budak belian yang menganut agama Kristen. Menjelang kelahiran Brigida, ibunya dijual kepada seorang majikan lain. Brigida tinggal bersama ibunya hingga ia cukup besar untuk melayani ayahnya. Brigida dididik secara Kristen dan bercita-cita menjadi seorang biarawati. Keinginan tersebut mendapat banyak rintangan karena saat itu tidak ada biara khusus dan wanita budak belian tidak punya hak untuk mengikuti ibadat. Ia berusaha keras untuk mendirikan biara di Kildare. Ia memusatkan perhatiannya pada penderita kusta dan budak belian. Ia mulai usahanya di bidang pendidikan. Sekolah yang didirikannya dipercayakan pada seorang imam. Sekolah ini akhirnya terkenal sebagai sekolah ketrampilan. Setelah Brigida meninggal dunia pada tahun 523 sekolah ini dibagi menjadi dua, yang satu untuk laki-laki dan lainnya untuk perempuan. Penghormatan kepada Santa Brigida berlangsung hingga kini. Di Irlandia St Brigida dikenal sebagai salah satu Orang Kudus yang dihormati selain St Patrik dan St Columba. St Brigida dihormati sebagai pelindung negara Irlandia dan pelindung para petani, artis dan pelajar.
Renungan:
Tentu banyak rintangan dan halangan yang datang mencobai setiap insan. Apabila cobaan itu datang kepada seorang yang lemah imannya, pasti rasa takut akan segera menyelimutinya. Hal ini pula yang terjadi pada diri murid-murid pertama yang mengikuti Yesus, Gurunya. Ketakutan para murid di perahu ketika Yesus tertidur adalah gambaran pendahuluan atas cobaan yang akan mereka alami pada hari Jumat Agung, ketika Yesus tertidur (wafat). Jeritan minta tolong para murid dijawab Yesus dengan teguran: asal mereka percaya penuh, tentu dapat mengatasi cobaan dan akan mencapai seberang lautan dengan selamat. Hal yang sama dapat kita lihat pada diri Santa Brigida. Mengingat banyaknya rintangan dan halangan, pada mulanya ia mengalami keraguan dan kebimbangan untuk masuk biara. Tetapi berkat imannya yang teguh dan kesungguhan doanya akhirnya ia dikaruniai berbagai roh untuk berkarya.
Ya Allah Bapa kami, bebaskanlah kami dari segala kejahatan dan buatlah kami selalu merindukan Dikau. Terangilah kami ya terang kebenaran, sucikanlah kami dan nyalakanlah di dalam diri kami api cinta-Mu. Berilah kerahiman sejati yang melimpahkan rahmat kuasa kekal dan menjadikan kami anak-anak Allah yang hidup menurut kehendak Bapa. Tuhan Yesus kabulkanlah doa kami. Kemuliaan kepada Bapa….
2 Februari
Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah
a. Perempuan yang melahirkan anak lelaki setelah jangka waktu 40 hari wajib menghadap Allah dan membawa kurban persembahan, yaitu dua ekor burung tekukur.
b. Jika ia melahiran anak sulung lelaki, maka anak itu menjadi milik Allah. Segala sesuatu yang sulung, baik manusia, hewan maupun hasil bumi pertama menjadi milik Allah. Jika hewan dikurbankan, dan jika putra sulung manusia ditebus kembali dengan dua ekor tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Terhadap Yesus pun berlaku aturan hukum Taurat, sebagai akibat penjelmaan-Nya menjadi manusia dari bangsa Israel.
Nabi Simeon bermadah syukur, “Sekarang Tuhan perkenankan hamba-Mu berpulang dalam damai sejahtera menurut sabda-Mu. Sebab aku telah melihat keselamatan-Mu yang Kau sediakan di hadapan segala bangsa. Cahaya untuk menerangi para bangsa dan kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
Renungan:
Putera yang baru lahir diupacarakan sesuai Hukum Taurat Musa. Pertama-tama pada hari kedelapan ia disunat. Dengan demikian ia menjadi keturunan Abraham dan terbilang di antara umat pilihan Allah Israel. Sekaligus diresmikanlah nama Yesus yang berasal dari Josua, seperti diberitahukan Malaikat Gabriel, artinya: Allah yang Menyelamatkan. Selanjutnya pada hari ke-40 sesudah kelahiran-Nya Yesus dipersembahkan di Kenisah Yerusalem dan dikuduskan bagi Tuhan Allah. Keluarga kudus pergi ke Kenisah Yerusalem untuk menunaikan kewajiban hukum Taurat.
