44. PERPISAHAN DENGAN BUNDANYA DAN KEBERANGKATAN DARI NAZARET


9 Februari 1944, pukul 9:30 pagi (dimulai saat Komuni Suci)

Aku melihat bagian dalam rumah di Nazaret: sebuah ruangan seperti sebuah ruang makan, di mana anggota Keluarga bersantap dan beristirahat pada waktu siang. Sebuah ruangan yang sangat kecil dengan sebuah meja persegiempat sederhana dekat sebuah peti, yang ditempatkan dekat salah satu tembok. Peti itu juga berfungsi sebagai tempat duduk. Dekat tembok-tembok yang lain ada sebuah alat tenun dan sebuah bangku tanpa sandaran, dan ada dua bangku tanpa sandaran lainnya dengan semacam rak buku yang di atasnya ada lampu-lampu minyak dan barang-barang lain. Sebuah pintu terbuka ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan. Pastilah saat itu nyaris sore hari, sebab hanya berkas-berkas matahari yang samar terlihat pada dedaunan bagian atas sebuah pohon yang tinggi, yang mulai menghijau dengan daun-daun pertamanya.

Yesus duduk sekeliling meja. Ia sedang makan, dan Maria melayani-Nya, keluar masuk melalui sebuah pintu kecil yang menuju ke dalam ruangan di mana ada sebuah perapian, yang cahayanya dapat terlihat melalui pintu yang setengah terbuka.

Dua atau tiga kali Yesus meminta Maria untuk duduk... dan makan bersama-Nya. Tetapi Maria tidak mau, Ia menggelengkan kepala-Nya, tersenyum sedih. Setelah menyajikan sayuran rebus sebagai menu pertama, Ia membawa masuk ikan bakar dan lalu keju yang agak lembut, seperti keju segar, berbentuk bulat, seperti batu-batu yang dapat terlihat di dasar sungai, dan beberapa zaitun kecil berwarna gelap. Beberapa ketul roti kecil yang bundar datar - kira-kira seukuran piring - telah ada di meja. Roti itu berwarna agak coklat gelap seolah sekamnya belum dibuang dari tepungnya. Di depan Yesus ada sebuah amphora berisi air, dan sebuah cawan berbentuk piala. Ia makan dalam keheningan, menatap BundaNya dengan sedih, namun penuh kasih.

Sangat jelas bahwa Maria bersedih hati. Ia keluar masuk, semata-mata untuk menyibukkan Diri. Meski hari masih terang, Ia menyalakan sebuah lampu dan menempatkannya dekat Yesus, dan sementara mengulurkan tangan untuk melakukan-Nya, Ia dengan lembut membelai kepala PutraNya. Ia kemudian membuka sebuah tas kain berwarna coklat, yang aku pikir murni wool buatan tangan, dan karenanya tahan air, Ia mencari di dalamnya, pergi ke kebun kecil sayur-mayur dan buah-buahan, berjalan jauh ke ujung, di mana ada semacam ruang penyimpanan. Ia keluar dengan beberapa buah apel yang agak kering yang pastilah diawetkan dari musim panas sebelumnya, dan Ia memasukkannya ke dalam tas kain. Ia lalu mengambil seketul roti dan sepotong keju dan memasukkannya juga ke dalam tas kain, meski Yesus mengatakan bahwa Ia tidak menghendakinya, sebab sudah ada cukup makanan dalam tas.

Kemudian Maria datang lagi dekat meja, di sisi yang lebih pendek, di sisi kiri Yesus, dan melihat-Nya makan. Ia menatap-Nya dengan penuh kasih dan memuja. Wajah-Nya lebih pucat dari biasanya dan kelihatan tua karena duka; ada lingkaran pada kedua mata-Nya, yang dengan demikian tampak lebih besar, dan bekas-bekas airmata telah dicucurkan. Mata-Nya juga tampak lebih jernih dari biasanya, seolah dibasuh oleh airmata yang tertahan di dalamnya, siap untuk mengalir menuruni wajah-Nya: dua mata lelah yang berduka.

