Kurban Misa Kudus
dalam Penglihatan Bruder Kostka
“Ah, seandainya saja banyak manusia melihat gerakan-gerakan rohani dan misteri yang tinggi dari Ekaristi Kudus ini! Maka, rupanya semua gereja akan menjadi terlalu kecil. Orang-orang Kristen rupanya akan melepaskan pekerjaan dan kekhawatiran, kegembiraan dan penderitaan, toko dan berbagai kegiatan, untuk bisa menyaksikan pertunjukkan yang mulia dan suci ini…. Sudah cukup bagi jiwa, tetesan terkecil sekali pun dari sukacita yang murni itu, maka jiwa akan berseru: `Berhentilah! Cukup sudah, jika tidak, aku mati karena sukacita.” ~ Bruder Kostka
Tulisan berikut dikutip dari buku “Kurban Misa Kudus Dalam Penglihatan Bruder Kostka (Joseph Wasel) - Pengalaman Nyata yang Sungguh Mengagumkan”; editor Klemens Kiser; diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Rm Andreas Tefa Sawu, SVD; diterbitkan oleh Penerbit Nusa Indah 2003; Nihil Obstat: Rm Silvester San, Pr; Librorum Censor, Ritapiret 24 November 2002; Imprimatur: Mgr Abdon Longinus da Cunha, Pr; Uskup Agung Ende, Ndona 7 Januari 2003.
SEKILAS TENTANG BRUDER KOSTKA SVD
Joseph Wasel dilahirkan pada tanggal 28 Maret 1868. Pada tahun 1896, ia masuk Biara SVD di Steyl di mana ia dikenal sebagai Bruder Kostka. Sebagian besar tugasnya di biara dilewatkannya sebagai tukang masak. Selain khusuk dalam doa yang mendalam, Bruder Kostka secara intensif menjalani tobat, puasa dan mati raga yang berat. Antara tahun 1928-1929, Bruder Kostka menderita sakit parah yang tak tersembuhkan. Kedua kaki hingga sebatas lutut penuh benjolan, bahkan kaki kanannya mulai bernanah dan mengeluarkan cairan. Dalam kesulitan itu, Bruder Kostka berdoa kepada Pater Arnoldus Janssen [sekarang Santo], pendiri Serikat Sabda Allah (SVD). Sekonyong-konyong, St Theresia dari Kanak-kanak Yesus, kepada siapa Bruder Kostka selalu berdoa demi beatifikasi P. Arnoldus Jansen, menampakkan diri kepadanya; Bruder Kostka saat itu juga disembuhkan sama sekali secara ajaib dari penyakitnya! Bruder yang kudus ini wafat pada tanggal 1 Desember 1946 di rumah misi St Arnold di Rheine, dalam usia 78 tahun.
“Berbagai proses luar bukanlah hal-hal yang pada umumnya membelenggu saya. Tetapi karena saya sudah begitu lama menyaksikannya, selama kira-kira 40 tahun, pada setiap perayaan Ekaristi suci, maka semua itu menjadi begitu biasa dan dipahami. Pada umumnya rohku ditahan di sana dan dicekam dalam suasana turut berduka oleh karena penderitaan Yesus secara rohani, yang sungguh-sungguh tak dapat diungkapkan. Pandangan yang dalam akan drama besar penderitaan dan penyilihan seringkali sangat menggoncangkan.” ~ Bruder Kostka
RITUS PEMBUKA
Bagi saya dimulai penglihatan batin ketika imam berjalan menuju altar. Saya menyaksikan Penebus dalam wujud manusia, seperti Ia beralih ke dunia. Ia melangkah mendahului imam dengan salib di bahu-Nya, untuk menunjukkan bahwa kurban salib dimulai. Pada waktu yang sama juga Bunda Surgawi menjadi nyata kelihatan. Kehadirannya membuat segalanya bagiku begitu senang dan lembut, karena saya sungguh senang membiarkan diri dibimbing oleh tangan Bunda Maria. Bunda imam mendampingi imam yang merayakan Ekaristi Kudus di samping kanannya. Sedangkan malaikat pelindung imamat berjalan di sebelah kirinya. Pemandangan itu bagiku sudah merupakan sebuah penglihatan yang sungguh meriah.
Setelah tiba di altar, malaikat-malaikat mengambil alih salib Kristus. Penebus berdiri berhadapan dengan imam yang berada di atas anak tangga paling atas. Ia menerima pengakuan dosa dan pertobatan. Sesudah pertobatan imam penuh penyesalan, Imam Agung Abadi memberikan absolusi dan pengampunan atas dosa-dosa imam, demikian juga dengan perantaraan mulut imam kepada umat beriman, bila hadirin dalam penyesalan dan rendah hati mengenal dan mengakui dosa-dosanya.
