Yulia Kim
Siapa itu Yulia Kim?
Nama aslinya Hong-Sun Youn. Yulia adalah nama baptis dan Kim adalah nama marga suaminya. Yulia dilahirkan di Naju pada tanggal 3 Maret 1947 sebagai yang sulung dari dua bersaudara. Ayahnya seorang sarjana sastra Cina yang bekerja sebagai guru sekolah. Pada tahun 1950, ketika pecah Perang Korea, kakek serta ayahnya tewas oleh tentara komunis. Adik perempuannya juga meninggal dunia karena suatu penyakit. Yulia, bersama ibunya, mulai mengalami kemiskinan yang sangat dan harus bekerja keras agar dapat bertahan hidup. Karena miskin, Yulia tidak dapat menamatkan sekolah menengah pertamanya.
Pada tahun 1972, Yulia menikah dengan Yulio Kim. Yulio bekerja di kantor pemerintah di Naju di bagian pertanian. Mereka dikaruniai empat orang anak: dua putera dan dua puteri. Tak berapa lama berselang, kesehatan Yulia mulai dan semakin memburuk karena kanker dan macam-macam penyakit lain yang dideritanya. Setelah beberapa kali mengalami operasi, para dokter mengatakan bahwa tak ada harapan hidup baginya. Dalam keputusasaan, Yulia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Berikut adalah kutipan kesaksian seperti yang ditulis oleh Yulia Kim.
Kesaksian Yulia
“Kasih Allah yang luar biasa menyelamatkan aku dari kematian dan memberiku hidup baru”
Aku mempersiapkan sianida dan menulis tujuh pucuk surat - kepada ibu, suami, keempat anakku dan siapa saja yang akan menjadi istri suamiku di masa mendatang.
Sementara aku memikirkan ayahku dan hendak melaksanakan niatku (untuk bunuh diri), suamiku tiba-tiba pulang kerja - lebih cepat dari biasanya - dan mengatakan, “Sayangku! Mari kita pergi ke Gereja Katolik.” Maka, kami pun pergi ke sebuah Gereja Katolik di Naju.
Kepada imam aku berkata, “Romo! jika Tuhan itu memang ada, Ia adalah Allah yang sangat kejam. Mengapa saya harus minum piala pahit ini (kematian)? Apakah yang telah saya lakukan sehingga pantas dihukum begini?” Aku merasa ini sungguh tidak adil. Aku merasa bahwa aku telah hidup dengan baik meskipun banyak kemalangan menimpa. Aku banyak menolong para pengemis, aku tidak memusuhi mereka yang telah menyakitiku…
Imam menjawab, “Ibu, anda menerima banyak rahmat melalui tubuhmu. Bahkan saya sendiri tidak mendapat rahmat sebanyak itu. Percayalah akan apa yang saya katakan.” Ketika aku mendengar kata-kata imam, aku menjadi percaya dan menjawab, “Amin.” Pada saat yang sama, tubuhku, yang tadinya dingin seperti es, menjadi panas dan aku mulai berkeringat di sekujur tubuhku. Roh Kudus bekerja atasku. Kami memutuskan untuk menjadi Katolik dan membeli beberapa barang rohani di kios gereja. Aku menempatkan patung Bunda Maria dan setangkai mawar di meja kamar tidur, lalu menyalakan lilin. Aku mulai berdoa.
Pada hari ketiga aku mendengar suara Yesus, “Bacalah Kitab Suci. Kitab Suci adalah Sabda-Ku yang hidup.” Aku segera membuka Kitab Suci dan menemukan Lukas 8:40-48 tentang seorang wanita yang sakit pendarahan selama duabelas tahun. Ia mengimani bahwa jika ia memegang jumbai jubah Yesus, maka ia akan sembuh. Ketika ia menyentuhnya dan sembuh, Yesus berkata kepadanya, “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” Kisah selanjutnya adalah tentang anak perempuanYairus. Yesus berkata kepada Yairus, “Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.” Karena Yairus percaya kepada Yesus, puterinya dihidupkan kembali. Aku percaya bahwa kata-kata ini ditujukan kepadaku juga, maka dengan keyakinan penuh aku menjawab “Amin!” Pada saat itulah aku sembuh sepenuhnya dari kanker dan segala penyakit lain yang aku derita.