Yesus, Yang makan perlahan, jelas di luar kehendak-Nya, hanya demi menyenangkan BundaNya, dan lebih termenung dari biasanya, mengangkat kepala dan memandang-Nya. Mata mereka bertemu, dan Ia memperhatikan bahwa mata-Nya penuh air mata, dan Ia menundukkan kepala-Nya untuk membiarkan Maria menangis. Ia hanya meraih tangan ramping Maria yang ada di pinggir meja. Ia meraihnya dengan tangan kiri-Nya Sendiri, mengangkatnya ke pipi-Nya, mengistirahatkan pipi-Nya di atasnya dan lalu menggosok-gosokkan tangan itu pada wajah-Nya untuk merasakan belaian dari tangan kecil yang gemetar itu, yang Ia cium pada punggung tangannya dengan begitu penuh cinta dan hormat.

Aku melihat Maria mengangkat tangan-Nya yang bebas, tangan kiri-Nya, ke mulut-Nya, seolah hendak menahan tangis, dan Ia lalu menghapus dengan jemari-Nya sebutir airmata besar, yang telah menetes dari mata-Nya dan mengalir menuruni wajah-Nya.
Yesus melanjutkan makan dan Maria segera pergi keluar ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan, yang sekarang hampir gelap, dan Ia menghilang. Yesus menempatkan siku kiri-Nya di atas meja, mengistirahatkan dahi-Nya pada tangan-Nya, tenggelam dalam pikiran-Nya. Ia berhenti makan.

Ia lalu mendengarkan dan bangkit berdiri. Ia juga pergi keluar ke kebun sayur-mayur dan buah-buahan, dan setelah mencari, Ia bergerak menuju sisi kanan rumah, dan melalui sebuah lobang di tembok batu, Ia masuk ke dalam apa yang aku kenali sebagai bengkel tukang kayu. Bengkel itu sekarang sangat rapi, tanpa sebilah papan ataupun serutan kayu yang tercecer, dan juga perapiannya padam. Ada bangku kerja yang besar, semua perkakas disisihkan, dan tak ada yang lain lagi.

Maria sedang menangis, membungkuk di atas bangku. Ia kelihatan seperti seorang kanak-kanak. Kepala-Nya beristirahat pada tangan kiri-Nya yang dilipat dan Ia menangis diam-diam, namun dengan sangat pilu. Yesus masuk perlahan-lahan dan menghampiri-Nya dengan begitu lembut, hingga Maria menyadari bahwa Ia di sana, baru setelah Ia menumpangkan tangan-Nya ke atas kepala-Nya yang tertunduk, seraya memanggil-Nya "Bunda!"; dalam suara-Nya ada suara teguran lembut penuh kasih.

Maria mengangkat kepala-Nya dan menatap Yesus melalui kerudung yang basah oleh airmata, dan dengan kedua tangan terlipat dalam doa Ia menyandarkan diri pada tangan kanan-Nya. Yesus menyeka wajah Maria dengan pinggiran lengan baju-Nya yang besar dan lalu Ia memeluk-Nya, mendekapkan-Nya pada dada-Nya dan mencium dahi-Nya. Yesus tampak agung, Ia tampak lebih maskulin dari sebelumnya, sementara Maria tampak lebih seperti seorang gadis kecil, terkecuali wajah-Nya yang didera duka.

"Ayo, Bunda" Yesus berkata kepada-Nya, dan memeluk-Nya dekat pada DiriNya dengan tangan kanan-Nya, Yesus berjalan masuk ke dalam kebun sayur-mayur dan buah-buahan, di mana mereka duduk di atas sebuah bangku yang menempel pada tembok rumah. Kebun sayur-mayur dan buah-buahan sekarang hening dan gelap, terkecuali sinar rembulan dan cahaya yang masuk dari rumah. Malam damai tenang.