Ketika imam sudah tiba di atas altar, mulailah penderitaan Pengantara kita; dan bagi saya penglihatan. Yudas muncul dengan para pengikutnya / algojo, maju ke depan Penebus dan memberikan ciuman kepada-Nya. Ciuman pengkhianatan Yudas jatuh bersamaan dengan pengecupan altar oleh imam.
Sekarang saya menyaksikan semua yang tertulis di dalam Injil tentang Penebus; semuanya tampil berhadapan di depan mata rohani saya, sama seperti yang terjadi pada hari Jumat Agung. Saya menyaksikan Rasul Petrus, bagaimana dia dengan pedang memukul dan memotong daun telinga Malkus.
ltu adalah sebuah adegan yang menghebohkan, khususnya karena semua itu terjadi pada malam hari yang menakutkan dan menggelisahkan dalam terang obor. Secara batiniah para rasul sangat terharu dan tak berdaya.
KRISTUS YANG MENDERITA
Tiang-tiang bulat besar, yang disiapkan khusus untuk penyiksaan itu, masih bebas, tidak di luar dan tersembunyi. Siapa pun yang menghendaki dapat menyaksikan proses yang keji tersebut. Juga penyiksaan Kristus menjadi sangat jelas bagi lingkungan sekitar dan bahkan sebagian penjahat membiarkan diri menyaksikan pandangan pesakitan itu.
Untuk penderaan digunakan sabuk yang dilengkapi dengan kaitan tajam, yang merobek kulit dan masuk ke dalam daging. Instrumen lainnya dilengkapi dengan tongkat kecil berbentuk kaleng dengan gerigi; sebuah yang lainnya terbuat dari bahan yang tidak bisa dijelaskan, karena bunyinya kedengaran seperti metal.
Kesakitan Yesus secara badaniah dan jiwani luar biasa hebat dan tak dapat dijelaskan. Dimulai dengan penelanjangan; Ia yang suci dan tak berdosa diserahkan ke dalam pandangan yang lancang dari manusia yang jahat. Keadilan Tuhan menuntut perbuatan silih bagi orang yang tidak tahu malu, yang dikuasai nafsu, ketiadaan hormat. Secara singkat dikatakan: untuk segala dosa yang telah dilakukan lewat pakaian yang tidak moralis dan menggoda serta merangsang secara terencana, Penebus harus melakukan penyilihan. Perasaan-perasaan malu menusuk seperti benda tajam ke dalam jiwa Yesus dan melukai-Nya atas cara yang paling menyakitkan.
Sesudah penelanjangan, Kristus lebih dahulu diikat dengan wajah menghadap ke tiang. Lengan dan tangan-tangan-Nya diikat dengan tali pada cicin di atas, kedua kaki-Nya dikekang. Dengan demikian tubuh-Nya diikat kuat dan harus tegak berdiri. Bila Ia hanya bergerak sedikit, maka Ia tidak akan jatuh. Penyiksaan dimulai dengan tulang kaki di bawah dan semakin lama semakin ke atas. Hal itu dilakukan kemungkinan besar agar darah yang mengalir tidak menutupi kulit dan tempat-tempat yang tidak terluka dan juga agar beberapa tempat tetap tidak terluka, sebab darah mengalir sekian banyak dan menutupi goresan-goresan dan luka-luka. Para algojo itu memulai satu kegiatan yang kejam yakni memegang semua tempat dan melukainya. Dengan demikian terpenuhilah ramalan para nabi, kata demi kata, “dari ujung kaki-Nya sampai ujung kepala-Nya tidak ada tempat yang baik pada Dia” (Yes 1:6).
Sesudah menyelesaikan penderaan, bagian belakang ikatan pada Penebus dilepaskan untuk menyiksa bagian depannya. Kaki-kaki-Nya diikat kuat dan dikaitkan pada bagian bawah dari tiang bulat; tangan-tangan-Nya digantung pada tempat yang lebih tinggi, tetapi diikat pada tiang dari belakang. Penyiksaan mulai lagi dari bawah pada mata kaki dan perlahan-lahan dengan sangat kejam dan tidak berkemanusiaan hingga ke dada-Nya dan seterus-Nya ke leher-Nya, sehingga juga bagian depan tidak terdapat tempat yang bebas pada Pentobat kita yang tidak berdosa.