Simeon datang ke kenisah menurut imannya karena didorong oleh Roh Kudus. Yesus mulai dengan persembahan di kenisah yang kemudian disempurnakan di kayu salib. St Paulus mengajak kita: “Marilah kita dengan penuh harapan menghadap tahta Allah demi memperoleh belaskasihan serta mendapatkan rahmat dan pertolongan pada saat kita memerlukannya.” Nabi Simeon mengajak kita menyongsong Sang Almasih. Simeon hidup dalam Adventus Domini (Penantian akan Kedatangan Tuhan). Hendaklah kita hidup dalam iman dan menjalani Adventus Domini sampai “Ia datang kembali dalam kemuliaan-Nya.”
3 Februari
St. Blasius, Uskup dan Martir
Blasius adalah Uskup Sebaste, di Armenia, Asia Kecil. Ia seorang gembala umat yang baik hati. Pada masa pemerintahan Kaisar Licinius ia ditangkap dan dipenjarakan (320-324). Semasa di penjara, ia berhasil mengeluarkan tulang ikan dari tenggorokan seorang anak yang hampir mati karena tak bisa bernapas. Uskup Blasius wafat dibunuh. Hingga sekarang Uskup Blasius masih dimohon pertolongannya untuk membebaskan kita dari penyakit tenggorok dan penyakit-penyakit lain.
Renungan:
“Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya. Ia-lah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin” (1 Petrus 5;10-11). Santo Petrus melihat penderitaan hidup ini dari sudut iman, yaitu sebagai konsekuensi logis bagi orang yang dipanggil dalam Kristus kepada kemuliaan hidup kekal. Kehidupan di dunia ini relatif pendek. St. Petrus menggunakan istilah, “sesudah kamu menderita seketika lamanya.” St Blasius uskup meringkuk di penjara beberapa waktu lamanya. Tuhan tetap menyertainya. Di dalam penjara terjadi mujizat-mujizat. Di antaranya, ia menyelamatkan seorang anak dari ancaman maut karena tulang ikan berduri yang tersangkut di tenggorokannya dan menyebabkannya sulit benafas. Doa dan berkat St Blasius menyelamatkan anak itu dari bahaya maut. Kita pun punya kemampuan atau talenta masing-masing. Talenta itu harus digandakan bukan untuk sekedar dikubur di dalam tanah. Penggandaan talenta bersifat sosial atau berguna bagi orang lain. St Blasius melakukan hal itu. la menggandakan talenta keeil yang dikaruniakan Tuhan kepadanya untuk membantu banyak orang. Jika kita memakai talenta kita sekecil apapun, kita sudah membantu memperbaiki dunia.
Setiap tanggal 3 Pebruari umat beriman boleh menerima “Berkat Santo Blasius”. Berkat diberikan imam disertai doa: “Semoga berkat doa Santo Blasius, Uskup dan Martir, Allah membebaskan Saudara dari penyakit tenggorokan dan penyakit-penyakit lain. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.”
4 Februari
St. Yohanes de Britto, Martir
Yohanes de Britto adalah anak keempat dari seorang perwira tinggi. Sejak kecil Yohanes bersahabat dengan Don Pedro, calon raja Portugal. Ketika muda, ia sangat menikmati gaya hidup istana yang serba gemerlap. Setelah suatu waktu ia jatuh sakit, ia menjadi lebih banyak berdoa. Berkat bantuan doa ibunya yang memohon perantaraan St Fransiskus Xaverius, ia sembuh. Pengalaman ini mendorongnya untuk mengikuti jejak St Fransiskus Xaverius. Tahun 1662 ia masuk novisiat Serikat Jesus di Lisabon. Ia memilih bermisionaris di India meski sang ibu menghendaki lain. Di sana ia bekerja selama 20 tahun dengan penuh tantangan. Situasi India masih sangat rawan. Ia mengalami banyak penderitaan dan hidup berkekurangan. Tetapi banyak orang India bertobat dan menjadi Katolik. Keberhasilan ini harus dibayar mahal. Ia ditangkap, dipenjarakan, dan kemudian dipenggal kepalanya pada tanggal 4 Pebruari 1693.