Yesus berbicara kepada Maria. Pada mulanya aku tidak mengerti perkataan-perkataan yang hanya dibisikkan saja itu, dan Maria menganggukkan kepala-Nya tanpa setuju.

Kemudian aku mendengar: "Dan ajaklah sanak saudara-Mu datang. Jangan tinggal di sini seorang diri. Aku akan lebih senang, Bunda, dan Kau tahu betapa Aku membutuhkan kedamaian pikiran demi menunaikan misi-Ku. Kau tidak akan kekurangan kasih-Ku. Aku akan cukup sering datang dan Aku akan memberitahu-Mu apabila Aku tak dapat pulang ke rumah ketika Aku kembali ke Galilea. Maka, Kau yang akan datang kepada-Ku, Bunda. Waktunya akan segera tiba. Dimulai ketika Malaikat menampakkan diri kepada-Mu; sekarang ia datang, dan kita harus menjalaninya, Bunda, bukankah begitu? Setelah kita mengatasi pencobaan, kita akan memiliki damai dan sukacita. Pertama-tama, kita harus melintasi padang gurun ini seperti yang dilakukan para Leluhur kita, sebelum memasuki Tanah Terjanji. Tuhan Allah akan menolong kita sebagaimana Ia menolong mereka. Dan Ia akan menganugerahkan kepada kita pertolongan-Nya seperti manna rohani demi memberi makan jiwa kita pada saat pencobaan yang sulit. Marilah kita mendaraskan Bapa Kami bersama…" Yesus dan Maria berdiri dan mereka memandang ke Surga: dua kurban hidup yang bercahaya dalam kegelapan.

Yesus, perlahan namun dengan suara jelas, mendaraskan Doa Bapa Kami, dengan memberi tekanan pada kata-katanya. Ia memberi tekanan pada perkataan: "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu" dengan memberi jeda kedua kalimat satu dari yang lain. Ia berdoa dengan tangan-tangan-Nya terentang, tidak tepat terentang, melainkan seperti para imam ketika mereka mengatakan: "Tuhan bersamamu". Tangan-tangan Maria terlipat dalam doa.

Mereka kemudian kembali ke dalam rumah, dan Yesus, Yang tak pernah aku lihat minum anggur, dari sebuah amphora di atas rak buku, menuangkan anggur putih ke dalam sebuah cawan berbentuk piala, dan Ia menempatkannya di atas meja. Ia lalu menggandeng Maria dan mendudukkan-Nya di samping-Nya dan meminum sedikit anggur, ke dalam mana Ia mencelupkan sekeping kecil roti, yang diberikan-Nya kepada Maria untuk dimakan. Ia mendesak begitu rupa hingga Maria menerimanya. Yesus meminum sisa anggur. Ia lalu mendekapkan BundaNya ke sisi tubuh-Nya, dan memeluk-Nya demikian dekat ke hati-Nya. Baik Yesus mapun Maria tidak berbaring seperti bagaimana lazim pada perjamuam-perjamuan mewah pada masa itu, melainkan mereka duduk sekeliling meja seperti yang kita lakukan. Keduanya diam, menanti. Maria membelai tangan kanan Yesus dan lutut-Nya, Yesus membelai tangan Maria dan kepala-Nya.

Kemudian Yesus bangkit, dan begitu pula Maria. Mereka saling memeluk dan mencium dengan sangat penuh kasih dan berulang kali. Mereka terus tampak seperti pada titik perpisahan, tapi setiap kali Maria memeluk AnakNya lagi dan lagi. Ia adalah Bunda kita, namun Ia tetap seorang ibunda, seorang ibunda yang harus berpisah dari PutraNya, dan yang sepenuhnya sadar akan tujuan akhir dari kepergian-Nya. Jangan katakan bahwa Maria tidak menderita! Sebelumnya aku memiliki sedikit keraguan, sekarang aku tidak mempercayainya sama sekali.

