Bab LXIII
Yesus Bangkit


Aku melihat jiwa Tuhan kita di antara dua malaikat yang mengenakan pakaian prajurit. Jiwa Yesus begitu cemerlang, berkilau dan gilang-gemilang bagaikan mentari di tengah hari; ia menembusi batu karang, menyentuh tubuh kudus, merasuk ke dalamnya, sehingga keduanya, tubuh dan jiwa-Nya, seketika itu juga menjadi satu. Kemudian, aku melihat tungkai dan lengan-Nya bergerak-gerak, dan tubuh Tuhan kita, yang telah bersatu kembali dengan jiwa-Nya dan ke-Allah-an-Nya, bangkit; kain kafan berjatuhan, seluruh gua diterangi cahaya terang-benderang.

Pada saat yang sama aku melihat suatu monster yang mengerikan muncul dari dalam bumi di bawah makam. Monster itu memiliki ekor ular; ia mendongakkan kepala naganya dengan sombong seolah hendak menyerang Yesus; pula, jika aku mengingatnya dengan benar, ia memiliki kepala manusia. Tuhan kita menggenggam sebatang tongkat putih dalam tangan-Nya, suatu panji-panji besar terpasang pada tongkat itu; Yesus menginjakkan kaki-Nya ke atas kepala naga serta memukul ekornya tiga kali dengan tongkat-Nya; sesudah itu sang naga pun lenyap. Aku melihat penglihatan yang sama ini berulang kali sebelum Kebangkitan, dan aku melihat monster yang serupa, tampak berusaha menyembunyikan diri, pada saat perkandungan Tuhan kita. Monster itu amat mirip dengan ular yang mencobai leluhur kita yang pertama di Taman Firdaus, hanya saja monster ini jauh lebih mengerikan. Aku pikir penglihatan ini ada hubungannya dengan kata-kata nubuat, “keturunannya akan meremukkan kepalamu.” Keseluruhannya dimaksudkan untuk menunjukkan kemenangan Tuhan kita atas maut, sebab pada saat yang sama aku melihat Yesus meremukkan kepala sang naga, makam pun juga lenyap dari penglihatanku.

Kemudian aku melihat tubuh Tuhan kita yang telah dimuliakan bangkit, menembusi batu karang yang kokoh dengan mudahnya seolah karang itu terbuat dari bahan yang lembek. Bumi bergoncang; seorang malaikat dengan pakaian prajurit turun dari Surga dengan kecepatan kilat, memasuki makam, mengangkat batu, menggulingkannya ke samping kanan, lalu duduk di atasnya. Oleh sebab penglihatan yang dahsyat ini, para prajurit jatuh tersungkur ke tanah dan tetap diam tak bergerak seolah tanpa nyawa. Ketika Cassius melihat sinar kemilau yang menerangi makam, ia menghampiri tempat di mana tubuh kudus dibaringkan, mengamati serta menyentuh kain lenan yang tadinya membungkus tubuh Tuhan kita; ia meninggalkan makam dengan maksud hendak pergi serta melaporkan kepada Pilatus segala sesuatu yang telah terjadi. Namun demikian, ia menanti sejenak guna melihat perkembangan selanjutnya; sebab, walau ia merasakan gempa, melihat malaikat menggulingkan batu makam, dan menengok ke dalam makam yang kosong, tetapi ia tidak melihat Yesus.

Tepat pada saat malaikat masuk ke dalam makam dan bumi bergoncang, aku melihat Tuhan kita menampakkan diri kepada BundaNya yang kudus di Kalvari. TubuhNya menawan dan bermandikan cahaya, mempesona dengan keindahan surgawi. Yesus mengenakan sehelai mantol lebar, yang satu saat tampak putih berkilau-kilauan sementara melayang-layang di udara, berkibar kian kemari seturut hembusan angin, dan pada saat yang lain memantulkan ribuan cahaya warna-warni yang kemilau sementara sinar matahari menembusinya. Luka-luka-Nya yang menganga lebar memancarkan cahaya dan dapat terlihat dari jarak jauh: luka-luka di kedua tangan-Nya demikian besar hingga sebuah jari dapat dengan mudah dicucukkan ke dalamnya; berkas-berkas cahaya memancar dari luka-luka itu, bergerak-gerak mengikuti gerakan jari-jemari-Nya. Jiwa-jiwa para patriark bersujud di hadapan Bunda Juruselamat kita sementara Yesus berbicara kepada BundaNya mengenai Kebangkitan-Nya, menceriterakan kepadanya banyak hal yang telah terlupa olehku. Ia memperlihatkan luka-luka-Nya kepada sang bunda; Bunda Maria merebahkan diri untuk mencium kaki-Nya yang kudus, tetapi Yesus menggamit tangannya, membantunya berdiri, lalu Ia pun lenyap.

Ketika aku berada beberapa jauh dari makam, aku melihat cahaya-cahaya terang-benderang memancar di sana, dan juga aku melihat suatu tempat besar yang gilang-gemilang di langit tepat di atas Yerusalem.

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dukacita Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama