MIKHAEL KECIL


(Hari yang sangat panas, dan Yesus, para rasul-Nya, dan mantan gembala Matias - yang ada di Betlehem ketika Yesus dilahirkan - sedang beristirahat di sebuah gubuk jerami. Seorang anak laki-laki kecil datang, dan terpesona oleh Yesus yang sedang tidur. Dia tersandung Matias, membangunkannya, dan membisikkan banyak pertanyaan. Matias menjelaskan tentang Surga, jiwa-jiwa, bahwa Yesus adalah Allah, dan bahwa para malaikat datang mengunjungi Bayi Yesus pada malam Natal. Yesus, yang sekarang terjaga, tak dapat menahan diri. Ia berkata:)

 "Kemarilah, nak."

Oh! anak itu tak perlu dipanggil dua kali, dan ia menghambur pada Yesus, membelai dan mengecup-Nya, menyentuh dahi-Nya, alis-Nya yang keemasan dan kelopak mata-Nya, dengan jari mungilnya, melihat dirinya dalam mata-Nya yang biru, mengusap-usapkan dirinya pada jenggot-Nya yang lembut dan rambut-Nya yang halus, mengulang di setiap penemuan: "Betapa cakep-Nya Engkau! Cakep! Cakep!"  Yesus dan Matias tersenyum.

Kemudian, sementara yang lain terbangun - sebab anak itu tidak begitu berhati-hati sekarang dalam membuat terlalu banyak keributan - para murid dan para rasul tersenyum, melihat pemeriksaan yang begitu teliti oleh si buyung kecil, setengah telanjang, montok, yang bergerak bahagia naik turun tubuh Yesus, menelitinya dari kepala hingga kaki, dan mengakhirinya dengan mengatakan: "Berbaliklah!" Dan ia menjelaskan mengapa: "untuk melihat sayap-sayap-Mu." Dan ketika ia kecewa, ia bertanya: "Mengapakah Engkau tidak punya sayap?"

"Aku bukan malaikat, anak-Ku."

"Tapi Engkau Allah! Bagaimana Engkau bisa menjadi Allah jika Engkau tidak penuh sayap? Bagaimana Engkau bisa naik ke Surga?"

"Aku Allah. Justru karena Aku Allah Aku tidak butuh sayap. Aku melakukan apa yang Aku inginkan dan Aku bisa melakukan segalanya."

"Baiklah, kalau begitu, buatlah mataku seperti mata-Mu. Mata-Mu indah."

"Tidak. Aku memberimu apa yang kau miliki, dan Aku menyukainya seperti adanya. Sebaliknya, mintalah pada-Ku untuk membuat jiwamu benar, supaya kau dapat mengasihi-Ku lebih dan lebih lagi."

"Engkau juga yang memberiku jiwa, jadi pastinya Kau menyukainya seperti adanya," jawab si kecil dengan logika kekanak-kanakan.

"Ya, Aku sangat menyukainya sekarang, sebab tanpa dosa. Tapi sebab matamu akan selalu menjadi rona zaitun yang matang, jiwamu bisa berubah dari putih ke hitam, jika kau jahat."

"Tidak, tidak jahat. Aku mengasihi-Mu dan aku mau melakukan apa yang dikatakan para malaikat ketika Kau dilahirkan: "Damai bagi Allah di Surga dan kemuliaan bagi orang-orang yang berkehendak baik" kata si anak, yang membuat orang-orang dewasa tertawa, dan si anak kecil itu menjadi malu dan diam.

Tetapi Yesus menghiburnya seraya mengoreksinya: "Allah selalu adalah Damai, anak-Ku. Ia adalah Damai. Tetapi para malaikat memberi-Nya kemuliaan sebab Juruselamat dilahirkan, dan mereka menyampaikan kepada manusia peraturan pertama untuk mendapatkan damai, yang akan datang dari kelahiran-Ku: 'memiliki kehendak baik'. Itu yang kau inginkan."

"Ya, berikan itu padaku. Taruhlah di sini di mana orang tadi katakan ada jiwaku" dan dengan jari-jari telunjuknya ia menepuk-nepuk dada kecilnya beberapa kali.

"Ya, sobat kecil-Ku. Siapakah namamu?"

"Mikhael!"

"Nama Malaikat Agung yang perkasa. Baiklah, Aku memberikan kehendak baik kepadamu, Mikhael. Dan kiranya kau menjadi pengaku Allah yang benar, mengatakan kepada para penganiaya apa yang dikatakan malaikat pelindungmu: "Siapakah yang seperti Allah?" Kiranya kau diberkati sekarang dan selalu." Dan Ia menumpangkan tangan-tangan-Nya atasnya.

Namun si kecil tak yakin. Dia mengatakan: "Tidak, cium aku di sini. Pada jiwaku. Dan berkat-Mu akan masuk ke dalamnya dan akan tetap tersimpan, di dalamnya" dan dia membuka dadanya untuk dicium - tanpa apapun antara tubuhnya dan bibir ilahi Yesus.

Semua yang hadir tersenyum, dan sekaligus tersentuh. Dan sungguh tepat! Iman mengagumkan dari seorang anak tak berdosa, yang telah pergi mendapatkan Yesus - sebagian orang mungkin mengatakan karena naluri, tetapi didorong oleh jiwanya - sungguh menyentuh hati, dan Yesus menunjukkan itu dengan mengatakan: "Oh! andai semua orang memiliki hati seorang kanak-kanak! ..."

(Puisi Manusia-Allah, Vol. 3)


Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
                                                            previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya   up  Halaman Utama