YESAYA    
Edisi YESAYA   |   Bunda Maria   |   Santa & Santo   |   Doa & Devosi   |   Serba-Serbi Iman Katolik   |   Artikel   |   Suara Gembala   |   Warta eRKa   |   Yang Menarik & Yang Lucu   |   Anda Bertanya, Kami Menjawab
Renungan
:
30 November 2006
Bacaan
:
Rm 10:9-18; Mat 4:18-22
Pesta
:
S. Andreas Rasul


"Ikutilah Aku dan kamu akan Ku-jadikan penjala manusia."

"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Ku-jadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia" (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St. Andreas Rasul hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Rasul berarti yang diutus. Untuk menjadi rasul pada umumnya karena dipanggil oleh Tuhan dan kemudian diutus untuk mewartakan karya penyelamatan, antara lain harus meninggalkan semua yang dimilikinya saat ini (harta benda, orangtua, sanak-saudara, gairah atau cita-cita dst), dan tugas utamanya ialah 'menjala manusia'. Sebagai orang beriman atau beragama kita semua kiranya juga memiliki tugas sebagai rasul dan 'menjala manusia' alias mengutamakan keselamatan jiwa manusia dalam hidup, tugas pekerjaan dan jabatan pelayanan kita. Mayoritas perhatian, kesibukan atau tugas pekerjaan kita sehari-hari kiranya berurusan dengan hal-ikhwal duniawi alias 'mendunia', entah dengan mengurusi rumah tangga, bekerja di kantor / sekolah atau sebagai buruh, di toko, warung atau mall dan supermarket, bekerja sendirian sebagai seniman, dst guna mencukupi kebutuhan hidup keluarga setiap hari. Dalam 'mendunia' tersebut hendaknya senanitiasa memperhatikan dan berpihak pada keselamatan jiwa manusia. Memang untuk itu kita sendiri harus dalam keadaan atau posisi selamat, menjadi pengikut / murid Yesus atau 'anak-anak Allah' yang baik alias beriman, sehingga di dalam 'mendunia' kita dijiwai oleh iman. "Mendunia" atau mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi tanpa iman akan menjadi amburadul atau berantakan atau kita semua cenderung menjadi hamba-hamba setan. Maka dalam rangka mengenangkan St. Andreas Rasul hari ini marilah kita mawas diri: sejauh mana dalam 'mendunia' atau mengurus dan mengelola hal-ikhwal duniawi sampai kini kita semakin beriman dan selamat, gembira, damai sejahtera serta banyak orang yang bergaul dengan atau menerima pelayanan kita juga demikian adanya, semakin selamat, gembira dan damai sejahtera?

"Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17), demikian kata Paulus kepada umat di Roma. Marilah kita renungkan atau refleksikan keyakinan Paulus ini! Sebagai rasul atau yang diutus pertama-tama kita dipanggil untuk mengenal dan memahami serta menghayati firman Kristus dan meneladan cara bertindak-Nya, sehingga kita dikuasai atau dirajai oleh Yesus Kristus, Raja Semesta Alam. Untuk itu marilah kita baca, renungkan apa yang difirmankan atau dilakukan oleh Yesus sebagaimana ditulis dan diwartakan oleh para Penginjil. Ketika kita sudah dirajai atau dikuasai oleh-Nya alias menjadi sahabat-sahabat Yesus Kristus, hendaknya tidak takut dan gentar untuk menyuarakan firman atau kehendak-Nya serta mensharingkan cara bertindak-Nya kepada sesama kita di manapun dan kapanpun. Dengan demikian di dalam 'mendunia' kita menghadapi segala sesuatu dengan paradigma Yesus Kristus. Kita tidak perlu takut dan gentar untuk menyuarakan apa yang baik dan benar dalam bidang-bidang pelayanan atau pekerjaan kita masing-masing. Percayalah bahwa dalam hati dan budi setiap orang pasti ada keterbukaan terhadap apa yang baik dan benar, dan ketika mereka mendengarkan kebaikan dan kebenaran pasti akan tergerak hati dan budinya untuk berbuat sesuatu yang baik dan benar juga. Dalam hal keimanan memang perlu diperhatikan indera pendengaran, maka di satu pihak hendaknya kita sungguh memiliki telinga yang mendengarkan dan di lain pihak perlu kita perhatikan apa yang kita suarakan, antara lain yang kita suarakan adalah apa yang benar dan baik saja. Kepada para orangtua atau pendidik kami harapkan memperhatikan hal ini, pentingnya indera pendengaran dalam pertumbuhan dan perkembangan iman anak atau peserta didik. Ingat: apa yang kita kerjakan mungkin tidak dapat dilihat oleh anak-anak atau peserta didik, tetapi pada suatu saat dapat didengarkan oleh mereka dan apa yang didengarkan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian maupun iman mereka.


"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mzm 19:2-5)

Rm. Ign Sumarya, S.J.
Jakarta, 30 November 2006