|
Kuda-Keledai Seorang Raja
& "Passio" untuk Tuhan
oleh: P. Gregorius Kaha, SVD
Liturgi Minggu Palma memiliki dua sifat yang agak berbeda dan nampaknya kontradiktif. Pertama, perayaan Yesus masuk kota Yerusalem; dalam perayaan ini kita mengenangkan peristiwa yang terjadi pada minggu terakhir hidup Yesus, masuk kota Yerusalem sebagai Raja. Kedua, pengantar umum Pekan Suci dimana kita masuk dalam permenungan tentang sengsara Tuhan Yesus Kristus, yang menyerahkan nyawa bagi manusia. Dua bagian ini sangat jelas terlihat dalam Liturgi Minggu Palma, yang pertama kita bersukacita dan bergembira, tidak disinggung sedikit pun tentang sengsara (nuansa gembira), dan yang kedua kita tinggalkan suasana itu dan langsung diajak merenungkan sengsara Tuhan. Maka orang kadang bertanya mengapa liturgi menggabungkan dua tema yang nampaknya berbeda dan bertentangan ini dalam satu perayaan?
Minggu Palma: Kuda-Keledai & Raja
Adegan Minggu Palma diawali dengan kisah Yesus masuk ke kota Yerusalem. Di masa silam, para raja mempunyai kebiasaan untuk setiap tahun sekali mengunjungi berbagai desa dan kota di wilayah kerajaannya. Kunjungan seperti itu dalam bahasa Yunani disebut “Epifani”. Mereka mengadakan sidang dan bertindak sebagai hakim serta menjatuhkan vonis (= hukuman). Mereka juga mengumumkan peraturan-peraturan serta memungut pajak. Sebagian kunjungan epifani bersifat damai, sementara sebagian lagi lebih bersifat perang. Orang sebenarnya langsung bisa mengetahui tujuan kedatangan raja mereka dengan mengamati bagaimana ia memasuki kota. Apakah raja datang dengan kuda atau dengan keledai?
Kuda kita semua tahu adalah binatang kuat dan gesit, tenaganya hebat dan daya tahannya luarbiasa. Pada masa itu kuda harganya amat mahal sehingga kuda justru hanya digunakan untuk berperang. Jadi, jika raja memasuki kota dengan menunggang kuda, biasanya berarti kerajaan dalam bahaya. Rakyat menjadi kalut dan ketakutan. Beda dengan keledai, binatang beban yang geraknya tidak selincah kuda, jalannya juga tidak cepat, maka kalau raja datang hanya bertujuan untuk mengadakan kunjungan damai, ia akan memasuki kota dengan menunggang keledai. Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggang keledai. Ada dua pesan yang mau ditunjukkan: Yang pertama bahwa Ia adalah raja, yang kedua adalah bahwa Ia bermaksud membawa damai sejahtera. Mereka mengeluk-elukan Dia sebagai RAJA DAMAI, bersorak-sorai untuk Dia sebagai Yang datang dari Tuhan.
Passio: Semuanya Karena CINTA
Di hari Minggu Palma ini kita diajak untuk mendengarkan “Kisah Sengsara Tuhan”. Pada umumnya kisah sengsara ini dibagi menjadi beberapa bagian: perjamuan malam terakhir, penangkapan Yesus di taman, penyerahan kepada pengadilan, diadili Pilatus dan penyaliban serta kematian Yesus. Seluruh rangkaian kisah sengsara ini disebut “Passio”.
Passio berasal dari bahasa Latin `Passio', yaitu suatu perasaan yang amat kuat dan mendalam serta berkobar-kobar. Kekuatan itu yang dilandasi dengan cinta yang mendalam. Kita semua tahu bahwa Tuhan amat mencintai kita. Tuhan Yesus wafat bagi kita. Yesus tidak berpura-pura. Ia sungguh-sungguh merasakan sakit yang amat menyiksa. Penderitaan Tubuh-Nya jauh lebih besar dari yang dapat ditanggung manusia mana pun. Penderitaan batin-Nya - sejak ditinggalkan oleh para sahabat-Nya hingga cercaan serta hinaan dari mereka yang hendak diselamatkan-Nya - lebih dahsyat dari yang dapat kita bayangkan. Kisah sengsara yang begitu hebat, dijalankan atau dilalui Yesus karena cinta, maka setiap kita yang merenungkan kisah sengsara diharapkan untuk mengobarkan dalam hati semangat yang mendalam untuk mengasihi Tuhan dan sesama, “tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Yesus memasuki kota Yerusalem dan dielukan sebagai Raja. Kita juga mau menjadikan Dia sebagai Raja dalam hidup kita. Bagaimana caranya: jangan sombong dalam hidup karena orang sombong akan cenderung menjadikan dirinya raja, orang sombong tak pernah tunduk dan berkorban; lakukanlah pekerjaan yang baik, karena kita ini buatan tangan Allah, diciptakan oleh Allah dalam Yesus Kristus untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Santo Agustinus menulis pesan: “Tuhan memang tinggi sekali, namun ia melihat ke bawah, ke tempat yang rendah. Sebab itu janganlah mencari gunung yang tinggi untuk bertemu dengan Tuhan. Bila engkau meninggikan dirimu setinggi-tingginya, Tuhan akan menarik Diri-Nya sejauh-jauhnya darimu. Namun jika engkau merendahkan diri serendah-rendahnya, Ia akan tunduk mendekatimu sedekat-dekatnya.” Kalau kita datang kepada Tuhan karena cinta, kalau kita hidup saling mengasihi, maka Tuhan hadir bersama dengan kita, karena di mana orang saling mengasihi di sana Allah hadir. Mari kita hadirkan Allah di tengah dunia ini dengan mengasihi - mengasihi - dan mengasihi dengan lebih sungguh. Tuhan memberkati kita. Amin.
|