Renungan:
“Inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita” (1 Yohanes 5:4). Iman adalah karunia rohani. Abraham adalah contoh orang beriman yang ditunjukkan dalam Kitab Suci. Ziarah iman Abraham berpuncak dan bermuara dalam Yesus Kristus pembawa berkat bagi umat manusia. “Dan Aku akan memberkati engkau dan dalam engkau segala bangsa di bumi akan diberkati.” Abraham dihormati sebagai Bapa semua orang beriman. Iman yang sama dimiliki pula oleh Santo Yohanes de Brito. Iman menumbuhkan panggilan dalam hati de Brito. Iman ini mendorongnya untuk mewartakan Injil di tanah India, sebuah wilayah misi yang sangat sulit, mengikuti jejak St Fransiskus Xaverius. Iman mendorong kita untuk berbuat baik. Iman membuat orang tidak mungkin berbuat lain kecuali kebaikan itu sendiri. Orang yang beriman secara mendalam bagaikan sumur kebaikan yang tak pemah kering. Ia terus menyebarkan kebaikan ke sekitar, mengairi tanah-tanah manusia yang kering. Sumber sumur itu sendiri adalah Allah, yang menjadi sumber iman bagi Abraham dan juga Yohanes de Brito.
5 Februari
St. Agatha, Perawan dan Martir
Agatha dilahirkan dari keluarga bangsawan di Catania, Sisilia pada pertengahan abad ketiga. Agatha sangat tertarik dengan tokoh Yesus dalam Injil. Ia berikrar untuk berkarya di kebun anggur Tuhan. Agatha hidup dalam masa pemerintahan Kaisar Decius yang menganiaya umat Kristen secara kejam. Gubernur Quintianus dari Sisilia mengeluarkan maklumat: Semua orang kristen harus dihadapkan ke pengadilan di Palermo. Gubernur mendengar di Catania ada seorang gadis cantik jelita bernama Agatha. Ia ingin menikahinya, tetapi Agatha menolak sebab ia sudah berprasetya kepada Yesus. Agatha ditangkap dan dibujuk. Tetapi Agatha tetap teguh. Akibatnya ia disiksa aniaya dan dibunuh. Agatha menyerahkan jiwa dan raganya sementara berdoa memohon kemurahan Tuhan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 251.
Renungan:
St Paulus dalam suratnya kepada umat di Korintus menulis, “Memusatkan perhatian pada perkara-perkara Tuhan supaya kudus tubuh dan jiwamu.” Mengkuduskan tubuh dan jiwa merupakan usaha yang terus-menerus dilakukan dengan disiplin. Disiplin dalam menyangkal diri, memikul salib dan hidup dalam persatuan dan kesatuan dengan Allah yang didasarkan atas hidup doa. Sebelum adanya biara-biara sudah ada perempuan-perempuan yang mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan untuk melayani sesama. Secara perorangan mereka mengucapkan kaul kemurnian dan menjalankan karya kerasulan iman. Pelayanan umat dilakukan dalam bentuk tugas diakonia, perawatan orang miskin dan orang sakit serta karya sosial. Agatha memilih cara hidup demikian. Sewaktu Quintianus mendengar Agatha menolak pinangannya, sang gubernur menjadi murka. Ia merasa dihina seorang gadis jelata yang lemah fisik namun kuat kemauannya. Agatha ditempatkan di rumah seorang pelaeur. Tetapi tidak ada seorang pun yang dapat menaklukkannya. Akhirnya Agatha disiksa dengan keji. Di tengah penderitaannya, St Petrus menampakkan diri untuk mengunjungi, menghibur dan mengobati luka-lukanya. Agatha diguling-gulingkan di atas pecahan kaca dan bara api. Dalam persatuan dengan Allah Tritunggal Kudus ia berdoa: Tuhan, Engkau telah melindungiku sejak masa mudaku. Engkau jugalah yang menjauhkan aku dari cinta duniawi. Kini Engkau mengijinkan aku menang melawan segala siksaan. Tuhan, ke dalam tangan-Mu, kuserahkan jiwaku.”
6 Februari
St. Paulus Miki dkk, Para Martir Nagasaki
Paulus Miki dilahirkan di Jepang sekitar tahun 1564. Ia menggabungkan diri dalam Serikat Yesus dan mewartakan Injil. Pada tahun 1588 penguasa Jepang memerintahkan para misionaris yang berkarya di Jepang agar meninggalkan Negari Sakura. Sesudah bertahan selama sembilan tahun, akhirnya pada tanggal 5 Pebruari 1597, enam misionaris Spanyol dari Ordo Santo Fransiskus, bersama Paulus Miki dan kawan-kawannya sejumlah 20 orang pribumi disiksa. Paulus Miki menulis sepucuk surat: “Apakah dengan penyiksaan ini kalian mampu merampas harta dan kemuliaan yang dianugerahkan Tuhan kepada kami? Seharusnyalah kamu bergembira dan mengucap syukur atas kemuliaan yang diberikan Tuhan kepada kami.” Paulus Miki dan kawan-kawannya diseret ke bukit dipinggir kota Nagasaki. Mereka disalibkan seperti Kristus. Dari atas salib, Paulus Miki masih berkotbah untuk meneguhkan iman kawan-kawannya.