Para algojo saling bergantian berdua-dua. Bila dua orang sudah letih, kelompok berikut meneruskan pekerjaan yang keji itu. Alat berbentuk kaleng itu digunakan para algojo demi penderaan kaki dan tubuh bagian bawah. Pada dada dan bagian belakang digunakan alat penyiksaan yang terbuat dari sabuk pemukul dengan kaitan yang tajam. Sengsara yang tidak manusiawi dari penderaan berlangsung lama, diperkirakan selama setengah jam.
Orang Farisi yang berdiri di sekitarnya, yang adalah setan, terus-menerus menghasut para algojo. Rasanya seperti ketika nafsu mereka untuk tindakan kemarahan sedang tiba dan seperti ketika mereka menjadi serupa binatang liar yang sedang marah dan memberontak
melampiaskan kejahatannya pada tubuh orang yang tidak bersalah. Hampir tidak dipercaya untuk menyaksikan tingkat kejahatan seperti itu. Dalam kesempatan itu tersembunyi bagi mereka, bahwa Penebus yang menderita adalah Putra Allah, yang sangat terpuji dalam segala
keabadian….
Sungguh mengharukan; dengan penuh ketenangan, kesabaran dan ketabahan, Guru harus menerima penghinaan. Terkadang Ia mengeluh, apabila kengerian akan kesakitan pada pukulan-pukulan sudah mencapai tingkat yang tidak bisa lagi ditanggung-Nya. Para algojo rupanya ingin memukul mati Dia, andai Tuhan tidak menempatkan batasan-batasan. Tampaknya tak akan ada manusia yang dapat menanggung penderitaan yang begitu ngeri akibat kebrutalan para penyiksa yang haus darah. Cukuplah hanya sebuah bagian kecil dari penyiksaan itu untuk dapat membisukan seorang manusia yang normal dan kuat. Mulut Yesus sedikit terbuka, tampaknya seolah Ia di ujung kematian. Darah terus-menerus mengalir merusakkan wajah-Nya, hingga pada-Nya tidak didapati lagi keindahan.
Meski waktunya sekian singkat, saya menyaksikan semua peristiwa sengsara pada setiap perayaan Ekaristi. Tetapi ketika mendoakan rosario tentang sengsara, saya melihat penyiksaan itu secara lebih mendalam dan terinci pada bagian-bagiannya. Sangat kuat saya merasakan bahwa perayaan Ekaristi Kudus adalah pembaharuan kurban di Salib, yang terlaksana dalam segala kebenaran dan kenyataan. Saya merasakan dalam kepercayaan, bahwa juga peristiwa-peristiwa sengsara penderaan dan mahkota duri termasuk dalam bagian yang tak terpisahkan dari pemenuhan batin dari kurban Misa Kudus.
BUNDA YANG BERDUKACITA
Dalam kumpulan para pengikut langsung dari pemikul salib Manusia Ilahi terdapat Santa Maria, BundaNya yang kudus. Ia juga memikul salib terberat sesudah Putranya dan dengan segala penyerahan yang bisa dibayangkan, penuh kesabaran dan kerendahan hati. Santa Maria selalu bersatu dengan Putranya yang sedang memikul salib. Dari Yesus sekali lagi dia menerima berkat salib dan menyalurkannya terus kepada semua anak-anaknya. Santa Maria membantu anak-anaknya dalam beban yang berat, dan memudahkan lewat teladannya, lewat doa-doanya. Dia berdiri di sana dengan kasih keibuannya mendampingi dan mendukung setiap mereka yang jatuh....
Di bawah salib, Maria telah menerima pada kesempatan itu tugasnya yang paling penting, saat lambung Kristus ditembusi. Sebab ia telah menjadi Bunda Allah Putra dan atas dasar itu pula ia telah menjadi Bunda Gereja kudus. Dalam kesempatan itu, Maria telah melahirkan dalam kesakitan semua anak yang mewarisi Kerajaan Allah. Rasa derita Maria erat berkaitan dengan rasa sakit seorang ibu. Penderitanya justru diterangi lewat misteri martabat ibu dan kesuburan keperawanannya.
ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS
Allah Bapa surgawi menerima tebusan dan ganti rugi PutraNya yang sangat dicintai dengan kegembiraan yang ilahi dan tak terbatas. Hanya Tuhan Sendiri yang mampu menghargai karya ilahi dalam segenap akibatnya. Juga pandangan yang menembus dalam iman hanya bisa dari jauh menduga, apa yang sedang terjadi di dalam perayaan Ekaristi Kudus. Dalam perayaan Ekaristi Kudus, Allah Bapa memeluk PutraNya dalam kasih ilahi yang tak dapat diungkapkan. Kegembiraan yang tak terbatas itu saling membagi diri. Allah Bapa merestui martabat kerajaan bagi PutraNya, yang tidak diakui di hadapan manusia. Tetapi Putra bergembira atas martabat raja-Nya. Allah Bapa mengukuhkan juga martabat imam PutraNya, juga meski Ia ditolak oleh para imam agung. Dalam rasa puas yang paling tinggi Bapa mengukuhkan Putra: “Engkaulah imam kekal menurut peraturan Melkisedek.”
Kini raja imam memegang jabatan-Nya sebagai Pengantara antara Tuhan dan manusia untuk selama-lamanya. Tongkat kekuasaan-Nya dibangun sangat kuat. Dengan perantaraan imam-Nya yang diutus dan disucikan-Nya, Ia merayakan korban abadi mulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya. Dengan demikian Ia mendamaikan terus-menerus para pendosa dengan Bapa.
Bapa abadi merangkul di dalam PutraNya secara imami, di dalamnya semua diperbarui dan ditegakkan kembali, juga semua anak yang hilang, yang berbalik kepada hati Bapa dengan penuh pertobatan lewat rahmat Penebus. Semua itu Ia ungkapkan di dalam kegembiraan dan kasih Allah Bapa dengan cara ciuman perdamaian di dahi, sebagaimana Kristus mengungkapkannya begitu mendalam dan benar di dalam perumpamaan. Kegembiraan yang diterima Allah Bapa surgawi tidak bisa diucapkan, lewat perayaan Ekaristi suci dan ganti rugi yang terus menerus dari PutraNya sendiri.
Roh Kudus, Roh Kasih dan Kegembiraan, juga turut bergembira dan dimuliakan lewat kurban Ekaristi suci. Ia telah membentuk kemanusiaan yang suci lewat kekuatan-Nya yang melindungi dan diciptakan sebagai alat karya kerukunan dan penyelamatan. Ia memenuhi hati Yesus sebagai imam dengan kasih-Nya yang tak terhingga terhadap jiwa-jiwa yang abadi dan mendesak-Nya, untuk menderita kematian demi jiwa-jiwa itu atas dasar kasih.
Penyelamat, dari pihak-Nya, membimbing jiwa-jiwa kembali kepada Roh Kudus, dan Roh Kudus dapat membangun kembali tempat tinggal-Nya di dalam jiwa-jiwa yang sudah disucikan dan dimurnikan. Betapa ini adalah suatu kegembiraan yang ilahi untuk Roh Kudus! Kini Ia bisa meneruskan semua rahmat, ilham dan pengaruh keselamatan lewat sakramen-sakramen suci dan kemanusiaan Yesus. Betapa Ia begitu mencintai kemanusiaan yang suci justru lewat derita Kurban-Nya, karena penderitaan dan kasih memang tidak dapat dipisahkan.
BALATENTARA SURGAWI
Perayaan Ekaristi Kudus di dalam dirinya sendiri sudah menjadi sesuatu yang sangat kaya berkat kekuatan penataan ilahi. Selama perayaan Ekaristi Kudus dari misteri-misteri suci, tata rahmat terbuka untuk semua yang berkehendak baik dengan keyakinan untuk masuk. Sumber-sumber berkat memancar. Air kehidupan rahmat beriak-riak dalam aliran yang deras dan rindu diambil. Roh manusia sendiri pada penerangan dari atas tidak bisa memahami misteri itu yang begitu mendalam, melainkan hanya bisa dalam kekaguman menyembah dan bersyukur.
Kini Tuhan yang baik telah memesan bagi para beriman pada perayaan Ekaristi Kudus, pembantu yang lebih kuat lagi, yakni malaikat pelindung dan bala tentara surgawi. Dengan perantaraan, bantuan dan dukungan mereka, sakramen penyelamatan akan semakin berdaya guna bagi mereka yang dipercayakan ke dalam perlindungannya. Dalam persatuan dengan para malaikat, maka perayaan menjadi semakin sempurna dirayakan, dan banyak akan diganti, apa yang manusia tidak bisa hasilkan sendiri.
PARA MALAIKAT
Pada perayaan Ekaristi Kudus tampil di altar para malaikat dalam jumlah yang tak terbilang banyaknya. Mereka mengelilingi tempat Kurban di dalam pancaran cahaya yang mengagungkan, kagum di hadapan kelimpahan kasih dan penghinaan Putra Allah. Untuk bisa turut merayakan Kurban Ekaristi Kudus dalam penyembahan, dalam rasa hormat kudus, dalam syukur dan pujian, dalam kegembiraan, mereka mempersembahkan kepada Allah Tritunggal yang Mahakudus sembah sujud mereka. Mereka semua adalah roh yang melayani dan dekat dengan Imam Agung, bila Ia mempersembahkan kurban persembahan, kurban pujian, korban syukur dan korban silih.
Pada seruan sorak-sorai Kudus (Sanctus) dan Hosana saya melihat, bagaimana hati Allah Bapa surgawi bergetar gembira dalam kegembiraan bagi PutraNya yang terkasih. Di sana terjadi seperti sebuah pelukan Allah Tritunggal yang Mahakudus dan kemanusiaan Yesus. Gerakan rohani ini menyebar ke dalam dunia para malaikat. Juga pengertian malaikat tidak mampu menyelami rahasia kasih yang tak terhingga dan penyerahan di dalam penderitaan kurban Yesus. Segala Roh surgawi mempersembahkan sembah sujud mereka kepada kemuliaan ilahi yang abadi. Para malaikat menjadi pemimpin paduan suara dalam pujian syukur, di mana bergabung juga suara para umat beriman.
Kini surga berada di dunia di atas altar. Segala roh surgawi mengambil dalam suatu tenggang waktu belenggu dari Penebus kita. Semua roh jahat dan manusia jahat untuk sementara waktu harus melemah dan diam pada seruan Hosana, agar tidak ada bunyi sumbang dan kejanggalan mengganggu pujian dan penyembahan.
Kemudian saya melihat, bagaimana doa-doa permohonan para malaikat luar biasa berpengaruh. Mereka menyampaikan permintaan orang-orang yang mereka bantu kepada Tuhan terkasih. Mereka berdoa untuk keberhasilan Gereja kudus, untuk pertobatan para pendosa. Mereka berjuang bersama kami, agar lawan Gereja dikalahkan dan kemenangan kebaikan boleh dialami. Kehadiran para malaikat berlangsung hingga Komunio (penerimaan Tubuh dan Darah Kristus), selama Sakramen Mahakudus masih ada.
IMAM SELEBRAN
Sudah sejak awal perayaan Ekarish Kudus, Kristus sebagai imam dan kurban terus-menerus aktif demi pelaksanaan perayaan Ekaristi Kudus dalam diri imam. Keselarasan kerjasama dua pribadi serupa itu, karya seorang pribadi di dalam pribadi yang lainnya, tidak bisa dibayangkan dalam aturan alamiah. Bahkan juga tak dapat dibuatkan perbandingan di dalam aturan duniawi kita, bagaimana perembesan ke dalam masing-masing itu terjadi begitu teratur. Karena itu tak ada kata yang dapat ditemukan guna mengungkapkan ikatan yang begitu erat antara Imam Agung dengan imam. Setiap usaha penjelasan tak akan berhasil, hanya imam sendiri yang bisa membayangkannya. Rahasia itu dipenuhi dengan kemuliaan dan keagungan....
Pada bagian Kudus (Sanctus) saya melihat bagaimana Ketuhanan bersatu begitu intim dengan imam yang merayakan Ekaristi. Selebran utama, lewat persatuan itu, menjadi sarana kerja tata rahmat yang berkaitan dengan Tuhan. Tuhan menggunakan tangan-tangannya,
mulutnya dan seterusnya, untuk mempersembahkan kurban Ekaristi Kudus. Itu adalah alasan batin, mengapa imam selebran tidak mengatakan kata-kata berikut dalam kata-kata konsekrasi: “Inilah Tubuh Kristus,” melainkan mengatakan “Inilah Tubuh-Ku.” Sebab Manusia Tuhan mengucapkan sendiri kata-kata itu di dalam pribadi-Nya, walau hal itu diucapkan oleh mulut imam.
Karena kini Imam Agung abadi merayakan kurban Ekaristi Kudus, demikian terjadi secara batiniah tanpa pemutusan pada kurban Ekaristi Kudus, juga kalau kadang-kadang berdiri imam-imam yang tidak layak di altar. Namun imam yang tidak layak membuat dirinya dapat dihukum dan kehilangan banyak rahmat; sebaliknya imam-imam yang sopan dan rajin menerima banyak rahmat dan berkat.
Dalam hal ini saya mengakui martabat tinggi para imam. Sangat erat berpautan dengan Ketuhanan, mereka memberikan PutraNya kepada Allah Bapa, yang kepada-Nya Bapa mendapat kepuasan.
Penglihatan rohani perayaan Kurban Kudus sangat kuat menanamkan kesadaran akan tugas yang dibebankan kepada imam. Saya melihat bagaimana selebran berdiri dalam cahaya tanpa ia sendiri sadari dan menerima sekian banyak rahmat untuk dirinya dan orang lain.
Kemudian diawali dari Kanon Ekaristi Suci saya melihat juga tidak hanya “cahaya yang menghidupkan, di mana Tuhan tinggal”, melainkan saya melihat juga dalam bentuk gambar Tritunggal yang tak terbagi di dalam tiga pribadi.