Yesus mengambil mantol biru tua-Nya, mengenakannya di atas bahu-Nya, dan menarik tudung mantol ke atas kepala-Nya. Ia menata tas kain-Nya di punggung-Nya, agar bisa bebas saat berjalan. Maria membantu-Nya, dan Ia tiada henti memperlambat dengan menata jubah, mantol dan tudung-Nya, seraya membelai-Nya.

Yesus berjalan menuju pintu, sesudah membuat sebuah tanda berkat di ruangan. Maria mengikuti-Nya dan pada pintu yang terbuka mereka saling mencium lagi satu sama lain.

Jalanan sunyi dan sepi, putih dalam cahaya bulan. Yesus mulai melangkah pergi. Ia menengok ke belakang dua kali untuk melihat BundaNya, Yang bersandar pada tiang pintu, wajahnya lebih pucat dari berkas rembulan, mata-Nya berkilau dengan airmata yang bisu. Yesus bergerak semakin jauh sepanjang jalanan putih yang sempit. Maria masih menangis di tiang pintu. Kemudian Yesus menghilang pada belokan jalan.

Perjalanan Evangelis-Nya, yang akan berakhir di Golgota, baru saja dimulai. Maria masuk ke dalam rumah dengan bercucuran airmata dan menutup pintu. Ia juga telah memulai perjalanan-Nya yang akan membawa-Nya ke Golgota.

Dan demi kita...




Yesus bersabda:

"Inilah dukacita keempat Maria, Bunda Allah. Pertama, Yesus dipersembahkan di Bait Allah; kedua, pengungsian ke Mesir; ketiga, wafat Yosef; kempat, perpisahan-Ku dengan-Nya. Sebab Aku tahu keinginan bapa rohanimu, kemarin sore Aku katakan kepadamu bahwa Aku akan mempercepat gambaran dukacita "kami", agar diketahui orang. Tetapi, seperti kau lihat, sebagian dari dukacita BundaKu telah digambarkan. Aku menjelaskan pengungsian sebelum Yesus Dipersembahkan, sebab adalah perlu untuk melakukannya pada hari itu. Aku tahu. Kau mengerti dan kau akan menjelaskan alasannya kepada Pater secara lisan.

Aku telah berencana untuk secara berselang-seling menggganti kontemplasi-kontemplasimu dan penjelasan-penjelasan-Ku mengenainya, dengan dikte-dikte yang benar dan pantas, demi menghiburmu dan rohmu, dengan menganugerahkan kepadamu kebahagiaan besar melihat, dan juga dengan cara ini perbedaan dalam gaya antara tulisanmu dan tulisan-Ku akan menjadi jelas.

Selanjutnya, dengan begitu banyak buku mengenai-Ku dan yang, sesudah banyak revisi, perubahan dan polesan telah menjadi tidak nyata, Aku ingin memberikan kepada mereka yang percaya kepada-Ku suatu penglihatan yang membawa kembali kebenaran akan hari-hari hidup-Ku. Dengan demikian Aku tidak akan dikurangi, sebaliknya Aku dijadikan besar dalam kerendahan hati-Ku, yang menjadi makanan substansial bagi kalian, demi mengajar kalian untuk rendah hati dan seperti-Ku, sebab Aku adalah seorang manusia seperti kalian dan dalam kehidupan manusiawi-Ku Aku mengenakan kesempurnaan Allah. Aku akan menjadi Teladan kalian, dan teladan harus selalu sempurna.

Dalam kontemplasi-kontemplasi itu Aku tidak akan mengikuti susunan kronologis sesuai Injil. Aku akan memilih point-point yang Aku dapati lebih berguna pada hari itu untukmu atau untuk orang lain, seturut garis pengajaran dan kebaikan-Ku sendiri.

Pelajaran dari kontemplasi perpisahan-Ku ditujukan scara istimewa kepada para orangtua dan anak-anak, yang dipanggil Allah untuk berpisah satu sama lain demi kasih yang lebih besar. Itu juga berlaku bagi semua yang harus menghadapi perpisahan yang menyakitkan.