Renungan:
“Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?” (Roma 8:35). Salah satu sisi cinta kasih Allah dalam keselamatan umat manusia adalah cinta kasih Kristus lewat sengsara dan wafat-Nya. Kebenaran iman ini diungkapkan oleh St Paulus dalam surat kepaa jemaat di Roma. Dalam misteri sengsara dan wafatNya itu Allah mewahyukan cinta kasih-Nya yang tak terbatas. Cinta itu pula yang dihayati oleh Paulus Miki dan kawan-kawan. Maka benarlah, Gereja mengagungkan Kristus, Raja yang Sengsara dengan berdoa: Marilah kita menyembah Tuhan, Raja para martir. Paus Yohanes Paulus II menghormati para martir Jepang dengan berziarah ke bukit para martir di Nagasaki. Sri Paus mengajak umat Kristiani menghormati para martir Jepang yang berani menyatakan kesetiaan kepada Kristus hingga mengorbankan nyawa. Mereka menjadi saksi Salib, lambang keselamatan umat manusia.
7 Februari
St. Richard, Pertapa
St Richard adalah ayah dari St Willibald, St Winebald dan St Walburga. Kedua puteranya menjadi biarawan dan misionaris sementara puterinya menjadi biarawati. St Richard yang dikenal sebagai seorang pertapa ini wafat di Lucca, Italia dalam perjalanan ziarah ke Roma sekitar tahun 720. Ayah bersama ketiga anaknya digelari kudus.
Renungan:
Berkat iman kepercayaannya, Abraham menjadi bapa semua orang beriman. Sedangkan ketidakpercayaan Zakharia - seorang imam Yahudi - kepada kata-kata Malaikat Gabriel membuatnya menjadi bisu. Yesus sendiri memberi jaminan iman bahwa orang yang percaya dapat memindahkan gunung ke laut. Itu berarti, segala permohonan berdasarkan iman akan dikabulkan Tuhan. Selanjutnya, Yesus menegaskan, “Karena itu Aku berkata kepadamu apa saja yang kamu minta dan doakan percayalah bahwa kamu telah menerimanya maka hal itu akan diberikan kepadamu.” Santo Richard adalah contoh hidup. Iman dan doa-doanya menghasilkan buah-buah rohani berlimpah. Anak-anaknya menjadi orang beriman kuat dan takut akan Tuhan. Kepercayaan kepada Tuhan membimbingnya datang kepada seorang rahib dan memohon doa kesembuhan bagi putera sulungnya Willibald. Sebagai ucapan syukur atas kesembuhan puteranya, Richard mempersembahkan puteranya itu kepada Tuhan. Ia mengizinkan Willibald menjadi seorang biarawan dan misionaris bersama adiknya Winebald, sementara Walburga menjadi seorang biarawati. Ketiga bersaudara itu menjadi abdi Allah yang saleh dan dihormati Gereja sebagai orang kudus. Richard sendiri mengikuti jejak anak-anaknya dengan menjadi seorang pertapa. Ia wafat dalam perjalanan iman ke Roma. Bagaimana dengan iman kepercayaan kita di tengah perubahan dunia dewasa ini? Apabila Tuhan datang, adakah Ia menemukan iman di bumi? Teguhkanlah iman kami, ya, Tuhan. Amin.
8 Februari
St. Hieronimus Emilianus, Imam dan Pengaku Iman
Hieronimus Emilianus dilahirkan pada tahun 1486 di Venesia, Italia. Ia adalah seorang panglima perang di Kastel Nuovo. Tetapi, dalam suatu pertempuran ia ditangkap musuh dan dijebloskan ke dalam penjara. Dalam sebuah sel bawah tanah itulah ia menemukan Tuhan. Hieronimus bertobat dan pada usia 25 tahun ia ditahbiskan menjadi imam. Dengan dibantu empat rekan kerja, ia membaktikan hidupnya dalam bidang pendidikan kaum muda dan mendirikan tarekat imam-imam Regulir dari Somaska. Di samping itu ia mengabdikan diri dalam perawatan orang sakit, khususnya korban wabah penyakit pes. Ia wafat karena penyakit pes pada tahun 1537. St Hieronimus dihormati sebagai pelindung anak yatim piatu dan gelandangan.