Ah, seandainya saja banyak manusia melihat gerakan-gerakan rohani dan misteri yang tinggi dari Ekaristi Kudus ini! Maka, rupanya semua gereja akan menjadi terlalu kecil. Orang-orang Kristen rupanya akan melepaskan pekerjaan dan kekhawatiran, kegembiraan dan penderitaan, toko dan berbagai kegiatan, untuk bisa menyaksikan pertunjukkan yang mulia dan suci ini. Betapa banyak yang akan terlambat menyadari di dalam keabadian, untuk harta yang telah mereka serahkan, bila mereka begitu sering dan tanpa peduli telah melalaikan perayaan Ekaristi Kudus. Sudah cukup bagi jiwa, tetesan terkecil sekali pun dari sukacita yang murni itu, maka jiwa akan berseru: “Berhentilah! Cukup sudah, jika tidak aku mati karena sukacita.”
MALAIKAT PELINDUNG IMAM SELEBRAN
Saya melihat bagaimana malaikat pelindung pribadi, dalam pakaian model Levitan, secara tetap berdiri di samping kiri mendampingi setiap selebran. Tugasnya adalah melengkapi kekurangan imam selama merayakan Ekaristi Kudus, entah itu kesalahan karena kelemahan manusia atau juga karena kelalaian yang telah dilakukannya. Malaikat melindungi dia yang hendak dilindunginya dengan pemeliharaan yang mengharukan, ya dia menopangnya sedemikian macam di atas tangan-tangannya. Ia menyiapkan tempat baginya di mana saja, mengalirkan kepadanya pikiran yang baik, agar kurban berkenan pada Tuhan. Karena ia melihat bagaimana Imam Agung Abadi bekerja di dalam imam selebran, ia menghargai pelayanan suci dan martabat imamat lebih daripada orang Kristen biasa. Ibu yang terbaik bisa tidak dengan ramah melayani anaknya, tetapi malaikat pelindung secara sukarela melakukannya bagi siapa saja yang ada dalam perlindungannya.
Juga kepada malaikat pelindung pribadi imam selebran diletakkan tugas, agar bagian yang terkecil sekalipun dari Hosti Kudus yang sudah dikonsekrir tidak dibiarkan dicemari. Sesudah itu, ia segera mengumpulkan kembali sisa-sisa kecil dan membawanya untuk sementara, bila itu adalah kehendak Tuhan, bagi satu jiwa yang sakit, yang merindukan Sakramen Mahakudus, tetapi yang tidak bisa menerimanya.
MALAIKAT PELINDUNG UMAT BERIMAN
Para malaikat tidak berbuat apa-apa selain dari mendampingi mereka yang dilindunginya menuju perayaan Ekaristi Kudus. Betapa mereka merasa gembira, apabila nasehat atau saran mereka diterima baik! Sering para malaikat harus menutupi kekurangan umat beriman. Banyak orang beriman kurang memiliki iman yang hidup; seringkali, cukup dengan alasan yang paling remeh sekalipun, mereka tidak menghadiri perayaan Ekaristi Kudus.
Bila seorang manusia mengikuti jalan dosa, maka malaikat pelindungnya ekstra berkarya, tentu saja sangat sedih dan berada dalam kecemasan yang mendalam. Namun bila seorang pendosa bertobat dan kembali kepada Tuhan lewat tindakan kurban suci, maka bukan hanya malaikat pelindungnya sendiri, melainkan seluruh paduan suara para malaikat yang berada di sekelilingnya mengalami kegembiraan besar. Apabila seorang anak yang hilang datang kembali kepada Bapa surgawi dan mengakui kesalahannya, maka akan selalu berlangsung sebuah pesta perdamaian, di mana para malaikat suci menyanyikan pujian kegembiraan. Mereka akan diundang oleh Bapa yang terbaik dari segala bapa, saat Ia berkata: “Bergembiralah kalian bersama-Ku, sebab anak-Ku ini telah hilang, namun kini ditemukan kembali.”
KRISTUS YANG BANGKIT
Penebus sesudah kematian di salib hanya memiliki tubuh kebangkitan yang sudah diubah bentuk dan rupanya. Ia lebih menyerupai tubuh cahaya daripada tubuh dari daging dan darah. Semua menjadi lebih mudah dan tembus pandang. Di dalam mobilitas itu maka tubuh cahaya jauh lebih cepat, secepat pikiran. Adalah seperti ketika Ia seolah tidak lagi terikat pada waktu dan ruang. Tidak ada yang menghalangi, tidak ada yang memberatkan, sehingga Kristus dalam keadaan perubahan rnpa dan bentuk itu, tanpa perlawanan, dapat menembusi setiap materi.