Betapa banyak situasi-situasi menyedihkan demikian yang kalian dapati dalam hidup kalian! Itu adalah duri-duri di dunia dan mereka menembusi hati kalian, Aku tahu. Tetapi bagi mereka yang menerimanya dengan benak yang berserah diri, Aku tidak mengatakan: "bagi mereka yang mengharapkannya dan menerimanya dengan sukacita", yang sudah merupakan kesempurnaan; Aku katakan: "dengan berserah diri" - maka situasi-situasi sedih itu akan menjadi mawar-mawar abadi. Akan tetapi hanya sedikit orang yang berserah diri menerimanya. Seperti keledai-keledai kecil yang gelisah, kalian melawan kehendak Bapa, dan kalian mogok, dan kalian bahkan sesekali berusaha menyerang Allah yang baik dengan tendangan-tendangan dan gigitan-gigitan rohani, yakni, dengan pemberontakan dan hujat.

Dan jangan katakan: "Aku hanya memiliki hal baik ini dan Allah mengambilnya. Aku tiada memiliki cinta selain dari yang ini, dan Allah merngambilnya!" Juga Maria, seorang perempuan yang lemah lembut, dengan kasih yang sempurna, (karena dalam Perawan Penuh Rahmat juga cinta kasih dan perasaan-perasaan sempurna), juga Maria hanya memiliki satu hal baik, dan satu cinta di dunia: PutraNya. Satu-satunya yang tersisa bagi-Nya. Orangtua-Nya telah meninggal lama sebelumnya. Yosef meninggal beberapa tahun lalu. Hanya Aku yang ada untuk mencintai-Nya dan membuat-Nya merasa bahwa Ia tidak sendirian. Sanak-saudaranya, karena Aku, Yang asal ilahi-Nya tidak mereka ketahui, agak memusuhi-Nya, sebab mereka menganggap-Nya sebagai seorang ibu yang tak dapat mendidik PutraNya, Yang bertindak tidak sesuai dengan akal sehat yang baik, dan menolak tawaran-tawaran perkawinan yang dapat memberikan martabat kepada keluarga, sekaligus bantuan materiil.

Sanak saudara-Nya berpikir seturut akal sehat, menurut pemikiran manusia - kalian menyebutnya akal sehat, tapi itu hanyalah pemikiran manusia, yakni keegoisan - dan mereka menghendaki hidup-Ku sesuai dengan tradisi mereka. Bagaimanapun, mereka merasa selalu takut bahwa suatu hari mereka akan tertimpa masalah karena Aku, sebab Aku telah berani menyampaikan ide-ide tertentu yang mereka anggap terlalu idealis dan mereka pikir dapat menjengkelkan Sinagoga. Sejarah Yahudi penuh dengan ajaran-ajaran mengenai takdir para Nabi. Misi Nabi bukanlah suatu yang mudah, dan kerap kali mendatangkan kematian atas sang nabi dan kesulitan bagi kaum keluarganya. Dan selalu ada ketakutan bahwa suatu hari mereka akan harus merawat BundaKu.

Oleh karenanya mereka jengkel dengan kenyataan bahwa Ia tidak menentang-Ku dalam segala hal, bukan, Ia tampak dalam keadaan adorasi abadi di hadapan PutraNya. Konflik ini semakin meningkat dalam tiga tahun hidup-Ku di hadapan publik, dan memuncak dengan celaan-celaan langsung setiap kali mereka bertemu dengan-Ku di tengah orang banyak dan mereka malu akan apa yang mereka anggap sebagai kegilaan-Ku dalam menjengkelkan golongan-golongan yang berkuasa. Dan mereka mengecam Aku dan BundaKu yang malang!