Renungan:
“Oleh karena Dia-lah aku telah melepaskan semuanya” (Filipi 3:8). Pengalaman dan kesaksian iman Santo Paulus dialami juga oleh jutaan umat Kristiani sepanjang masa. Banyak laki-laki dan perempuan menjadi imam, biarawan, biarawati. Kaum awam menemukan penghiburan rohani dalam iman kepada Kristus. Yesus bersabda, “Aku-lah Jalan, Kebenaran dan Hidup.” Paulus mengatakan, “Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Santo Hieronimus Emilianus menghayati apa yang dikatakan oleh Rasul Agung ini. Setelah melalui pergulatan iman yang panjang, akhimya di dalam sel yang dingin di bawah tanah ia dapat menemukan Tuhan. Maka ia menghadap Tuhan dengan berdoa kepada Bunda Maria. “Bunda Maria, lindungilah aku anakm ini. Aku berjanji akan memperbaiki hidupku dan menyerahkan diriku kepada Putramu.” Hieronimus bertobat dan menjadi Kristen. Tujuh tahun kemudian ia ditabiskan menjadi imam Kristus. Selanjutnya, Hieronimus tidak saja memperoleh Kristus sebagai kekayaan rohaninya, ia memenangkan juga banyak jiwa, hasil tebusan dan karya keselamatan Kristus. Ia membaktikan hidupnya demi kepentingan Gereja. Usaha-usaha Kristianinya adalah memelihara anak-anak yatim piatu, menampung anak-anak gelandangan, merawat orang yang terserang wabah penyakit pes dan menguburkan mereka. Dari Venesia ke Padua dan terus ke Verona. Ia menjelajahi Italia Utara untuk mendirikan panti-panti asuhan bagi anak-anak miskin dan terlantar. Anak-anak itu diberinya pendidikan sesuai bakat dan talenta masing-masing.
9 Februari
St. Paulinus Aquileia, Pengaku Iman
Paulinus dilahirkan di sebuah pertanian di Italia pada tahun 750. Ia seorang ahli gramatika, karena itu ia dipanggil oleh Kaisar Karolus Agung ke istana untuk menjadi guru besar gramatika. Paulinus ditahbiskan menjadi imam dan kemudian Uskup Aquileia.
Sebagai uskup, ia aktif dalam Sinode-Sinode para uskup untuk menentang bidaah-bidaah yang berkembang pada waktu itu. Ia banyak berjasa dalam melawan ajaran-ajaran sesat dan mengembalikan banyak orang ke pangkuan Gereja. Ia mengutus misionaris-misionaris ke luar negeri dan melarang orang dibaptis apabila belum mengenal ajaran-ajaran Gereja. Ia ahli menggubah syair-syair dan sajak-sajak serta lagu-lagu rohani Gereja. St Paulinus wafat dalam damai pada tanggal 11 Januari 802.
Renungan:
Keselamatan manusia sudah tertera sejak manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia di muka bumi. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara … (Kejadian l:26). Setiap orang yang dijadikan oleh Tuhan Allah dipanggil untuk keselamatannya. Dalam keselamatannya terletak kemuliaannya. Jalan keselamatan telah ditapaki oleh Santo Paulinus yang dilahirkan dari sebuah keluarga petani. Ia mengenyam pendidikan hingga menjadi ahli di bidang gramatika. Gambaran diri Allah dalam manusia membawa akibat bahwa manusia harus menjalani hidup sesuai dengan rencana Allah. Rencana Allah adalah keselamatan manusia. Dalam pemikiran itulah manusia menjalani hidupnya. Ia adalah manusia bagi manusia lainnya. Rasa syukur dan gembira atas keselamatan yang meluap dan marak dalam hidup Santo Paulinus dituangkannya dalam syair-syair, sajak-sajak dan lagu-lagu Gereja.
10 Februari
St. Skolastika, Perawan
Skolastika dilahirkan di Nursia, Italia pada tahun tahun 480. Ia adalah saudara kembar St. Benediktus. Skolastika mengikuti Benediktus ke Monte Kasino dan di bawah bimbingan saudaranya ia mendirikan biara untuk kaum perempuan. Banyak perempuan mengikuti jejak Skolastika dan tinggal di biara. Tatkala Skolastika wafat pada tahun 543, Benediktus melihat jiwa saudarinya itu bagai seekor burung merpati terbang masuk ke surga.