Yang-Dibangkitkan tiba-tiba ada di sini dalam keadaan perubahan tersebut; tiba-tiba ada di sana. Di mana-mana, Ia menampakkan diri, Ia bekerja; kehadiran-Nya selalu menjadi sumber berkat. Ia melawati manusia, yang tidak mampu melihat-Nya, namun mereka merasakan kedekatan-Nya.
Pada perayaan Ekaristi Kudus, bila perayaan itu berlangsung lebih lama, saya menyaksikan lagi berulang kali berbagai adegan kebangkitan pada Bunda Yesus, para Rasul-Nya dan murid-murid. Bagiku, luka-luka Yesus selalu begitu nyata, namun bercahaya dan sudah diubah.
Langsung sesudah kebangkitan, saya menyaksikan terus-menerus secara berulang, Yang-Dibangkitkan menampakkan Diri kepada BundaNya yang tersuci, bahkan lebih dahulu dari semua manusia lainnya. Pada penampakan-Nya, Bunda tersuci menghendaki agar `Yang-Dirahmati di antara segala perempuan' tunduk di bawah kaki-Nya. Tetapi Penebus yang Jaya tidak mengizinkan hal itu. Ia memeluk BundaNya dengan Kasih yang tak terukur; ia yang sangat terikat pada-Nya dalam hidup dan mati. Lidah manusia tak akan mampu mengucapkan, betapa besar kegembiraan yang mengalir ke dalam hati Maria dalam kesempatan itu, menguatkannya serta memampukannya dalam setiap tugas, yang masih harus digenapinya hingga hari kematiannya. Di dalam kerendahan hatinya, Hamba Tuhan tidak membiarkan pertemuan dengan Putranya disiarkan.
GEREJA JAYA, GEREJA MENDERITA, GEREJA PEJUANG
Kita menyaksikan surga di atas altar sesudah konsekrasi, sebab Allah Tritunggal Mahakudus hadir, pula sejumlah besar malaikat. Semuanya bernafaskan ketenangan yang suci dan kegembiraan ilahi. Yesus merasakan kegembiraan yang terbesar karena Ia telah memulihkan kembali kehormatan Bapa SurgawiNya, menyilih dosa-dosa, menegakkan kembali manusia yang jatuh hingga dapat berdamai kembali dengan Pencipta.
Kini takhta rahmat berdiri terbuka bagi semua orang, yang memohonkan bantuan dari atas dengan penuh keyakinan. Saya melihat Raja berada di tengah-tengah, dikelilingi jiwa-jiwa yang adil, yang sudah lama meninggal dan sudah masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Beberapa dari mereka berdiri di sekitar altar dan lebih dekat dengan Domba Kurban daripada para malaikat. Semuanya berada dalam keselarasan yang indah dan mengelilingi altar dalam aturan, sesuai jasanya dan kegiatannya di masa lalu dalam hubungan dengan Domba Kurban dan seluruh karya Gereja.
Juga banyak jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal berdiri dekat takhta rahmat, yang masih harus menderita di api penyucian dan dalam pendampingan para malaikat pelindungnya, menghormati jasa perayaan Ekaristi Kudus dan begitu mengharapkan, untuk merasakan juga buah-buah dari perayaan Ekaristi Kudus. Juga sering saya melihat jiwa-jiwa orang yang baru meninggal dari lingkungan saya dan dari masyarakat lain, yang berhenti memohon doa dan kurban. Betapa besar kerinduan orang-orang berdosa akan buah-buah dari perayaan Ekaristi Kudus dan betapa besar mereka berharap agar satu jiwa yang berbelaskasih bisa mendoakan jiwa mereka.
Juga umat beriman berdiri mengelilingi takhta rahmat dan menerima rahmat, bila mereka terbukti melakukan tindakan penyesalan yang layak. Sering mereka direciki dengan darah kurban yang suci, disegarkan dan dikuatkan untuk kehidupan yang baik dan untuk melakukan karya yang baik.
BUAH-BUAH RAHMAT
Pada hari Minggu tanggal 6 Februari 1938 saya berlutut di altar Maria sekitar pukul 4.00 dini hari. Saya baru menyelesaikan jam doa saya di altar utama. Di sana saya melihat sebuah bagian kecil dari Hosti Kudus yang besar, bagaimana itu diterima oleh seorang awam di sakramen altar. Di sekeliling Hosti Kudus itu ada begitu banyak partikel kecil. Dalam Hosti Kudus yang sekian kecil, dalam setiapnya, termasuk partikel yang terkecil sekalipun, di sana terlihat jelas wajah Kanak-kanak Yesus secara utuh.