Maria tahu akan keadaan jiwa sanak saudara-Nya dan dapat menduga kemarahan mereka di masa mendatang - tidak semuanya seperti Yakobus, Yudas, dan Simon, atau ibu mereka Maria Klopas - akan tetapi meski Ia tahu apa yang akan menjadi bagiannya selama tiga tahun hidup-Ku di hadapan publik, dan sadar akan takdir-Nya dan takdir-Ku di akhir dari masa tiga tahun itu, Ia tidak melawan, seperti kalian. Ia menangis. Dan ibu manakah yang tidak akan menangis karena berpisah dari seorang anak yang mengasihinya seperti Aku mengasihi BundaKu, atau karena hari-hari panjang mendatang tanpa kehadiran-Ku di rumah yang terpencil itu, atau karena masa depan suram seorang Putra yang ditakdirkan untuk menyongsong kejahatan orang-orang berdosa yang membalas dendam atas kesalahan mereka dengan menghinakan Yang Tak Bersalah hingga ke tahap membunuh-Nya?

Maria menangis sebab Ia adalah Penebus-Serta, dan sebab Ia adalah Bunda umat manusia yang dilahirkan sekali lagi bagi Allah. Dan Ia harus menangis bagi segenap ibu yang tak dapat mengubah duka keibuan mereka menjadi suatu mahkota kemuliaan kekal.  

Betapa banyak ibu di dunia, yang di tangan-tangannya maut merenggut anak-anak mereka! Betapa banyak ibu, yang anak-anaknya diambil dari dari sisi mereka oleh suatu kehendak adikodrati! Sebagai Bunda segenap umat Kristiani, Maria menangis bagi segenap anak-anak perempuan-Nya, dan dalam dukacita-Nya bagi segenap putra-Nya, yang, dilahirkan dari seorang perempuan, akan menjadi para rasul Allah atau para martir demi Tuhan, sebab kesetiaan mereka kepada Allah atau sebab kekejian manusia.

Darah-Ku dan airmata BundaKu adalah campuran yang menguatkan mereka yang ditentukan memiliki takdir yang gagah, mengenyahkan ketidaksempurnaan mereka dan dosa-dosa yang mereka lakukan oleh sebab kelemahan mereka dan, di samping kemartiran, dalam apapun yang mereka derita, menganugerahi mereka damai Allah dan kemudian kemuliaan Surga, apabila mereka menderita bagi Allah.

Para bapa misionaris mendapati campuran itu sebagai nyala api yang menghangatkan mereka di wilayah-wilayah yang diselimuti oleh salju abadi, dan mereka mendapatinya sebagai embun ketika matahari panas terik. Airmata Maria berasal dari cinta kasih-Nya, dan airmata itu memancar dari hati-Nya yang bak bunga lily. Karenanya airmata itu memiliki api Cinta Kasih yang perawan, Mempelai Kasih, dan harum segar Kemurnian yang perawan, bagai tetes-tetes air yang dikumpulkan dalam piala sekuntum lily pada suatu malam yang berembun.

Campuran kami didapatkan oleh mereka yang dikonsekrasikan di padang gurun suatu kehidupan biara yang dipahami dengan baik: padang gurun sebab hanya hidup dalam persatuan dengan Allah, sementara segala cinta kasih lain memudar dan menjadi cinta kasih adikodrati yang murni: kepada sanak saudara, teman, superior dan bawahan.

Campuran kami didapatkan oleh mereka yang dikonsekrasikan kepada Allah di dunia ini, di dunia yang tiada mengerti ataupun mengasihi mereka, suatu padang gurun juga bagi mereka, sementara mereka hidup di dalamnya seolah mereka sendirian, begitu banyak mereka tidak dimengerti dan diejek demi Aku.

Campuran kami didapatkan oleh 'para kurban'-Ku terkasih, sebab Maria adalah kurban pertama bagi kasih Yesus, dan dengan tangan-tangan-Nya sebagai seorang Bunda dan sorang Dokter, Ia memberikan kepada para pengikut-Nya airmata-Nya yang menyegarkan kembali dan mendorong pada kurban yang terlebih besar. Airmata suci BundaKu!