Renungan:
“Kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir” (1 Petrus 1:3-5). Mencintai kebenaran, hidup dari kebenaran dan untuk kebenaran itulah kekuatan sejati yang menguduskan dan menyucikan kekuatan cinta kasih Allah. “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran” (Yohanes 17:17), demikianlah doa Imam Agung Kristus kepada BapaNya di surga. Salah satu kebenaran ialah iman akan kebangkitan badan pada akhir zaman. Dalam Syahadat para Rasul kita berdoa, “Aku percaya akan kebangkitan badan, kehidupan kekal.” Santa Skolastika mendirikan biara kontemplatif untuk kaum perempuan dan menarik banyak perempuan untuk mengabdikan diri kepada Tuhan dan mencapai keselamatan kekal. Berkat kebenaran iman lewat Sakramen Baptis, kita menerima hidup Yesus, bersatu dengan Yesus; Ia sebagai pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Cinta akan kebenaran berarti menyembah Tuhan Allah. “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran” (Yohanes 4:24). Untuk menghibur biarawan-biarawati yang sedih atas wafat Skolastika, Benediktus berkata, “Janganlah menangis dan sedih! Yesus telah memanggil Skolastika dari tengah-tengah kita, supaya ia menjadi pembantu dan pelindung bagi kita yang masih mengembara di dunia ini.”
11 Februari
St. Perawan Maria dari Lourdes
Di Lourdes, Perancis, pada tanggal 11 Pebruari 1858, Bernadette Soubirous mendapat karunia penampakan dari Bunda Maria di sebuah gua. Pada tanggal 25 Februari, Bunda Maria menampakkan diri kembali. Ia meminta Bernadette untuk minum dan membasuh mukanya. Pada tanggal 25 Maret Bernadette datang lagi ke tempat penampakan. Bernadette yang tidak mengenali Bunda Maria memberanikan diri bertanya: “Siapakah engkau?” Jawab Bunda Maria: “Akulah yang dikandung tanpa noda dosa asal.” Pada tahun 1862, Gereja menyatakan penampakan itu sebagai benar dan sah. Pada tahun 1864 sebuah patung Maria Immaculata ditempatkan di gua itu. Pada tahun 1876 dibangunlah sebuah gereja. Paus Pius X menetapkan tanggal 11 Februari sebagai hari Penampakan Maria dari Lourdes. Sejak itu tak terbilang banyaknya orang datang berziarah ke Lourdes; banyak dari antara mereka yang disembuhkan dam dipertobatkan secara ajaib.
Renungan:
St. Paulus menulis, “Di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4). Gereja mengajarkan bahwa Maria, Hawa baru dari Nazareth, dikandung tanpa noda dosa asal. Hal ini dimaklumkan secara resmi pada tahun 1854 oleh Paus Pius IX. Empat tahun kemudian Maria menampakan diri dan meneguhkan dogma itu pada tanggal 25 Maret 1858. Menjawabi pernyataan Bernadette, Maria menjawab, “Akulah yang dikandung tanpa dosa asal.” Maria memperoleh karunia dan anugerah itu demi keselamatan seluruh umat manusia. Tentu saja anugerah ini merupakan antisipasi terhadap kedatangan Yesus Kristus, Penebus dan Juruselamat umat manusia. Jika anak cucu Hawa lama menangis di Firdaus, Maria justru membawa harapan akan keselamatan karena Yesus Kristus. Karena itu ada ungkapan. Per Mariam Ad Jesum yang berarti Melalui Maria sampai kepada Yesus. Maria dipersiapkan secara khusus untuk mengandung dan melahirkan Juruselamat dunia. Doa-doa yang disampaikan melalui Bunda Maria akan sampai kepada Yesus. Maria juga membawa Yesus Putranya kepada semua orang, dalam segala situasi dan kondisi hidup. “Ya Maria, Bunda Allah, pelindung para perawan. Engkaulah pintu surgawi, jaminan harapan kami.”
12 Februari
St. Gaudentius, Uskup dan Pengaku Iman
Gaudentius dilahirkan di Brescia, Italia dalam sebuah keluarga Kristen yang saleh. Orangtuanya menyerahkan pendidikan iman Gaudentius kepada St Philastrius, Uskup Brescia. Gaudentius tumbuh menjadi seorang pemuda dewasa yang bijaksana, saleh dan cakap. Orang-orang sekota mencintai dan menghormatinya. Guna menghindari sanjungan dan pujian orang, Gaudentius berziarah ke Tanah Suci. Ketika Uskup Philastrius wafat, Gaudentius ditahbiskan menjadi Uskup Brescia pada tahun tahun 397 oleh St Ambrosius dari Milan. Sebagai gembala umat, perhatiannya difokuskan pada pastoral pewartaan iman: pengajaran agama dan pendidikan iman. Kotbah-kotbahnya berintikan ajaran iman yang jelas dan konkrit serta praktis. Ia berhasil menarik perhatian umat agar hidup sesuai dengan iman yang benar dan ajaran Gereja yang aktual. Dengan penuh pengertian dan semangat rohani, ia memberikan nasehat-nasehat yang berguna bagi pertobatan dan hidup selaras dengan ajaran Tuhan. Gaudentius wafat sekitar tahun 410 di Brescia.
Renungan:
“Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibrani 13:8). Ajaran gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik memang sama dan aktual sepanjang masa. Wahyu “Sabda yang menjadi Manusia” adalah kekal. St Gaudentius mencintai Sabda Allah. Ia berziarah ke Tanah Suci Palestina untuk melihat dari dekat tempat-tempat di mana Yesus dilahirkan, hidup, berkarya, menderita sengsara dan wafat serta bangkit dan kembali ke rumah BapaNya. Ia kagum dan berkobar dalam semangat sembah-sujud kepada Kristus yang “tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-Iamanya.” Gaudentius menolak puji-pujian bagi dirinya sendiri. Teringatlah saya akan sebuah cerita. Dalam perjalanan pulang, seorang Kristen berjumpa dengan Yesus dipinggir jalan. “Tuhan, saya berhasil membuat orang-orang mengaku bahwa Engkau adalah Tuhan.” Yesus tersenyum dan berkata, “Apakah gunanya hal itu bagimu, selain membesarkan ego Kristenmu?”
13 Februari
St. Yulianus dari Antiokhia, Martir
Yulianus berasal dari kofa Anazarbus, Silisia, Asia Kecil. Imannya kuat bagai baja. Karena imannya itu, ia ditangkap oleh musuh umat Kristen. Yulianus menderita berbagai rupa aniaya yang dilancarkan para musuh agar ia menyangkal imannya. Namun upaya ini tak berhasil. Gubernur pun lalu mengambil keputusan. Yulianus ditangkap dan dipenjarakan serta disiksa hingga wafat sebagai martir sekitar tahun 302.
Renungan:
Umat Kristen mewartakan Kristus yang tersalib. Kayu salib menjadi batu sandungan dan tanda kebodohan bagi banyak orang. Tetapi bagi orang yang mendapat rahmat, Salib menjadi sumber kekuatan. Pahit getir, sengsara dan penderitaan merupakan sejarah umat Kristiani. Sang Guru sendiri membuka jalan sengsara. Kemuliaan dan keagungan Salib tidak kelihatan bagi orang yang mengagungkan kebijaksanaan dunia, karena kebahagiaan Salib dinikmati sesudah mati. “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 5:10). Kita harus berbangga akan salib Tuhan kita Yesus Kristus, pohon keselamatan, kehidupan dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan pembebasan kita. St Yulianus dari Antiokhia telah mewartakan Kristus dengan salib penderitaan dan sengsaranya. Satu tahun lamanya Yulianus dalam keadaan terbelenggu diarak setiap hari menyusuri kota-kota dan desa-desa di Silisia. Ejekan dan cemooh serta kata-kata carut-marut menusuk hatinya, menambah derita fisiknya. Karena gubernur merasa tak bisa menjauhkan Yulianus dari iman akan Kristus, ia memerintahkan agar Yulianus dimasukkan ke dalam sebuah karung berisi ular-ular berbisa dan kalajengking, lalu ditenggelamkan ke dasar laut. Tubuh Yulianus mengalami kebinasaan, tetapi jiwanya beroleh ganjaran surgawi.
Sampai kapankah Engkau melupakan aku, ya Tuhan? Sampai kapankah Engkau menyembunyikan diri dariku? Sampai kapankah aku harus menanggung susah dan bersedih sepanjang hari? Sampai kapankah aku dikuasai musuh? Pandanglah aku, ya Tuhan Allah, pulihkanlah kekuatanku, dan janganlah biarkan aku mati. Janganlah biarkan musuhku berkata bahwa mereka telah mengalahkan aku.
14 Februari
St. Sirilus dan St Metodius, Uskup dan Rahib
Dua orang kakak-beradik ini dilahirkan di Yunani. Pendidikan di Konstantinopel membuka cakrawala rohani dan intelektual keduanya. Sirilus menjadi seorang filsuf. Theodora, permaisuri Kaisar Konstantinopel, menugaskannya mewartakan Injil di Eropa Timur. Metodius menjadi rahib dan kemudian diutus menjadi misionaris atas undangan Raja Ratislaus dari Moravia. Akhirnya keduanya, Sirilus dan Metodius, mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa yang mendiami tepi Sungai Donau, kepada bangsa-bangsa Bulgaria, Moravia dan Bohemia. Paus Adrianus II mengangkat kedua bersaudara menjadi uskup. Jasa mereka antara lain menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Slavia serta merayakan liturgi juga dalam bahasa Slavia. Sirilus wafat pada tahun 869 dan Metodius wafat pada tahun 885.
Renungan:
Mewartakan Injil merupakan tugas setiap orang Kristiani, bukan hanya tugas para imam, biarawan atau biarawati, seperti selama ini disangka orang. Pesan Yesus diperuntukkan bagi semua orang yang beriman kepada-Nya. Masalah pewartaan memang dalam cara yang kita gunakan. Artinya, bukan lagi cara-cara yang menjauhkan orang dari pewartaan itu sendiri. Orang bukan Kristen mencurigai kita menggunakan daya pikat material agar seseorang mau menjadi Kristen. Cara seperti itu tidak efektif, bahkan karenanya kita dimusuhi. Pewartaan yang paling efektif sekarang ini adalah dengan cara hidup yang menarik dan memikat. Artinya, kita mewartakan bukan dengan paksaan dalam bentuk apapun kecuali tawaran bahwa menjadi Kristen berarti menyelamatkan. Menjadi Kristen bukan membuat kita menjauhi dunia, tetapi justru terlibat dalam dunia, menyelesaikan masalah-masalah dunia, yang merupakan masalah bersama kemanusiaan.
15 Februari
St. Klaudius de la Colombiere
Klaudius dilahirkan pada tanggal 2 Februari 1641 di Rhône, Perancis, dalam sebuah keluarga bangsawan Perancis. Pada tahun 1659 Pater Klaudius menggabungkan diri dalam Serikat Yesus. Ia menjadi bapa pengakuan suster-suster Visitasi; di sanalah ia mengenal St Margaretha Maria Alacoque. St Maria Margaretha menerima pesan dari Tuhan Yesus untuk menyebarluaskan devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus di segenap penjuru Gereja. Tuhan Yesus Sendiri menjanjikan kepada sang biarawati akan mengutus seorang imam yang saleh untuk membantunya. Imam itu adalah Pater Klaudius de la Colombiere. Suster Margaretha menceriterakan penglihatannya dan Pater Klaudius meneguhkannya. Selanjutnya Klaudius dipindahkan ke London, Inggris. Ia bekerja keras di antara orang-orang Katolik yang dianiaya. Ia mendorong devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus. Sesudah berkarya selama tiga tahun, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Dengan bantuan Louis XIV, Klaudius berhasil dipulangkan ke Paray, Perancis. Karena tubuhnya yang lemah dan rapuh akibat berbagai macam siksa aniaya semasa di penjara, tak lama kemudian ia pun wafat pada tanggal 15 Pebruari 1682. Sehari sesudah wafatnya, St Margaretha Alacoque menerima kepastian dari surga bahwa ia telah berada di surga. St. Klaudius de la Colombiere dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 31 Mei 1992.
Renungan:
“Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman” (Efesus 5:25). Sewaktu dibaptis, manusia menjadi manusia baru dalam Kristus berkat pembasuhan, air permandian dan sabda kehidupan: “Aku mempermandikan engkau atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Salah satu proses pendewasaan manusia baru dalam Kristus ialah berkat dan rahmat yang dilimpahkan melalui devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus. Janji Hati Yesus Yang Mahakudus antara lain: Aku akan memberkati rumah-rumah di mana patung / gambar Hati-Ku yang terkudus ditempatkan dan dihormati, dan Aku akan menjadi tempat berlindung bagi mereka sepanjang hidup dan khususnya pada saat menjelang ajal. Kini devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus sudah membudaya dalam hidup umat Katolik selama lebih dari tiga abad. Hati Yesus Yang Mahakudus adalah lambang cinta kasih ilahi. Hati-Nya menangis setiap kali kita berbuat dosa. Allah Bapa kami, dengan perantaraan Bunda Maria yang tak bernoda, kupersembahkan kepada-Mu segala doa dan kerja, suka dan duka sepanjang hari ini. Kupersatukan persembahanku ini dengan kurban Yesus PutraMu yang kudus. Kuunjukkan persembahanku ini bagi semua ujud Hati-Nya Yang Mahakudus.
Sumber: “Ziarah Iman Pastor Jan Lali SVD, Renungan Harian Bersama Para Kudus Sepanjang Tahun”; diterbitkan oleh Penerbit Buku Sabda, Yayasan Sabda Bahagia; Jakarta 2005; tambahan dan edit oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|