Sebuah lingkaran cahaya redup yang indah bercahaya di sekitar rupanya. Cahaya di dalam permainan warna itu tidak mungkin saya jelaskan. Tetapi semakin terang dan menyenangkan permainan lampu warna menyinari Kanak-kanak Yesus. Pada tangan-tangan-Nya ada banyak hadiah yang secara simbolis dinyatakan dalam bentuk bunga dan buah-buahan.
Di sana saya mendengar suara - rupanya suara Bunda Tuhan - “Begitu tinggi dan mulia adalah Dia, yang telah merendahkan diri dan turun; akan menjadi begitu besar adalah dia, yang secara pantas telah menerima Penebus dalam Sakramen Komuni Kudus.”
Namun kesedihan hati terdengar keluar dari suara itu, karena hadiah-hadiah dan pemberian rahmat dari Komuni Kudus tidak diterima. Banyak hati tidak mempersiapkan diri secara pantas untuk menerima Tamu tinggi dan ilahi, dan karena itu tidak dalam keadaan siap untuk menerima rahmat. Cinta diri sendiri telah menghalangi beberapa, bahkan jiwa-jiwa yang telah tertahbiskan, untuk mencita-citakan kebajikan yang murni. Karena itu Putra Allah tidak dapat membagikan rahmat kasih-Nya dan kekayaan-Nya dalam sikap memberi, sebagaimana sesuai dengan maksud-Nya.
Ah, betapa sangat merugikan cinta diri sendiri! Ini menghalangi cita-cita biji gandum. Bila biji gandum itu tidak mati, ia menghasilkan sedikit atau tidak menghasilkan buah.
Adalah kenikmatan Tuhan untuk berada di antara anak-anak manusia. Ia dengan senang hati membiarkan Diri turun, tetapi Ia juga ingin agar sesuatu berlaku dalam hati kita dan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kita. Perendahan diri Yesus sangat bergantung dari kesediaan kita untuk bekerjasama. Apabila Yesus menemukan kasih untuk kasih-Nya, maka Ia akan lebih merendahkan Diri-Nya dan akrab bergaul dengan jiwa. Sebaliknya, apabila jiwa masa bodoh, membiarkan Tamu agung dan ilahi sendirian, dingin memperlakukan-Nya dan tanpa perhatian, maka Ia menarik diri bersama dengan segala pemberian-Nya, karena Ia tahu bahwa kedatangan-Nya dan pemberian rahmat-Nya yang mulia tidak dihargai.
BERKAT PENUTUP
Putra Manusia yang sudah dipermuliakan adalah Pemenang yang dipestakan; Pemenang atas maut dan neraka, pahlawan Tuhan yang bersukaria. Ia telah memperolehkan bagi kita manusia kemenangan; kita memperolehnya dari tangan-Nya sebagai hadiah, apabila kita turut bekerjasama dengan rahmat-Nya.
Bahkan betapa hal itu begitu menggugah untuk diperhatikan; betapa Kristus dalam kemenangan-Nya tetap berhubungan begitu erat dengan BundaNya. O, Maria telah begitu tinggi diangkat! Dia tetap tinggal begitu tenang, begitu akrab dan begitu tenggelam dalam Tuhan. Selama penderitaan dia telah bertahan dan sekarang dia adalah saksi dan partisipan dari prosesi kemenangan Putranya yang ilahi.
Kristus menyampaikan petunjuk dan pesan-pesan terakhir. Suatu keagungan yang ilahi dan tak terkatakan tercurah ke atas-Nya. Dalam pencerahan yang bahagia itu, dalam konsep untuk meninggalkan dunia, Ia memberikan berkat kepada murid-murid-Nya dan juga berkat untuk kemanusiaan seluruhnya yang tertebus.
Berkat terakhir dari Penebus yang berpisah itu terjadi dalam perayaan Ekaristi Kudus bersamaan dengan berkat imam, apabila imam sesudah mengucapkan “Ite missa est” membalikkan badan dan mengucapkan berkat!
Betapa menyedihkan melihat kenyataan begitu banyak umat beriman meninggalkan gereja justru sebelum berkat terakhir. Karena sikap acuh tak acuh dan ketidaktahuan, mereka menyerbu keluar! Kekayaan berkat manakah yang mereka bawa serta ke rumah!
Pada berkat terakhir perayaan Ekaristi Kudus, saya mempunyai kebiasaan untuk mengucapkan sebuah doa pendek, “Semoga berkat ini menguatkanku demi segala yang baik. Ia berguna bagiku pada saat kematianku menuju keselamatan abadi.”
“disarikan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|