Maria berdoa. Ia tidak menolak doa sebab Allah telah memberi-Nya dukacita-dukacita. Ingat itu. Ia berdoa bersama Yesus. Ia berdoa kepada Bapa: Bapa kami dan Bapa kalian. "Bapa Kami" pertama didaraskan di kebun sayur-mayur dan buah-buahan di Nazaret demi menghibur duka Maria, demi mempersembahkan kehendak-kehendak "kami" kepada Bapa Yang Kekal, ketika masa kurban yang semakin besar akan segera dimulai bagi kita, yang berpuncak pada kurban hidup-Ku dan penerimaan BundaKu atas wafat PutraNya. Dan meski kami tiada memiliki suatu pun yang harus diampuni oleh Bapa, demi kerendahan hati, kami, Yang Tanpa Salah, mohon pengampunan Bapa agar kami dapat melanjutkan misi kami secara layak, setelah diampuni dan diberi absolusi bahkan untuk suatu helaan napas panjang. Sebab kami hendak mengajarkan kepada kalian bahwa semakin kalian ada dalam rahmat Allah, semakin misi kalian diberkati dan menghasilkan buah. Kami juga hendak mengajar kalian untuk hormat kepada Allah dan rendah hati. Di hadapan Allah Bapa, meski seorang Manusia sempurna dan seorang Perempuan sempurna, kami merasa bahwa kami ini bukan apa-apa dan kami mohon ampun. Tepat seperti kami memohon "makanan kami setiap hari".

Yang manakah makanan kami? Oh! Bukan roti yang dibuat oleh tangan-tangan murni Maria dan dipanggang di pemanggangan kecil kami, yang untuknya Aku telah begitu sering menyiapkan seikat kayu dan ranting. Juga roti itu perlu sementara manusia ada di bumi. Tetapi roti sehari-hari "kami" adalah menggenapi, dari hari ke hari, bagian dari misi kami: kami mohon Allah menganugerahkan itu kepada kami setiap hari, sebab menggenapi misi yang Allah berikan kepada kita adalah sukacita dari hari "kita", bukankah begitu, Yohanes kecil-Ku?  Engkau juga mengatakan bahwa satu hari hilang, seolah tidak ada, jika kemurahan Tuhan memberimu satu hari tanpa misimu untuk menderita.

Maria berdoa bersama Yesus. Adalah Yesus Yang membenarkan kalian, anak-anak-Ku. Adalah Aku yang membuat doa-doa kalian dikabulkan dan berkenan bagi Bapa. Aku telah bersabda: "Apapun yang kalian minta dari Bapa, Ia akan memberikannya dalam nama-Ku", dan Gereja memanjatkan doa-doanya dengan mengatakan: "Dengan pengantaraan Yesus Kristus Tuhan kami'. Apabila kalian berdoa, selalu bersatulah dengan-Ku. Aku akan berdoa bagi kalian dengan suara lantang, menenggelamkan suara manusiawi kalian dengan suara Manusia-Allah-ku. Aku akan membawa doa-doa kalian dalam tangan-tangan-Ku yang tertembusi dan Aku akan mengangkatnya kepada Bapa. Dengan demikian doa-doa itu akan menjadi kurban yang tak terhingga nilainya. Suara-Ku berbaur dengan suara kalian, akan naik bagai sebuah ciuman anak kepada Bapa dan biru luka-luka-Ku akan menjadikan doa-doa kalian berharga. Beradalah dalam Aku jika engkau menghendaki Bapa ada dalam dirimu, bersamamu, untukmu.

Kau mengakhiri kisah dengan mengatakan: "Dan demi kita..." dan kau bermaksud mengatakan: "demi kita yang begitu tak tahu berterima kasih kepada mereka Berdua Yang telah mendaki Kalvari demi kita." Kau sungguh tepat menuliskan kata-kata itu. Tambahkanlah itu setiap kali Aku memperlihatkan kepadamu salah satu dari dukacita kami. Biarlah itu menjadi seperti lonceng gereja yang berdentang dan memanggil manusia untuk merenung dan bertobat.

Cukuplah sekarang. Beristirahatlah. Damai sertamu."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 1                     Daftar Istilah                      Halaman Utama