Aku merasa seperti berlari atau bahkan terbang. Aku mulai rajin ke Gereja Katolik dan juga membuka usaha salon kecantikan. Aku bergabung dengan kelompok karismatik dan juga Legio Maria. Hidupku dipenuhi sukacita dan cinta.
Pada bulan Desember 1980, dalam suatu pertemuan doa malam, pemimpin berkata, “Malam ini seorang akan menerima rahmat-rahmat istimewa.” Aku percaya bahwa hal itu ditujukan juga untukku. Sekitar jam 3 pagi, pemimpin bertanya kepada kami, “Apakah yang kamu inginkan?” Segera, dengan penuh semangat saya berdoa, “Tuhan, aku ingin tumbuh secara rohani. Aku ingin kehidupan rohaniku berkembang.” Sebagai jawaban, Kristus menunjukkan suatu penglihatan yang sangat mengagetkan. Aku sungguh terkejut hingga aku roboh, seakan-akan seluruh tubuhku menjadi lumpuh.
Apa yang diperlihatkan Kristus kepadaku merupakan suatu ulangan kembali akan segala peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupku - aku dipukuli berkali-kali oleh seorang paman saat aku bekerja di rumahnya; aku bekerja di sebuah pabrik pagi hingga sore setiap hari tanpa pernah menerima upah; aku dipukuli beberapa wanita yang mengadakan usaha denganku karena mereka tidak mau mengembalikan uang yang aku tanam pada usaha kami; aku diperlakukan tidak adil berulang kali karena aku tidak punya ayah; dan banyak peristiwa-peristiwa lain yang tidak ingin aku ingat. Aku mulai menangis dengan pedih, menyadari bahwa, secara manusiawi, tidaklah mungkin bagiku untuk melewati hidup sebegini jauh andai saja Kristus tidak memeliharaku.
Aku juga berdoa bagi mereka yang mengakibatkan aku menderita: Tuhan, kasihanilah mereka. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan karena aku. Mereka adalah alat-alat-Mu untuk membentuk aku. Karenanya, mereka adalah korban karena aku. Aku tidak dapat tidak menangis sejadi-jadinya, karena aku tahu bahwa mereka melakukan kejahatan karena aku. “Tuhan! ampunilah mereka yang berdosa. Ampunilah mereka yang berdosa…” Aku terus-menerus mohon pengampunan.
Sementara aku terus dalam keadaan tobat mendalam dan mohon pengampunan, pintu surga tiba-tiba terbuka dan suatu sinar yang sangat terang turun atasku. Aku juga mendengar kata-kata ini sebanyak tiga kali: Pintu surga sekarang terbuka. Aku menjadi orang yang sangat kecil, sangat hina dan aku berdoa dengan semangat berkobar, “Tuhan, bukalah hatiku lebih lebar lagi. Bukalah lebih lebar lagi.”
Sebelumnya, aku beranggapan bahwa aku telah hidup baik dan tidak pernah berbuat dosa. Kesombongan semacam itu diganti dengan suatu kesadaran mendalam bahwa aku seorang pendosa besar. Tubuhku menjadi berat. Aku pulang ke rumah dengan digotong oleh yang lain. Ketika terbaring, aku berdoa, “Tuhan, entah aku hidup atau mati, aku menyerahkannya pada-Mu.” Aku menyerahkan diriku sepenuhnya kepada Tuhan.
Tiga hari kemudian, aku mendengar suara Kristus lagi: “Puteri-Ku! Allah telah berkarya dalam jiwa hamba-Nya. Bangunlah segera! Aku akan mewartakan Diri-Ku melalui engkau yang tidak layak.”
Ketika mendengar kata-kata ini, aku begitu terperanjat mendapati diriku segera bangkit. Aku tahu bahwa aku telah sehat kembali. Aku merasa seperti terbang. Tuhan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga. Ia membangkitkanku pada hari ketika dari penyakit dan pertobatanku. “Ya, Tuhan! Aku sepenuhnya milik-Mu. Pakailah aku seturut kehendak-Mu.”
Tiga tahun berikutnya Tuhan mengijinkan aku memiliki segala sesuatu yang aku inginkan - bahkan keinginan-keinginan yang hanya terlintas di benakku. Setiap saat, Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Tuhan juga mengijinkanku melihat ke dalam pikiran orang-orang lain dan mengenali penyakit-penyakit orang lain. Karena ini, aku mengalami sakit tak terperikan. Tuhan menunjukkan kepadaku bahwa mereka yang melakukan pelayanan kepada Tuhan dan beranggapan bahwa mereka dekat dengan-Nya mengakibatkan sakit yang lebih hebat pada Kristus yang tersalib dengan paku-paku yang lebih besar. Aku berdoa banyak-banyak bagi mereka.
Ketika Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai, banyak orang menyambut-Nya dengan menghamparkan daun-daun palma serta pakaian mereka di hadapan sang keledai. Bagaimana jika keledai itu beranggapan bahwa orang banyak itu menyambutnya dan bukan menyambut Kristus? Apa yang akan terjadi pada Yesus yang sedang mengendarai keledai itu, jika sang keledai berjingkrak-jingkrak kegirangan? Ya, apabila kita bekerja demi kemuliaan Tuhan, kita dapat jatuh dalam kesombongan dan berpikir bahwa kitalah satu-satunya yang melakukan hal tersebut. Dengan demikian kita mengakibatkan Kristus jatuh tersungkur ke tanah. Pikiran bahwa hal ini dapat juga terjadi padaku membuat bulu kudukku berdiri.
Semasa bergabung dalam kelompok karismatik, banyak orang menyukaiku dan membuatku tampil di hadapan orang banyak. Tetapi sekarang aku berharap agar dapat melayani dengan kerendahan hati dan di tempat yang tersembunyi. Aku berdoa, “Tuhan, aku sudah cukup melihat. Tolong, jangan tunjukkan padaku lagi. Jika mendatangkan manfaat bagi pertobatan orang-orang berdosa yang menyalibkan Engkau, maka dengan gembira aku akan menanggung hidup dalam penderitaan.” “Tuhan! Aku sungguh tidak layak, tetapi jika aku dapat melakukan sesuatu, bahkan yang terkecil sekalipun, demi karya-Mu, dengan gembira aku akan mempersembahkan kurban-kurbanku.” Maka, aku mempersembahkan diriku dan penderitaan-penderitaanku demi pertobatan orang-orang berdosa.
Sejak waktu itu, beberapa kali aku menderita sakit yang hebat. Tiga tahun kemudian, aku mendekati ambang kematian kembali. Dalam pertemuan doa Jam Suci di Kwangju, aku berdoa “Tuhan, aku milik-Mu jika aku mati. Aku milik-Mu jika aku hidup. Terjadilah menurut kehendak-Mu.” Dalam pertemuan doa itu aku sepenuhnya disembuhkan dari penyakit. Sejak itu, Tuhan mengijinkanku menanggung lebih banyak penderitaan dan memulihkan kesehatanku jika diperlukan.
Dari tanggal 30 Juni 1985, Kristus memberikan kepada kita airmata dan airmata darah Bunda-Nya melalui patung Maria di rumah kami, dan sesudahnya, minyak wangi melalui patung yang sama. Ia juga mengirimkan banyak pesan penting yang berguna bagi kita semua.
Kristus juga menyatakan perubahan-perubahan yang dapat dilihat dengan mata telanjang dalam Hosti Kudus dan menurunkan Hosti Kudus di Kapel di Naju pada beberapa kesempatan, karena begitu banyak anak-anak-Nya tidak dapat percaya bahwa Kristus datang kepada kita sebagai Makanan karena Kasih-Nya bagi kita. Aku, seorang pendosa, hanya dapat berharap dan berdoa bahwa semua orang akan mengubah jalan hidup mereka seturut pesan-pesan Bunda Maria. Mari, masuk ke dalam Bahtera Keselamatan Maria, dan diselamatkan. Yang aku inginkan bagi diriku adalah hidup tersembunyi, sembari memberikan perhatian kepada mereka yang terlantar di dunia.
Kemulian hanya bagi Allah!
Tuhan, Terang-ku dan Juruselamat-ku! Kasih itu indah dan manis, tetapi juga penuh kurban dan derita. Agar bunga kasih yang indah dapat mekar berkembang, aku rindu mencintai, bahkan musim dingin yang menggigit, dan mempersembahkan segala derita yang mengunjungiku tanpa henti, seturut teladan para martir. Aku rindu menjadi penghibur Hati-Mu seperti biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati agar menghasilkan banyak buah.
sumber : “Mary's Ark of Salvation”; www.najumary.net
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Blessed Mother's House, Naju - Korea”
|